It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Terima kasih untuk yang masih setia.^^
@octavfelix @bayumukti @tarry @angelsndemons
@alvaredza @TigerGirlz @Zazu_faghag @arifinselalusial
@FransLeonardy_FL @haha5 @fadjar @zeva_21
@YogaDwiAnggara2 @inlove @raka rahadian @Chy_Mon
@Cruiser79 @san1204 @dafaZartin @kimsyhenjuren
@3ll0 @ularuskasurius @Zhar12 @jujunaidi @edogawa_lupin
@rickyAza @rebelicious @rizky_27 @greenbubles
@alfa_centaury @root92 @arya404 @4ndh0 @boybrownis
@jony94 @Sho_Lee @ddonid @catalysto1
@Dhika_smg @SanChan @Willthonny @khieveihk @Agova
@Tsu_no_YanYan @Lumia @awangaytop @Lonely_Guy
@ardi_cukup @Hiruma @m1er @maret elan
@Monic @cee_gee @kimo_chie @RegieAllvano
@faisalits_ @Wook15 @bumbellbee @abay_35 @jacksmile
@rezadrians @topeng_kaca @wahyu_DIE @Just_PJ
@nand4s1m4 @danar23 @babayz @pujakusuma_rudi
@PrinceArga @D_Phoenix @nand4s1m4 @tahrone @alamahuy
@eswetod @aw_90 @Akbar Syailendra @diditwahyudicom1
@PahlawanBertopeng @ryanadsyah @Mr_Makassar
@ipinajah @CL34R_M3NTHOL @kenan @soroi
@pangeran_awan @Richi @obay @BieMax @whysoasian
@wirapratama95 @DItyadrew2 @ardilonely
@ardavaa @Needu @ananda1 @ilhams_Xman18 @kenzo_ak
@uci @AghaChan @Cocco @YhaniJung @faisalrayhan
@lulu_75 @faisalrayhan @detective3 @Cincin_cinTron99
@DafiAditya @shinta056 @d_cetya @Wita @renitasalsabil1
@andre_patiatama @aaron_boo
@fends hai. Maaf ya. lupa. Beneran. tp skrg udah di mention ya.. *Kedip plus *Ketjup
@nakashima kamu yang mampir ke blogku kan ya? btw GME 6 udah update tuh. untuk yg 7 ditunggu yah..^^
REI POV
“Hanon?”
“Arpeggio. Dasar yang paling dasar untuk melatih kecepatan jari.”
“Apa waktu kita cukup untuk itu Fi? Tinggal seminggu sebelum pementasan..”
***
Setelah kejuaraan basket antar sekolah. Tidak banyak yang terjadi sesudahnya. Kecuali Alfi, dan kak Robby yang (sepertinya) sedikit lebih galak padaku. Kalau kak Robby aku tidak heran. Karena sepertinya itu memang sifat alami dirinya. Tetapi Alfi? Hufth..
Ini semua karena aku tidak ingin orang-orang mengkhawatirkanku. Namun hasilnya tidak seperti yang kuharapkan. Sakit di kakiku sudah berangsur-angsur menghilang. Yang membuatku tidak enak adalah, Alfi selalu menjemputku setiap pagi dan mengantarku sepulang sekolah. Padahal dia tidak harus melakukan itu. Namun Alfi akan memberikan pandangan mematikannya jika aku berani menolak.
Aku sempat istirahat beberapa hari di rumah karena cedera kakiku. Setelah masuk aku dibebaskan dari kegiatan klub basket. Lagipula memang sudah tidak banyak yang bisa dilakukan. Berhubung sebentar lagi kami semua akan menghadapi ujian kenaikan kelas.
Beberapa hari setelah masuk sekolah, ada hal yang membuatku bertanya-tanya. Terutama ketika Alfi memainkan Moonlight Sonata di ruang musik. Wajahnya memucat. Dan ekspresinya seolah tersiksa. Ada kenangan apa yang bisa membuat seseorang sampai seperti itu tiba-tiba? Mungkinkah dia teringat masa lalunya yang membuat senyumnya menghilang? Tapi apa?
Aku penasaran. Amat sangat penasaran. Ada cerita apa dibalik ekspresi tersiksanya itu. Meski begitu, aku tidak akan bertanya padanya. Aku yakin, Alfi akan bercerita padaku suatu saat nanti ketika dia siap untuk menceritakannya.
*
Ada satu kejadian menarik sebenarnya yang terjadi tak lama setelah aku masuk sekolah kembali setelah istirahat dari cedera kaki. Kejadian itu ada hubungannya dengan Jerry.
Tiba-tiba saja dia sudah berdiri di depan gerbang sekolahku. Tepat ketika aku dan Alfi bersiap untuk pulang. Entah kebetulan atau tidak kak Robby dan kak Farel juga melihat Jerry. Suasana bisa menjadi panas andai kak Farel tidak menjaga kak Robby. Entah mengapa, tetapi setiap melihat Jerry pasti kak Robby memperlihatkan rasa tidak sukanya. Seperti dulu pada Alfi. Bedanya, pada Jerry rasa tidak suka itu lebih terasa.
Belum sempat aku menyapa Jerry, kak Robby sudah mendahuluiku. “Mau ngapain lo kesini lagi?” Lihatkan. Tidak ada basa basi. Tunggu, lagi? Berarti Jerry sudah beberapa kali kemari?
Jerry mengabaikannya. Beralih padaku lalu, “Icchi, aku sengaja kemari mau lihat kondisi kamu.” Aku tersenyum.
“Aku ga papa Jer. Udah baikan. Nih liat udah bisa jalan.”
“Syukurlah kalo udah baikan. Pulang bareng aku yuk?” Ajak Jerry langsung.
“Hell no. Apa-apaan lo tiba-tiba ngajakin Rei pulang bareng. Jangan mau dek.” Robby menatap Jerry kejam. Yang dibalas Jerry dengan geraman.
Aku melirik pada Alfi. Karena seharusnya aku pulang bersamanya. Tapi aku tidak enak hati, karena Jerry sudah jauh-jauh datang ke sekolahku. Alfi mengangguk. Seperti bisa membaca pikiranku. Walau mukanya terlihat lebih kaku dari biasa.
Dan pergilah aku dengan Jerry diiringi pandangan menyeramkan dari kak Robby. Aku hanya bisa tersenyum lalu menundukkan kepala. Kenapa kak Robby tidak menyukai Jerry? Karena dia lawan kami di final kemarin? Mungkin mereka perlu waktu mengakrabkan diri. Karena sebenarnya Jerry menyenangkan.
*
Betapa waktu cepat sekali berlalu. Rasanya baru kemarin kejuaraan basket antar sekolah digelar. Seperti mimpi semua euforia kemenangan yang telah kami raih. Ketika tersadar, Ujian kenaikan kelas pun sudah kami lewati kemarin. Sekarang waktunya School Festival.
Aku baru tahu kalau sekolahku memiliki kegiatan tahunan selepas ujian dilaksanakan. Setiap tahunnya, setiap kelas dari kelas X sampai XII wajib membuat suatu pertunjukan. Bisa dalam bentuk apapun dan tidak harus satu kelas berpartisipasi, cukup perwakilan saja pun tidak mengapa. Dan setiap Klub yang ada pun diminta untuk melakukan hal yang sama.
Kelasku memilih Alfi untuk tampil solo dengan pertunjukan resital pianonya. Sepertinya satu kelas, mungkin juga satu sekolah tahu kalau Alfi berbakat pada seni musik klasik. Dan tentu saja Alfi menolak mentah-mentah. Aneh melihat bagaimana gelengan kepala dan sorot mata bisa mewakili hal itu. Lagipula, kenapa mengandalkan satu orang untuk membuat pertunjukan?
Ketika pilihan mereka beralih padaku, kak Robby yang menolaknya. Karena saat itu bertepatan dengan saat kak Robby dan kak Farel datang ke kelasku. Tidak ada yang berani membantahnya. Ditambah alasan yang diluncurkan oleh kak Robby saat itu.
“Ga bisa. Rei sama si Autis harus ikut pertunjukan drama klub basket.” Dengan kata-kata itu kelasku mendadak bising. Terutama para wanitanya. Drama? Aku? Ini pasti lelucon.
Jika aku pikir hanya aku yang kaget atas kata-kata kak Robby. Ternyata Alfi lebih kaget dariku atas pengumuman itu. Pandangan dingin Alfi langsung melakukan protes pada kak Farel. Langsung saja kak Farel berpura-pura melihat kearah lain. Kak Robby melanjutkan.
“Si autis_maksud gue Alfi_sama Rei bakal main Drama Cinderella dan Piano kaca.”
“...”
Hening. Tidak ada yang bersuara satu pun. Judul Dramanya membuat pikiran kosong. Apa-apaan?!!
Cinderella dan klub basket?!! Sekumpulan cowok memainkan drama?!! Cinderella pula?!! Aku tergagap dengan berita itu. Ide gila siapa itu?!!!
Ga mau ih. Ga bisa akting. Dan amat sangat menolak kalau harus memakai busana panggung. Huwaaa.. Mau berhenti ajah dari klub basket kalo kayak gini caranya..
**
Dan jadilah Drama itu menjadi perbincangan di seluruh sekolah. Semua orang memperlihatkan antusiasme yang tidak ditutup-tutupi. Judul Drama segera menjadi topik yang tak hentinya dibicarakan hampir setiap harinya. Spekulasi-spekulasi pun bermunculan tentang siapa yang memerankan siapa. Dan adakah tokoh baru yang tidak ada dari cerita yang sebenarnya.
Ini gila. Setiap melihat aku dan Alfi menuju hall basket, setiap pasang mata akan mengikuti arah langkah kami. Langsung saja, hall basket tertutup bagi siapa pun yang tidak berkepentingan. Karena kami melatih adegan per adegan di hall basket ini bersama pelatih akting professional.
Jika kupikir hanya aku yang shock dengan keputusan ajaib ini. sungguh menarik melihat reaksi anak-anak lain rekan setimku ketika latihan pertama kami. Wajah mereka tersiksa. Ingin protes tapi tidak berani mengeluarkan suara. Karena Kapten dan wakil Kapten sudah memutuskan semuanya. Aku heran sendiri. Kenapa drama? Ini gila.
**
Dasar kampret!
Mulut besarku ini bikin aku ingin menelan orang bulat-bulat. Dan si monyet Farel itu, bisa-bisanya dia benar-benar menagih janjiku.
Janji yang kubuat dulu, ketika Farel memasukkan si autis dan Rei ke dalam klub basket. Janji yang sebenarnya adalah taruhanku dengan si monyet itu. Dengan lantangnya aku menyebutkan keberatanku pada si monyet.
Dan dengan lantang pula kudesiskan kata-kata, ‘Kalo sampe si Autis bikin tim kita menang, gue bakal striptease di school festival nanti.’ Anjrit banget kan nih mulut besar?!
Si monyet nyantai nanggepin kata-kataku. ‘Biar gue yang putusin nanti lo harus ngapain di school festival. Lo harus siap mempertanggungjawabkan kata-kata lo.’
**
Setelah ujian sekolah, si monyet datang padaku menyebutkan ‘hukuman’ apa yang harus kujalani. Aku pikir Farel sudah lupa dengan semua itu. Ketika dia datang dan mengatakan maksudnya, aku langsung harap-harap cemas. Sifat si monyet satu itu sulit ditebak. Moodnya bisa berubah dalam hitungan detik.
“Mumpung mood gue bagus. Lo ga harus kasih tontonan tari telanjang di depan seluruh sekolah. Lagi juga gue ga yakin, mana yang lebih senang dengan itu, elo atau mereka. Mengingat lo emang rada eksibisionis.”
“Sialan lo nyet ngatain gue eksibisionis.” Aku tepak kepala si monyet Farel. Tapi dengan cepat dia menghindar.
“Nyantai brader. Sebelom mood gue berubah ngasih hukuman yang lebih kejam buat lo.” Glek. Farel dan hukuman-hukuman anehnya. Aku (berusaha) tenang.
Dengan nada bermalas-malasan si monyet bilang, “Lo cukup pake kostum ibu tiri Cinderella untuk pertunjukan drama di school festival nanti.”
Farel berhenti. Menunggu kata-katanya kucerna. Ada yang salah sepertinya dengan kupingku. Kostum ibu tiri Cinderella? Pertunjukan drama? “NO WAY!! NO Freakin Way!! Yang laen.” Aku protes keras.
Anjrit si monyet. Bisa-bisanya dia tetap santai ditengah protesku yang menggebu-gebu. “Tenang. Nyantai brader. Kan udah gue bilang kalo gue lagi baek. Bukan Cuma elo yang kasih pertunjukan drama, tapi satu klub basket akan ikut dalam pertunjukan drama nanti. Ini termasuk hadiah gue juga buat supporter yang udah ngedukung penuh kita di kejuaraan kemaren.”
“What?! Satu klub basket? Jadi klub kita bakal bikin pertunjukan drama di school festival nanti?”
Si monyet Cuma manggut-manggut males. “Baek kan gue?”
“Baek pala lo peyang!”
“Oh jadi lo mau hukuman yang laen? Yang lebih.. keren?” Lagi-lagi glekk.
Mati gue. Farel dan hukuman-hukuman anehnya. Satu klub sudah tau cara Farel menghukum seseorang. Tidak kejam memang, tetapi akan selalu terpatri dalam ingatan. Katakan saja lari keliling Gelora Bung Karno, Senayan sebanyak 10 putaran itu kecil. Sangat kecil. Dibanding harus memakai kostum cheerleader dengan rok sangat pendek plus celana dalam yang hanya tali lalu diangkat dan dilempar-lemparkan seperti aksi cheerleader sejati. Terlihat mudah memang. Tapi rasa malu ditonton orang dengan memperlihatkan celana dalam itu? Tanya saja si Donny bagaimana rasanya itu.
Atau tanya si Rendi perasaannya ketika harus ngamen dipinggir jalan. Bukan sekedar ngamen. Tetapi ngamen dengan kostum banci, dengan wig, lipstik dan semua peralatan tempurnya. Tidak lupa bass betot untuk melakukan aksinya dilampu merah. Tidak tanggung-tanggung. 4 jam Rendi harus melakukan itu.
Atau yang belum lama ini terjadi. Sebelum dimulainya kejuaraan basket antar sekolah. Adalah Adam, yang mangkir latihan karena alasan pacar. Well, sebenarnya Adam berbohong dengan mengatakan mengantar orang tuanya ke dokter. Hanya saja, seorang Farel Suryodiningrat tidak bisa dibohongi. Si monyet itu bahkan tahu kalau Adam jalan dengan pacarnya berikut bukti foto. Bohong plus mangkir (Cuma) karena pacar, satu klub menelan ludah akan nasib Adam.
Farel menghukumnya dengan menyuruh Adam menirukan aksi Nicki Minaj di video klip Anaconda lengkap dengan kostum, wig dan lipstik khas si Miss Minaj. Dan merekam serta meng-uploadnya di youtube. Kalian harus melihat muka Adam selama seminggu. Rona merah padam tak pernah hilang selama seminggu setelah youtube-nya tayang perdana.
Jadi Farel benar ketika dia mengatakan kalau moodnya sedang baik. Paling tidak aku tidak harus melakukannya sendiri. Satu klub basket akan ikut dalam pertunjukan drama itu. Hahaha.. Aku beruntung.
“Fine. Deal. Let the drama begin..” Kataku sambil tersenyum dalam hati. Ini mudah. Aku bersyukur hukuman si monyet kali ini sangat mudah. Amat sangat mudah. Hahaha..
“Kita liat nanti apa lo masih bisa tersenyum brader.” Si monyet menyeringai licik. Glekk
Shit! Ada rencana apa lagi si monyet untukku?!! *Finger cross
Mudah-mudahan tidak seburuk hukuman yang sudah-sudah. Glekk.
**
Bete bete bete..
Si imut Rei bikin bete deh. Harusnya kan gue eh aku yang jadi Cinderella bukan dia. Kenapa harus dia sih. Dan kenapa juga ice Prince Alfi my sweet memory lalala setuju. Bete kuadrat kan jadinya..
Waktu Jessica nyodorin draft cerita Cinderella dan Piano kaca, gue eh aku udah tertarik. Gue eh aku (Ah bodolah. Terserah gue aja ya. Jangan protes! Mau gue hukum?) berpikir cerita itu bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri sama Alfi. Tapi kenapa jadinya begini? Salah si imut Rei nih. Kenapa sih muka dia imut innocent gitu. Kan jadinya dia yang kepilih buat jadi Cinderella. Sementara gue? Ih bete deh. Masa gue jadi saudara tirinya yang jahat. Kalo kayak gini caranya gue harus minta Jessica ngerubah jalan ceritanya. (Eett brader.. nyantai. Lo laki brader. Jangan kayak cewek lagi dateng bulan gitu). Oh iya lupa. Mur gue kendor. Fiuh.. Tarik nafas.. buang.. Hufth.. Gue laki cuy..
Ini ide Jessica. Kenapa bisa Jessica? Apa hubungan Jessica dengan tim basket? mungkin kalian bertanya-tanya? Ngga? Bodo. Gue jelasin yah..
Bukan rahasia si Jessica itu sangat berjasa sewaktu kejuaraan basket kemarin. Walau awalnya dia hampir ngebikin tim gue kalah. Tapi toh dia tetap bertanggung jawab membawa temannya yang macho plus cambangnya aduhai itu. yang namanya itu loh.. (shit. Gue lupa) Ronny apa Rommy gitu. Gue keasyikan liatin jambangnya sampe lupa sama namanya.
Setelah kejuaraan selesai, si Jessica datang ke gue sama coach Timmy. Dia mengutarakan maksudnya untuk menjadi manajer klub basket. Berhubung tim basket kami butuh satu manajer lagi, coach Timmy langsung mengiyakan maksud Jessica. Aku sendiri tidak merasa keberatan. Hanya satu warning yang kuberikan. Basket comes first. Kalau sampai dia lalai siap-siap menerima hukuman dari gue. Jessica setuju.
Tak lama setelah itu dia datang padaku dengan satu draft cerita. Dan kata-katanya meyakinkanku kalau drama ini adalah upayanya untuk membuat Alfi ceria seperti sedia kala. Seperti ketika dia melakukan pertunjukan baletnya dulu.
Aku tidak menyangka kalau anak yang memainkan piano pada pertunjukan balet Jessica dulu adalah si ice Prince Alfi my sweet memory lalala. Aku terpukau dengan penampilan penari baletnya. Gerakannya indah. Dan musik yang mengalun mengiringinya pun luar biasa mempesona. Musiknya menjadikan semua gerakan balet yang Jessica lakukan terlihat mempesona. Musik dan gerakan-gerakan balet itu saling mengisi dan berpadu. Aku terpesona dengan pertunjukan kali itu. tak menyangka kalau dua orang yang ikut dalam pertunjukan itu akan satu sekolah denganku.
Intinya adalah, setelah membaca draft cerita dari Jessica, aku tertarik untuk mengabulkan idenya untuk membuat klub basket ikut serta dalam School Festival dengan menampilkan pertunjukan drama. Dari judulnya saja aku yakin semua orang akan tertarik untuk menontonnya. Ditambah orang-orang terkeren di sekolah ini akan ikut ambil bagian. Semua akan histeris. *KetawaLicik.
Itulah makanya aku belajar memainkan piano secara khusus setelah menerima draft itu. karena salah satu adegan pada drama itu mengharuskan sang Cinderella bisa memainkan piano kaca. OMG. Astaga. liat kata-kata gue. Baku banget deh. Berasa kebawa nih karakter Cinderella. Tuhkan gue lebih cocok jadi Cinderella kan.. (Astaga brader. Lo laki brader. Ada gitu laki ngebet dapetin peran jadi Cinderella?) Berisik ih author. Gue hukum pake g-string keliling kompleks nih!
**
Cuuuutttt..
“Rel, kamu tuh harusnya jahat sama si Cinde.”
“Ga mau ah. Nti pamor gue turun lagi mas.”
“Farel Suryodiningrat. Denger ya. Kakak kamu bayar saya buat ngelatih kalian. Jadi ikutin perintah atau saya berhenti ngelatih kalian.”
“Rel udah sih ikutin aja perintah pelatih akting kita. Ini udah pelatih yang ketiga yah. Lo kenapa sih uring-uringan mulu dari kemarin? Lo mau drama ini gagal? Lo ga mau liat Alfi balik ceria lagi ya?” Desis Jessica ke gue.
Ish. Padahal gue sengaja gonta ganti pelatih biar gue yang kepilih jadi Cinderella. Tapi tetep aja si imut Rei yang dipilih jadi Cinderella. Padahal Jessica ikut ambil bagian dalam drama ini. Akan tetapi dia yang cewek tulen kalah dari Rei. Alasannya adalah, pandangan Alfi (perannya Pangeran cuy. Off course yah) lebih teduh pada Rei. Dengan Jessica tidak ada kimianya. Chemistry maksuk gue.
“Fine. Gue serius sekarang.” Ish. Kalo ga demi Alfi ini.. gue udah ngamuk dari tadi. Demi ini mah Fi.. Demi..
Hiks.. Padahal gue udah mati-matian buat peran si Cinde. Gue latihan piano intensive cuy. Gue kan dasarnya udah bisa maen piano. Cuma sekedar bisa tapi. Catet. Dan untuk peran ini gue teken-teken itu tuts berjam-jam dalam sehari. Ketika mereka ngetes gue maen piano, gue lulus dengan mudah. Tapi ketika di tes untuk adu akting sama Pangeran, gue gagal. Ih Alfi mah nakal.. pilih kasih gitu. Hukum nih.
*Clap Clap
“Ambil posisi semua. Siap ditempatnya masing-masing. Ulangi scene ke 16. Oke siap semua.. Action.”
Fokus Rel. Fokus. Demi Alfi.. Drama ini mesti sukses. Gue harus jadi saudara tiri yang kejam. Walaupun itu bukan gue banget, tapi ini kan akting. Gue harus totalitas kan ya.. Sorry ya Rei yang imut. Tapi ini bisa jadi salah satu stress release karena gagal dapetin peran si Cinde. *SenyumIblis.
“Anndd... Cut! Its a wrap. Akting kamu natural banget Rel. Atau jangan-jangan kamu aslinya emang kejamnya jadi ketua basket?”
“Banget tuh.” Siapa tuh yang berani nyeletuk? Gue kasih pandangan siap-menghukum gue. Langsung diem semua.
“Ternyata kamu berwibawa ya. Semua sampe respek gitu sama kamu.”
“Makasih ya mas Didi. Besok kita latihan lagi?”
“Besok latihan lebih awal ya guys. Deadline udah mepet. Kalian boleh bubar sekarang.”
Fiuh.. Cape juga ya. Padahal Cuma akting judes dan galak doang.
“Beda jauh antara berwibawa sama kejam ngasih hukuman ya nyet. Haha..”
“Hm.. kayaknya gue mau berubah pikiran soal hukuman lo nih Rob..”
“Ampun nyet. Becanda. Cih. Sensitif banget sih lo.”
“Bodo.” *Melengos.
Udeh ah author. Lanjutin gih. Mood gue jelek nih. Farel out.
**
“Please ya Rei. Lo bujuk Alfi supaya mau ikut drama ini. Gue rasa Cuma lo yang bakal didenger sama dia. Buktinya dia setuju masuk tim basket gara-gara lo juga kan.”
Kak Farel membujukku setelah Alfi menolak untuk ikut ambil bagian dalam drama yang menurutku juga menyebalkan ini. Aku tidak bisa menolak. Terlebih setelah kak Jessica menceritakan kalau dia yang membuat draft cerita ini khusus untuk Alfi. Kak Jessica juga menceritakan tentang betapa hebatnya Alfi dulu. Aku hanya bisa manggut-manggut seperti boneka pajangan mendengar permintaan mereka.
Sebel ih. Kenapa setiap tugas yang nyangkut Alfi diserahin ke aku sih. Mereka ga tau sih kalo pandangan Alfi itu serem banget. Walau Alfi lebih ramah padaku, tapi jika ada yang tidak disukainya dia tetap akan memberikan pandangan mematikannya pada siapapun, termasuk aku. Huuwwaaa..
**
Aku berhasil membujuk Alfi untuk ikut pertunjukan drama yang-ga-banget itu. Walau aku sendiri ingin mundur, tapi kak Farel sudah memberi peringatan akan hukuman yang diterima oleh orang yang berani menolak. Mengingat aku pernah melihat bagaimana dia menghukum Adam, Aku lebih baik cari aman saja. Aku baru tahu kenapa semua takut pada kak Farel. Tapi kenapa hanya pada Alfi dia lemah?
Kenapa Cuma Alfi ih yang bisa ngelakuin semua hal tanpa ada yang berani bantah? Aturannya aku bujuk aja Alfi supaya bilang ke kak Farel agar pertunjukan dramanya batal. Dan yeah.. aku akan menerima hukuman dari kak Farel setelah itu. Malesin..
**
OKE CUT.
Pelatih akting kami, mas Didi, memberikan perintahnya.
“Bagus Rei dan kamu Prince.” Aku tersenyum. Alfi mengangguk.
“Akting kalian berdua natural. Kalian udah temenan lama?” Aku menggeleng. Alfi diam. Mendengarkan.
“Baru di kelas X ini kami temanan mas.” Jawabku.
“Tapi.. hmm.. Kalian ga pacaran kan?” APA?! *Melongo.
“Hahaha.. biasa aja kali Rei. Mas Didi cuma becanda. Habisnya ngeliat kalian kayak ngeliat sahabat yang udah kenal lama. Anyway.. pertahanin akting kalian. Sejauh ini kalian bagus. Kecuali bagian duet piano itu Rei. Kamu harus perbaiki itu.” Aku mengangguk lalu terpuruk. Mas Didi menepuk pundakku memberi semangat.
“Oke semua. Tinggal seminggu sebelum pementasan. Keep up the good work dan jangan lupa tetep latihan di rumah. Sekarang bubar.
“Jangan khawatir Rei. Aku yakin kamu bisa mainin Sonata for 2 Piano-nya Mozart.”
“Gimana caranya Fi? Aku kesulitan mainin bartok-nya. Dan karena ini duet, aku takut aku terlalu cepat atau terlalu lambat memainkannya. Aku takut merusak permainan kamu Fi.”
“Rei, kamu percaya sama aku?” Aku mengangguk.
“Kalau aku bilang kamu bisa, kamu pasti bisa.” Tangan Alfi menyentuh pundakku setelah mengatakan itu. Aneh. Beberapa orang termasuk mas Didi melakukan itu untuk menyemangatiku. Karena untuk kesekian kalinya aku mengacaukan Sonata itu. Tapi sentuhan Alfi dipundakku membuncahkan sesuatu didadaku. Semangatku benar-benar terpompa hanya dengan sentuhan itu.
“Dalam 3 hari ke depan kamu akan memainkan Hanon Arpeggio. Ini score booknya. Kamu pelajari. Oke Rei?”
“Hanon?”
“Arpeggio. Dasar yang paling dasar untuk melatih kecepatan jari.”
“Apa waktu kita cukup untuk itu Fi? Tinggal seminggu sebelum pementasan.. Apa ga sebaiknya aku latihan Sonata for 2 pianos nya Mozart aja?
“Rei.. Percaya sama aku..” Dengan kata itu Alfi menutup percakapan. Aku hanya bisa mengangguk tanpa sempat membantah.
Hufth.. Satu lagi PR untukku. Aku senang bermain piano. Amat sangat senang bisa merasakan jari jemariku berdansa di atas tutsnya. Bahkan aku bisa memainkan Liszt-La Campanella untuk perjumpaan pertama Cinderella dan Pangeran pada pesta dansa. Hanya Sonata Mozart itu yang menjadi kendala.
Aku tahu Sonata itu. Aku sudah mempelajari score book-nya. Yang menjadi kendala adalah memainkannya secara berduet dengan Alfi. Ada rasa takut yang tak tertahankan kalau permainanku akan mengacaukan permainan indah miliknya. Aku takut tempoku tidak sesuai dengannya. Dipikir-pikir, ini duet pertamaku. Aku baru tahu susahnya mensinkronisasikan permainan dan menciptakan harmonisasi yang selaras dan pas.
“Rei, Ayo pulang.” Aku tersadar dari lamunanku.
Ketika sampai di parkiran sekolah, aku melihat Jerry sudah berdiri disana. Ini sudah yang kesekian kalinya. Aku melirik pada Alfi. Dia mengangguk kaku. Lalu meninggalkanku dan pergi menghampiri Jerry.
“... Tolong ya Jer.” Aku hanya mendengar kata itu diucapkan Alfi. Lalu dia masuk mobilnya.
“Icchi.. Ikut abang dangdutan yuk.” *Melongo.
“Ih ih ih.. Jellyfish dapet kata-kata dari mana tuh. Ga cocok ih.” Jerry tertawa riang. Aku pun ikut tertawa bersamanya. Dan aku melihat kak Robby dari kejauhan.
Menghindari keributan aku segera mengajak Jerry pergi. “Nyok Jer.”
Pandangan mata Jerry melihat sosok kak Robby. “Sapa temen kamu dulu ya Icchi.”
Iih Jellyfish seneng banget bikin kak Robby jengkel. “Pergi sekarang atau aku naik bis?”
“Oke oke.. Sebentar my darling Cinderella.” APA?! KOK TAHU?!! Pasti Alfi nih. Ehm, Tolong itu matahari kenapa nyorot muka saya yang merah padam yah. *Blushing.
“Jadi beneran kamu jadi Cinderella dan bakal main drama di School Festival nanti?” Tanya Jerry dengan nada jahilnya.
“Udah ih Jalan buru.”
“Hahaha.. Aku harus nonton. Aku harus liat kamu wearing costume Icchi. Ha-rus.”
“Ga bisa wekk. Cuma anak sekolah ini dan undangan yang bisa dateng wekk.”
“Hohoho.. Kamu ga tahu aku Icchi. Kalau aku bilang aku bakal dateng. Aku pasti dateng. Aku bakal video-in pertunjukan kamu Icchi. Hahaha..” Aduh, ini AC di mobilnya Jery mati apa? Mukaku sampe panas gini. *KipasKipas.
Uughh.. drama rese’. Si Jellyfish kan jadi punya bahan ejekan untukku seumur hidup. Malesin..
**
CUUUUUTTTTTTT..
Yang ini beneran cut.
Update-an sampe sini dulu.
Part Cinderella dan Piano Kaca akan dibagi 3 bagian.
Dan dibagian akhir part ini (Kemungkinan) adalah ending dari season 1.
Makanya sengaja dilama-lamain.
Buat SR makasih udah baca. Walau bakal tambah seneng kalo ikut komen.
Buat yang mau di mention jangan lupa tinggalin jejak.
Dan buat yang ga mau di mention lagi juga bilang aja ya.
Makasih untuk Readers semua yang udah setia.
Kecup Mesra Paling Basah untuk kalian semua..
@faisalrayhan Geregetannya sama si Rei ih.. bukan sama saya.. *pundung