It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Rencana tahun depan pengennya ke yg di Maluku (Gamalama, mungkin? Udah beli tiket soalnya), atau yah gunung di Sulawesi. Latimojong jelas bikin ngiler dan jadi prioritas. Tapi tergantung ntar cees-cees yg biasa bisa diajak ke gunung, lebih prioritaskan yg mana.
Di Sulut apa Gorontalo? Gunung mana yang kece?
Kalo di Sulut sendiri ada Soputan (Merapi-nya Sulawesi! haha), terus Lokon (ini asik bagi anda yang ingin sekalian cuci mata karena banyak anak kuliahan yang kesini XD), kalau di Gorontalo sendiri.. mmm kurang gitu beken dengan pendakian gunung, lebih ke diving spot yang sebenarnya lebih amazing, dari Bunaken (rahasia negara nih). Do you like beach? @wing
Selain ke gunung, saya juga seneng banget snorkling. Saking senengnya, baru berhenti snorkling kalo badan udah mengigil dingin, atau dipanggil sama orang lain karena kelamaan mau pulang XD
Sebenernya, untuk tahun depan ke Sulawesi itu, masih bingung antara mau ngos-ngosan ke Latimojong atau nyemplung ke Togean.
Intinya, saya senang pergi ke tempat-tempat baru dan yang relatif sepi. Bali (kecuali pulau menjangan) dan tempat2 wisata ramai ala mall/theme park tidak cocok untuk saya, haha.
Yes, i agree with you; Indonesia is an amazing country. The landscapes and its cultures are one of most terrific treasures of the world. Their uniqueness and all those subtle details are so breathtaking.
Dan sebut saya udik, tapi saya akan lebih memilih melakukan perjalanan ke pelosok salah satu pulau yang belum pernah saya denger namanya di maluku sana, ketimbang jalan-jalan ke negeri tetangga yang dari segi budget, justru kadang lebih murah.
Tahun 2011 pas ke Makassar nebeng temen kuliah, hanya keliling sekitaran kotanya saja, gak sempet jalan-jalan jauh.
Yang pas ke Dempo (tapi gagal), akhirnya saya ngelayap bareng temen ke tempat2 wisata alamnya. Kota Lahat (dan Prabumulih) bukan kota besar, jalur teramainya lebih mirip kota kabupaten lama di pulau jawa. Dulu gak jadi karena temen yg mau diajak ke Dempo gagal berangkat karena ada urusan lain.
yang sepi.. how about Wakatobi? yup, Sulawesi Tengah dan Gorontalo banyak banget tempat yang belom terjamah. Saya pernah ke Luwuk juga loh mas @wing, diajak ke tempat temen dan... I saw crocodiles sunbathing on the beach! Dan ada penyu! Satu hal yang lucu nih, cerita dari papanya temen saya itu, dulu di desa mereka itu, kalau ada mobil lewatin jalanan menuju desa yang dari tanah (dulu banget nih mas!), anak-anak kecil itu bakal ngikutin jejak mobil itu, dan konon katanya, jejak mobil yang kayak rel kereta itu, ga boleh dilangkahi.. pamali! XD
Oh iya! Ada penangkaran burung maleo juga di Gorontalo! Burung yang hampir punah itu, telornya gede banget mas wing. Bahkan burung maleo itu kalo habis bertelur dia pingsan.. LOL. Kalo bukan di Kab. Pohuwato, itu di Kab. Boalemo.. pokoknya yang ujung di perbatasan Gorontalo - Sulteng.
Hey hey.. kenapa udik. itu keren! Mungkin akan lebih keren lagi kalo nanti bisa ketemu suku dalam di Sulteng atau Gorontalo. Banyak cerita yang lucu yang bikin saya ngakak pas diceritain. Pernah ada warga di suatu kabupaten gitu lagi nyetir motor dicegat seorang polahi (baru inget, istilahnya mereka itu polahi) yang minta tolong nebeng dibelakang karena si pemotor ini memang lagi ngarah ke pedalaman juga. Nah ditengah perjalanan, si pemotor nanya mo turun dimana? pas dia liat ke belakang udah ga ada orang di jok belakang XD
Tana Toraja juga keren banget mas! Pernah denger cerita papa pas kesana juga. Wew, banyak banget yah! ini baru satu pulau dan baru sedikit tempat aja. Jadi inget, ada Kota Jin juga di Bolaang Mongondow.. Konon, ga boleh menepi disitu misalnya buat buang air kecil. Bisa masuk ke kerajaan jin dan ke kunci disana. Antara percaya da ngga, beberapa kali kejadian memang, orang hilang tanpa jejak di desa itu. Errr~
Ya, setiap perjalanan di Indonesia selalu penuh bumbu mitos, kriminalitas, klenik, legenda, dan keluguan masyarakat lokal yang membuat perjalanan semakin berwarna.
Kadang, banyak perjalanan yang lebih banyak jengkel dan susahnya daripada senangnya. Tapi itu justru yang bikin perjalanan makin bermakna dan berkesan. Ada banyak hal yang bisa kita kabarkan pada keluarga dan teman nantinya, daripada sekedar hura-hura.
Jadwal delay, nyasar dan ditipu, udah jadi seperti makan sambel, yang kalo dilihat dari segi positifnya, justru membuat kita menjadi lebih "manusia". Kesabaran dan toleransi kadang dipush sampai batas terendah yang akan terasa enjoy dan meninggalkan kesan mendalam daripada denger training motivasi/kepribadian.
Keterbatasan moda transportasi (yang sering membuat orang ogah berkeliling Indonesia), justru bagi saya adalah sebuah rahmat. Dengan jenis transportasi yang seadanya, kita dipaksan untuk melambat. Bagi saya, melambat adalah salah satu life's luxuries yang sering orang lupakan. Uang, teknologi, dan modernitas membuat orang terbiasa tergesa-gesa dan ingin selalu cepat sampai. Macet sering menjadi keluhan utama. Delay jadwal sering memicu kemarahan. Tapi saat melambat, pengamatan kita menjadi jelas dan tegas. Warna alam dan sosial tidak lagi kabur. Kalaupun tidak bisa mengamati, kita punya lebih banyakw aktu untuk membaca buku bagus atau menonton film (saya suka bawa buku/tablet buat jaga2).
Indonesia adalah surga. Dan di ajaran agama, kita dikasih tahu kalau gak ada cara mudah untuk menggapai surga. Dibandingkan berwisata ke tempat2 modern yang soulless, Indonesia bener-bener bisa bikin ketagihan dan merasakan nikmatnya hidup karena interaksi sosial-kulturalnya yang unik berpadu-padan dengan alamnya yang eksotik.
Ah, jadi ngelantur kemana-mana, haha.
Thanks @lightsaber atas ceritanya. Membuat saya semakin ingin segera sampai ke Sulawesi sana. Pulau yang memiliki folklore, budaya, dan alam yang sangat unik dan spesifik karena gak ada persamaannya dengan tempat lain di Indonesia.
Ah yak, sorry buat semua yang bikin trit ini jadi OOT. Mari kembali ke topik gunung lagi.
Kalo ga diingetin, ga akan sadar nih. Baru baca lagi postingan saya sebelumnya, ternyata ngelantur banget XD yuk bahas gunung lagi! ayo naik gunung, kenalan dengan orang baru, saling transfer energi positif. good vibes!
buat mas wing, kita tunggu nih review dari trip nya nanti
Perjalanan mendaki gunung saya, kayaknya baru start lagi tahun depan. Ya, saya cinta gunung, tetapi kalau mendaki musim hujan gini, malah mencari bahaya namanya. Sekarang, karena udah musim hujan, jalan2 sekitaran rumah aja, merasakan kembali peradaban biar gak disangka orang gunung, hehe.
Yang paling deket paling ntar awal maretan, berharap hujan udah mulai reda. Dan buat latihan kaki yang sudah terlalu lama beristirahat, paling akan hiking ke gunung2 yg relatif dekat dulu, masih sekitaran jawa barat. Sekaligus persiapan sebelum menuju Tambora nanti Mei.
Salah satu target perjalanan saya adalah mengunjungi seluruh Taman Nasional di Indonesia. Jadi, tentu saja Gunung Leuser masuk dalam list saya. Dalam imajinasi saya, salah satu jenis makhluk cryptid yang berkembang di mitos-mitos dan urban legend lokal, mungkin bersembunyi di salah satu kawasan hutan nasional, haha.
Tapi, sebenernya saya gak akan mau ketemu harimau langsung terlebih di alam liar. Hehe. One of my very first novels was Mochtar Lubis's "Harimau! Harimau!". Ketika SD kelas 2, saya membaca novella singkat itu, dan kengerian teror sang raja hutan, masih terasa sampai sekarang, haha. Ditambah tayangan-tayangan dokumenter di channel NatGeo Wild dan Animal Planet ttg kucing-kucing raksasa yang memangsa manusia. Nope. Nope. Nope. Cukup ketemu dalam dunia lewat gambar dan rekaman saja, haha. Orang utan, meski pemalu, tapi hewan ini juga sangat ekspresif dg kekuatan otot yang mengerikan. Gajah liar sumatera, well… cerita-cerita agresifnya udah kesohor Tapi pas liat way kambas sih, luar biasa lucunya. Badak sumatera, sebagai hewan soliter, kalau merasa terancam mereka juga gak kalah horornya dg gajah. Tapi, tentu saja saya akan ke Leuser. Pastinya.
Sebenernya kalo ke taman nasional, saya suka moto-moto berbagai flora, serangga, dan kelalawarnya. Ada teman-teman saya yg berprofesi sbg ahli botani, insektolog, dan chiropterolog (ahli kelelawar). Saya suka maen tebak-tebakan jenis spesiesnya dg mengirim gambar ke mereka. Dan Leuser pasti menyimpan keragaman hayati yang luar biasa.
Ah, sayangnya pas ke Sabang beberapa bulan lalu, saya gak sempet mampir ke Leuser. Dan tahun depan juga sepertinya gak akan sempat juga ke sana, angin perjalanan berhembus ke arah timur, beberapa di antaranya udah beli tiket malah. Target 2016 mungkin saya akan mulai bergerilya ke lereng-lereng bukit barisan lagi.
traveling sambil di sesuaiin sama tiket promo, hheehee
salam lestari, salam ransel.