It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Nama para tokoh dalam cerita Namamu Kupinjam memang asli pinjaman dari para tokoh di kehidupan saya.
mulai ragu.....
•••
Baru kelar bacanya, n mksh mesennya,,, cemunguttt yeah....
@solous
@callme_DIAZ
@masbadudd
@permana21
@ramadhani_rizky
@jony94
@hananta
@trisastra
@mustaja84465148
@haha5
@masbaddud
@angelsndemonds
@waisamru
@enykim
@caetsith
@angga_rafael2
@nakashima
@aries18
@san1204
@abrakadabra
@Farrosmuh
@adam25
@bayumukti
@farizpratama7
@Rimasta
@rizky_27
@fends
@eldurion
@Tsu_no_YanYan
@arieat
@rez_1
@YANS FILAN
@adinu
@beepe
@Donxxx69
@fad31
@MikeAurellio
@brianbear_89
@Shishunki
@PohanRizky
@3ll0
@ruki
@agova
@jamesfernand084
@venussalacca
@Gabriel_Valiant
@putra_prima
@Qwertyy
@fansnya_dionwiyoko
@Beepe
@danielsastrawidjaya
@nakashima
@leviostorm
@kimo_chie
@Bonanza
@Dimz
@blackshappire
@Agova
@agung_dlover
@greysakura
@bi_men
@asik69
@mahardhyka
@just_Pj
@SanChan
@sickk86
@Monic
@yeltz
@ularuskasurius
@danielsastrawidjaya
@chibibmahu
@angga_Rafael
@AwanSiwon
@Dhika_smg
@arieat
@joenior68
@treezz
@Rivaldo_Nugroho
@an_d1ka
@Djohnzon1980
@darkrealm
@boljugg
@siapacoba
@kevin_ok26
@excargotenak
@Edmun_shreek
@The_jack19
@adhiyasa
@dundileo
@WYATB
@juki_cakep
@nes16
@tazbodhy
@woonma
@dua_ribu
@Daramdhan_3OH3
@anakmami
@blackorchid
@andyVanity
@mpranata013
@Brands
@tigerGAYa
@OlliE
@ananda1
@noveri_saja
@tjah_ja
@gyme_sant
@nest16
@anan_jaya
@trace_tri
@bonanza
@Zazu_faghag
@4ndh0
@yo_sap89
@nand4s1m4
@d_cetya
@Ray_Ryo
@icha_fujo
@elul
@Zhar12
@Anju_V
@hehe_adadeh
@aicasukakonde
@amira_fujoshi
@anohito
@admmx01
@adam25
@touch
@meong_meong
@YSutrisno
@ardi_cukup
@angelsndemons
@admmx01
@joenior68
@Yudist
@langmuscle
@Kenwood
@adhilla
@yunjaedaughter
@odik07
@Monster26
@Cowoq_Calm
@21botty
@TULEP_ORIGIN
@iamalone89
@toby001
@raqucha
@BudiPamRah
@eswetod
@radio_dept
@Splusr
@line
@kikyo
@Bintang96
@haha5
@hiruma
@Soni_Saja
@kikyo
@san1204
@andre_patiatama
@Dhika_smg
@rez_1
@rasya_s
@dafaZartin
@MikeAurellio
@dimasalf
@Akukamukita
@Lenoil
@FransLeonardy_FL
@reenoreno
@zeva_21
@TigerGirlz
@alfa_centaury
@Imednasty
@doel7
@eizanki
@Fruitacinno
@ncholaees
@alvaredza
@ardi_cukup
@9gags
@Adityashidqi
@hananta
@Gabriel_Valiant
@abiDoANk
@Zhar12
@d_cetya
@sasadara
@boy_filippo
@3ll0
@Tsu_no_YanYan
@eizanki
@Fikh_r
@tarry
@4ndh0
@Just_PJ
@adamy
@GeryYaoibot95
@Fuumareicchi
@haha5
@doel7
@kikyo
@Ananda_Ades
@AkhmadZo
@Yohan_Pratama
@Dityadrew2
@diditwahyudicom1
@eka_januartan
@tarry
@EllaWiffe10
"Gimana Guh sama guru wali kelas elu?" Sapaku pada Teguh sepulang sekolah.
"Lumayan asyik sih, tapi rada aneh!" Balas Teguh.
"Aneh gimana?" Tanyaku tak mengerti.
"Bu Sugeng kalau ngomong matanya ngeliat ke atas, kaya ngintipin cicak kawin!" Tukas Teguh asal.
"Ah, yang bener Guh?" Aku sedikit heran. "Tadi di kelas gue juga belajar Bahasa Inggris, tapi bukan Bu Sugeng yang ngajar! Guru Bahasa Inggris gue namanya Miss Ika. Cantik lho orangnya! Gak tahunya dia orang Bubulak!"
"Masak? Ih, lu bikin gue iri. Enak ya di kelas elu, yang ngajar masih muda-muda!" Keluh Teguh menghela napas pendek.
"Maklum kelas gue kan kelas yang paling bontot, 1-I gitu lho!" Aku tertawa cekikikan membuat Teguh semakin sebal.
"Eh Gie, gue hari ini ada latihan basket, baliknya sore. Lu pulang duluan aja ya!" Teguh beranjak menuju lapangan.
Kulihat teman-teman klub basket yang dihampiri Teguh. Tampang mereka keren-keren, namun hanya Ule yang kukenal. Dia teman sekelasku, nama aslinya adalah Rendy, tetapi lebih sering dipanggil Ule karena tampangnya bule sama seperti ayahnya yang ekspatriat dari Amerika Serikat, sedangkan ibunya asli orang Bogor asal Pagentongan. Setelah melambaikan tangan pada Teguh, kulangkahkan kakiku menuju gerbang. Biasanya kalau tidak pulang bareng Teguh aku jalan kaki hingga ke rumah. Sekolahku berjarak 3 atau 4 km dari rumah. Kadang aku masuk blok jalan perumahan Ciwaringin untuk menghindari polusi di Jalan Merdeka. Kadang pula aku sengaja melewati Korem sekalian mampir membeli bakpau yungyen yang terkenal lezatnya di depan klinik dr.Mursidin, dokter langgananku. Em, pulang sekolah memang cocok makan bakpau ayam panas-panas.
"Eh, kamu kan anak yang tinggal di RT2 Cimanggu itu kan? Anak Pak Joko yang mobilnya Mercy, dan rumah paling besar di Cimanggu, ya kan?" Seseorang menepuk pundakku dari belakang.
Kutolehkan pandanganku ke si empu suara. Seorang anak lelaki seumuranku berseragam sama denganku menyunggingkan senyuman hangat padaku.
"Kenalkan namaku Indra!" Dia mengulurkan tangannya.
"Sugih!" Kubalas uluran tangannya hangat.
"Anak SLTPN 4 juga?"
Dia mengangguk.
"Rasanya aku sering lihat kamu. Tapi di mana ya?" Kucoba mengingat-ingat.
"Ya jelas kamu sering lihat aku. Kalau kamu mau naik angkot, kamu kan lewat depan rumahku!" Tukasnya cepat.
"Oh, iya. Aku ingat sekarang. Kamu anak yang tinggal di perumahan depan green-house BALITRO itu kan?" Aku menepuk keningku.
"Perumahan? Itu cuma gubuk kali! Bapakku cuma seorang satpam di situ," balasnya merendah.
"Kamu kok pulang sekolah jalan kaki sih? Kenapa nggak diantar-jemput sama bapakmu?" Indra penasaran.
"Aku sudah terbiasa jalan kaki, Dra. Oya, kamu kok kenal sama papaku? Padahal papaku kan jarang di rumah," aku mengernyitkan kening.
"Papamu kan donatur tetap pembangunan mesjid di RW-ku. Padahal kita tidak se-RW tapi kok papamu mau ya ngasih sumbangan untuk RW-ku?" Bebernya menceritakan kebaikan papa.
Papa memang orang yang dermawan. Beliau selalu membantu siapa saja tanpa pernah pandang bulu apakah dia berasal dari suku yang sama atau tidak, seagama atau tidak, dan sebangsa atau tidak. Dulu saja ketika aku masih SD papa sering memberi beasiswa kepada Nurhasanah, temanku anak pedagang cilok, yang menaruh perasaan suka terhadapku. Bahkan Kusmawati dan Nurazizah juga. Telah banyak anak kurang mampu yang ditolong oleh papa sehingga mereka dapat melanjutkan sekolah.
"Papa memang begitu orangnya," kataku pelan.
"Wah, aku nggak nyangka. Meskipun kalian orang kaya, tapi kalian tidak sombong ternyata!" Seru Indra dengan mata berbinar.
"Dulu waktu aku belum kenal kamu, aku pikir kamu anak yang sombong. Soalnya kamu cuma berteman dengan anak-anak orang kaya saja sih, seperti Ryan, Anton, dan Ary, anak-anak RT1!" Kata Indra sedikit hati-hati. "Mereka kan anak yang sombong, enggak pernah gaul dengan anak-anak di luar komplek mereka. Disapa saja tidak mau menyahut. Mentang-mentang anak orang kaya!"
"Maaf ya, mereka memang begitu. Jarang sekali keluar rumah. Tapi kalau sudah kenal dekat dengan mereka, mereka itu sangat baik kok!" Balasku seraya tersenyum.
"Tapi bener deh, kamu beda dari mereka. Kamu itu ramah dan mau ngobrol sama orang miskin sepertiku," lagi-lagi Indra merendah.
"Semua manusia itu di mata Tuhan sama. Tidak ada yang miskin dan juga tidak ada yang kaya. Kita semua sama harkatnya. Kalau ada waktu luang, kamu main ya ke rumahku! Nanti kuperkenalkan kamu ke keluargaku di rumah," tawarku padanya.
"Benar nih, aku boleh main ke rumahmu? Serius?" Mata Indra berbinar.
Kuanggukan kepala meyakinkannya, "Oya, ngomong-ngomong kamu di kelas mana?"
"Aku kelas 1-E. Kamu kelas 1-I kan?" Tanyanya memastikan.
"Wah, kelihatannya kamu tahu banyak tentang aku ya?"
"Sering lihat saja kamu turun naik tangga ke lantai atas di pojok sekolah. Kelas atas yang ada di pojok dekat kantin kan cuma kelas 1-H dan 1-I," ungkap Indra terus terang.
Baru saja berkenalan sepulang sekolah tadi siang, sore harinya Indra langsung berkunjung ke rumahku. Mama langsung menyambutnya hangat begitu melihat sikapnya yang begitu sopan terhadap orang tua. Sebenarnya mama juga sering melihat Indra sebelumnya. Mama sering melihat Indra mengarit rumput di dekat rumahnya. Di mata mama kelihatannya Indra adalah anak yang berbakti kepada orang tua, sopan, dan shaleh. Karena itu mama menyuruhku untuk bersahabat dengannya.
"Dari dulu aku pengen banget bisa melihat bagian dalam rumah kamu ini. Akhirnya sekarang terlaksana. Wah, kamarmu ini besar sekali ya? Pemandangan di beranda loteng juga sangat bagus!" Seru Indra berdecak kagum.
Aku hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuannya yang norak. Kusunggingkan senyuman tergelitik menanggapi segala kepolosannya.
***
Hari berganti, bulan berlalu, tanpa terasa aku sudah dapat beradaptasi dengan lingkungan sekolahku yang baru. Meskipun aku sangat mengagumi sosok Adit, akan tetapi aku tidak pernah berani mengungkapkan perasaanku padanya. Sering aku bermimpi, Adit mengencaniku di kamar, kami melakukan hubungan badan bercumbu rayu penuh kemesraan. Di saat aku terjaga dari indahnya mimpi pada tengah malam, aku tersadar sekujur celana dalamku basah penuh dengan sperma. Rasa-rasanya aku tidak melakukan apa-apa terhadap batang kemaluanku. Apakah ini yang dinamakan mimpi basah?
"Ohayou!" Sapa Sachi, kenalanku dari kelas sebelah tatkala aku melintas di depan kelasnya.
#Ohayou (Bahasa Jepang) : Pagi!
Dia anak perempuan, teman akrab-Yasmine yang sangat kukagumi. Nama lengkapnya adalah Kawada Sachiko. Ayahnya berasal dari Jepang, sedangkan ibunya asli Bogor yang tinggal di kawasan Sukasari. Ketika SD Sachi tinggal di Jepang bersama kedua orang tuanya, dan menurut rencana Sachi hanya akan tinggal di Bogor selama SMP saja, lalu setelah itu mereka sekeluarga akan kembali ke Jepang.
"Ohayou..." Balasku pada Sachi dengan senyuman hangat.
"Shukudai ga aru no?" Tanyanya dalam Bahasa Jepang.
"Artinya?" Aku tak mengerti. Sachi memang kerap mengajariku Bahasa Jepang.
Sachi membalas senyumanku, "Apakah kamu ada PR?"
"Oh, sudah kukerjakan tadi malam!" Timpalku mendekat ke arahnya. "Oya, Yasmine mana?" Kusapu pandanganku ke dalam kelasnya.
"Belum datang. Kita tunggu di situ yuk!" Tunjuk Sachi ke sebelah tangga samping kelasnya.
Kuikuti langkahnya menuju tempat yang ditunjuknya. Sebenarnya Sachi salah paham padaku. Gara-gara aku sering memperhatikan Yasmine di kejauhan, Sachi mengira kalau aku sedang memperhatikannya hanya karena Sachi selalu berada di sebelah Yasmine. Dikira Sachi aku memendam perasaan suka padanya. Dan kelihatannya Sachi pun suka padaku.
"Ugie-kun sudah dengar belum, kalau Yasmine kemarin ditembak sama Adeeb anak kelas 1-C?" Tanya Sachi membuka cerita padaku.
Aku tersentak mendengar perkataan Sachi. "Yasmine ditembak sama Adeeb?"
"Iya! Beruntung ya, Yasmine ditembak sama cowok keren kaya Adeeb? Anak BKC lagi!" Gumam Sachi pelan.
"Terus, Yasmine terima tidak?" Tanyaku penuh keseriusan.
"Maka dari itu, hari ini aku mau tanya sama dia," timpal Sachi setengah berbisik.
Tubuhku mendadak lesu tidak semangat setelah mendengar cerita Sachi. Terlebih hatiku rasanya sangat sakit seperti tertancap duri oleh bunga yang ingin kupetik. Aku memang payah, tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkan perasaan. Aku pikir masih terlalu dini untuk menjalin hubungan berpacaran.
"Ehem, pagi-pagi udah ada yang mojok nih!" Tegur Ule dan Adit yang muncul dari arah tangga. Mereka berdeham sengaja menyindirku.
"Eh, si Fitri dah lihat belum ya?" Kata Ule lagi. "Kita bilangin yuk sama Fitri kalau Ugie lagi mojok sama cewek lain di sini!"
"Eh, jangan Le! Kasihan tahu, entar si Fitri nangis lagi!" Cegah Adit.
"Tapi kan kalau nggak dikasih tahu entar Fitri gimana? Lebih baik dibilangin daripada tidak!" Ule terus berkelit.
Grrr... Rasanya benar-benar jengkel digosipkan yang tidak-tidak.
"Kamu sama Fitri pacaran ya?" Selidik Sachi.
"Jangan didengerin! Mereka itu memang suka bercanda!" Sergahku.
"Fiuh, syukurlah!" Sachi menarik napas lega.
"Maaf ya Sachi, aku permisi ke kelas dulu!" Pamitku.
"Ja mata ne!" (Kalau gitu sampai nanti ya!) Sachi melambaikan tangannya padaku. Kemudian ia meloncat-loncat girang masuk ke dalam kelasnya.
Begitu aku masuk ke dalam kelas, aku dihadang oleh Gina sahabat terdekat Fitri di kelas. Kulihat Fitri sedang duduk menelungkup di kursinya. Sepertinya dia sedang menangis sesenggukan. Gina langsung menyeret tanganku ke luar.
"Gih, memangnya benar ya kamu habis mojok dengan Sachi anak kelas sebelah?" Sambar Gina begitu kami sampai di luar kelas.
"Eng... Enggak juga sih!" Jawabku gugup.
"Tadi kata Ule kamu lagi berduaan sama Sachi di dekat tangga!" Hardik Gina membuatku sedikit gemetar.
Tubuh Gina gemuk bulat besar. Dia juga sangat pemberani dan tak pernah takut menentang lelaki.
"Kamu itu seharusnya bisa menjaga perasaan Fitri donk! Dia itu suka kamu sejak pertama kali bertemu!" Ungkap Gina blak-blakan.
"Seharusnya sebagai cowok, kamu bisa membalas perasaannya! Kamu tembak dia kek gimana caranya!" Sungut Gina sewot.
"Lho, dia yang suka kok aku yang harus nembak?" Selorohku setengah bergumam.
"Kamu itu huuuh... Benar-benar nyebelin, tahu nggak sih! Di mana-mana cowok duluan yang nembak cewek atuh!" Kata Gina berang.
Halah, dunia..dunia.. Mengapa kisah cintaku jadi serumit ini, sih? Aku cinta Ary! Aku suka Adit! Aku naksir Yasmine! Kemudian sekarang Sachi dan Fitri menyukaiku pada saat yang bersamaan. Aku harus bagaimana? Menanti kepulangan Ary dari Filipina entah kapan ia akan kembali. Menyatakan perasaan suka kepada Adit, hanya akan membuatku malu karena ia adalah idola para siswi di sekolah. Menembak Yasmine sudah terjegal oleh Adeeb anak kelas bawah yang jauh sangat keren daripada aku. Membalas perasaan Fitri, jujur saja aku tak memiliki perasaan apa-apa kepadanya. Membalas perasaan Sachi, aku hanya menganggapnya sebagai teman biasa. Tuhan, aku harus bagaimana?
"Awas kalau sampai kamu bikin Fitri menangis lagi kuubek-ubek kamu sampai babak belur!" Ancam Gina sambil berlalu dari hadapanku.
Segera setelah itu kutemui Ule yang tengah asyik berbincang dengan Andang, Hasan, dan Adit.
"Uleee..." Panggilku. "Elu memang bener-bener kelewatan! Ngapain sih pake cerita sama Fitri kalau aku lagi ngobrol berdua sama Sachi?" Sambarku padanya.
"Peace man! Peace..." Ule bersiap kabur menghindar dariku.
"Tadi juga udah gue larang supaya jangan ngadu, Gie! Tapi dasar si Ule mulutnya comel!" Tutur Adit memberiku keterangan.
"Benar kan dugaan gue, akhirnya si Fitri nangis tuh?!" Imbuhnya lagi.
"Cewek itu enggak ada yang mau diduakan cuy!" Kilah Ule tak mau disalahkan.
"Iya, tapi antara gue sama Sachi dan Fitri kan nggak ada hubungan apa-apa!" Sambarku ketus.
"Ya udah sekarang lu tinggal pilih aja, lu maunya sama Sachi apa Fitri?" Ule benar-benar membuatku jengkel.
Dia melompat-lompat dari satu meja ke meja lainnya. Berulang kali aku berusaha menangkapnya namun tak berhasil.
"Heuh, dasar Pagentongan Boy!" Dengusku sewot berlalu meninggalkannya.
***
"Mana di sini cewek yang namanya Meta? Gue mau ketemu!" Tegur seorang kakak kelas dengan suara agak tinggi.
Di belakangnya berjajar rapi gadis kawanannya dengan penampilan super junkiest melipat tangan depan dada. Hidung, bibir dan lidah mereka ditindik dengan anting perak. Rambut mereka dicat warna-warni hitam-abu-cokelat. Kaus kaki yang mereka kenakan sangat panjang mencapai lutut. Pergelangan tangan dihiasi wrist-band bercorak pelangi. Rok yang mereka pakai sangat pendek di atas lutut. Baju seragam mereka sangat ketat memamerkan pusar ke mana-mana. Jadilah mereka SUPER DAJAL yang memperlihatkan SUsu-PERut-DAda-dan buJAL! Baru kuketahui bahwa mereka inilah yang menamakan dirinya sebagai Genk VERSUS 416! Sebuah genk turun-temurun yang sudah terbentuk sejak zaman sekolah kami pertama berdiri. OMG! Kok bisa ya? Apa Tante Betharia Sonatha juga dulu pernah bergabung dengan genk ini? Who knows...
Suasana kelas sedang sepi karena sebagian siswa sedang beristirahat di kantin bawah. Meta bangkit berdiri dari duduknya menentang perempuan yang memanggil namanya itu.
"Ada apa lu nyariin gue?" Tentang Meta mengangkat dagu dengan gayanya yang sok jeger.
"Oh, jadi elu yang suka ngejar-ngejar Gia?" Didorongnya tubuh Meta sampai jatuh terjengkang oleh gadis junkiest itu.
"Kurangajar lu berani dorong-dorong gue! Emang dasar 'BITCH' lu!" Cecar Meta bangkit berdiri kembali menentang sang ketua genk.
PLAK!
Meta menampar pipi gadis itu. "Kak Gia itu udah gue taksir dari zaman SD! Sementara elu, kenal sama Kak Gia aja baru sekarang-sekarang kan?" Sungutnya kesal.
"Bangsat lu, berani nampar gue! Asal lu tahu ya, Gia itu cintanya sama gue! Dia mana mau sama cewek ganjen kaya elu!" Dicekiknya leher Meta sekencang mungkin.
Meta tak hanya berdiam diri. Dia terus berusaha melepas cengkeraman gadis itu di lehernya dan menjambak rambut sang ketua genk. "Enak aja ngatain gue ganjen. Elu tuh yang keganjenan! Gue yakin Kak Gia itu maunya cuma sama gue!"
"Sama gue dodol! Lu emang kudu dimampusin!" Serang sang ketua genk balas menjambak rambut Meta dan memukuli wajahnya berkali-kali.
Tak disangka para anggota Genk Versus yang lain turut mengeroyok Meta. Mereka menendangi pantat dan betis Meta, sebagian yang lainnya mencakari sekujur tubuh Meta dengan kuku-kukunya yang panjang. Tak ada seorangpun yang berkenan melerai perseteruan tersebut. Bukan karena takut. Melainkan karena tak seorangpun yang menyukai Meta di kelas. Bagi kami tingkah Meta memang sangat menyebalkan. Jadi, untuk apa kami harus melerainya? Bukankah ini sebuah tontonan yang seru? Anak-anak kelas sebelah saja sampai berhamburan menyaksikan pergulatan itu.
"Setan lu semua! Beraninya main keroyokan. Emang lu pikir gue bakal takut ngelawan kalian semua sekaligus?" Teriak Meta sangat lantang.
DZIIIG!
Seorang anggota Genk Versus terkena tendangan Meta tepat mengenai alat vitalnya. Gadis itu terjatuh ke lantai dan meringis kesakitan.
JEDUG!
Meta berhasil membenturkan dua buah kepala lawannya hanya dengan menarik rambut mereka yang pendek. Alhasil kedua lawannya itupun memekik kesakitan dan merasa pusing seketika. Belum lagi Meta mendorong mereka ke tembok dan memukulinya bertubi-tubi sampai KO.
BREEET!
Rok salah seorang anggota Versus yang lain berhasil dibuatnya sobek memanjang dari bawah sampai ke pinggang. Sontak cangcut yang dipakainya pun tampak jelas terlihat ke mana-mana, warna pink dengan motif love berukuran kecil-kecil di sekelilingnya. Mata para anak lelaki pun terbelalak melototinya. Gadis itu mendadak merasa malu yang teramat-sangat. Buru-buru ia memegangi roknya agar kembali tertutup rapat.
"Meta! Meta! Meta!" Semua anak lelaki memberinya semangat.
"CIIIAAAAT!" Meta pun meloncat ke udara kemudian membekuk sang ketua genk dengan dengkulnya tepat mengenai perutnya.
Ketua genk jatuh tertunduk dan masih dihantam oleh Meta dengan sikutnya tepat mengenai punggungnya.
"Aaa!" Pekik sang ketua genk kesakitan.
"Rasain lu semua!" Cetus Meta bersiap menyerang anggota Genk Versus yang tersisa.
Kelihatannya mereka sangat ketakutan melihat kehebatan Meta yang berhasil mengalahkan sang ketua.
"Ayo cepat kita kabur! Tadi gue dengar anak-anak ngelaporin kita ke guru BP!" Desis salah seorang dari mereka.
Buru-buru mereka bangkit dan berlari tunggang-langgang meninggalkan kelas kami.
"Fuck you, lu semua!" Teriak Meta menunggingi para musuhnya seraya mencebik.
"Sweet sweew! Hebat lu Met, satu lawan lima!" Puji Ule terkagum-kagum.
"Sumpah keren abis lu, Met! Persis Xena the Warrior!" Ucap Hasan cengengesan.
"Meta dilawan! Gue kan jago karate!" Pamer Meta bangga.
Kuamati sekujur tubuh Meta lebam-lebam kebiruan. Matanya bonyok terkena pukulan. Namun Meta sama sekali tidak meringis kesakitan. Ckckck... Luar biasa sekali cewek jagoan ini!
"Mana katanya anak yang tadi berkelahi di sini?" Tanya Pak Fadil salah seorang guru yang terkenal garang.
"Ah Bapak telat! Bapak telat! Adu gulatnya sudah beres Pak!" Seru anak-anak kelas sebelah setengah bernyanyi. Lantas mereka pun membubarkan diri masuk ke dalam kelasnya.
"Ibu dengar katanya Meta dikeroyok?" Bu Ati muncul dari balik punggung Pak Fadil.
"Astaga! Kamu tidak apa-apa, Met?" Tanya Bu Ati cemas.
Dipapahnya Meta menuju ruang UKS. Pak Fadil turut membantu Bu Ati memegangi punggung Meta yang berjalan tertatih-tatih.
***
Siang yang sangat terik. Aku tidak langsung pulang ke rumah karena harus mengikuti sidang MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas) yang diselenggarakan setelah bubar sekolah. Aku diminta oleh Adit selaku ketua kelas untuk mewakilinya karena Adit berhalangan hadir mengikuti kegiatan tersebut.
Aku tidak begitu tertarik menggantikan Adit mengikuti sidang tersebut. Acara ini pasti akan sangat membosankan dan hanya membuang-buang waktu saja. Enak sekali Adit, selagi aku mengikuti acara sidang, Adit malah asyik berlatih basket di lapangan bersama Ule, Teguh, dan teman-teman klub mereka. Namun kejenuhanku mendadak hilang begitu kutahu salah seorang pengarah acara tersebut adalah seorang lelaki berparas luar biasa kerennya minta ampun. Dia adalah kakak kelas yang sudah duduk di kelas 3. Tubuhnya sangat atletis dan memiliki sex appeal yang menggairahkan. Menatapnya terus-menerus membuat batang kemaluanku mengeras. Pikiranku melayang-layang ingin bercinta dengannya.
"Kamu teman sekelasnya Meta, kan?" Tegur kakak kelas bertampang keren itu usai acara persidangan.
Hari mendadak hujan. Satu-persatu teman-teman yang mengikuti sidang telah pulang dengan mobil yang menjemput mereka masing-masing. Di kelas hanya tinggal aku bersama dua orang kakak kelas yang mengarahkan acara tadi.
"Iya Kak!" Sahutku santun.
"Kakak boleh minta tolong enggak? Titip ini ya, buat Meta!" Ia menyerahkan sebungkus amplop ke tanganku.
"Bilang saja dari Kak Gia!" Katanya.
What? Jadi ini yang namanya Kak Gia? Pantas saja Meta dan ketua Genk Versus itu berkelahi habis-habisan. Rupanya Kak Gia memang asli sangat keren! Aku tidak menilai Kak Gia itu ganteng, hanya saja aura yang dipancarkan olehnya benar-benar membuatku ingin bercinta dengannya. Melihat betisnya yang seksi saja sudah membuatku bergairah. Apalagi sampai melihatnya telanjang bugil, aku bisa pingsan serasa melayang ke surga. Lebay!
"Buat apa sih Gia, kamu menitip surat untuk si Meta?" Tanya teman Kak Gia yang masih menemaninya sejak tadi.
"Aku cuma nggak mau dia terus mengharapkan cinta sama aku! Gara-gara masalah dia dengan si Vera kemarin, aku jadi terbawa-bawa ke ruang BK!" Ujar Kak Gia sambil menatap temannya itu.
"Benar Kak Gia! Jangan hiraukan mereka! Lebih baik Kak Gia denganku saja! Kita jadian yuk!" Sorakku dalam hati.
"Gie, lu belum pulang?" Tegur Teguh yang tiba-tiba muncul membuyarkan lamunanku.
"Belum!" Sahutku ceria.
"Kok kelihatannya happy banget sih?" Selidik Teguh memperhatikan roman wajahku.
"Enggak juga. Udah yuk, kita pulang mumpung hujannya reda!" Kutarik tangan Teguh menuju gerbang.
"Kak, kami permisi duluan!" Pamitku pada Kak Gia.
"Iya. Terima kasih banyak ya!" Katanya menimpali perkataanku.
Kuacungkan jempolku pada Kak Gia seraya tersenyum mengembang. Tak lama setelah itu aku dan Teguh berlari-lari kecil dalam gerimis.
"Lho Gih, 'burung' lu mau terbang ya? Kok ngejendol gitu? Hayoo... Lu habis ngeliatin apa tuh?" Tunjuk Teguh ke arah celanaku. "Emangnya tadi pas sidang ada cewek seksi ya? Siapa nih orangnya?"
Ups! Buru-buru kuhalangi jendolan di balik celanaku. "Ah, enggak ada kok!" Elakku padanya.
"Alah, udah bilang ajalah lu habis ngeliat cewek seksi kan?" Teguh terus memancingku.
"Mau tahu aja!" Sambarku sok menyembunyikan rahasia.
Busyet! Ini pasti gara-gara ngelamun jorok sama Kak Gia tadi makanya si 'Upik' jadi menegang.
"Ya udah, entar kalau ada sidang MPK lagi gua mau ikutan ah! Biar gua juga bisa ngeliat cewek seksi yang ketemu sama lu tadi!" Teguh pun tertawa berderai panjang.
"Haahaa... Ya, lu cari aja sana sampai dapat!" Ledekku ikut tergelak bersamanya.
"Kita lihat saja nanti kalau punya gue ngejendol punya siapa di antara kita yang jendolannya paling gede!" Tantang Teguh.
"Gila lu, Guh!" Kataku cengengesan.
Rasanya hari-hariku di SMP sangat penuh warna dan begitu indah. Aku ingin kebahagiaan ini tetap bertahan seperti ini. Tuhan, jangan pernah Kau ambil kebahagiaanku! Harapku dalam hati.
Marhaban ya Ramadhan...
Semoga segala amal ibadah kita semakin lancar tahun ini