Baekuni, Putus Sekolah dan Pernah Disodomi
Kehidupan masa kecil Baekuni alias Babeh (48), pelaku mutilasi tujuh bocah di wilayah hukum Polda Metro Jaya, sangat suram. Baekuni anak ke11 dari 12 bersaudara. Orangtuanya mencari nafkah sebagai petani di kampung halamannya di Magelang, Jawa Tengah.
Baekuni kecil tidak pandai bersekolah. "Di rumah dia selalu dimarahi karena kebodohannya. Maka sekolahnya cuma sampai kelas tiga SD," ucap Profesor Sarlito Wirawan seusai memeriksa kondisi kejiwaan Baekuni di Polda Metro Jaya, Kamis (14/) siang.
Singkat cerita di tahun 1992, saat berusia 12 tahun, Baekuni hengkang dari rumah orangtuanya dan hijrah ke IbuKota. Di sinilah Baekuni merasakan kerasnya hidup. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, Baekuni mencari nafkah menjadi pengamen di wilayah Lapangan Banteng, Jakarta Pusat.
Sebagai anak jalanan Baekuni banyak menemukan kerikil tajam. Pernah kuni, pada suatu malam, kasta Baekuni, dia disodomi oleh seorang pria dewasa. Saat itu Baekuni berusaha menolak. Namun usahanya sia-sia. Dia malah disekap dan diancam dengan pisau. Peristiwa itu sangat berpengaruh dalam perjalanan hidup Baekuni selanjutnya.
Baekuni berusaha lepas dari pria itu. Di Lapangan Banteng, dia bertemu dengan seseorang yang bernama Cuk Saputra. Saputra yang berjualan rokok lalu mengajak Baekuni ke kampung halamannya di Kuningan, Jawa Barat. Di Kuningan, Baekuni diajak bekerja ngangon (menggembala) kerbau.
Cukup lama Baekuni tinggal di rumah Saputra. Baekuni kemudian dijodohkan Saputra dengan saudaranya yang bernama Saerah alias neng Era. Di usia ke-21 tahun, Baekuni akhirnya resmi menikah dengan Era. Tidak seperti suami-suami lainnya, Baekuni selalu tidak bergairah terhadap istrinya.
Jika diajak berhubungan intim, Baekuni selalu menolak karena tidak bisa ereksi. Suatu ketika, lantaran sakit keras yang dideritanya, Era meninggal dunia. Selepas ditinggal mati oleh istrinya, Baekuni akhirnya memilih hijrah ke Jakarta untuk yang kedua kalinya.
Di Jakarta, Baekuni, yang saat itu berusia 37 tahun, terkenal dengan panggilan Babeh. Sehari-hari dia berjualan rokok di depan Pulogadung Trade Center. Julukan Babeh muncul lantaran Baekuni sangat dekat dan sayang kepada anak-anak jalanan yang usianya 6 sampai 12 tahun.
Bagi anak-anak jalanan yang pernah diasuhnya, Babeh sudah seperti orangtua mereka. Dia sangat mengayomi, merawat, dan mengasuh anak-anak jalanan itu dengan penuh kasih sayang.
Warga yang tinggal di dekat kontrakan Babeh di Jalan H Dalim Gang Masjid RT 06/02, Pulogadung, Jakarta Timur, pun memandang Babeh seorang yang lemah gemulai, sabar, dan pintar masak.
Namun, siapa sangka di balik gayanya yang lemah gemulai dan terlihat santun itu, ternyata Babeh memiliki kelainan orientasi seksual dan berperilaku sadis. Warga tak mencurigai sama sekali terhadap Babeh dan menganggap biasa jika dia dekat dengan anak-anak jalanan.
Kini terkuak sudah siapa sebenarnya Babeh itu. Pascapenemuan potongan tubuh bocah korban mutilasi di pinggir Jalan Raya Bekasi Km 27, Kelurahan Ujungmenteng, Cakung, Jumat (8/1) lalu, polisi akhirnya berhasil mengungkap kasus tersebut dan menangkap Babeh sebagai pelakunya. Proses penangkapan Babeh sangat cepat, kurang dari 24 jam. Ini berkat laporan keluarga Ardiansyah, korban mutilasi. (Dedy)
Comments
VIVAnews - Namanya singkat. Baekuni. Lahir di Magelang, Jawa Tengah, pria tinggi kekar ini membuat kita semua merinding sepekan terakhir. Dia mengaku telah membunuh tujuh anak jalanan.
Semuanya berumur di bawah 12 tahun. Dan ini yang bikin seram, tiga diantaranya dimutilasi pakai golok. Mereka adalah anak jalan yang berada di daerah Jakarta Timur.
Sejumlah kabar menyebutkan bahwa lantaran takut mendengar kisah si Baekuni ini, kawasan Terminal Pulogadung kini sepi dari anak-anak jalanan. Mereka ngeri membayangkan keganasan pria yang akrab disapa babe itu.
Tapi siapa si babe ini? Tak banyak yang tahu. Informasi tentang jati dirinya dan riwayat masa kecilnya cuma sedikit yang terkuak. Sarlito Wirawan, Psikolog Universitas Indonesia, yang bertemu dengan babe di rumah tahanan Polda Metro Jaya mengisahkan kepada wartawan ihlwal jati diri si Baekuni ini.
Babe lahir di Magelang. Ayahnya seorang petani.Masa kecilnya memang tidak bahagia. Selalu diolok-olok teman-teman sekolah, lantaran tidak pernah naik kelas. Karena tidak naik kelas itu, Baekuni "tamat" di kelas 3 SD.
Lalu dia kabur sendirian ke Jakarta, pada usia yang masih sangat belia untuk merantau, 12 tahun. Di ibukota dia menggelandang di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Untuk makan-minum sehari-hari dia mencari uang dengan mengamen.
Anak belia terjun ke dunia yang kelam. Baekuni mengalami hampir semua kekejaman jalanan. Dia juga pernah disodomi. "Waktu itu dia menolak tapi karena dipaksa tidak bisa melawan," ujar Sarlito, melalui surat elektronik yang diterima VIVAnews, Kamis 14 Januari 2010.
Setelah itu, Babe bertemu seseorang bernama Cuk Saputra, dia kemudian dibawa ke Kuningan, Jawa Barat dan diminta untuk memelihara kerbau.
Di Kuningan itulah dia bersua dengan jodohnya. Seorang wanita yang sangat dicintainya. Dia menikah umur 21 tahun. Tapi jiwa dan raganya dipenjara trauma. Dan mohon maaf, si Baekuni mengaku tidak mampu berhubungan --layaknya suami istri- hingga wanita yang dicintainya itu meninggal dunia.
Ditinggal mati sang istri, Babe kemudian kembali lagi ke ibukota. Menjajal lagi Jakarta yang sulit. Dia memulai hidupnya di kawasan Terminal Pulogadung. Menjadi penjual rokok dan memelihara anak jalanan.
Di sanalah harsat seksual yang menyimpang kian menjerat Baekuni. Bila hasrat seksualnya datang, dia tidak perlu jauh-jauh mencarinya. Cukup mengambil satu dari anak-anak jalanan yang dipeliharanya. Belakangan tidak cuma seks yang menyimpang, dia juga membunuh 7 dari anak-anak itu.
Semua kasus pembunuhan yang dilakukan Babe polanya selalu sama, bila mereka menolak diikat dengan tali rapia. Setelah mati baru berhubungan seks dan korban dimutilasi untuk menghilangkan jejak.
"Tiga korban dimutilasi dan empat korban pembunuhan biasa," ujar Sarlito lagi.
Babe juga mengaku bahwa hanya tujuh kali melakukan hubungan seksual dan hanya dilakukan dengan korbannya. Dia juga tidak pernah mengalami mimpi basah. Sementara Adi, salah satu korbanya telah dirawat selama enam bulan oleh Babe.
"Jelas dia homoseks bawaan, bukan jadi-jadian. Dia hanya bisa ereksi pada sesama jenis," katanya.
Dengan prilaku seperti ini, Babe bisa dikatakan sebagai penderita pedofil, karena selalu melakukan dengan anak di bawah 12 tahun.
Babe juga pengidap ganguan mikrofili atau berhubungan seks dengan mayat, walaupun itu terpaksa. Pelaku adalah dampak dari gambaran kemiskinan. Namun tidak bisa dibilang psikopat.
"Itu terlalu cepat bilang psikopat. Ada 23 kriteria untuk mendiagnosa psikopat," ujar Sarlito.
Atas perbuatannya ini, pelaku dapat menjalani proses dan persidangan karena tidak mengalami gangguan jiwa. Dia selalu melakukan pembunuhan itu secara sadar.
• VIVAnews
Disfungsi Psikologis
Kognitif :
Secara inteligensi babe memiliki inteligensi yang rendah, sehingga ia selalu dimarahi oleh orangtuanya akibat kebodohannya. Babe memiliki memori pahit yang ia alami semasa kecil, ia selalu dimarahi karena kebodohannya dan ia juga merupakan korban sodomi seorang pria dewasa. Hal tersebut merupakan pengalaman traumatis yang dialami babe dan sangat mempengaruhi kehidupan psikologisnya hingga saat ini.
"Dari pemeriksaan psikologis terhadap Babe, yang dilakukan ahli psikologi Universitas Indonesia, Sarlito Wirawan Sarwono, Kamis 14 Januari 2010 kemarin, dalam melumpuhkan korbannya Babe selalu memiliki pola yang tidak pernah berubah-ubah. Dia akan memilih korbannya dari luar anak-anak jalan yang dia pelihara. Dari pemeriksaan itu terkuak tujuh pembunuhan yang dilakukan Babe dengan pola yang sama. Kecuali Ardiansyah, korban terakhirnya yang merupakan anak yang dipeliharanya sendiri. Seluruh anak jalanan yang dekat dengan Babe hampir tidak pernah disentuh sejak 2007. Meskipun Sarlito mengatakan bahwa Babe termasuk pedofilia atau menyukai anak-anak."
Menurut pengacara korban, Haposan Hutagalung mengatakan jika memang korban Babe bukan dari anak asuhnya. Biasanya babe sudah melihat jika ada anak jalanan yang menjadi tergetnya, dia akan merawatnya dan korban akan dapat perlakukan istimewa. Babe selalu memilih anak-anak jalanan yang bersih, berparas ganteng dan biasanya korban babe adalah teman-teman dari anak asuhnya.
Afektif :
Di usianya yang menginjak 12 tahun babe merasa tidak nyaman tinggal bersama orangtuanya, oleh karena itu dia pergi dan hidup keras di ibu kota. Ia di panggil dengan sebutan babe ketika berusia 37 tahun, karena ia sangat mengayomi anak-anak kecil, babe merawat anak-anak asuhnya sendiri bahkan dia juga sering memasak untuk anak-anak asuhnya. Menurut tetangga babe juga termasuk sosok yang ramah dan santun, ia selalu menyapa ketika bertemu dengan tetangga, bahkan mereka tidak menyangka bahwa babe adalah pelaku sodomi dan mutilasi. Namun dibalik sosoknya yang santun dan sopan ternyata babe memiliki penyimpangan seksual yaitu pedofilia dan homoseksual. Dalam suatu berita yang dilansir dari vivanew.com babe menyebutkan bahwa dia merasa puas ketika selesai melakukan sodomi dan mutilasi korban.
Babe yang merupakan korban sodomi ketika kecil menjelma menjadi sosok dewasa yang melakukan hal yang sama bejatnya akibat timbunan dendam, sakit hati dan emosi-emosi negatif yang ia rasakan dulu yang menumpuk dalam psikisnya. Dan pada akhirnya ia menjadi pelaku sodomi dan mutilasi korban.
Konatif :
Selain memiliki pola memilih dari luar kelompoknya, Babe juga melakukan pola yang sama saat melakukan tindakan memutilasi tersebut. "Kompulsinya dia ikuti pola teratur, dia awalnya ajak korban ke kamar mandi untuk mandi, ketika mau hubungan seks lalu ditolak, setelah di tolak lalu dia ikat pakai tali rafia, kemudian dilakukan hubungan seks dengan cara di sodomi, dia selalu gunakan kardus membuang mayat setelah di mutilasi lalu dibuang ketempat ramai supaya ditemukan orang dan dikubur," jelas Sarlito.
Distress (impairment)
Babe memiliki banyak emosi negatif yang membuatnya berubah menjadi seorang pelaku sodomi dan mutilasi. Mulai dari kehidupan masa kecilnya yang kurang bahagia karena sering di cemooh oleh teman-temannya dan orangtuanya yang sering memarahinya. Bahkan diusianya yang 12 tahun dia sudah hidup sendirian di jakarta dengan modal mengamen. Kerasnya kehidupan anak jalanan yang dia alami membentuknya menjadi pelaku sodomi dan mutilasi yang kejam. Namun babe tidak melakukan hal-hal yang merusak fisik ataupun psikisnya. Bahkan babe dalam kondisi sadar ketika membunuh korbannya.
Respon Atipikal
Sebagai seorang anak berusia 12 tahun baekuni seharusnya masih mengenyam pendidikan, hanya saja karena keterbatasan kognitif yang ia miliki ia putus sekolah, dan menjadi seorang pedagang asongan dan pengamen. Di usia segini juga seharusnya baekuni masih dalam bimbingan orangtua sehingga bisa merasa aman dan nyaman. Namun ia memutuskan untuk pergi dari rumah dan pada akhirnya menjadi korban sodomi oleh pria dewasa yang menjadikan pengalaman traumatis bagi diri baekuni. Ketika baekuni menikah ia tidak bisa melayani istrinya secara seksual, ia selalu menolak bila diajak karena ia tidak bisa ereksi. Sebagai seorang suami baekuni tidak bisa menjalankan perannya.
Dari analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa babe normal, karena pada aspek Distress babe tidak melakukan hal-hal yang merusak dirinya ataupun psikologis. Dan menurut Sarlito, babe bukanlah psikopat dan tidak mengalami gangguan kejiwaan.
Referensi :
Akbar, Zarina. 2012. Slide Psikologi abnormal. Psikologi. UNJ
(http://metro.vivanews.com/news/read/121518-jawaban_babe_soal_seks_menyimpangny)
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=16230
http://www.wartakota.co.id/read/news/
Disfungsi Psikologis
Kognitif :
Secara inteligensi babe memiliki inteligensi yang rendah, sehingga ia selalu dimarahi oleh orangtuanya akibat kebodohannya. Babe memiliki memori pahit yang ia alami semasa kecil, ia selalu dimarahi karena kebodohannya dan ia juga merupakan korban sodomi seorang pria dewasa. Hal tersebut merupakan pengalaman traumatis yang dialami babe dan sangat mempengaruhi kehidupan psikologisnya hingga saat ini.
"Dari pemeriksaan psikologis terhadap Babe, yang dilakukan ahli psikologi Universitas Indonesia, Sarlito Wirawan Sarwono, Kamis 14 Januari 2010 kemarin, dalam melumpuhkan korbannya Babe selalu memiliki pola yang tidak pernah berubah-ubah. Dia akan memilih korbannya dari luar anak-anak jalan yang dia pelihara. Dari pemeriksaan itu terkuak tujuh pembunuhan yang dilakukan Babe dengan pola yang sama. Kecuali Ardiansyah, korban terakhirnya yang merupakan anak yang dipeliharanya sendiri. Seluruh anak jalanan yang dekat dengan Babe hampir tidak pernah disentuh sejak 2007. Meskipun Sarlito mengatakan bahwa Babe termasuk pedofilia atau menyukai anak-anak."
Menurut pengacara korban, Haposan Hutagalung mengatakan jika memang korban Babe bukan dari anak asuhnya. Biasanya babe sudah melihat jika ada anak jalanan yang menjadi tergetnya, dia akan merawatnya dan korban akan dapat perlakukan istimewa. Babe selalu memilih anak-anak jalanan yang bersih, berparas ganteng dan biasanya korban babe adalah teman-teman dari anak asuhnya.
Afektif :
Di usianya yang menginjak 12 tahun babe merasa tidak nyaman tinggal bersama orangtuanya, oleh karena itu dia pergi dan hidup keras di ibu kota. Ia di panggil dengan sebutan babe ketika berusia 37 tahun, karena ia sangat mengayomi anak-anak kecil, babe merawat anak-anak asuhnya sendiri bahkan dia juga sering memasak untuk anak-anak asuhnya. Menurut tetangga babe juga termasuk sosok yang ramah dan santun, ia selalu menyapa ketika bertemu dengan tetangga, bahkan mereka tidak menyangka bahwa babe adalah pelaku sodomi dan mutilasi. Namun dibalik sosoknya yang santun dan sopan ternyata babe memiliki penyimpangan seksual yaitu pedofilia dan homoseksual. Dalam suatu berita yang dilansir dari vivanew.com babe menyebutkan bahwa dia merasa puas ketika selesai melakukan sodomi dan mutilasi korban.
Babe yang merupakan korban sodomi ketika kecil menjelma menjadi sosok dewasa yang melakukan hal yang sama bejatnya akibat timbunan dendam, sakit hati dan emosi-emosi negatif yang ia rasakan dulu yang menumpuk dalam psikisnya. Dan pada akhirnya ia menjadi pelaku sodomi dan mutilasi korban.
Konatif :
Selain memiliki pola memilih dari luar kelompoknya, Babe juga melakukan pola yang sama saat melakukan tindakan memutilasi tersebut. "Kompulsinya dia ikuti pola teratur, dia awalnya ajak korban ke kamar mandi untuk mandi, ketika mau hubungan seks lalu ditolak, setelah di tolak lalu dia ikat pakai tali rafia, kemudian dilakukan hubungan seks dengan cara di sodomi, dia selalu gunakan kardus membuang mayat setelah di mutilasi lalu dibuang ketempat ramai supaya ditemukan orang dan dikubur," jelas Sarlito.
Distress (impairment)
Babe memiliki banyak emosi negatif yang membuatnya berubah menjadi seorang pelaku sodomi dan mutilasi. Mulai dari kehidupan masa kecilnya yang kurang bahagia karena sering di cemooh oleh teman-temannya dan orangtuanya yang sering memarahinya. Bahkan diusianya yang 12 tahun dia sudah hidup sendirian di jakarta dengan modal mengamen. Kerasnya kehidupan anak jalanan yang dia alami membentuknya menjadi pelaku sodomi dan mutilasi yang kejam. Namun babe tidak melakukan hal-hal yang merusak fisik ataupun psikisnya. Bahkan babe dalam kondisi sadar ketika membunuh korbannya.
Respon Atipikal
Sebagai seorang anak berusia 12 tahun baekuni seharusnya masih mengenyam pendidikan, hanya saja karena keterbatasan kognitif yang ia miliki ia putus sekolah, dan menjadi seorang pedagang asongan dan pengamen. Di usia segini juga seharusnya baekuni masih dalam bimbingan orangtua sehingga bisa merasa aman dan nyaman. Namun ia memutuskan untuk pergi dari rumah dan pada akhirnya menjadi korban sodomi oleh pria dewasa yang menjadikan pengalaman traumatis bagi diri baekuni. Ketika baekuni menikah ia tidak bisa melayani istrinya secara seksual, ia selalu menolak bila diajak karena ia tidak bisa ereksi. Sebagai seorang suami baekuni tidak bisa menjalankan perannya.
Dari analisis diatas maka dapat disimpulkan bahwa babe normal, karena pada aspek Distress babe tidak melakukan hal-hal yang merusak dirinya ataupun psikologis. Dan menurut Sarlito, babe bukanlah psikopat dan tidak mengalami gangguan kejiwaan.
Referensi :
Akbar, Zarina. 2012. Slide Psikologi abnormal. Psikologi. UNJ
(http://metro.vivanews.com/news/read/121518-jawaban_babe_soal_seks_menyimpangny)
http://www.wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=16230
http://www.wartakota.co.id/read/news/
ini sekarang kasusnya gmn ya? di hukum apa si bapak itu?
http://2.bp.blogspot.com/-OIx9sJJjpxE/T7kkrBTRHSI/AAAAAAAAACs/heLj5n3UDHw/s320/Anders-Behring-Breivik-008.jpg
Ya, dia adalah Anders Behring Breivik .Pria yang membunuh 77 orang di Norwegia, Juli tahun lalu.
BIOGRAFI
Lahir di Norway, 13 February 1979
Kebangsaan Norwegia
Agama : Christianity
Anders dikenal sebagai pria pemeluk Kristen yang taat beribadah. Lahir dalam lingkungan keluarga kelas menengah, Ibu Anders adalah seorang perawat, ayahnya merupakan seorang Diplomat di Kedutaan Besar Norwegia,London. Namun, ayah dan ibu Anders bercerai saat usia Anders menginjak 1 tahun.
Saat masih remaja Anders dikenal sebagai pemuda biasa yang lebih senang menghabiskan waktunya sendiri, tidak terlihat sama sekali bahwa dirinya tertarik pada politik saat itu. sebelumnya tidak pernah memiliki catatan tindak kriminal di kepolisian dan juga tidak memiliki latar belakang pendidikan di kemiliteran. Latar belakang pendidikan Anders yaitu sekolah Managemen di Oslo.
Ini adalah beberapa statement nya dalam persidangan dan wawancara :
Pria ini membual tentang serangan yang dilakukannya dalam lanjutan sidang di Oslo, Selasa 17 April.
Mengingat Breivik saat menjalani pengadilan secara terang-terangan tidak menyesali apa yang ia perbuat. "Muslim di Eropa tak ubahnya kanker yang tumbuh agresif. Suatu hari, mereka akan menjadi kekuatan dominan," kata pria berusia 33 tahun ini dihadapan pengadilan.
"Saya telah melaksanakan serangan yang paing spektakuler dan canggih di Eropa sejak Perdang Dunia II," kata Anders Breivik di ruang pengadilan.
Dia mengaku melakukan serangan bom di Oslo dan menembaki para peserta perkemahan pemuda di Pulau Utoeya, namun menyatakan tidak bersalah atas dakwaan teror dan pembunuhan massal.
"Tindakan itu didasarkan pada kebaikan, bukan setan," tuturnya dan menambahkan dia akan melakukannya serangan yang sama.
Breivik juga mengatakan tindakannya itu diinspirasi dari al-Qaeda dan dia menyangka dia masih hidup pada hari serangan tersebut.
Ketika mengakhiri pernyataannya -karena dipaksa oleh hakim- dia mengatakan bertindak untuk membela Norwegia dalam melawan imigrasi dan multikulturalisme.
Hakim berulang kali menyela untuk meminta Breivik mempersingkat pernyataannya namun beberapa kali pula dia berkeras menegaskan masih ada yang ingin dia sampaikan.
Wartawan BBC, Matthew Price, yang meliput sidang mengatakan bukti-bukti yang disampaikan Breivik amat penting jika dia dinyatakan waras. Sidang ini dihadiri oleh para psikiater untuk mengamati kondisi kejiwaan Breivik.
Salah satu pertanyaan yang masih membayang-banyangi pengadilan yang akan berakhir sepuluh pekan mendatang adalah kondisi jiwa Breivik, yang pernah mengatakan tidak mengenal ruang pengadilan.
Selama persidangan, Breivik tampak tidak memperlihatkan emosi namun meneteskan air mata ketika pengadilan memutar video anti-Islam sepanjang 12 menit yang diterbitkannya di internet pada hari penyerangan.
"Saya telah melaksanakan serangan yang paing spektakuler dan canggih di Eropa sejak Perdang Dunia II."
Pengacaranya mengatakan dia tampaknya menangis karena merasa serangannya kejam namun dibutuhkan untuk 'menyelamatkan Eropa dari perang yang sedang berlangsung.'
Ruang sidang khusus
Sidang sempat terhenti dan salah seorang dari tiga juri yang merupakan warga biasa -yang di Norwegia ikut mendampingi hakim profesional untuk mengamil keputusan- dihentikan karena pernah mengatakan Breivik sebaiknya dijatuhi hukuman mati.
Thomas Indreboe diganti oleh seorang hakim warga biasa yang Senin kemarin menghadiri sidang.
Breivik meledakkan sebuah bom yang ditaruh di mobil barang di luar kantor pemerintah di Oslo pada tanggal 22 Juli dengan korban jiwa delapan orang.
Dia kemudian pergi ke Pulau Utoeya dengan mengenakan seragam polisi dan melepas tembakan secara serampangan ke arah peserta perkemahan pemuda yang dilakukan Partai Buruh yang memerintah di Norwegia.
Dalam serangan di pulau itu, 69 orang tewas dan sebanyak 34 orang adalah anak muda berusia antara 14 hingga 17 tahun. Puluhan lainnya menderita luka-luka.
Dia menghadapi ancaman hukuman 21 tahun penjara yang bisa diperpanjang sehingga berada di dalam penjara sepanjang hidupnya.
Ruang sidang untuk Breivik ini disengaja dibangun khusus dengan kapasitas 200 pengunjung. Sebuah dinding kaca ditempatkan untuk memisahkan para korban dan keluarga korban dari Breivik.
Tujuan sidang kali ini adalah untuk membuktikan apakah Breivik mengalami gangguan jiwa atau tidak.
Dalam sidang sebelumnya, Jumat (20/4), Breivik mengatakan dia datang ke Pulau Utoeya yang saat itu dipenuhi pemuda yang tengah mengikuti perkemahan pemuda Partai Buruh.
Sebelum menembak korban pertamanya, Breivik menuturkan dia mendengar '100 suara' di kepalanya agar mengurungkan niatnya itu.
Namun, setelah sempat ragu, dia akhirnya menembak dua korban pertamanya di kepala dan terus berjalan.
Breivik menjelaskan dia mengisi ulang senjatanya saat kehabisan peluru.
"Semua memohon agar tidak dibunuh. Saya tembak mereka semua di kepala," kata Breivik.
Beberapa orang, lanjut Breivik, berpura-pura mati namun dia mengetahuinya dan tetap menembak mereka.
Breivik melanjutkan aksinya di sekeliling pulau. Dia membujuk para pemuda itu keluar dari persembunyiannya dengan mengatakan bahwa dia adalah polisi yang datang untuk melindungi mereka.
Wartawan BBC Steven Rosenberg yang hadir di dalam sidang mengatakan keheningan di ruang sidang berubah menjadi tangis ketika Breivik mengungkapkan kisahnya itu.
Mekanisme perlindungan
Breivik mengakui telah membunuh 77 orang namun menolak jika dia dianggap melakukan kejahatan. Dia mengatakan tengah melindungi Norwegia dari ancaman multikulturalisme.
Dia mengatakan telah melakukan sebuah aksi penting saat melakukan pengeboman kantor pemerintah di Oslo.
"Namun penembakan Utoeya menjadi yang terpenting saat kantor pemerintah tidak ambruk seperti yang direncanakan," ujarnya,
Hukuman Breivik tergantung keputusan pengadilan soal kewarasannya. Jika waras maka Breivik akan menghadapi hukuman penjara, namun jika dianggap gila maka dia akan dikirim ke rumah sakit jiwa.
Breivik sendiri mengaku dirinya tidak gila namun dia adalah pelaku politik ekstrim.
Dalam pernyataan lain di depan pengadilan, Breivik mengaku dia adalah manusia normal dalam situasi normal dan sangat peduli dengan orang di sekitarnya.
Dia juga memahami bahwa kesaksian yang dipaparkan di pengadilan membuat orang lain ketakutan.
Tetapi, lanjut Breivik, dia telah menjalani program 'dehumanisasi' pada 2006 untuk mempersiapkan dirinya melakukan pembunuhan.
Pria berusia 33 tahun itu menambahkan memunculkan empati sangat tidak mungkin, karena dia akan ambruk secara mental jika mencoba memahami apa yang telah dia lakukan.
Saat ditanya apakah dia pernah merasakan kesedihan, Breivik mengatakan dirinya pernah berada dalam sebuah situasi menyedihkan.
"Saat pemakaman saudara teman saya. Itulah saat yang paling menyedihkan," ujar Breivik.
Dan para ahli mengatakan bahwa Breivik mengidap Paranoid Schizophrenia.
Tim psikiater yang ditunjuk pengadilan di Norwegia menyimpulkan bahwa Anders Behring Breivik dalam keadaan tidak waras ketika melakukan kejahatannya.
Para ahli jiwa mengatakan Breivik mengidap Paranoid Schizophrenia.
Breivik juga yakin ia berhak untuk menentukan mana yang seharusnya dibiarkan hidup dan mana yang harus mati.
Kesimpulan tim psikiater yang tercantum dalam laporan setebal 243 halaman yang akan diuji oleh satu tim panel organisasi medis Norwegia.
Meski dinyatakan tidak sehat secara kejiawaan, ia masih akan menjalani persidangan April tahun depan dalam kasus ledakan bom di Oslo dan penembakan puluhan orang di Pulau Utoeya.
Breivik telah mengakui dakwaan yang dijatuhkan kepadanya namun tetap menegaskan bahwa dirinya tidak bersalah.
Namun besar kemungkinan ia akan dikirim ke rumah sakit jiwa, bukan ke penjara, setelah menjalani proses hukum. Sebelum keterangan resmi mengenai kondisi kejiwaan Breivik diumumkan, pengacaranya mengatakan Breivik tidak boleh dibiarkan bebas.
"Untuk kasus ini, apa pun kesimpulannya, Breivik harus tetap dikurung," kata John Christian Elden, pengacara Breivik. "Jangan biarkan ia bebas di luar," tegasnya.
Analisa :
Breivik masuk dalam kategori abnormal yang menderita penyakit kejiwaan yaitu Skizofrenia Paranoid dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Breivik mengalami halusinasi yaitu iya mendengar 100 suara yang menyuruhnya untuk mengurungkan niatnya untuk menembak korban pertamanya, namun hal itu tidak dihiraukannya dan ia tetap menembak korbanya.
Breivik mengalami delusion of influence yaitu waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar. Breivik mengaku ia adalah seorang pelaku politik ekstrim yang peduli terhadap rakyat norwegia dari para imigran dan multikulturalisme.
Breivik mengalami gangguan afektif, ia tidak merasakan empati sedikitpun terhadap apa yang telah ia lakukan, menurutnya ia akan ambruk ketika ia merasakan empati terhadap apa yang ia lakukan. Secara emosional breivik tidak memiliki afek datar ia pernah merasakan sedih ketika pemakaman saudara temannya selebihnya ia tidak pernah mengalami kesedihan lagi.
Breivik menyadari atas apa yang ia lakukan namun ia tidak menyesal sedikitpun akan hal itu, dan merasa bahwa hal itu bukan kejahatan melainkan perlindungan terhadap warga norwegia dari ancaman multikulturalisme.
Sumber Artikel
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/12/04/23/m2xi8u-muslim-norwegia-cemas-anders-breivik-kuatkan-islamofobia
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120417_breivik_sidang.shtml
http://www.bbc.co.uk/indonesia/dunia/2012/04/120423_breiviktrial.shtml
Diposkan oleh Gendis Tirtha Marsidini