It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ferdy atau hendra??? aku mau 22nya
jangan hiraukn orang2 shane, hendra tetaplah mencintai..
gue tny donk shane bklan ama siapa?? jwb jujur ya..
part ini bgus lho... agak2 konflik yg cetar gitu.. hhhhaaa.. )
kangen baca cerita kamu… cuma bahasanya bener bener EYD dan formal.. hihihi.. sebel sama tokoh maya.. pengganggu banget diaa…
kangen sama cerita pangeran yang sama ajudannya.. sama cerita yg ada tokoh nya gemukkk…
lanjutt..
Thanks dah mention..
Hhee.. Ceritanya makin oke, enak, soft, dll..
Cuma, gue nemuin bbrapa typo. Salah satunya di part 13/14 saat Hendra marah sama shane, ada dialog yang ada typonya disana. Baca lagi deh.
Okeee cemunguth, gue mau santet Maya dulu
@TigerGirlz : aih.... syeremnya ni perempuan satu hahahaha
@elul : hehehehe jngan galau dunk hmmm... kalo mau 2-2nya saia lho yg repot bikinnya xixixixxi
@nakashima : hehehehe kalo shane ama sapa nantinya, itu masih rahasia dunk hohohoho ya.. smoga di depannya nanti konflik nya di perbanyak yakk
@babybroww : siip nanti aku mention yak kalo dah update, makasih lho bwt waktu n comment nya
@kutu22 : hehehe makasih juga dah mau baca n ninggalin comment di cerita baruku ini hehehe pengen bikin format cerita yang lain aja, hmmm... kalo kangen, boleh tuh di baca lagi ceritanya yg pangeran plus c adhit hehehehe
@bocahnakal96 : makasih juga dah luangin waktu buat baca
@touch : iya nih, sama, yang nulis juga gak tegaan, hehehehe makasih ya dah luangin waktu bwt baca n ninggalin comment
@amira_fujoshi : siipp, nanti kalo dah di update, pasti ku mention, makasih ya dah mau luangin waktu bwt baca n ninggalin comment salam baca
@Zhar12 : hahahahah ada2 aja neh hmm... iya ya? maaf ya, soalnya ngetik nya juga buru2 karna atut lupa, btw makasih lho dah merhatiin n ngasih tau...
waduh, dirimu sama tigergilz sama2 menyeramkan hohohohoho
@Agova : hehehe namanya juga manusia, siip hayuk buruan di culik maya nya
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @Different @babybroww @amira_fujoshi
Burried The Heart 18
Kepulangan Hendra ke Indonesia, ternyata di percepat, di karenakan study banding yang mengikutkan sertakan dirinya di Singapore telah usai. Tentunya hal ini membuat Hendra senang sekali, karena ia sudah tiga minggu lebih tidak bertemu dengan orang rumahnya, dan juga Shane, ia tak begitu memikirkan Maya.
Sebelum pulang, di dalam bandara, Hendra menyempatkan diri untuk membeli beberapa oleh-oleh yang akan di berikan untuk teman-teman dekatnya, keluarga, Maya dan yang pastinya yang sangat spesial untuk Shane. Setelahnya, ia menunggu dengan perasaan tak sabar di dalam ruang tunggu bandara.
Ia sengaja tak memberitahukan siapapun atas kepulangannya, terlebih-lebih Shane, di karenakan ia ingin membuat kejutan kecil untuk adik sepupunya tersayang itu. Hendra mengambil penerbangan malam, dan malam itu kebetulan adalah malam minggu.
***
Di dalam kamarnya, Shane tampak merapikan diri, bersiap-siap untuk keluar rumah dan melewatkan malam minggu, bersama Ferdy, dan juga adik Ferdy, Virnie.
Di saat semuanya sudah siap, dan Shane berencana akan keluar kamar, telinga pemuda twersebut mendengar suara ketukan pintu dari arah luar kamar, Shane pun berjalan mendekati pintu kamar dan membukanya,
“hai” sapa Hendra dari balik pintu,
Shane terkejut bukan main ketika melihat sosok Hendra lah yang ternyata mengetuk pintu kamarnya. Shane terkejut, sekaligus senang, dan juga bingung, karena ia sudah ada janji dengan Ferdy untuk bertemu,
“He.. Hendra” Shane terbata, “sudah pulang?”
Hendra mengangguk dengan senyuman,
“kenapa tiba-tiba?”
“study banding ku sudah selesai, jadi aku di utus pulang” jelas hendra,
“oh..” Shane tampak linglung
“kau akan membiarkan diriku berdiri di depan kamarmu sampai kapan?”
“ah... iya, maaf, aku lupa, ayo masuk”
Hendra pun masuk ke dalam kamar dengan tatapan pada sekujur tubuh Shane yang tampak rapi,
“rapi sekali, mau kemana?” tanya Hendra,
“hah? Eee.. itu, tidak, hanya ingin jalan-jalan saja”
“benarkah?”
“iya”
“kalau begitu, kita jalan sama-sama saja, kebetulan aku juga ingin mengajakmu jalan-jalan malam ini” tukas Hendra,
“hah? Malam ini?”
“iya, malam ini kan malam minggu” ujar Hendra, “ ada apa? kau ada janji?” sambung Hendra sedikit menaruh rasa curiga,
“eeee... tidak, tidak... ya kita jalan-jalan” Shane gugup,
“bagus kalau begitu”
Shane menutup pintu kamar, kemudian berjalan ke tengah kamar layaknya orang kebingungan. Sudut mata Hendra sebenarnya memperhatikan gerak gerik Shane, tapi ia sengaja tidak mau bertanya dan berkomentar banyak, Hendra tak ingin merusak suasana kebersamaanya,
“lihat...aku belikan ini untukmu” ucap Hendra yang mengeluarkan sebuah kantung kain bersulam berisikan wewangian khas. Kantung kain itu kemudian ia berikan pada Shane,
“coba kau cium wanginya, apa kau suka?” tanya Hendra, Shane menerima kantung berisikan wewangian itu dari tangan Hendra, kemudian mendekatkan kantung ke arah hidungnya, menghirup aroma dari kantung tersebut
“wangi” tukas Shane,
“apa kau suka?”
Shane menganggukkan kepala,
“kalau kau suka, berarti aku tidak sia-sia membelikannya untukmu, aku hanya takut kau tidak suka”
“suka, aku suka, kantung ini sangat wangi” ungkap Shane,
“kenapa terpikir untuk membelikan ku kantung wewangian ini?” tanya Shane,
Hendra berjalan dengan langkah perlahan-lahan untuk mendekati adik sepupunya itu, menatapi wajah Shane sejenak, kemudian ia melebarkan kedua tangannya, meraih tubuh Shane untuk masuk ke dalam dekapannya. Tangannya dengan lembut mengelus-elusi rambut yang halus dan menebarkan aroma wangi tersebut.
Shane sendiri tak dapat berbuat apa-apa selain pasrah, ia membiarkan tubuhnya di dekap erat oleh Hendra, karena sejujurnya, dalam pasca kepergian Hendra menuju Singapore ini, ia sangat merindukan sosok Hendra. Jadi, dekapan itu terasa sangat membuai kerinduannya aka Hendra,
“karena aku lihat, kau adalah pria yang suka dengan wewangian, maka dari itu aku membelikannya untukmu”
Shane tersenyum kecil,
“terima kasih ya”
“sama-sama”
Masih berada di dalam pelukan, keduanya tampak terlibat dalam obrolan kecil,
“Shane”
“ya?”
“boleh aku bertanya?”
Shane mengangguk dalam pelukan Hendra,
“apa kau marah padaku atas ucapanku pada malam sebelum aku berangkat?”
Shane diam, kemudian kepalanya menggeleng,
“yakin?”
“ya, aku tidak marah”
Keduanya menjeda pembicaraan, merasakan saat-saat kebersamaan mereka,
“apa selama aku pergi, kau merindukanku?” tanya Hendra lagi,
“menurutmu?”
Hendra tertawa mendesis,
“aku tak tahu, aku ingin tahu dari mulutmu langsung” ungkap Hendra,
Shane tersenyum kecil dalam dekapan,
“aku sangat merindukanmu”
“benarkah itu?”
“ya”
Keduanya kembali menjeda obrolan,
“kalau kau? Apakah kau disana merindukanku?” Shane balik bertanya, “sepertinya tidak” sambung Shane lagi yang membuat Hendra tertawa,
“bodohnya kau ini, jika aku tidak sangat merindukanmu, bagaimana kau dapat berada di dalam pelukanku saat ini”
Keduanya tertawa kecil,
“apa yang kau rindukan dari aku?” tanya Shane,
“semuanya”
Shane tak menjawab, ia hanya terdiam. Hendra perlahan-lahan melepaskan pelukannya, ia mengalihkan tangannya untuk melingkar pada pinggang Shane, menatapi wajah pemuda kecil itu lekat-lekat,
“tiga minggu tidak bertemu, ternyata aku sangat merindukanmu seperti ini” ungkap Hendra, “apalagi kalau tiga tahun, seperti apa aku merindukanmu ya” sambungnya,
Shane tertawa kecil, “entahlah” jawab Shane.
Keduanya terdiam, Hendra masih menatapi Shane lekat-lekat,
“Shane” panggil Hendra,
“ya?” jawab Shane dengan tatapan yang juga menatapi Hendra, membuat kedua tatapan pria itu saling bertemu satu sama lain,
“kau bilang, apakah salah jika aku memelukmu seperti ini?” tanya Hendra
Shane terdiam, ia tak menjawab, karena ia juga tidak tahu apakah perbuatan Hendra itu salah atau benar,
“kenapa tidak menjawab?”
“aku.. juga tidak tahu kalau perbuatan ini salah atau tidak” jawab Shane lirih,
Hendra terdiam. Dari kediamannya, ia mendekatkan wajahnya pada Shane, semakin dekat dan semakin dekat, sampai-sampai Shane dapat merasakan nafas Hendra yang tampak tak beraturan. Sekarang ini, bibir Hendra sudah sangat dekat dengan bibir Shane, hanya berjarak beberapa senti, dan tanpa penolakan dari Shane, Hendra mulai mendaratkan sebuah ciuman hangat, ciuman kerinduan di bibir Shane. Awalnya Shane dan juga Hendra tampak gugup, karena mereka berdua tak pernah melakukan ini sebelumnya.
Namun pelukan Hendra yang mewakili ungkapan sayangnya terhadap Shane, membuat pemuda kecil itu menjadi menikmatinya.
***
Ferdy sesekali memeperhatikan pintu masuk coffee shop, tempat dimana ia dan juga Virnie menunggu. Dari sekian banyak pengunjung yang mendatangi coffee shop tersebut, Ferdy tak mendapati Shane. Ia berulang kali mencoba menghubungi Shane, tapi ponsel pemuda kecil itu tidak dapat di hubungi. Ferdy tampak kesal, seberkas rasa kecewa, terbesit di hatinya,
“kak, mungkin Shane tidak datang” ujar Virnie,
“tidak mungkin, Shane pasti datang, ia bukan type orang yang ingkar pada janjinya” Ferdy bersikeras,
“tapi kita sudah menunggu dua jam lebih, sedangkan Shane sama sekali tidak muncul” sergah Virnie, “apa kakak sudah mencoba menghubunginya?” sambung Virnie,
Ferdy mengangguk, “tapi ponselnya mati, tidak dapat di hubungi”
“lihat... dia saja mematikan ponselnya, itu berarti kalau dia tidak ingin menemui kita” Virnie tampak kesal,
Ferdy menekuk kedua alisnya dengan tatapan masih belum terlepas dari arah pintu masuk coffee shop, ia berharap, ia dapat melihat Shane masuk dari pintu tersebut, dan berjalan ke arahnya,
“dia pasti datang” ujar Ferdy lirih. Virnie yang sudah terlanjur kesal, merasa iba pada kakaknya itu,
“sudahlah kak, dia sudah pasti tidak datang”
Ferdy terdiam, membiarkan Virnie berucap sesukanya dan masih teguh pada pendiriannya.
***
“sedari tadi ku perhatikan, kau selalu melihati arlojimu, ada apa?” tanya Hendra pada saat mengajak Shane makan di salah satu mall,
“ee... itu”
“ada janji?”
Shane tak tahu harus berbuat apa, ia takut jika ia mengucapkan pada Hendra tentang janjinya pada Ferdy, Hendra akan marah. Tapi ia tak punya pilihan lain, ia sudah benar-benar merasa tak enak terhadap Ferdy yang pasti sudah menunggunya sedartadi, Shane pun memberitahukan pada Hendra,
“Hen...”
“ya...”
“sebenarnya malam ini, aku ada janji untuk bertemu dengan Ferdy”
Hendra menghentikan sendok yang akan di arahkan kemulutnya, menatapi Shane sesaat, kemudian kembali mengarahkan sendok pada mulutnya,
“sudah ku duga” ucap Hendra singkat,
Shane terdiam, karena ia melihat Hendra sudah bersikap dingin padanya,
“ya sudah, setelah menghabiskan makanan ini, aku mengantarmu untuk bertemu dengannya” ucap Hendra tanpa
menatap ke arah Shane.
***
Shane segera berlari masuk ke dalam Mall dan segera menuju coffee shop yang di janjikan oleh Ferdy padanya. Sesampainya disana, ia mengitari seluruh cooffee shop, pandangannya tak menemukan Ferdy sama sekali. Shane tak menyerah, ia menelusuri hampir keseluruhan, yang di cari benar-benar tidak ada.
Raut wajah Shane terpampang raut bersalah. Dadanya naik turun mengatur nafas karena berlari. Ia benar-benar merasa bersalam pada Ferdy. Hendra hanya melihati gerak-gerik Shane dari luar coffee shop, tanpa mendatangi pemuda kecil tersebut.
***
Shane mempercepat langkahnya untuk menuju kelas. Ia berharap, sesampainya dirinya di dalam kelas, ia akan menemukan sosok Ferdy. Tidak, Ferdy tidak ada di dalam kelas. Shane pun terduduk lemas di kursinya.
Tak berapa lama, sosok Ferdy muncul dan duduk di sebelahnya. Ferdy tersenyum simpul kepadanya,
“hai...” sapa Ferdy ramah seperti biasanya, dan seolah-olah tak terjadi apa-apa,
“Fer... aku minta maaf, kemarin aku bukan tidak datang, aku hanyaa..” belum sempat Shane menyelesaikan kata-katanya, Ferdy sudah memotong,
“aku yang harusnya minta maaf, karena kemarin aku tidak datang” bohong Ferdy,
Shane tercengang, “ke..kemarin kamu tidak datang?”
“ya.. mama memintaku untuk menemaninya ke undangan pernikahan, jadinya aku tidak datang” Ferdy berbohong lagi,
“aku sudah mencoba untuk menghubungi, tapi ponsel mu tidak aktif” sambungnya,
Shane terdiam, ia bingung dengan apa yang diucapkan oleh Ferdy, ia masih belum bisa mencerna semuanya.
“maaf ya, lain waktu, aku akan mengajak adikku untuk menemuimu”
“i..iya”
Pada saat akan pulang, Ferdy baru menyadari jika Hendra ternyata sudah pulang dari Singapore, ia pun seakan tersadar, bahwa ketidak datangan Shane kemarin di karenakan Hendra sudah kembali, Ferdy pun merasakan kecewa yang amat dalam. Tapi ia berusaha menjaga hubunga baiknya dengan Shane, ia tak mau merusak hubungannya dengan pemuda kecil itu hanya karena hal kecil.
Ia tak lagi mempersoalkan hal itu. Cukup di pendam di dalam hatinya.
***
Tanpa mengenakan atasan di padu dengan celana boxer saja, Hendra terduduk menyendiri di dalam kamarnya, tepat di sisi jendela. Bertujuan untuk memudahkan dirinya melongok ke arah jendela kamar Shane, jika dia menginginkannya. Sayup-sayup, ia mendengar suara pintu kamarnya yang di ketuk,
Hendra pun bangkit berdiri, berjalan ke arah pintu, dan membukanya.
Matanya menangkap sosok Maya sedang berdiri di ambang pintu, Hendra segera berlari kedalam, mengambil selembar pakaian dan memakainya,
“maaf, sudah terbiasa seperti ini” ujar Hendra,
Maya tersenyum kecil, “tidak apa-apa”
“ayo masuk” ajak Hendra. Gadis cantik itu pun masuk ke tengah kamar Hendra, duduk di salah satu sofa yang terdapat di dalam sana. Dengan pandangannya, Maya mengitari sekeliling kamar milik Hendra.
“kamar kakak rapi sekali ya” puji Maya,
“ah... apanya yang rapi berantakan begini” Hendra merendah,
Maya tersenyum manis.
“kakak sedang apa?”
“oh... aku sedang membaca buku ini” ujar Hendra yang mengambil buku yang dibacanya dari atas meja, dan memberikan buku itu pada Maya. Gadis cantik itu menerima dan membacakan judul buku tersebut,
“Aku dan Dirimu” baca Maya, “novel?” tanya Maya
Hendra mengangguk,
“kakak suka baca novel juga ternyata?”
“ya, kalau aku sedang senggang saja, baru aku membacanya” ujar Hendra, “buku itu sudah lama aku beli, tapi aku belum sempat membaca keselurahan” sambungnya,
Maya meletakkan buku tersebut di sampingnya, ia bangkit berdiri, kemudian berjalan mendekati meja kecil di dalam kamar yang berisikan berbagai bentuk pigura. Maya mengamati satu per satu foto di dalam pigura itu,
“ini foto kakak bersama siapa?” tanya Maya ketika melihat sebuah foto Hendra yang masih kecil, di pundaknya masih terdapat anak-anak lainnya. Hendra berjalan mendekati Maya, dan berdiri tepat di belakang Maya,
“itu foto aku, dan yang di atas itu, Shane, waktu kami masih kecil dulu”jelas Hendra,
“oh... aku pikir siapa” ujar Maya datar,
Maya bermaksud membalikkan tubuh, Hendra pun bermaksud memberinya ruang untuk bergerak, tapi Hendra kalah cepat, dan kini keduanya pun mematung secara berhadapan. Hendra tampak grogi, ia pun berniat untuk menjauh, tapi tangan Maya melesat dengan cepat menggenggam pergelangan tangan pemuda itu,
“kak...” panggil Maya lirih,
Hendra menelan ludah beberapa kali, “ yaa...”
“mau kemana?”
Nafas Hendra tak beraturan, dadanya naik turun,
“aku... aku ingin minum air”
Maya sengaja mendekatkan dirinya pada Hendra, membuat pemuda itu dapat menghirup jelas aroma tubuh gadis itu yang sangat wangi. Hendra lagi-lagi menelan ludahnya untuk yang kesekian kalinya,
“biar aku yang ambilkan untuk kakak ya”
“ti..tidak usah, aku bisa sendiri” Hendra melepas paksa genggaman tangan Maya, gadis itu berdiri terpaku menatapi Hendra yang berjalan menjauh darinya dan menuang segelas air minum. Hendra menenggak isi gelas itu hingga habis dalam tempo yang singkat.
Maya kembali mendekati Hendra yang membelakanginya, kali ini, wanita itu melingkarkan kedua tangannya yang indah pada pinggang Hendra, menempelkan kepalanya pada punggung pemuda tersebut,
“apa kakak tahu, selama kakak berada di Singapore, aku sangat merindukan kakak, aku sangat merasakan kesepian”
“Maya, tolong jangan bersikap seperti ini, tidak enak kalau ada yang melihat nanti”
“kenapa? kakak tidak sayang lagi padaku?”
“bu..bukan begitu, aku sayang, tapi bukan begini caranya”
Hendra melepaskan pelukan Maya, membalikkan tubuhnya dan menatapi gadis cantik itu yang juga mentapinya. Sorot mata Maya yang sendu, membuat hati Hendra hampir meleleh. Hendra memejamkan matanya sejenak, berusaha bersikap tegas terhadap gadis tersebut,
“Maya, tolong hargai aku sebagai kakakmu, dan jangan kau ulangi perbuatanmu yang seperti itu” ujar Hendra tegas, “kau seorang perempuan, dan aku seorang laki-laki, aku tidak menginginkan terjadi hal-hal di luar batas, tolong kau mengerti ya” pinta Hendra menyambung ucapannya,
Maya menundukkan kepala, ia merasa kecewa dengan ucapan Hendra padanya.
“Maya? Kau.. tidak apa-apa kan??” tanya Hendra,
Maya menggelengkan kepala sambil menunduk, kemudian ia menengadahkan kepalanya untuk menatapi Hendra,
“kalau boleh jujur, dari awal aku masuk ke dalam rumah ini, aku sudah menyukai kakak, dan aku berusaha untuk mendapatkan hati kakak” ungkap Maya lirih,
Hendra tercengang dengan pengakuan Maya, perlahan-lahan ia melepas tangannya yang sebelum berada pada sisi lengan gadis cantik itu,
“tapi tampaknya, kakak tak pernah menyukaiku” sambung Maya,
Hendra menghela nafas, berpikir mencari jawaban yang pas untuk membalas ucapan dari mulut Maya,
“Maya, maafkan aku, aku tidak bermaksud seperti itu, selama ini, aku.. aku hanya menganggapmu sebagai seorang adik, dan aku juga menyayangimu sebagai adik”jelas Hendra,
Maya terdiam. Tanpa mereka sadari, Shane berada di luar pintu, dan mendengar secara jelas pembicaraan mereka. Shane bukan bermaksud untuk menguping pembicaraan mereka. Pada saat itu, ia sengaja meminta Bi Inah untuk membuatkan ayam tim ginseng yang akan di berikan pada Hendra sebagai penambah stamina, karena selama berada di Singapore mengikuti Study banding, Hendra sudah banyak menguras otak demi hal tersebut.
Tapi, ketika ia akan mengetuk pintu, ia mendengar pembicaraan keduanya. Shane terdiam dan tak bergerak di depan pintu, tatapannya kosong. Tak jadi memberikan sup ayam ginseng itu, perlahan-lahan Shane menjauh dari kamar Hendra, keluar dari rumah utama dan kembali ke paviliun.
“Maya, hari sudah larut, lebih baik, kamu kembali ke kamar mu ya, kalau berlama-lama disini, dan di ketahui orang lain, nantinya akan timbul omongan tidak enak” ujar Maya,
Maya mengangguk-anggukkan kepala, kemudian berjalan terhuyung-huyung menuju pintu, tapi sesampai dirinya di pintu, gadis cantik itu menoleh sejenak ke arah Hendra,
“apa kakak dapat mengantarku?”
Hendra menghela nafas, kemudian ia pun mengantar gadis tersebut menuju kamar tidurnya.
***
lanjut lagi dong...
@jokerz : hehehehe siip, nanti di lanjut...