It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@nakashima woke deh. hehe
Anak kecil itu menunduk dan memicingkan mata. Aku tidak tau kenapa dia berada disini, tapi ketika aku mau bertanya, Zacky terlebih dulu menjelaskan. "Dia Cassie... anak malang yang sudah kuanggap sebagai adikku sendiri." Aku mengangguk mafhum. Pantas saja aku tidak bisa menemukan anak ini di luaran sana, karena ternyata dia diam disini.
"Sini, Cass..." Aku menepuk kursi di sebelah kananku, menyuruhnya duduk di dekatku. Cassie berjalan langsam seakan aku ini adalah penjahat yang akan melukai dia. Walau pada akhirnya dia duduk dengan pandangan menunduk. "Ada masalah?" tanyaku kemudian. Sekila aku melihat Zacky beranjak pergi ke luar. Entah kemana tapi yang pasti, auranya kini telah menghilang.
"Kakak lihat kejadian kemarin malam?" akhirnya dia bicara juga. Well, masih dengan tatapan lurus ke bawah.
"Iya...," balasku tenang. Sepertinya, dia termasuk ke dalam orang yang mempunyai rasa sakit berlebih. Tapi, terlalu dini jika dalam usia seperti ini, dia sudah mempunyai grance. Bahkan yang kurasakan, aura Cassie terpancar jelas memenuhi ruangan ini. Terkesan mencekam dan panas. "Emang kenapa?"
Lama Cassie terdiam. Dia memegang kedua mukanya oleh telapak tangan. Tak lama kemudian, aku mendengar suara isak tangis yang begitu menyayat. "Aku... aku... aku..."
"Aku apa?" potongku cepat.
"Aku benci orang-orang disini!" Cassie berdiri dan berteriak dengan nada yang mengancam. Aku terlonjak kaget dan menjaga jarak. "Aku akan membunuh mereka!" mata birunya tiba-tiba berubah menjadi hijau. Tanganku bergetar hebat saat ini. Aku bergerak secara impulsif ke luar, mencari Zacky untuk meminta pertolongan.
Untungnya, Zacky datang disaat yang tepat. Tanpa ba-bi-bu, Zacky memegang kepala Cassie dan detik itu pun, Cassie jatuh pingsan. "Apakah dia tidak apa-apa?" tanyaku sambil mendekat. Zacky mengangguk untuk kemudian menyandarkan kepalanya ke kursi.
PRANG! BLAMMM! BRUSH!
Terdengar suara bising dari arah dapur. Sepertinya campuran dari pecahan kaca, patahan kayu dan barang-barang yang hancur. Zacky berlari ke dapur, begitu pun denganku. Hal pertama yang kulihat adalah dapur ini hancur berantakan. Bahkan, dindingnya pun retak dan banyak bercak merah dimana-mana. "Apa yang terjadi?" ucapku panik. Zacky mengangkat bahu seraya berjalan mengambil gulungan kertas. Sejurus kemudian, dia membaca gulungan kertas itu hingga tuntas. Dari ekpresinya, sepertinya surat itu adalah sebuah teror. Yah, aneh juga sih. Ternyata sesama grance juga bisa saling bermusuhan.
"Apa itu?" entahlah... Ayo ikut aku!" Zacky berlari keluar dan berdecak kesal ketika mengetahui Cassie sudah tidak ada di kursi. "Kita telat... ARRGH!"
"Apa isi surat itu?" kejarku karena Zacky tidak kunjung memberi tahuku.
"Surat peringatan..."
"Maksudmu?" jawabku bingung.
"Ikut aku...," balasnya seraya berlari. Aku mengikuti Zacky yang kini meloncat dari 1 pohon ke pohon lain. Gerakan lincah dan cepatnya seakan tertandang dalam sebuah perlomba. Namun sayangnya, ini bukan lomba. Melainkan suatu hal yang terlihat bodoh karena aku tidak tau apa yang menjadi masalah.
"Zack!" ujarku terengah-engah. "Kekuatanku masih lemah. Jadi, kumohon pelan-pelan!" laju kecepatan Zack perlahan berkurang. Dari bola matanya, bisa kurasakan kalau dia sangat marah. Rahangnya keras dan giginya bergertak-gertak. Membuatku yakin, kalau isi dari surat itu bukan hal baik.
Setelah dari tadi aku berlari, akhirnya Zacky berhenti juga di tepi pantai. Suara ombak, burung, dan vibrasi angin bisa kurasakan dengan jelas. Aku tersenyum sambil memandangi pantai ini. Sangat indah dan begitu nyata. Maksudku, pantai bernuansa seperti ini hanya bisa dilihat di animasi sebuah anime atau cartoon. Tapi nyatanya, hal ini nyata. Langit berwarna biru seakan ikut memberi kesan indah. Sama seperti warna airnya. Apalagi suara deru angin. Dia seperti hidup dan mengajakku bicara.
Tepat di pinggir pantai, aku melihat seonggok batu besar menjulang tinggi ke atas. Memandang horizon langit yang membentang luas di angkasa raya. Sialnya, hanya sebentar aku bisa menikmati keindahan ini. Karena Zacky, dia kembali berlari dan terjun ke pantai seraya berenang menjauh ke tengah. Aku mengikuti... "Cassie... dia adalah kakakku..."
"Apa!?" teriakku impulsif. "K-kok bisa?" lanjutku tanpa mengurangi nada suara. Tetapi Zacky tidak menjawab. Baiklah, mungkin ini hal yang bersifat pribadi untuknya. Lagian, toh aku baru kenal sama dia. Tapi yang aku bingung, kenapa Cassie adalah kakaknya Zacky? Secara, tubuh Cassie lebih kecil daripada Zacky. Apakah Cassie mempunyai bentuk tubuh seperti itu? Membingungkan!
Akhirnya setelah lama berenang, sampai juga di tepi. Disana terdapat 2 orang laki-laki sedang membawa Cassie. Dalam lengkungan bibirnya, bisa dipastikan kalau mereka bukan orang baik-baik. Walau aku merasa tidak takut dengan tatapan mata dan seringainya, tapi sebisa mungkin aku harus hati-hati. "Sekarang, kalian mau apa!?" teriak Zacky berang. Aku terkesiap dan meloncat ketika Cassie di lempar ke pinggir.
"Cih! Dia tidak berguna..." Aku menatap pria berbadan tambun sinis. Rasanya auraku meningkat begitu cepat. Yah, aku harus marah dulu jika menginginkan kekuatan berlebih. Tanpa sadar, aku memukul pria itu sampai terjungkal ke belakang.
"Jar, stop!" teriak Zacky. Aku mendekati dia sambil menyerahkan Cassie. "Apa yang kalian cari!"
"Aku tau kamu mempunyai rahasia besar terhadap grance ini. Sayangnya, Elise tidak mempercai semua itu!" Zacky tertawa tertahan seraya memalingkan wajahnya, untuk sesaat.
"Kalian bodoh! Meskipun kalian telah menculik Cassie, kalian tidak akan menemukan apa-apa. Karena aku telah menambahkan ramuan ke dalam tubuhnya. Tidak ada orang yang bisa membaca, kecuali orang yang mempunyai grance lebih dari 1!" kedua pria itu mengeraskan rahangnya. Aku bersiap jikalau sebuah serangan terjadi. Dan ternyata memang benar. Mereka menghilang dalam 1 waktu, namun aku bisa merasakan kemana arah mereka pergi. Ku tendang kaki ke arah belakang, dan kulihat pula laki-laki berbadan tambun kembali terjatuh. Dia bangkit dan mengeluarkan cahaya yang aneh. Aku bingung kekuatan apakah itu. Tapi yang jelas, aura itu menghilang sesaat Cassie terbangun.
"Ini belum selesai, Zack!" mereka berdua pun menghilang. Aku bernafas lega karena sejujurnya, badanku terasa lelah. Padahal hanya 2 pukulan yang kulayangkan, tapi efeknya sangat menyiksa!
"Ka-kamu, mempunyai 4 grance?" Zacky menatapku lekat. Begitu pun dengan Cassie.
"Ya...," jawabku mulai jengah. Aku paling tidak suka jika terus diperhatikan. "Tapi aku hanya mempunyai 1 grance. 3 grannya lagi masih dalam bentuk gen."
"Oh baiklah... yok kita pulang," kata Zack--aku sekarang memanggilnya Zack--sambil berlalu. Aku mengikuti di belakangnya.
***
Hari sudah malam. Tapi rasa kantuk entah kenapa tidak pernah datang. Apakah ini kehidupan Vampir? Tapi untungnya, di dalam tubuhku masih mengalir darah manusiaku. Jadi, setiap lewat jam 12 aku bisa tertidur. Hingga aku pun terlelap dan bangun ketika hari sudah pagi.
Aku beranjak dari kamar sambil menguap lebar. "Hey, kak." Cassie berlari kecil ke arahku. Aku menangkap dia dan mengayunkannya ke udara. Ini sangat aneh. Kenapa Zack berkata Cassie adalah kakaknya? Apakah di Vampir adik itu disebut kakak dan kakak itu disebut adik? "Kakak tidurnya pulas sekali," ucapnya sambil tertawa. "Kakak aneh," lanjutnya. Aku tertawa terbahak.
"Emang Cassie tidak tidur pulas," balasku.
"Kami para Vampir jarang tertidur, kak. Justru aku merasa aneh kenapa kakak bisa tertidur sampai 5 jam."
"Pajar itu istimewa, kak," sahut Zack tiba-tiba. Dia memanggil Cassie dengan sebutan kak?
"Yeah, aku tau, Zack. Dia mempunyai 4 aura, namun anehnya aura itu masih samar." Cassie berjalan ke arah dapur mengikuti Zack.
"Karena gen Pajar masih ada yang belum terbentuk," sahut Zack. "Kamu jadi yakin grancefer itu adalah kamu."
Aku mengibaskan tangan ke udara, "Tidak mungkin! Setauku, grancefer itu harus mempunyai 5 grance. Sedangkan aku, hanya mempunyai 4." Zack mengeluarkan toples bening dari lemari, kemudian meremas dedaunan berwarna biru hingga hancur.
"Memang... tapi, kamu tau gak? Sesuatu itu bisa saja terjadi. Termasuk hal mustahil lainnya." Sekarang Zack memasukan dedaunan yang sudah hancur ke toples dan mengisinya air. "Jika kamu penasaran, para Vampir suka meracik sebuah ramuan untuk perlindungan. Biasanya, yang jadi kecinci percobaanku adalah Cassie. Dia bisa kebal terhadap segi racun apapun."
"Ngomong-ngomong, kenapa kamu tadi menyebut Cassie dengan sebutan kak?"
"Karena dia memang kakakku," jawabnya enteng. Well, jika saja aku bisa membaca pikiran dia. Pasti aku tidak akan sepenasaran ini. Padahal, sejak pertama bertemu Zack aku bisa merasakan sedikit apa yang ada dalam pikirannya. Sekarang? Jangan tanya!
"K-kok bisa?" Zack tidak menjawab pertanyaanku. Ingin rasanya aku menanyakan hal ini ke Cassie, tapi rasanya akan sia-sia.
"Hanya perlu waktu 12 menit," ucap Zack sambil merenggangkan tubuhnya. "Baiklah... aku ingin bicara," lanjut Zack. Dia berjalan menuju ruang tengah dan melipat tangannya di belakang kepala.
"Bicaralah..." Zack menyesap bibirnya sesaat. Lalu dia menghembuskan nafasnya dengan mata menatapku lekat.
"Aku tau, kita baru kenal. Tapi, aku menangkap hal yang baik pada dirimu, Jar." Ada jeda sebentar. "Perang tidak akan dimulai sebelum para raja memiliki batu kristal. Batu itu berwarna biru terang dan ada disetiap kerajaan masing-masing. Cuman masalahnya, aku tidak tau dimana batu itu berada."
"Emang, untuk apa batu kristal itu?" Zack beranjak dari kursi dan berjalan ke kamar. Ketika kembali, di tangan Zack sudah menggenggam gulungan kertas berwarna putih.
"Hidup tak pernah lepas dari enigma. Karena sifatnya adalah absolut. Begitu pun dengan kertas ini. Lihatlah..."
Aku melihat kertas itu dengan seksama di meja. Ada sebuah gambar bola disetiap sudut kertas ini. Di tengah terdapat sebuah lingkaran besar yang telah terbagi menjadi 5. Sedangkan di sekeliling lingkaran itu terdapat tanda yang aku sendiri tidak tau tanda apa itu. "Gambar disetiap sudut itu adalah sebuah kristal. Diceritakan, para leluhur kami telah menggunakan batu itu untuk penyembuhan dan sumber harapan. Dulu sekali, masing-masing grance sudah mempunyai 1 buah kristal dan menggunakannya untuk perang. Namun, ketika perang sudah dimulai, semua meninggal. Hanya yang tidak mengikuti perang yang selamat."
"Lalu apa yang terjadi dengan batu itu?"
"Batu itu... menghilang. Jadi, intinya perang tidak akan terjadi jika batu itu belum ditemukan. Para grance tidak akan berani keluar dari wilayahnya masing-masing. Karena semenjak insiden itu, selalu ada malapetaka tidak para grance memaksa untuk perang." Aku semakin tidak mengerti. Apakah Fajar sudah mengetahui ini semua? Lalu, apa maksud dia bahwa perang akan segera dimulai?
"Ingat, Jar. Semua yang kamu lihat dan kamu rasakan adalah sebuah enigma. Mereka memanipulasi sebuah kenyataan menjadi semu. Contoh, semua Vampir disini kalang kabut menyusun strategi, berlatih, atau menyusup ke grance yang lain. Tapi kenyataannya, bukan kepada hal itu tujuan mereka. Yang menjadi masalah utama adalah batu kristal. Pernah kami mengirim penyusup ke grance kecepatan, tapi niatnya bukan untuk mencari kelemahan lawan. Tapi memantau apakah mereka--para grance--sudah menemukan batu kristal atau belum," jelas Zack.
"Lalu, jika batu itu sudah ditemukan, apa yang akan terjadi? Dan apa itu enigma?"
"Enigma adalah sebuah teka-teki. Jika kamu menanyakan apa yang akan aku lakukan, jawabannya adalah tidak tau. Maksudku, batu kristal itu masih menjadi enigma dalam dunia ini. Yang sekarang kami yakini, kami akan memohon agar setiap kami berperang, tidak akan terjadi apa-apa. Serta untuk menjadi pengobatan mungkin. Karena bagaimanapun, korban jiwa pasti akan ada." Aku menghembuskan nafasku panjang. Sekarang aku mengerti. Berarti batu kristal adalah hal yang paling utama dalam peperangan. Sekarang aku menjadi takut... takut jika salah satu grance sudah mendapatkan batu kristal lalu menyerang setiap grance tanpa ampun.
"Stein, apakah kamu sudah tau tentang batu kristal?" ucapku dalam hati.
"Yah... aku sudah tau. Itu kenapa, aku dan temanku selalu berpindah-pindah tempat. Aku hanya ingin memantau jika salah satu dari grance sudah menemukan batu itu. Tugasmu tetap, Jar. Yaitu latih kekuatanmu, lalu pengaruhi orang terkuat disana bahwa musuh sebenarnya bukanlah grance. Tapi orang lain."
"Siapakah orang itu?"
"Dia..."
Ups, bersambung ke chapter teror
@joenior68
@agungrahmat @matrix_boy @arieat @RichardLee
@aa_akew @AgeIrshadie @agung_dlover
@Biag_Dhegel @Ozy_Permana @sasadara @WYATB
@MikeAurellio @YongJin1106 @nakashima @Ariel_Akilina @RichardLee @vasto_cielo @abiDoANk
@GeryYaoibot95 @MErlankga @mustaja84465148
@caetsith @Handikasendave @diditwahyudicom1
@abiDoANk @jjk_mod_on
Dalam part ini, entah kenapa terasa panjang. Tapi ketika dilihat, kenapa sedikit ya? Huh, entahlah. Chapter ini sempat terjebak gimana alur ceritanya. Huh, semoga gak mengecewakan
But... HUAAA aku punya masalah nih intinya aku mau curhat. Well, terdengar aneh jika ada cowok telah curhat. Apakah itu lumrah? Entahlah.. Intinya, aku punya masalah... aku butuh saran or pendapat. #biasa, anak kecil nyelesain masalahnya suka dengan tindakan luar.
@nakashima lah kok pendek? kakak suka yang panjang-panjang ya ) wkwk
wkwkwk.... ty ya dah di mention