It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Malam ini hujan cukup deras mengguyur daerah gue. Angin lumayan kencang, sehingga membuat jendela kamar gue terkadang seperti di gedor-gedor seseorang dari luar.
Udaranya? Oh, jangan di tanya lagi deh. Dingin pake banget, kaki gue aja berasa beku. Hujannya awet sih dari tadi sore hingga sekarang.
Gue menarik selimut hingga sebatas leher, yah sekedar untuk menghangatkan tubuhlah.
Acara TV yang tengah menayangkan program comedy tak sedikitpun membuat gue tertarik. Gue menyalakan TV cuman biar gak sepi saja, meskipun pada kenyataannya suara TV itu kalah dengan suara hujan di luar.
"Ahh, membosankan sekali..." gumam gue seraya menghela nafas.
Membosankan sekali malam ini. Acara TV gak ada yang seru. Mau internetan, paket modem gue udah habis. Ahh, tanpa paket internet, gadget secanggih apapun jadi gak ada gunanya.
Mau beli pulsa, tapi males gara-gara hujan yang tak kunjung henti. Padahal tadinya gue mau sekalian beli makan. Gue lagi males aja kalau harus masak mie instan, gue takut ketemu Tyo di bawah. Gue juga lagi males kalau harus ketemu Kang Leo.
Ujung-ujungnya gue terjebak di kamar sendiri, mati gaya. Aneh, padahal gue gak salah apa-apa sama mereka, tapi malah gue yang berasa jadi buronan di sini.
Akhh, ini gara-gara si Icha... dan Kang Leo juga deh. Mereka berdua udah ngerusak mood gue hari ini. Berani-beraninya si Icha ngebohongin gue selama ini, well dia emang gak wajib sih lapor ke gue kalau dia udah punya pacar. Maksudnya, gak wajib itu kalau gue bukan temennya.
Kang Leo juga sama aja. Dulu dia pernah bilang gak akan pacaran, dosa katanya. Tapi lihat sekarang, dia malah pacaran sama sahabat gue sendiri.
Gue sendiri gak tahu karena apa gue kecewa sama Kang Leo. Yang jelas sekarang ini image Kang Leo sudah berubah negatif. Nyesel gue pernah suka sama dia.
Gue melirik ke arah jam dinding, masih jam 9an. Mending gue ke warnet aja deh, dari pada ntar gue stress sendiri gara-gara mikirin si Ichan dan Kang Leo. Dan juga jam segini Tyo masih belum pulang kuliah, itu artinya tak ada kesempatan untuk kami bertemu.
Selimut yang sedari tadi membungkus tubuh gue, gue sibakan. Gue bangkit dan langsung meraih jaket adidas berwarna merah yang gue gantung di pintu.
Tak lupa gue juga membawa peralatan "perang" gue kalau ke warnet. Dompet, HP, card reader, kabel data, dan juga headset. Semuanya gue bawa untuk jaga-jaga.
.
.
.
Hujan masih turun dengan keras ketika gue baru saja keluar dari kostan. Bener-bener gak ada tanda kalau hujan akan segera berhenti sama sekali. Hmm, sepertinya subuh nanti gue harus merapatkan selimut dengan erat.
Tak butuh lama buat gue untuk sampai ke warnet. Wong cuman beberapa langkah doang, sambil ngesot pun bisa kali hehehe
Di depan warnet masih terparkir beberapa motor. Gue sempat ragu, jangan-jangan warnetnya penuh, pikir gue. Meskipun begitu gue tetep masuk dan mencoba bertanya pada operatornya.
Seorang pria berjaket hitam tengah duduk di kursi operator. Tatapan matanya tertuju pada layar monitor, sementara kedua tangannya sibuk mengetik sesuatu di atas keyboard.
"Maaf, ada yang kosong gak?"
Pria itu berhenti mengetik. Ia kemudian melirik gue dengan tajam. Sebenarnya pria itu cukup tampan. Kulitnya kuning lansat dan matanya agak-agak sipit gitu.
Usianya mungkin sebaya dengan gue. Kemudian tinggi badannya... Ah, entahlah, gue gak tahu pasti karena posisinya sedang duduk saat ini. Jika di lihat-lihat mungkin dia mirip dengan Rio Hartanto, si pembalap A1 kebanggaan Indonesia.
"No.15!" kata pria itu dingin, nyaris tanpa ekspresi. Ah, ganteng-ganteng kok jutek, ilfeel gue.
Gue kemudian beranjak pergi mencari bilik no.15, meninggalkan operator jutek itu yang kini kembali dengan kesibukannya.
Beberapa bilik yang gue lewati dalam keadaan terisi. Ada yang sendirian dan
ada juga pasangan muda mudi. Heran
deh, malam mingguan kok di warnet, gak romantis amat.
Tak susah untuk menemukan bilik no.15. Ah, sialan, padahal tadi gue sempet ngeliat bilik no.9 kosong, tapi si operator jutek itu malah ngasih bilik paling ujung, mana deket kamar mandi pula, pasti bau.
Dengan terpaksa gue masuk ke dalam bilik no.15. Sekatnya cukup tinggi sehingga gue gak bisa mengintip ke bilik sebelah, begitu pun sebaliknya. Ah, pantes saja banyak muda-mudi di sini, mau mesum pun gak akan ketahuan kayanya.
Gue kemudian menyalakan komputernya, butuh beberapa menit untuk proses boating. Sembari menunggu, gue memperhatikan keadaan sekitar.
Monitornya LCD 17 inc pabrikan cina, lumayan besarlah. Ada juga headphone yang tergantung manis di sudut monitornya. Itu artinya gue gak perlu menggunakan headset yang gue bawa.
Di atas bilik gue ada AC, tapi kayanya lagi di matiin. Yah, di Bandung mah kalau lagi ujan gini sih gak pake AC juga dingin. Ini kali pertamanya gue masuk ke dalam warnet ini, soalnya waktu sama Icha dulu gue cuman masuk sampai meja operator doang.
Yah, kalau di lihat-lihat warnetnya lumayan bersih juga. Spek komputernya juga kelihatan masih baru-baru. Cuman tinggal nyobain koneksi aja, kalau cepet berarti gue bakalan betah kemari.
Booting komputer sudah selesai, kini layar monitor itu menampilkan tampilan billing explorer. Gue kemudian mencoba untuk masuk, namun saat gue menggerakan pointer, ternyata mousenya gak jalan.
Gue berdecak kesal seraya terus mencoba menggoyang-goyangkan pointer mousenya, tapi percuma, mousenya tetep gak jalan.
Dengan berat hati gue beranjak dari kursi menuju meja operator di depan. Di sana, ia masih fokus dengan layar monitornya, entah apa yang sebenarnya dia kerjakan.
"A, kok mousenya gak jalan ya?" tanya gue.
Dia melirik gue dengan tatapan yang sama dinginnya seperti tadi. Gue bisa melihat dia sedikit terganggu dengan kedatangan gue.
Dengan ogah-ogahan dia bangkit dan menuju lemari kecil yang berada di sampingnya. Ia kemudian membukanya dan mengambil sebuah mouse baru.
Gue merinding saat dia melewati gue begitu saja tanpa melirik gue sedikitpun. Gue pun kemudian mengikutinya dari belakang.
Tak butuh waktu lama baginya untuk mengganti mouse yang rusak dengan yang baru. Sepertinya dia udah cekatan kalau masalah benerin komputer, beda dengan gue yang nyolokin flashdisk aja takut kesetrum hehehe
"Jangan di rusak lagi ya!" cibir pria itu sebelum dia meninggalkan bilik gue.
What the --- maksdunya dia ngomong gitu apa sih? Apa secara gak langsung dia nuduh gue yang ngerusak mouse itu? Ahh, parah, perasaan gue belum ngapa-ngapain deh.
Songong tuh operator. Kok yang punya warnet mau ya nerima dia jadi operator? Apa gak bikin pelanggan pada kabur tuh?
Gue doain mudah-mudahan warnetnya gak laku biar di tahu rasa. Ehh, gak jadi deh, kan Tyo sayang juga kerja di sini, kasihan dia kalau warnetnya gak laku.
Singkat cerita gue udah 30 menit maen di sini. Sambil nungguin downloadan bokep, gue buka facebook, twitter, dan Mirc. Hehehe, gue iseng aja sih buka mirc, terakhir gue chatting di sana pas masih SMA.
Gue stand by di channel #GIM, gue gak minat buat ngajak chat orang duluan. Ada yang nyapa gue sukur, gak juga gak masalah.
Gue cuman fokus maen facebook sama twitter doang. Apa lagi pas gue tahu Icha lagi online di twitter, gue stalk dari tadi dia lagi ngetweet-ngetweet kata-kata galau. Ah, paling juga copas dari akun kata-kata bijak, pikir gue.
Iseng, gue sengaja mengetweet beberapa kicauan bernadakan sindiran untuk Icha. Gue yakin dia pasti membacanya, buktinya dia ngereply tweet gue dengan sebuah emoticon sedih.
Gue tersenyum sinis. Dengan jahatnya gue abaikan setiap mention darinya. Gue sengaja membuatnya makin bersalah pada gue, biar dia tahu rasa.
Downloadan bokep gue udah hampir selesai. Internetnya lumayan cepetlah, baru setengah jam aja gue udah bisa ngedownload beberapa video yang sizenya "menggila".
Gue kemudian nyolokin flashdisk dengan hati-hati ke portnya. Tapi ternyata gak ke detect. Gue udah coba beberapa kali pun, flashdisk gue masih gak ke detect. Wah, ini flashdisk gue yang rusak atau komputernya yang kamseupay.
Gue pun kemudian beranjak dari kursi dan segera menghampiri si operator warnet. Dia lagi makan mie instan saat gue menghampirinya.
"A, kok di komputer saya gak bisa colok flashdisk ya?"
Dia menghentikan aktifitasnya, kemudian menatap gue dengan poker facenya. "Komputer itu emang rusak portnya, kadang jalan kadang nggak," katanya.
"Terus gimana dong?"
"Gimana apanya?" Lah, kok dia malah balik nanya sih, dasar orang aneh.
"Saya mau ngecopy data ke flashdisk,"
"Terus mau gimana lagi? Kan saya udah bilang portnya rusak," katanya beralasan.
"Kalau pindah komputer boleh gak?"
"Komputernya pada penuh, gak ada yang kosong lagi,"
"Loh, itu bilik no.9 kayanya kosong," sergah gue bersikeras.
"Rusak!" jawabnya singkat. Gue bener-bener gak habis pikir, kenapa dia bisa jadi operator warnet di sini.
Tampangnya emang ganteng, cocok buat pemanis untuk menarik cewek-cewek labil agar berkunjung kemari. Tapi attitudenya enggak banget, terlalu cuek dan dingin. Pelayanannya juga kurang memuaskan, gak cocoklah untuk berhadapan langsung dengan pengunjung.
Gak ingin berurusan dengan operator jutek itu, gue pun kembali ke bilik gue. Gak jadi copy video pun gak masalahlah, toh bisa download lagi nanti.
Gue buka tab mention twitter gue, di sana ada beberapa tweet permintaan maaf dan juga tweet yang menyuruh gue untuk membalas smsnya. Dan dengan masa bodohnya, gue abaikan lagi permintaan-permintaannya itu.
Tiba-tiba gue kepikiran untuk mencari akun medsos milik Tyo. Gue stalk following-following akun twitter temen-temen SMP gue, berharap nemu akun milik Tyo.
Gak susah kok menemukan akun twitter milik si Tyo, soalnya gue udah tahu akun mana aja yang kira-kira berteman dengan si Tyo. Jangan remehkan kemampuan stalk yang gue punya hehehe
Akun dengan display name Prasetyo itu menggunakan foto dirinya yang tengah selfie di depan komputer, gue tebak itu komputer operator di warnet itu.
Ahh, ganteng sekali dia, fresh banget. Apa lagi fotonya gak pake filter-filter alay, jadi kelihatan natural gantengnya.
Di lihat dari update-an terakhirnya, kayanya Tyo jarang buka twitter deh, soalnya isinya update-an dari path semua. Gue jadi ragu, follow gak ya?
Gue kemudian melihat koleksi foto-fotonya Tyo. Kebanyakan sih foto-foto yang ada tulisan kata-kata bijak. Foto-foto selfie Tyo yang sendirian atau pun dengan teman-temannya juga ada.
Gue gak bisa menahan senyum liat foto-foto Tyo, kayanya gue bener-bener naksir lagi deh sama dia. Tapi senyum gue mulai perlahan memudar, tat kala gue melihat beberapa foto dia bersama seorang perempuan.
Fotonya terlalu mesra untuk seseorang yang cuman hanya teman. Apa lagi melihat caption mereka yang mamah papahan.
Sial, gue cemburu banget ngelihatnya. Gue mungkin emang gak akan pernah ngedapetin Tyo seutuhnya, tapi mengetahui fakta dia sudah mempunyai kekasih membuat gue semakin kesal, sama seperti ketika gue tahu hubungan Icha dan Kang Leo, tapi ini lebih nyess gimana gitu.
Hmm, ngerusak mood aja ah. Kok perasaan hari ini ngeselin banget ya. Kayanya ini hari sial gue deh. Di mulai dari hubungan Icha dan Kang Leo, ketemu operator songong, hingga mengetahui fakta kalau Tyo udah taken, mana pacarnya cantik pula, hilang sudah deh kesempatan gue buat ngedeketin Tyo.
Dengan kesal, gue melogout semua medsos yang gue buka, kemudian logout dari billing. Ya, gue putuskan untuk udahan aja, gue gak mau keyboard di depan gue ini rusak karena menjadi pelampiasan gue. Belum terjadi sih, tapi kan gak ada salahnya.
Saat mau membayar, operator songong itu kembali membuat gue kesal. Kejadiannya terjadi karena uang yang gue bayar kurang serebu. Bukan karena gue gak bawa duit, tapi karena gak ada recehan lagi di dompet. Mau bayar pake duit gede, si operator beralasan gak ada kembalian.
Sekarang siapa yang salah coba?
"Yaudah, nanti saya balik lagi ke sini," kata gue.
"Siapa yang bakal ngejamin kamu bakal balik lagi kesini?!"
"Gue ngekost di atas kali. Gue pasti bakal balik lagi kesini!" seru gue dengan nada tinggi, gue emosi.
"Tetep aja, di sini gak boleh ngutang!"
Gue berdecak kesal, ini orang kok ngotot amat sih, di kira gue gak mampu bayar kali ya.
"Sorry ya, gue juga gak mau ngutang kok. Gue cuman mau ke kamar bentar, ngambil duit, terus di kasihin ke Aa yang baik hati dan ramah ini!" kata gue dengan nada menyindir.
Tiba-tiba saja Tyo datang entah dari mana. Dengan ekspesi tanpa dosanya, ia bertanya, "Eh, Ada Audy, tumben ke sini," katanya.
"Yo, bilangin dong ke temen lo ini, kalau jadi operator itu gak usah songong!" pekik gue. Dengan kesal gue meninggalkan warnet terkutuk itu.
Gue sempet ngeliat si operator itu hendak protes, tapi gue langsung buru-buru kabur. Gue yakin Tyo yang akan mengatasi masalah gue dan si operator itu.
Yang penting gue kudu cepet-cepet pergi, gue udah terlalu kesel ngeliat Tyo dan si operator songong itu.
.
.
.
Maaf ya gak bisa mention, aku online di tempat yang 'berbahaya' sih hehehe
lagi donk ts, lanjuuuut
Ada yg orang songong kayak gitu hahhaa blm pernah ketemu orang begitu.
Ko @Tsunami
kek nya next figuran lagi nih tuh op jutek
lanjut dong
lanjut dong te es