It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
mention ya
Kmrn dah buat krangka & plot'a.
Tapi FD'a corrupt jadi ilang semua.
Nanti ane buat ulang lagi, karna ada beberapa ide untuk cerita lain.
Mohon bersabar, wlw sudag 3 bulan.
Hahaha . . .
bagus ceritanya, kl blh minta dimention dong kl update ..
Sorry gantung coz kerangka'a hilang.
Klo dah update, mention ya....
lanjutkannn..
buat ts'y,kecuup basahh
(Rasyid's side)
"Ni, Ga … eeeng … ehhh …" mulut ku terasa kelu untuk melanjutkan kalimat.
"Paan sih lu buat gue penasaran aja deh …" cecar Princess Mega dengan kening berkerut.
Handphone di tangan mulai ku mainkan dan membuka ikon What'sapp lalu mencari sebuah pesan.
"Liat sendiri deh …" BB ku berpindah tangan.
Zizi : 'Ocit, sabtu niy qu mau ketemu, Ocit bisa kan.'
Isi pesan yang terpampang dilayar hp ku.
"Hmmm ………… terus kenapa gak lu bales ?" tanya Ani setelah melihat belum ada balasan dari ku.
"Nah maka dari itu kalau dah dibales gua gak akan naya kalian," terang ku dengan muka melas semelas bulldog.
"Apa susahnya tinggal jawab iya, dah nih jawab. Lagi muka lu dah jelek gak usah dijelek-jelekin deh," Ani menyodorkan kembali hp ku.
Entah mengapa jemari ku terasa lesu bahkan untuk menekan tiga huruf itu.
"Yahhh gitu aja, lu laki bukan?" Mega membegal hp ku dan bergumam.
"Oke deh, Cinta, ehhh kurang romantis, Iya , Bebs buat Cayang apa cih yang enggak, atau kenapa harus Sabtu Cyinnn ku dah miss u berat ma kamyu," Mega mulai mengetik kata gombalan gembel.
"Ga balikin, serius ngapa ini nyangkut hidup mati gua," ku coba menarik hp dari genggamannya.
"Serius dah bubar kelesss …"
"Yaudah Noah," jawab ku asal masih bergelut dengan tangannya.
"Ehhh gua gak rela Lu bawa-bawa Aa Aril," protes Ani fans garis keras Band Ma'onah.
"Ambil nih kalau bisa," tantangnya yang kini mendekap hp ku di depan dadanya.
"Jangan di situ apa, menang banyak dong lu gua grepe-grepe,"
"Kampret lu," cela Mega dan menahan tawa yang membuat wajahnya memerah.
Aku mulai berpikir sejenak buat menundukan Princess Beruk satu ini tidak bisa dipaksa secara fisik, aku harus menyerangnya dengan psikis.
"Ga, Ga ada cowok ganteng telanjang mandi di air mancur tuh …" ku coba mengalihkan perhatiannya.
"Mana ada cowok sarap kayak lu," bantah Mega namun tetap menyapukan pandangannya kearah air mancur taman, dan kuambil kesempatan itu dengan menepuk tangannya yang memegang hp ku sehinga terlepas dari genggaman.
"Hahaha … makanya jangan meleng Neng" tawa ku puas dan mengambil langkah seribu saat kulihat Mega bangkit tidak terima tertipu setengah matang dan …
'Buughhhh …' aku menghantam sesuatu dan mendarat dengan pantat mencium jalan terlebih dahulu.
"Adehhh …" ku belai pantat malang yang tak berdosa.
"Hobi lu nabrak orang yah, Syid," seru orang yang mungkin ku tabrak dan kini dia menjulurkan tangan kokohnya membantu ku bangkit.
"Hehe … maaf Mas Bro gak sengaja," tawa ku hambar.
"Untung hp lu gak jadi korban lagi," kalimatnya membuat ku bingung.
"Mamam tuh balasan menganiaya anak solehah," ejek Mega puas dari belakang.
"Ehhh, Satria maaf yah lu gak apa-apa kan. Mana ada yang sakit gak ?" tanya Mega panjang kali lebar, 'perasaan gua yang jatoh deh, lagian tuh orang apa tembok China sih'pikir ku dalam hati.
"Maaf banget yah Bro, temennya Mega ? Rasyid," sekali lagi kusampaikan permintaan maaf dan menjulurkan tangan memperkenalkan diri.
"Lu gak apa-apa Syid, kepala lu gak kebenturkan ? Lu jatoh pantat lu yang nyium aspal, apa jangan-jangan otak lu di pantat makanya lu amnesia," candanya dan tersenyum manis.
"Hahhh !? Ehehe …" tawa ku super kikuk tidak mengerti arah kalimat orang yang dipanggil Satria ini.
"Emang dia mah otaknya di pantat makanya setiap abis meditasi di toilet lupa semua," Mega menambahkan, yang membuat muka ku mulai hangat dengan desiran tekanan darah di wajah ku akibat perubahan emosi. Yah aku malu, ditambah orang ini mengamati ku dari atas ke bawah dan kembali ke bawah seolah-olah aku objek pengamatan.
"Gua Satria, ehhh Dika yang udah dua kali lu tabrak," jelas Dika sambil menepuk pundak ku.
"Oooo … hehehe … maaf Dik tadi gua bukanya lupa sama lu cuma belum inget,"
"Apa bedanya lupa sama belum inget?" tanya Dika yamg sepertinya tidak ihlas aku mebela diri.
"Beda lah Mbe jeung kuda," jawab ku singkat ditambah pasang muka galak dan kedua tangan kusilangkan menciptakan blocking agar tidak di korkeksi lagi…
. . . . .
Kami berempat duduk di undakan yang mengelilingi air mancur, sepertinya Dika mulai akrab dengan Mega yang terus menggelendotin Dika kayak anak kingkong. 'Heheheh jahat banget temen sendiri dibilang kingkong, lagian kalau mereka kingkong gua orang utan dong' memang kalau dilihat Dika mirip kingkong dalam film dengan tinggi mungkin 180an, dengan bahu lebarnya juga tangan kokoh khas atlet voli belum lagi kalau aku ingat bulu kakinya yang lebat dan kulit coklat terbakar sinar matahari. Tapi aku yakin kalau Kingkongnya seperti Dika dengan suka rela para wanita minta diculik dan memilih tinggal di hutan, lihat saja wajahnya 'ini anak emang keturunan kingkong kali yeh' pikirku saat melihat cambang tipis yang tumbuh hingga dagu yang membingkai rahang kotaknya, ditambah jenggot di bawah bibirnya memantapkan senyum manis namun jantan, ke atas kulihat matanya yang menyipit saat tersenyum kepada ku. 'Ehhh .… nih orang sadar yah aku perhatiin' ku palingkan wajah yang sudah mulai memerah kembali kepada layar hp.
"Beruk … kekirim kan tuh tanggung jawab," ku perlihatkan pesan terkirim ke kontak Zizi yang telah Mega tulis, namun kali ini dengan pengawasn ekstra agar dia tidak dapat mengambil hp dari tangan ku lagi.
"Yaudah sih sepele gak pake R," ucapnya enteng dan tersenyum penuh kemenangan.
"Nape Bro ? Muka lu kusut gitu, salah kirim," tanya Dika menyelidik yang kini pindah duduk disampingku dengan tangan kiri ia sampirkan pada pundaku.
"Ehhh, gak papah bro …" jawab ku canggung, jantung terasa memainkan irama genderang yang ditabuh aneka emosi yang berkecamuk entah karena pesan kepada Zizi, atau ke gap merhatiin Dika, bisa juga karena Dika yang saat ini di sebelah ku menatap layar hp ditangan ku dengan posisi wajahnya hanya beberapa mili dari wajahku, saat itu waktu terasa berhenti, otot ku membatu, sedikit saja gerakan berakibat fatal.
"Biasa urusan rumah tangga orang, Si Ocit lagi berantem sama Bininye gua berbaik hati jadi penasihat perkawinan bales pakai kata-kata sayang biar mereka rujuk, hwahaha …" Mega semakin merayakan kemenangannya.
"Owhhh, lu udah punya cewek Syid …" ucap Dika yang kini menarik rangkulanya dan memarkir mundur wajahnya, melepas kan belenggu tak kasat mata dan waktu berputar kembali.
"Bukan cuma mantan calon pacar," ucap Ani datar namun menusuk tepat di luka yang masih terbuka, disambut tawa Mega yang pecah membuat kami menjadi pusat perhatian.
"Ni, gak segitunya juga kali di depan Dika lagi," ucapku lirih menahan malu.
"Santai aja sama gua ini Bro, obatnya sakit hati karena cewek tuh main sama temen cowok," Dika menepuk pundak ku berusaha menghibur.
"Kalau lu curhat lagi sama cewek bisa masuk infotainment, secara mereka mulutnya dua," candanya setengah berbisik.
"Ehhh, siaul lu kalau ngomong hahaha …" protes Mega sambil menghadiahi jitakan di kepala Dika.
"Adaw … gini-gini kepala gua dipitrahin Meg," pekik Dika.
"Yah walau pertahun cuma 30 rebu," sambungnya dan kami semua tertawa.
"Mahalan emak gua kredit panci sebulan 50 rebu, hahaha …"
"Thanks yah Bro, lu bener banget cewek itu kayak ember bocor apa lagi Mega toren luber dia mah sampe tumpeh-tumpeh," candaan ku dianugerahi bogem mentah kedua dari Mega.
"Lu berdua, kompak banget yah ngeceng-in gua, nih satu lagi gua kasih piring cantik," Mega berkacak pinggang dan tangan kanannya mengepalkan tinju.
"Ampun-ampun Meg. Laga lu mirip cewek jagoan film luar negeri," puji Dika.
"Mirip Cameron Diaz di Charly's Angels yah gua, apa si sexy Jollie di Tomb Rider," tebak Mega diselimuti nada bangga.
"Bukan, tapi emak-emak yang di Kungfu Hustle. Hahahah … cabut bro," Dika bangkit dan menarik lengan ku untuk menghindari murka Princess Mega yang mengingatkan ku dengan Angelina Jollie namun bukan peran dalam Tomb Rider melainkan peran penyihir jahat Maleficent.
"JANGAN KABUR KALIAN BERDUA !!!" mungkin ini bagian Mega berubah menjadi naga untuk mengejar Pangeran dan sang Putri.
. . . . .
Malam semakin larut saat cahaya rembulan tetap setia menyinari, satu persatu daun gugur dihembus semilir angin meninggalkan batangnya. Derap langkah dan tawa renyah kami menemani menyibak tirai sunyi suasana jalan menuju parkiran motor. Setelah marathon mengelilingi taman 5x akhirnya kami menyerahkan diri menerima eksekusi algojo Mega, masing-masing mendapat tambahan 2 bogem mendarat di kepala dan khusus buat dia kecupan cipika-cipiki sebelum Mega undur diri dijemput Ojek Langganan (pacar), dan tidak lama Ani menyusul kembali kerumah terlebih dahulu sendiri yang sebelumnya sudah kutawari tumpangan cuma-cuma 'cuma bensin seliter canda ku'. Tapi ia tolak, padahal ia ikut dengan ku atau Mega saat membawa motor karena searah. Namun entah sepertinya Ani sedang ingin sendiri belum lagi dia lebih banyak diam tadi, yah diam-diam menghanyutkan.
Setelah Dika menghabiskan 2 gelas kopi, 3 batang rokok, tebar pesona pada mahasiswi dan aku yang berada disana harus menjadi photografer dadakan melayani request fans Dika yang histeris. Yang lebih membuat ku bingung saat 3 orang mahasiswi akademi sekretaris kelas malam meminta foto bersama Dika, dan salah satunya sudah tergolong Tante meminta dengan alasan untuk diperlihatkan pada anaknya yang berusia 3 tahun.
"Temen lu pada bawa DSLR gak kalau nongkrong sama lu ?" tanya ku.
"Kalau hobi foto atau anak jurnalis kampus kongkow gak lepas dari kamera," jawab nya.
"Besok-besok gua juga mau bawa, ahhh …"
"Buat apaan? Lu hobi photografi," tanya nya.
"Bukan, lumayan aja buat penghasilan tambahan kalau kayak tadi kan banyak yang minta foto sama lu,"
"Hahaha … bisa aja lu, boleh asal gua dapet royaltinya secara gua yang jadi artisnya," jawabnya menepuk dada bidangnya dengan penuh bangga.
"Yah tapi gua bingung aja, mereka pikir kampus ini kebon binatang apa seneng banget foto bareng kingkong," canda ku.
"Bisa aja lu abis ngangkat terus di jatohin, sakitnya tuh di sini,"
"Eh gua mau tanya nih, lu kan anak pagi kok masih di kampus sampe gua pulang ?" tanya ku heran.
"Hehehe … gua dah beberapa hari ini lagi ngecengin anak malem, tapi biasanya gua suka nongkrong juga sampe malem di kantin atau latihan di gym kampus, tapi kecengan gua suka nongkrongnya di air mancur." terangnya sambil tersenyum, yang entah mengapa biasan cahaya bulan dari celah pohon menciptakan siluet senyum nan rupawan.
"Gebetan lu ikan julung-julung suka berendem di kolam ?" canda ku mengalunkan ironi menepis hayalan.
"Gatakannya Mega kurang Bro, mau tambah berapa hah ? Hah ... Hah ...." nada Dika menantang dan menghembuskan nafas di kepalan tangannya.
"Ampun Dik, nanti beneran amnesia nih," aku memohon belas kasih Dika yang kini melingkarkan tangannya pada leherku.
"Bangsat !!!"
"Woy, Bangsat !!!"
Kembali ku dengar teriakan kini dari pemilik suara yang berbeda.
"Oy !!!" Dika berseru dan mengangkat tangannya kearah asal suara.
Ada sekitar 5 orang pemuda dari arah asal suara tersebut, sinar bulan tidak cukup kuat menampakan sosok menembus gazebo yang terletak pada pojok kiri lapangan parkir dari arah kami menyusuri jalan.
"Bangsat, sini lu !!!" seru yang lainya.
"Bro lu udah mau balik ?" tanya Dika.
"Iya Dik, dah malen juga gua besok kerja,"
"Owh, yaudah lu duluan aja."
"Dika, lu mau kemana?" tanya ku khawatir Dika tersulut emosi dengan seruan gerombolan terebut.
"Mereka temen gua, gua kesana dulu. Lu hati-hati bro," Dika berlari kecil kearah mereka, sempat dia melambaikan tangan kearah ku sebagai tanda perpisahan.