It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @Different @babybroww @amira_fujoshi @waisamru @ ken89 @darwin_knight @icha_fujo @ying_jie @timmysuryo @erickhidayat @ncholaaes @seventama @DM_0607 @jerukbali @adilope @surya_90 @badut @Zarfan @leviosha @alvian_reimond @RezzaSty @Beepe @maret elan @Didit_Praditya @alvian_reimond @amauryvassili1 @Achan @Jhoshan26 @echank @penggemar_dady @gymue_sant @handikautama @jacksmile @aii
Jam makan siang tiba, Andre hengkang dari teman-teman kantornya untuk menuju sebuah coffee shop tempat dimana Tony, kekasih hatinya yang selama enam bulan belakangan ini menjadi tambatan hatinya berada. Andre membuka pintu dan berjalan masuk ke dalam coffee shop dan mengarah ke tempat Tony duduk. Tony sedikit terkejut dengan kedatangan kekasihnya itu.
Siang itu, ruangan dalam coffee shop, tampak tak begitu ramai, hanya terlihat beberapa meja saja yang terisi oleh pengunjung,
“udah lama?” tanya Andre,
“eh.. kamu, belum, baru aja”
Andre menarik kursi di seberang Tony dan duduk disana. Keduanya tampak bercakap-cakap kecil. Sesekali Tony memperhatikan sekelilingnya.
“gimana ujian hari ini? Bisa nggak?”
Tony tersenyum kecil, menyeruput minumannya sejenak, kemudian menjawab,
“yah.. lumayan lah, bisa di jawab semua” ujar Tony memelankan suaranya,
“kamu mau pesan minum apa?” tanya Tony berusaha mengalihkan pembicaraan,
“kamu pesan apa?” Andre melihati cangkir minuman milik Tony,
“cappucino hangat” jelas Tony,
“sama deh kalo gitu”
Tony bangkit dari duduk, kemudian ia beranjak menuju tempat pemesanan dan memesankan secangkir minuman yang sama dengannya untuk Andre. Tak lama, Tony kembali ke tempat duduk semula, di susul oleh pelayan yang mengantar minuman untuknya,
“terima kasih” ucap Tony sembari mengarahkan cangkir ke arah Andre,
“sama-sama” jawab si pelayan sembari tersenyum heran ke arah Tony dan juga Andre,
“habis dari sini, kamu kemana lagi beb?” tanya Andre,
“aku langsung pulang aja kayaknya”
“ya udah, hati-hati di jalan yaa...”
“iya”
***
Perlahan-lahan, hari sudah beranjak gelap, Tony tampak terduduk di atas ranjang di dalam kamarnya sembari menyandarkan tubuh pada kepala ranjang. Laptop kesayangannya berada di atas pangkuannya. Di tengah sunyinya suasana kamar, suara ponsel milik Tony berdering dengan kencang. Tangan Tony dengan cepat meraih ponsel itu,
“halo” sapa Tony,
“kamu lagi ngapain beb?”
Tony terdiam sejenak,
“aku lagi di kamar aja nih”
“oh gitu, aku di depan pagar rumah kamu nih” ujar Andre,
“kamu turun dong, temenin aku” lanjut Andre,
Tony mengesampingkan laptopnya, beranjak turun dari atas ranjang dan berjalan dengan langkah perlahan menuju jendela, di lihatnya Andre sedang berdiri dengan kepala menengadah ke arah jendela tempat di mana dirinya berada,
“ok, aku turun sekarang” ucap Tony sembari memutuskan pembicaraan, lalu ia pun turun dari lantai dua rumahnya menuju pekarangan rumah. Di tengah perjalanan menuju pagar, sesekali ia memastikan bahwa tidak ada orang rumah yang sedang mengawasi gerak-geriknya, karena sangat jarang sekali ada teman prianya yang datang ke rumah,
“kamu kenapa kesini?” ucap Tony dengan nada berbisik,
“aku kangen sama kamu” ujar Andre,
Tony tersenyum kecil untuk sejenak waktu,
“temenin aku jalan-jalan yuk” ajak Andre,
“kemana?”
“keliling komplek aja”
“ok, tunggu sebentar”
Tony meninggalkan Andre yang masih berdiri di luar pagar, masuk ke dalam rumah, lalu dengan cepat ia keluar dari dalam menemui Andre.
Keadaan di sekeliling komplek pada malam hari, dapat di katakan sepi. Sesekali, Andre melirik ke arah Tony yang tampak seperti memperhatikan sekelilingnya,
“kamu kenapa beb? Kok kayak ketakutan gitu?” tanya Andre,
“hah? Oh, enggak, aku jarang keluar komplek kalau malam hari, jadi ngerasa sedikit takut” ucap Tony sembari tersenyum memperlihatkan deretan giginya yang putih bersih dan rapi,
“nggak usah takut ya, kan ada aku disini”
Ucapan Andre, membuat rasa ketakutan Tony perlahan-lahan lenyap, namun biarpun begitu, ia tetap saja waspada sembari memperhatikan sekelilingnya.
***
Ke esokan harinya pada saat istirahat sekolah, di saat Tony sedang berkumpul bersama-sama dengan beberapa orang temannya, dari kejauhan pandangannya menatap sesosok orang yang sangat di kenalnya, ya, sosok itu tak lain adalah Andre. Tony hengkang dari teman-temannya, kemudian berjalan menyusul pemuda itu,
“hai” sapa Andre,
“hai...”
“lagi ngapain?”
“lagi istirahat aja, kamu kok tumben kesini? Nggak kerja?”
“hari ini aku ijin”
“oh...” Tony mengangguk-angguk,
“udah makan siang?”
“udah donk, kalau kamu?”
“belum”
“mau makan siang di kantin sekolah? Makanannya lumayan kok enak-enak” tawar Tony,
“boleh”
Keduanya pun beranjak menuju kantin.
***
“eh iya, mamaku, minta kamu ke rumah” tukas Andre,
“tumben”
“katanya dia mau buat kue, jadi minta kamu ke rumah buat ikut cicipin”
Tony tersenyum kecil,
“gimana? Kamu mau?”
“boleh kok”
Andre mengajak Tony untuk berkunjung ke rumahnya yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya, hanya selisih beberapa blok. Sesampainya di sana, keduanya segera di sambut oleh seorang wanita paruh baya yang tampak masih cantik. Aroma kue yang wangi dengan cepat menyergap indera penciuman kedua pemuda tersebut,
“ehh... Tony, ayo masuk nak” sapa Ita ramah.
Wanita paruh baya itu menggiring Tony dan juga putranya untuk masuk ke dalam dapur, kemudian, dari dalam lemari penyimpan makanan, ia mengeluarkan satu buah kue bolu pandan, kue itu di potongnya menjadi beberapa bagian dan di letakkan di atas sebuah piring kecil yang sudah di siapkan sebelumnya,
“nah... ayo di cicipin, ini tante bikin khusus buat Tony, karena dengar dari Andre, Tony suka banget sama kue bolu pandan”
“wah... makasih ya tante”
Tony pun menyantap kue bolu pandan itu dengan lahap, Ita juga tak lupa memberikan putranya sebagian kue yang sudah di potongnya. Usai menyantap kue, Andre mengajak Tony untuk naik ke lantai dua, ke kamar tidur pribadinya. Keduanya tampak saling bercakap-cakap. Dari arah luar, terdengar suara ketukan pintu, Andre pun beranjak untuk membukakan pintu,
“mama, ada apa ma?”
“nak... baju-baju kamu sudah siap di ruang setrika, jangan lupa buat di beresin yaa” Ita mengingatkan,
“iya ma”
Ita berlalu,
“ada apa?” tanya Tony,
“oh... mama Cuma ngingetin aku, katanya baju-baju ku uddah
di siapin sama bibi, jangan lupa buat di ambil”
“oh... ”
***
Beberapa hari berlalu, karena keesokannya adalah hari besar, baik Tony dan juga Andre sedang libur, Andre memutuskan untuk menginap di rumah Tony. Malam itu, keduanya tampak berada di atas ranjang sembari berpelukan,
“kenapa sedih” tanya Andre,
“nggak kok”
“tuh kamu nangis”
“ini air matanya bandel, turun sendiri” Tony beralasan,
Andre tersenyum kecil, kemudian melepaskan pelukan, meraih wajah Tony untuk di tatap dalam-dalam,
“aku pergi nggak lama, Cuma sebentar aja” ujar Andre, “nanti kita kan pasti ketemu lagi” lanjutnya berusaha menenangkan Tony,
“iya, tapi nggak tau kapan kan”
“cepet kok, aku janji, aku nggak akan pergi lama-lama”
“bener?”
“iya, aku janji”
***
Matahari di luar sana mulai memancarkan sinarnya, cahayanya itu tampak membelai kelopak mata Tony. Tony perlahan-lahan membuka matanya, ia membalikkan tubuh, Andre yang tadi malam masih bersama-sama dirinya, sudah tidak ada. Tony mengangkat tubuhnya perlahan-lahan dan di sandarkannya pada kepala ranjang. Tatapannya kosong dan sayu, kemudian ia melihati kalender yang tergantung di dinding kamarnya,
“hari ini adalah hari ke tujuh” gumam Tony.
***
( Tony POV )
Siang itu, sepulang sekolah, masih dengan pakaian seragam sekolah lengkap, aku terduduk di dalam sebuah coffee shop.
Di tempat ini, dalam posisi ini, aku melihat bagaimana tubuh Andre terpelanting cukup jauh karena di tabrak sebuah mobil,
Entah kenapa, di saat ini, aku merasakan kehadiran Andre.
Seperti kebiasannya menemaniku duduk disini. Siang itu, ruangan dalam coffee shop, tampak tak begitu ramai, hanya terlihat beberapa meja saja yang terisi oleh pengunjung. Aku merasa, saat itu Andre sedang menarik kursi di seberang ku dan duduk disana seperti biasa sebelum ia tiada, karena terdengar suara deritan kecil dari bangku di seberangku.
Untuk sesekali, aku memperhatikan sekeliling memastikan pengunjung di dalam coffee shop tidak merasakan kejanggalan yang ku rasakan.
Masih di liputi rasa kebingungan, Aku bangkit dari duduk, kemudian beranjak menuju tempat pemesanan, memesankan secangkir minuman yang sama dengankuuntuk sosok yang terlihat yang berada di seberang kursiku. Tak lama setelah memesan, aku kembali ke tempat duduk, di susul oleh pelayan yang mengantar minuman,
“terima kasih” ucap ku sembari mengarahkan cangkir ke arah kursi kosong di depanku,
“sama-sama” jawab si pelayan sembari tersenyum heran ke arah Tony dan juga kursi yang kosong di depanku itu,
Aku mengaduk minuman sembari menatapi kursi kosong di depanku, aku merasakan bahwa sosok Andre, masih berada di sana bersamaku, menikmati secangkir capucino hangat.
***
Perlahan-lahan, hari sudah beranjak gelap, aku terduduk di atas ranjang di dalam kamarnya sembari menyandarkan tubuh pada kepala ranjang. Laptop kesayanganku berada di atas pangkuan. Di tengah sunyinya suasana kamar, aku meraih ponselku, biasanya di saat-saat seperti ini, Andre akan menelponku dan menanyakan apa yang sedang ku perbuat.
Tapi, di saat aku meraih ponsel, ponsel sama sekali tidak berdering seperti biasanya. Sepi, senyap.
Aku terdiam sejenak,
Lantas aku mengesampingkan laptop, beranjak turun dari atas ranjang dan berjalan dengan langkah perlahan menuju jendela, ku lihat di depan pagar rumahku, tidak ada lagi sosok Andre yang sedang berdiri sembari menengadahkan kepala mengarah ke arah jendela tempat di mana aku melihatinya.
Aku keluar dari dalam kamar, menuju pekarangan rumah. Di tengah perjalanan menuju pagar, sesekali aku menengoki luar pagar, ke arah kiri dan juga kanan, berharap ada sosok Andre yang sedang berjalan mendekati pagar rumahku
Bibirku menyungging senyuman kecil untuk sesaat. Aku membuka pintu pagar, kemudian melangkah keluar dari dalam rumah, sekedar berjalan-jalan mencari udara segar di malam hari. Biasanya, Andre selalu mendatangiku dan mengajakku untuk berjalan-jalan di sekitar komplek, sekarang ini, aku berjalan sendirian. Sepi.
***
Ke esokan harinya pada saat istirahat sekolah, di saat aku sedang berkumpul bersama-sama dengan beberapa orang temanku, mataku selalu memandangi gerbang pintu sekolah, karena biasanya, Andre akan datang dan berjalan melewati gerbang itu untuk menemuiku. Aku hengkang sejenak dari teman-temanku, kemudian berjalan menyusul gerbang pintu sekolah, aku mengitari sekeliling dengan pandangan, tidak ku temukan sosok Andre disana. Lantas aku kembali lagi pada kumpulan teman-temanku
***
Sepulang sekolah, aku mengunjungi rumah Andre. Di sana, aku di sambut hangat oleh mamanya. Mata tante Ita tampak sembab, ia kemudian memelukku. Ia mengajakku untuk masuk ke dalam dapur, kemudian menyuguhkanku sepiring kue bolu pandan yang selalu ku puji enak. Masih berada di dalam dapur, ku lihat tante Ita juga menyuguhkan sebuah piring berisi kue bolu pandan di sisi meja sebelahku. Tempat itu adalah tempat dimana Andre biasa duduk jika melakukan rutinitas sarapan, makan siang, ataupun makan malam.
“nak” panggil tante Ita,
“ya tante?”
“kamu tidak usah heran dan takut ya kalau tante meletakkan priring itu di tempat biasa Andre duduk”
Aku terdiam, aku memandangi bangku kosong di sebelahku dan juga tante Ita secara bergantian,
“tante merasakan kehadiran Andre bersama-sama dengan kita saat ini”
Aku masih saja terdiam menatapi bangku itu, ya.. harus ku akui jika Andre sudah benar-benar tidak lagi bersama-sama denganku dan juga tante Ita, namun, sedikit banyaknya, aku dapat merasakan jika Andre juga duduk di sana pada saat itu.
Usai menyantap kue, aku meminta ijin pada tante Ita untuk mengunjungi kamar tidur milik Andre, tante Ita mengijinkan.
Perlahan-lahan aku melangkah diatas anak tangga hingga sampai di lantai dua, dan sampai tepat di depan pintu kamar tidur milik Andre. Aku membuka pintu kamar. Suasana di dalam kamar sangat sepi, sunyi dan juga senyap.Masih berada di ambang pintu, aku melihati setiap sudut ruangan. Ranjang tempat biasa Andre membaringkan tubuhnya tampak rapi, tirai jendela kamar yang tersibak, membiarkan cahaya matahari dari luar bersinar dengan terang di dalam ruangan.
Aku melangkah masuk, lalu mendaratkan tubuh di atas ranjang, meraba ranjang, merasakan saat-saat Andre masih berada di sana. Suara halus deritan pintu terdengar olehku. Aku tahu, itu tanda Andre memberitahukan padaku, jika pada saat itu, ia sedang berada disana dan melihatiku, menjagaku. Seperti janjinya yang akan selalu menjagaku dan selalu bersamaku.
Tak lama kemudian, tante Ita tampak menyusulku ke atas, ia juga ikut masuk ke dalam kamar alamrhum putranya. Dari ambang pintu, ia berjalan ke arahku, kedua sudut bibirnya menyungging senyuman yang ku rasa sangat di paksakan. Tante Ita duduk tepat di sebelahku, sejenak, ia mengitari sekeliling ruangan kamar, lalu menghela nafas,. Matanya tampak berkaca-kaca,
“tidak terasa ya, satu minggu sudah berlalu” ujar Tante Ita,
“ya.. satu minggu”
Tante Ita mengarahkan pandangannya terhadapku,
“apa kamu sedih?”
Aku terdiam sembari menundukkan kepala, ku rasakan tangan tante Ita mengelus-elus lembut kepalaku,
“jangan bersedih, karena Andre pastinya tidak mau kalau Tony bersedih”
Aku masih saja terdiam,
Tante Ita menarik kembali tangannya, ia bangkit berdiri, berjalan menuju lemari pakaian milik Andre. Pintu lemari di bukanya, ku lihat dari tumpukan baju-baju Andre, tante Ita mengeluarkan sebuah pakaian berwarna kuning. Pakaian itu kemudian di berikannya padaku,
“sewaktu masih di rumah sakit, sebelum Andre pergi, ia menitipkan pesan kalau baju ini, harus tante berikan ke kamu”
Aku menerima baju itu, ku bentangkan di langit-langit. Baju kuning bergambar ‘smiley big hug’ itu, ku rasakan sebagai simbol perwakilan Andre yang pada saat itu ingin memelukku. Setitik air mata kurasakan menetes dari pelupuk mataku.
***
Beberapa hari berlalu, aku terbaring di dalam kamar sembari menatapi langit-langit. Sosok Andre yang selama ini ku puja dan ku damba, harus aku akui telah tiada untuk selama-lamanya, sosok yang selalu aku rindukan, hanya dapat aku temui di dalam mimpi.
Aku mengganti posisi telentangku menjadi posisi meringkuk, di saat itu, aku rasakan bahwa sosok Andre sedang bersamaku, ia duduk di samping ranjang, memegang tanganku dengan hangat serta membelai-belai rambutku hingga aku tertidur pulas.
***
maaf, tanyanya banyak abis bingung ..
disini karna oneshoot, Tony itu udah di anggap anak sama mama nya Andre, karna semasa hidup, yang mamanya ander tau, tony itu temen baiknya andre
Ternyata sebelumnya malah udah kecelakaan trus mati.
Big hug for you Tony, sini peluk mama *uhuk*
Terasa terpaksanya bngt jalan ceritanya, , para pembaca masih mncoba memasuki cerita ini(ini pendapatku) tapi saat mau masuk tiba2 uda habis aja ceritanya
Tp overall aku suka