It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Laki-laki itu berjalan tertatih. Sambil terbatuk, ia pegangi dadanya. Dicobanya menahan rasa sakit itu. Ia coba secepat mungkin menuju kamarnya. Waktu yang singkat terasa panjang baginya untuk sampai. Perlahan ia duduk di atas kasurnya. Satu persatu kancing ia lepaskan. Baju yang basah dan penuh noda merah itu ia onggokkan di samping tempat tidur. Diminumnya segelas air yang ada untuk menentramkan perasaannya.
Hari ini sudah lama dinantikannya. Seseorang yang dikasihinya akan berkunjung melepas rindu. Jarak yang membentang jauh tak memungkinkan baginya untuk bertatap muka. Hanya dengan melihatnya saja, sudah cukup membahagiakannya. Dilihatnya layar handphone. Hm, sebentar lagi ia akan sampai.
Tak berapa lama terdengar suara kendaraan di muka rumahnya. Dilongoknya dari jendela. Seorang pemuda turun dari taksi. Berjalan gagah dengan menenteng sebuah tas ransel. Ya, itulah orang yang dinantikannya. Ia mencoba menyongsongnya, namun dirasakannya dadanya kembali sakit. Cairan kemerahan sedikit mengalir ketika ia terbatuk.
"Yang"
Didengarnya teriakan dari pintu depan. Ia mengatur napas sebentar. Terdengar suara pintu yang terbuka.
"Yaaang ..."
Kembali terdengar teriakan pemuda itu. Kemudian didengarnya suara langkah yang semakin mendekat. Akhirnya sosok itu tiba di hadapannya. Ia tersenyum, melambaikan tangan tanda untuk mendekat. Kini pemuda itu ada di hadapannya, menatap dengan penuh kerinduan. Tetapi sorot itu berubah menjadi tanya, ketika dilihatnya ada setitik noda merah di ujung bibir sang laki-laki. Kemudian bertanyalah pemuda itu.
"Eyang kenapa?"
"Keselek sirih, cu", jawab laki-laki itu.
@n0e_n0et tariiik maaanngg
@MikeAurellio parutin dong *sodorin kaki kapalan
@masdabudd tambah gula ama es enak tuh
@edwardlaura asik asiiik jooss
Pemuda itu merebahkan tubuhnya ke atas kasur. Perjalanan panjang tadi sungguh amat membuatnya lelah. Tapi ia senang, karena bisa bertemu dengan kakeknya setelah sekian lama. Tentu Eyang Ona tak menyangka bahwa cucunya Oni, sudah sebesar ini. Hmm, sepertinya ia butuh tidur sebentar. Tidak berapa lama, Oni pun sudah terlelap ke dunia mimpi.
Hari sudah gelap ketika Oni bangun. Suasana sudah sepi, tak ditemuinya kakeknya dimanapun. Hanya ada secarik pesan di kulkas, bahwa kakeknya pergi bekerja sebentar. Ia pun pergi ke luar rumah mencari udara segar.
Tak butuh waktu lama untuk sampai di taman umum. Lingkungan cukup sepi dan agak temaram. Dilihatnya ada seseorang duduk di bangku pinggir kolam. Daripada bengong sendirian, ia pun duduk bergabung.
"Permisi, numpang duduk bentar", kata Oni.
"Saya baru aja datang menjenguk kakek, malah sekarang ditinggal pergi. Daripada sepi sendirian di rumah, saya pikir lebih baik jalan-jalan aja sebentar", lanjutnya.
Malam beranjak larut, udara semakin dingin. Oni bergeser merapatkan tubuhnya.
"Dingin yah. Nggak papa kan kalo kita deket-deketan", kata Oni.
Tanpa mereka sadari, sejak tadi sepasang mata mengawasi dari jauh. Kini sosok itu sudah berada tepat di belakang mereka.
"Oni, ayo pulang. Eyke gak mau yeiy deket-deket dese", ujar orang itu sambil menarik tangan Oni.
Ternyata orang itu adalah Eyang Oni. Dia bekerja di sekitar tempat ini.
"Hey cong, yeiy kira bisa ngedeketin eyke punya cucu. Ngimpi lu cong."
"Udah Yang, kita pulang aja. Sampai jumpa lagi, Pocong", kata Oni.
Oni pun pergi mengikuti kakeknya yang memakai baju kerja. Tank top, rok mini dan wedges setebal 7 cm. Sang pocong hanya bisa memandang kepergian mereka sambil bergumam lirih.
"Dasar bencong"
Apa? Mau diparut? Sini, mau digunting skalian nggak kukunya? *ambil gunting rumput*
Ngakak gw!!!
tapi cerita yg kedua udah ga kaget lagi.