BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

selingan

Bismillahir-Rahmaanir-Rahim ...
Setiap hari sepulang sekolah pukul
13.3 0 WIB, Ali Ma'un (13 tahun),
bocah asal Dusun Becok, Kecamatan
Merakurak, Tuban, Jawa Timur, tak
pernah punya cukup waktu untuk
bermain. Selepas mengganti baju
seragam, kalau ada sisa makanan,
dia langsung makan siang. Jika tak
ada sisa makanan, dia langsung
memanggul linggis dan ganco
(cangkul kecil) di pundak kirinya.
Tangan kanannya menjinjing karung
berisi peralatan seperti tatah,
gergaji, dan peralatan besi lainya.
Dengan kaki telanjang disertai
beban seberat 12,5 kg, Ma'un
menyusuri perbukitan gersang
sejauh 5 km dari tempat tinggalnya
menuju Dusun Karangrejo, lokasi
bukit kapur milik PT Perhutani.
Bekas galian batu kapur yang
memantulkan sinar menyilaukan
mata dan membakar kulit tak
mengendurkan semangatnya. Debu
yang bertebaran diterjang angin
sudah akrab dengan dua lubang
hidungnya. Dia terus giat
menggergaji bongkahan batu kapur
untuk dijadikan bata kumbung (batu
bata yang terbuat dari bangkahan
batu kapur).
Meski semangatnya membara, Ma'un
hanyalah anak yang masih bau
kencur. Setiap dua pekan dia hanya
mampu membuat 150 bata kumbung
dan dijualnya kepada bandar
seharga Rp 200/bata. Artinya, setiap
dua pekan dia bisa mendapatkan
uang Rp 30 ribu.
Dia baru berhenti memeras
keringatnya setelah adzan Maghrib
berkumandang. Pekerjaan berat ini
ditekuninya sejak kelas 2 SD. Risiko
kecelakaan yang senantiasa
menghantui, tak membuatnya surut.
Di wilayah batu kapur tersebut kerap
terjadi kecelakaan dan sudah
puluhan nyawa melayang akibat
longsoran bekas galian yang
dibiarkan menganga.
"Bahayanya kalau musim hujan tiba,
terowongan bekas galian mudah
patah, padahal di bawahnya ada
kegiatan memotong batu," ungkap
murid kelas dua SMP Nurul Huda,
Tuban, itu.
Memang baginya hidup adalah
pilihan. Sedep, ibu angkat yang
merawat dan membesarkan Ma'un,
kini mulai sakit-sakitan. Perempuan
berusia senja itu tak sanggup lagi
berpanas-panas menjadi buruh tani
di ladang gersang di perbukitan
kapur milik tetangganya.
"Kasihan simbok (ibu), dia sudah
membesarkanku. Aku khawatir
simbok sakit, nanti aku tak punya
siapa-siapa lagi. Aku tidak memilih
risiko tapi ini adalah hidup yang
harus aku jalani," tutur Ma'un.
Menurut dia, ibu angkatnya itu
memang sudah lemah. Jangankan
bekerja, untuk memasak pun sudah
cukup berat untuk dilakukan Sedep.
Sejak ibu angkatnya sakit-sakitan,
kegiatan rutin Ma'un setiap selepas
adzan Subuh adalah menyiapkan
makanan ibu angkatnya itu, dan
sekalian menyiapkan sarapan pagi
sebelum berangkat sekolah.
Tak hanya itu, dia juga mencucikan
baju ibu angkatnya itu. Ma'un
mengaku pernah melihat ibu
angkatnya itu jatuh di dekat
perapian saat hendak menanak nasi.
Sejak itulah, dia tidak tega melihat
ibu angkatnya bersusah payah
menyiapkan makanan.
Hidup tanpa orang tua kandung
sudah diketahui sejak dirinya
berumur 5 tahun. Cerita tersebut ia
dapatkan dari Mbok Sedep. Bahkan
duka dan deritanya saat masih di
kandungan ibunya hingga masa
kelahiranya sudah diketahui seluruh
warga Dusun Becok. Sejak bayi dia
sudah ikut Mbok Sedep. Karena itu,
dia sudah menganggap ibu
angkatnya itu sebagai ibu sendiri.
Lantaran curahan kasih Mbok Sedep,
Ma'un bisa selamat dan hidup
normal tanpa harus kekurangan gizi,
meski dirinya kecewa dengan kedua
orang tuanya karena belum pernah
menemuinya. Ma'un juga tak tahu
ke mana rimbanya orang tua yang
telah melahirkannya itu.
"Setelah aku lahir, belum genap
lima hari, ibuku sudah pergi entah
ke mana, sampai sekarang aku hanya
hidup berdua dengan simbok.
Menurut simbok ibu kandungku
sekarang di Flores, namanya
Cholisah. Kalau bapak aku nggak
tahu sama sekali," ungkap Ma'un
menirukan cerita Mbok Sedep.
Meski harus menjalani kehidupan
yang sangat menantang, dan akrab
dengan kemiskinan, Ma'un tetap
bersemangat melanjutkan sekolah
hingga SMP. Jika dibanding teman-
teman sebayanya yang mampu
secara ekonomi, prestasi bocah
kerempeng itu patut diacungi
jempol.
"Prestasi Ma'un patut dibanggakan,
jika dibanding dengan beban hidup
yang harus ditanggungnya. Dia
meraih peringkat pertama di seluruh
kelas 2 di sini," kata Rahmat Basuki,
salah satu pengajar di SMP Nurul
Huda, Desa Tegalrejo. Untunglah,
beban hidup Ma'un ini dimengerti
oleh yayasan pengelola sekolah
tersebut. Seluruh biaya pendidikan
digratiskan oleh sekolah milik
Yayasan Nurul Huda tersebut.
Yayasan tersebut memang
menggratiskan pendidikan bagi
murid-murid yang berasal dari
keluarga kurang mampu. Meski
begitu, masyarakat setempat belum
begitu menyadari akan pentingnya
pendidikan. "Impitan ekonomi
menjadi persoalan utama, mereka
lebih memilih anaknya untuk
membantu bekerja daripada sekolah
meskipun tanpa biaya," ujar
Thohirin, ketua Yayasan Nurul Huda.
-o00o-
Sahabat, Bagaimana dengan
kehidupan kita saat ini ...???
Masihkah kita kan selalu mengeluh
dengan segala ujian yang Allah
berikan kepada kita ...??

Comments

  • bagus buat refleksi n introspeksi diri kita nih...
  • Kenapa Harus Jadi Pegawai Negeri?".



    Ceritanya Seorang Ayah sedang
    pusing tidak kepalang.
    Bagaimana tidak, anak laki-lakinya
    yang sulung yang menjadi
    tumpuan cita-citanya menolak untuk
    jadi pengusaha. Anaknya
    bersikeras ingin jadi pegawai negeri.
    Alasannya sederhana menjadi
    pengusaha penuh resiko dan
    melelahkan, sementara jadi pegawai
    negeri kerjanya santai,
    uangnya pasti (meski tidak kerja
    serius dan sering bolospun
    gaji
    tidak berkurang), terus waktu tua
    dapat jaminan.
    Bapaknya marah besar dengan
    alasan tersebut.
    "Bapak ini pegawai negeri tapi
    bapak tidak bekerja dengan
    alasan seperti kamu.", demikian
    suara keras sang Ayah.
    "Bapak mengabdikan diri pada
    negeri ini meski bapak sering
    merasa asing di negeri
    sendiri...Bapak sering merasa tolol
    diantara para pemeras rakyat yang
    sah dimata hukum.
    Jadi pengusaha itu lebih mulya,
    kamu bisa membantu memberi
    nafkah orang lain...". Bentak bapak.
    Si anak diam tidak menjawab dalam
    ketakutannya.
    Karena dimarahi bapaknya, si anak
    kabur dari rumah.
    Seminggu tidak ditemukan. Bapak
    masygul mencari anaknya
    kesana kemari. Di minggu kedua
    nenek si anak telepon bahwa
    cucunya baik-baik saja ada di rumah
    neneknya.
    Mendengar kabar tersebut, bapak
    langsung datang ke rumah
    ibunya. Setelah bertemu anaknya
    terjadilah dialog dari hati
    kehati antara bapak dan anak.
    “Mengapa kamu bersikeras ingin jadi
    pegawai negeri, nak?”
    “Di negeri ini jadi pengusaha susah,
    Pak, banyak birokrasi,
    mendingan saya jadi birokratnya
    aja...Hidup lebih enak
    demikian”
    “Kalau kamu memang ingin kerja
    mengapa tidak di perusahaan
    swasta?”
    “Bagaimana saya bisa tenang kerja
    di perusahaan swasta,
    sementara pemerintahnya saja
    sering mempersulit pengusaha
    swasta kecuali orang-orang yang
    dekat dengan pemerintahan?”
    Anaknya terus memberikan jawaban-
    jawaban skeptis.
    “Baiklah anaku, kalau memang itu
    keputusan kamu sekarang
    ikutlah denganku…”
    Lalu si bapak membawa anaknya
    jalan-jalan memasuki
    perkampungan. Di perkampungan
    bapaknya menunjuk beberapa
    rumah paling sederhana, memang
    seluruh kampung tersebut
    rumahnya mayoritas sederhana.
    Kalau kamu bersikeras ingin jadi
    pegawai negeri, datanglah
    kamu ke lima rumah itu nak, dan
    mintalah sepuluh ribu rupiah
    tiap rumahnya lalu kamu bilang
    bulan depan kamu akan
    kembali
    lagi dan akan minta uang dengan
    jumlah yang sama.
    Anaknya kebingungan dengan
    perkataan bapaknya. Bagaimana
    tidak, dia disuruh mengemis pada
    penduduk yang hanya untuk
    makanpun mereka kesulitan.
    Anaknya tidak mau menuruti
    perintah bapaknya, dia tetap diam.
    Bapaknya kembali berkata dengan
    membentak. “Cepatlah kamu
    pergi meminta uang pada mereka,
    nak!! Bukankah kamu ingin
    jadi pegawai negeri? “
    Anaknya tetap diam dan matanya
    mulai berkaca.
    “Bapak...bagaimana mungkin aku
    mengemis pada mereka,
    sementara mereka untuk memenuhi
    kebutuhan sehari-harinya
    saja merasa kesulitan?”
    Bapaknya kembali memaksa.
    “Cepatlah kamu pergi dan
    mintalah
    uang pada mereka!!!”
    Kali ini anaknya menangis. “Aku
    tidak bisa, pak……Aku lebih
    baik
    bekerja dengan keras dan
    meneteskan keringat ini daripada
    aku
    harus meminta uang pada
    mereka...”, sambil meneteskan
    airmata.
    Bapaknya kembali berkata, kali ini
    dengan suara lembut dan
    bijak... “Anakku..Negeri kita tercinta
    ini sedang sakit, kalau
    kamu jadi pegawai negeri hanya
    dengan alasan bekerja santai
    dan mendapatkan uang dengan
    pasti, kamu hanya akan
    menambah beban negeri ini. Beban
    rakyat yang hanya untuk
    memenuhi kebutuhan sehari-harinya
    saja mereka merasa
    kesulitan. Gaji pegawai negeri itu
    didapat dari rakyat yang
    miskin ini nak.... Lebih baik kamu
    jadi pengusaha dengan
    meneteskan keringat kamu sendiri
    untuk menafkahi keluarga
    kamu. Walaupun jadi pengusaha
    sangat kecil sekalipun tidak
    apa, itu jauh lebih mulia dari pada
    kamu mengemis uang pada
    rakyat yang miskin ini"....
    Sang anak tertegun dan
    mengangguk.
  • User ini dan semua pesannya telah dihapus oleh Moderator.
  • HATIMU LEBIH MULIA WAHAI
    ANAKKU
    ~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~`
    Alkisah.. Suatu hari seluruh orang
    tua murid diminta datang ke sekolah
    anaknya untuk melihat hasil
    karyanya.
    Ketika semua orang tua merasa
    bangga atas penampilan anak-
    anaknya yang bernyanyi, menari dan
    membaca puisi.
    Seorang ayah yang merasa enggan
    dengan keadaan anaknya, berpura-
    pura berwajah ceria.
    Anak itu maju ditemani seorang
    pria, yang ternyata guru ngajinya.
    Sebelum mulai memperagakan
    keahliannya anak itu berkata :
    Ayah, sebenarnya aku ingin
    membaca Surah Al Kahfi semuanya.
    Namun karena waktunya hanya 10
    menit, terpaksa aku minta pak guru
    untuk menyebutkan ayat-ayatnya.
    Dengan santun, sang guru mulai
    menyebutkan ayat-ayatnya :
    "Ayat 1 smp 5."
    Dengan suara indahnya sang anak
    mulai melantunkan ayat 1-5 Surah Al
    Kahfi.
    Para orang tuapun berdecak kagum.
    ﺳُﺒْﺤَﺎﻥَ ﺍﻟﻠّﻪُ .
    SubhanaAllah, ternyata ia
    menghafalkan Al Quran.
    Guru: "Ayat 30-35.."
    Seluruh wajahpun terpana.
    Guru: "Ayat 60-65.."
    Seluruh hadirin bergetar hatinya.
    Guru: "Ayat 100-109.."
    Semua orang tua yang hadirpun
    melinangkan air mata, begitu juga
    ayahnya, sambil menangis tersedu
    memeluk anaknya.
    Ketika sang guru bertanya:
    Kenapa kamu mengaji ?
    Sang anak menjawab :
    Saya ingin menjadi anak shaleh
    yang bisa mendoakan, agar kedua
    orang tua saya masuk Surga,
    Sang Ayahpun tersentak hatinya,
    lalu bicara :
    Saya menyekolahkan anak saya,
    dengan harapan ia menjadi orang
    yang pintar dan hebat, kaya dan.
    Agar kelak ia dapat membahagiakan
    kami dengan hartanya.
    Namun hari ini anak saya
    membuktikan, hatinya jauh lebih
    mulia & jauh lebih hebat, karena
    mengharapkan kami, orang tuanya
    masuk Surga. Subhanallah.
    Anak adalah harta yang paling
    berharga. Alangkah Indahnya
    apabila kita mempunyai anak seperti
    mereka.
    Subhanallah
    Yaa Allah, Berkahi & Rahmati
    keluarga kami. Aamiin.
  • :: Abu Nawas Gagal Dihukum karena
    Membunuh Ayam ::

    Banyak kisah mengenai Abu Nawas
    yang sudah terkenal karena
    kecerdikan dan tingkah konyolnya,
    salah satu nya cerita Abu Nawas
    berikut ini yang sangat mengandung
    nilai inspiratif banget dan lumayan
    bikin muka asem kita jadi ketawa,
    hehe ...
    Dikisahkan bahwa Abu Nawas lolos
    dari konspirasi sang Raja zalim yang
    menginginkannya mati. Raja tidak
    berani membunuh Abu Nawas
    karena ia melihat Abu Nawas begitu
    cerdik membunuh seekor ayam.
    Ko' bisa ?
    Yaudah marilah yuk kita simak baik2
    penggalan kisah berikut !
    Suatu pagi Abu Nawas dipanggil ke
    istana untuk mengahadap Raja. Ia
    dituduh telah menipu salah satu
    prajurit istana ,Abu Nawas dituduh
    telah meletakan sebilah pisau
    didalam belanjaan prajurit. Atas
    peristiwa itu, Abu Nawas akan
    dijatuhi hukuman dari sang Raja
    karena dianggap membahayakan
    keselamatan sang Raja yang
    memang di kenal zalim itu.
    Setibanya di istana, Abu Nawas
    terkejut, ternyata Raja telah
    menyiapkan semuanya, termasuk
    mengumpulkan seluruh penduduk
    negeri itu untuk menyaksikan
    prosesi hukuman kepada Abu
    Nawas.
    Raja punya rencana sendiri untuk
    menghukum Abu Nawas, yakni akan
    mempermalukan Abu Nawas di
    depan khalayak ramai. Apa yang
    akan dilakukan Raja sudah
    dirancang jauh-jauh hari, sebab Raja
    tahu Abu Nawas bukan orang yang
    mudah di taklukan.
    “Abu Nawas, apakah kamu sudah
    siap untuk ku hukum ??” kata Raja
    dengan suara congkaknya.
    “ Ayo, siapa takut !!” jawab Abu
    Nawas dengan nada menantang.
    Sontak jawaban itu membuat rakyat
    melihat geleng-geleng kepala.
    Mereka tak habis pikir dengan
    ucapan Abu Nawas yang seolah
    menantang kematian.
    Lalu Raja menyuruh prajurit
    mengambil barang yang sudah
    dipersiapkan untuk menghabisi
    nyawa Abu Nawas. Seketika itu juga
    Abu Nawas dan rakyat terkejut saat
    melihat benda yang diberikan Raja
    kepadanya. Bukan senapan atau
    senjata tajam apapun, melainkan
    seekor anak ayam.
    Tentu saja hal itu membuat semua
    yang hadir bertanya-tanya, mereka
    bingung dengan keinginan Raja.
    “Abu Nawas sekarang kau bunuh
    anak ayam itu,” tukas Raja.
    “Kenapa anak ayam yang tidak
    berdosa ini harus saya bunuh, ia tak
    berdosa, “ tanya Abu Nawas.
    “ Jangankan anak ayam itu, kau pun
    hari ini akan kubunuh, aku akan
    membunuhmu sendiri dengan cara
    yang sama dengan caramu
    membunuh anak ayam itu,” kata
    Raja.
    Mendengar itu Abu Nawas terkejut
    akan rencana Raja.
    Sejenak Abu Nawas berpikir :
    " Seandainya aku mencekik anak
    ayam itu hingga mati, maka aku pun
    akan dicekik pula hingga mati.
    Begitu pula jika aku tebas leher
    anak ayam itu dengan pedang, maka
    aku terancam mati dengan cara
    dipedang pula. Lantas bagamana
    caraku tuk membunuh anak ayam ini
    dengan cara yang mustahil tidak
    bisa ditiru sang Raja ??? katanya
    dalam hati.
    Setelah beberapa saat berpikir Abu
    Nawas mengambil anak ayam itu.
    Tanpa diduga-duga Abu Nawas
    meniup bagian pantat anak ayam
    itu hingga kembung dan akhirnya
    mati. Melihat kekonyolan itu, tiba-
    tiba terdenga suara penonton yang
    tertawa terbahak-bahak. Gak
    ketinggalan juga para prajurit
    kerajaan pun tertawa terpingkal-ping
    kal dengan tingkah kocak Abu Nawas
    Suasana tegang bisa mencair.
    Mereka tak sanggup membayangkan
    Raja akan membunuh Abu Nawas
    dengan cara yang sama dengan cara
    Abu Nawas membunuh anak ayam
    itu. Raja sendiri yang melihat
    tingkah Abu Nawas hanya terdiam
    malu. Lagi-lagi rakyatnya sendiri
    telah mengetahui tingkat
    kecerdasannya yang kalah dibanding
    Abu Nawas.
    Pada akhirnya Raja mengurungkan
    hukuman untuk Abu Nawas,
    bahkan Raja menyebut Abu Nawas
    tidak bersalah. Untuk kesekian kali
    Raja gagal menghukum Abu Nawas
    yang dikenal memiliki akal yang
    cerdik itu ...
Sign In or Register to comment.