It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kan ada aku.... hehehee..∩__∩
kaya nya seru nih critanya..
iya baru. thx udh baca. ini cerita pertama saya. petama kali nulis jg. jd maaf klo msh bnyk kurang sana sini.
hehe.. "> thx
maaf klo udh nunggu lama. saya jd kyk punya utang sm kalian yg udh nyempetin baca cerita saya ini..
d tunggu y.. yg nitip mention.. jgn kaget y klo sewaktu waktu saya summoned.. hehehe..
Bahasa ceritanya terlalu keren untuk tulisan pertama.
Enak bacanya,ngalir. .
TS penyuka drama korea,jepang atau taiwan kah?
Ada bau2nya . .
Mention yo kalo update
bener atuh.. tulisan petama ini. saya ga prnh bikin cerita. baru ini. biasanya cm bikin puisi. hmm.. iya saya suka J-Dorama..
btw thx y @inlove udh baca cerita saya. hatur nuhun nyaa.
oww suka bikin puisi. .pantesan bahasanya bagus . .
Ada pengaruh drama asia timur di cerita ini,
ABOUT REI FROM ALFI POV
Aku Alfi. Nama panjangku.. tidak penting! Toh kalian juga tidak kenal aku. cukup panggil aku Alfi. Are we cool with that? Good.. You better be.. karena aku tidak suka dengan orang yang banyak protes dan banyak bicara.
I’m not gonna say i’m sorry for telling you guys all of that.. I’m just simply not in the mood telling you my story. Well, cerita tentang Rei sebenarnya. Kalian tahu Rei siapa kan? Bagus kalau tahu. Karena aku malas mengulang.
Rei.. Hmm... Rei.. Rei.. Rei.. What can i say? Tidak banyak. Hanya satu kata. Menyebalkan. Yup. Menyebalkan.
Aku tidak suka dengan sikapnya yang sok akrab denganku, seolah-olah kami itu kawan lama. Aku tidak suka senyumnya. Kenapa dia selalu memasang senyumnya seperti itu? seolah-olah segala hal itu menyenangkan, tiada beban dan indah. Well, for him to know.. tidak semua hal menyenangkan dan indah. Bahkan hidup itu menyebalkan. Menyakitkan.
Banyak hal yang kubenci dari Rei. Tidak mungkin ku runut satu persatu. Tapi satu hal yang paling membuatku kesal diantara semua, adalah caranya memainkan piano. Yup, piano..
Funny actually, karena piano adalah benang merah antara diriku yang dulu dan sekarang. Aku yang dengan naifnya memandang dunia ini sebagai taman bermain yang indah yang selalu bisa memberikan kedamaian dan kenyamanan. Aaahh, sudahlah.. ingatan-ingatan itu mulai terpanggil. Sial..
Back to Rei.. Cara Rei memainkan piano membuatku kesal. Ingat cerita di awal ketika awal jumpa pertama kami? Aku yang memang sangat rindu dengan piano selalu pergi ke Ruang Musik untuk menutup diri dari dunia dan untuk mengenang saat indahku dulu dengan ‘Ebony’ piano milikku yang sekarang teronggok di rumah.
Sebenarnya bukan pertama kali aku mendengar Rei memainkan piano di ruang musik itu. Namun, karena kesekian kalinya aku mendengar lagu yang sama yang selalu diulanginya berulang-ulang. Lagu Puppy of Waltz milik komposer idolaku Chopin.
Sebenarnya permainan Rei tidak terlalu buruk. Bagus malah. Tetapi entah bagaimana permainannya seolah menamparku dengan segala kemurungan yang mengungkungku selama ini. Nada yang dimainkannya terdengar ceria dan hangat. Iya, penuh kehangatan. Pastilah Rei ini sangat mencintai Piano. Karena hal itu terlihat dari setiap denting dan alunan nada yang dia mainkan.
Itulah yang membuatku benci. Permainan Rei seperti membuka luka lama yang tidak ingin ku ingat. Lagu ini adalah lagu yang sangat disukai oleh ‘dia’. Sahabatku. Keceriaan dan kehangatan yang Rei sajikan dalam denting demi denting tuts piano itu menyakitkan. Membuatku geram. Ingin kulemparkan dia dengan bangku yang kududuki sekarang juga. Tapi sayang, aku bukan orang yang kejam. Pendiam, hmm.. iya. Kejam, sama sekali tidak.
Bagaimanapun aku harus menghentikan permainan Rei ini. Sebelum ‘film-film’ itu terpampang nyata di depan mataku. Akan ku balas Rei dengan permainanku. Permainan yang akan membuat senyumnya menghilang. Dan kehangatan yang disajikannya ini terganti dengan hawa dingin kutub selatan.
Aku pun keluar dari tempat persembunyianku. Dan dengan langkah yang sengaja kutegaskan untuk memberitahu kedatanganku mendekat ke arah Rei. Dan benar saja. Permainannya terdistract sekarang. Hahaa.. langkah awal beres. Sekarang tinggal menyuruhnya menyingkir dari piano itu.
Setelah sampai didekatnya, kukeluarkan pandangan tajam ‘menyingir dari piano itu’ yang langsung dilakukannya. Aku pun menggantikan tempatnya. Kulakukan pemanasan dengan jari-jariku. Dan mulai membuka ingatan tentang lagu ini. Yap, ingatan sudah terputar sempurna. Setelah siap kuletakkan jari jemariku di atas tuts piano.
Langsung saja kumainkan nada pertama yang menghentak. Nada selanjutnya kubuat semuram mungkin seperti mars pemakaman. Padahal lagu ini adalah lagu yang ceria. Menyenangkan. Mengisahkan kenangan indah dengan sahabat terbaik manusia. Waktu-waktu yang dilalui penuh keceriaan dengan hewan peliharaan tergantikan dengan nada menusuk yang kusengajakan. Seolah peliharaan tersayang mati dengan tragis dan meninggalkan perasaan hampa dihati dengan lubang yang jelas menganga dan terbuka.
Nada terakhir pun sengaja kuseret agar kesan mendung itu masih disana dan akan terus ada. Nah, selesai sudah. Rasakan kau sekarang Rei.
Aku pun beranjak dari piano dan berbalik ke arah Rei. Dan benar saja, dia tak lagi senyum ceria. Wajahnya telah banjir air mata. Wajahnya masih terpana tak percaya dengan permainanku. Padahal itu adalah lagu yang sama dengan yang dimainkannya selama beberapa hari ini. Dan Rei masih banjir air mata. Sepertinya dia, bahkan tidak menyadari kalau dia menangis. Anak aneh.
Akhirnya kukeluarkan sapu tanganku yang disambut dengan tampang bodohnya. Dia hanya melongo saja. Akhirnya kutunjuk wajahnya. Kudekatkan jemari tangan kananku dan kuusapkan pipinya dengan jempolku. Kuperlihatkan padanya air mata itu. kemudian kembali kuserahkan saputangan milikku. Barulah dia menyadarinya. Aaahh.. Wajahnya memerah.. Bodoh.. Rei bodoh..
Akupun meninggalkannya yang mulai sibuk mengeringkan banjir air matanya tadi. Ketika aku melangkah keluar dari ruang musik, aku pun mulai dihinggapi perasaan tidak enak hati. Dan ini bukanlah sifatku. Namun, entah mengapa ketika melihat air matanya tadi dan wajah memerahnya itu, aku merasa terganggu. Aku tidak terbiasa memikirkan orang lain. Aku lebih suka memilih tidak peduli dengan semua hal. Tapi kenapa hanya karena seorang Rei aku begini.
Yup, karena Rei lah aku terganggu dengan tindakanku. Karena permainan piano Rei lah hatiku resah. Karena air mata Rei aku jadi tidak tega. Dan karena muka memerahnya itu.. aaahh.. kenapa muka memerahnya itu sangat mengganggu. Sekarang kalian paham kan kenapa aku membenci Rei.. Karena diantara semua orang yang ada di dunia ini, hanya dia yang mengambil porsi terbanyak dari pikiranku. Padahal itu pertemuan pertama kami. Sial..
Aaaarrrggghhh.. Rei bodoh.. kenapa tadi dia memerah begitu.. dan kenapa aku terganggu.. sangat terganggu.. Rei Bodoooohhhh...
**
**
Ketika kelas bubar aku beranjak ingin segera pulang. Kubereskan buku-bukuku segera. Ketika aku hendak berdiri. Disanalah dia. Rei Putra Prakoso. Menghadangku.
“Hmm.. Anuu.. Ituu.. hmm..” dengan bodohnya dia tergagu seperti itu.
“...” ku pandangi dia tajam. Dia segera menundukkan kepalanya. Semburat merah itu keluar lagi. What’s with that blushing.. Aargghh.. so bothering..!
“Ituu.. hmm.. sa.. sa.. saputangannyakupinjamdulu” gugupnya diakhiri dengan perkataan yang dipercepat. Sangat cepat. Seolah keberaniannya untuk mengutarakan maksudnya harus segera diucapkan sebelum menguap pergi.
“...” aku hanya menaikkan satu alisku masih menatapnya intens.
“... sapu tangan yang.. yang tadi kamu pinjamin.. aku.. aku pinjam. Akan kucuci dulu sebelum kukembalikan..” akhirnya dia menjelaskan maksudnya dengan sukses.. tepuk tangan untuknya. Karena dia bisa bertahan dari tatapanku. #prokprokprok. Sial..
“oke.” Karena dia masih diam. “ada lagi?” dia masih saja terdiam. “permisi” kataku akhirnya mengakhiri percakapan ini.
“By the way Aku Rei..” katanya akhirnya. Sambil mengulurkan tangannya.
Aku hanya memandanginya seolah aku tak tahu namanya. Hell yeah.. am i an idiot?! Tentu saja aku tahu namanya. Dan nama semua anak di kelasku. Juga semua guru-guruku. Karena satu kali perkenalan cukup untukku mengingat semuanya.
Rei masih saja mengulurkan tangannya. Dan dia sudah berani membalas tatapanku sekarang. Sial. Kenapa harus ditambah dengan senyumnya itu..?! dia kemudian memiringkan kepalanya dengan satu alis dinaikkan. Heran mungkin, kenapa aku belum menyambut uluran tangannya. Tetapi bahkan dalam keadaan begitu senyumnya masih terkembang.. Aneh.. Rei aneh..
Akhirnya (dengan terpaksa) ku ulurkan tanganku ke arahnya. “ Alfi” kataku singkat. Kuraih telapak tangannya. Kenapa mukanya memerah lagi? Aku hanya menjabat tangannya!! Ada apa dengan dia?! Orang aneh..
“Aku tahu..” WHAT?!! Seharusnya itu kata-kataku. Rei menyebalkan..
“Siapa yang tak kenal Alfi Hassan Alatas si Ice Prince yang termahsyur. Bahkan dari mulai senior kelas XII kenal sama kamu. Kayaknya satu sekolah deh kenal sama kamu” Lanjutnya. Heran sekali dengan Rei, bagaimana bisa ketika dia berkata begitu, senyumnya masih selalu terkembang dengan indah diwajahnya. Menyebalkan bukan? Fiuuhh..
Aku harus buru-buru menghindar dari orang ini. Rei ini berbahaya. Dia terlalu menyita perhatianku. Bahkan hanya dengan senyumnya dia menggangguku. Dengan muka memerahnya dia mengalihkan pikiranku. Sekarang kalian tahukan kenapa aku bendi dengan Rei.. karena Rei menyebalkaaann..
Akhirnya kubalas kata-katanya hanya dengan anggukan. Kukeluarkan pandangan ‘menyingkir aku mau pulang!’ kepadanya.
Dengan cepat dia sadar dan menyingkir dari hadapanku. Dan sedikit buru-buru kuseret langkahku keluar kelas. Hari ini pikiranku sedang tidak beres sepertinya. Ketika aku akan melangkah keluar kelas Rei berteriak.
“Terima kasih sapu tangannya dan mulai sekarang kita berteman..” WHAT?!!
Orang sinting itu seenaknya saja memutuskan. Siapa yang mau berteman dengannya. Hadeuh hadeuh.. kepalaku mulai pening dengan kelakuannya. Kubalikkan badanku melihat kearahnya. Dia dadah dadah sambil (teteeepp) senyum lebaaarrr.. lebaarrr sekaliii.. aku hanya geleng-geleng melihat kelakuannya.
Dari situ kupikir kata-kata Rei hanya basa basi busuk saja. Tapi dia selalu memperlihatkan kegigihannya untuk mendekatiku. Dan keinginannya yang persistent sekali menjadikkanku temannya mulai membuka diriku sedikit. CATAT. Hanya sedikit. Untuknya. Iya. Untuk Rei saja aku sedikit terbuka. Terbuka untuk pertemanan baru.
Pertemanan? Yup. Aku masih belum menganggap Rei sahatku. Walau dia sudah menganggap aku sahabatnya. Rei memang begitu. selalu positif dan ramah.
Oh iya. Satu yang paling kubenci dari Rei. Aku takut dia pergi meninggalkanku ketika aku sudah mulai menganggapnya sahabat. Karena hari-hariku sudah terlanjur dipenuhi dengan senyumnya. Aaahh.. Rei.. kau membuat hatiku resah.
**
**
gigit jempol usap telapak tangan. *kuchiyose no jutsu*
@bayumukti
@titit
@tarry
@angelsndemons
@alvaredza
@TigerGirlz
@Zazu_faghag
@arifinselalusial
@FransLeonardy_FL
@haha5
@fadjar
@zeva_21
@YogaDwiAnggara
@inlove
sebenernya mood nulis masih blom balik. gara2 ada ini dan itu bbrp hari ini (Curcol diikit #Eeaaa).. jd mf nih klo bnyk krng sana sini. moga msh suka sm cerita ini..
jgn lupa saran sm kripik nya ya..
thx yah..
*kiss dulu ah buat komennya. jd semangat nih :-*
kurang malem ngepost ceritanya kak ho ho ho :O
hahahaa.. maaf ya @YogaDwiAnggara .. soalnya cm kosong pas mlm ajah.. hehe..