It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@firkhafie
Pagi ini cuaca sangat cerah cemerlang, matahari bersinar dengan terang menghangatkan bumi ini. Suara burung saling bersahutan riang gembira ikut menyambut datangnya pagi ini. Tak henti hentinya hatiku mengucap syukur kepada ALLAH atas nikmat dan karunia yang di limpahkan untuk pagi ini.
Semua santri telah berada di lapangan upacara untuk mengikuti pembukaan tahun ajaran baru sekaligus upacara pengibaran sang saka bendera merah putih.
Seluruh santri telah berbaris memanjang berjejer ke belakang sesuai dengan tingkatannya. Wajah mereka tampak berseri seri menyongsong hari yang indah ini. Bagi santri kelas 2 dan 3, rasa kangen terhadap teman, guru dan suasana di pondok kini terobati sudah setelah mereka berkumpul kembali hari ini.
Begitupun yang ku rasakan pagi ini. Ku gantungan semua harapan dan cita cita di pondok ini. Ku berjanji akan berusaha menjadi manusia yang berguna bagi keluarga nusa bangsa dan agama.
Di depan barisan para santri tampak barisan para guru pengajar di pondok pesantren ini. Jumlahnya kira kira 25 sampai 30 orang dengan berbaris memanjang ke samping. Mereka pun tampak gembira menyambut tahun ajaran baru di pondok pesanten. Senyuman tak henti hentinya mereka berikan kepada semua santri.
Upacara pun segera di mulai semua santri dan guru mengikuti dengan khidmat. Kak pian tampak gagah dan mempesona sebagai pempimpin upacara pagi itu. Suaranya tegas dan lantang memberi komando kepada seluruh peserta upacara.
Pak agus sebagai kepala sekolah di pesantren memberikan pidato selamat datang kepada murid baru dan selamat belajar kembali kepada murid kelas dua dan tiga. Beliau berpesan agar semua santri belajar dengan semangat dan selalu taat pada peraturan pesantren.
Setelah upacara selesai kami di persilahkan untuk memasuki kelas yang sudah di atur pihak pesantren. Memang di pesantren tempat ku belajar tidak ada yang namanya MOS. Pihak pesantren menganggap kegiatan itu hanya buang waktu saja dan lebih baik di pakai untuk kegiatan belajar mengajar.
Untuk pembagian kelas memang sudah di atur sebelumnya sesuai dengan barisan kamar tidur yang kami tempati. Satu kelas berisi 20 santri dan yang pastinya aku sekelas sama widi karena kita satu baris kamar tidur bahkan satu kamar.
Baru beberapa hari saja widi sudah terlihat sangat akrab sekali dengan semua santri di pondok. Bahkan mungkin semua santri sudah mengenalnya, hal ini di karenakan sosoknya yang terlalu nyentrik dan terlihat berlebihan daripada santri yang lain. Berbeda dengan aku yang tergolong sedikit pendiam, untuk saat ini hanya baru mengenal beberapa santri saja.
Setelah memasuki kelas terlihat meja dan kursi tertata rapih sekali. Tatanannya di buat 4 baris ke samping, setiap barisnya di isi 5 meja ke belakang. Karena jumlah satu kelas 20 orang sudah di pastikan kita duduk sendiri di meja masing masing. Ku lihat widi sudah berada di dalam kelas dan duduk di barisan depan dekat pintu kelas.
"Dan, lo duduk di meja sebelah aja" ucap widi begitu melihatku.
"Ogah ah, gua mending di belakang aja lebih santai" jawabku.
"Yah gak seru kalo di belakang, jangan nyesel kalo gak kesorot lampu kamera" timpal widi.
"Idih, lo pikir lagi shooting" balasku sambil menjewer telinga widi.
"Aduh sakit dodol, terserah lo deh mau duduk dimana" kata widi sambil meringis.
Tiba tiba saja masuk seorang guru dari arah pintu sambil mengucapkan salam. Serentak kami membalas salamnya sambil gelagapan mencari tempat duduk yang paling dekat dengan posisi kami berdiri. Ku putuskan untuk duduk di belakang meja widi.
Sesudah duduk ku coba memperhatikan ke arah guru yang baru datang itu. Begitu melihatnya rasa kagumku terhadap seorang pria tumbuh kembali. Guru itu tampak gagah sekali dengan sedikit janggut di dagunya. Kulitnya terbilang agak cokelat tapi terkesan manis bagi yang melihatnya. Senyumnya lebar dan sangat mempesona ketika menatap seluruh siswa.
Ketika guru itu berjalan ke tengah kelas mataku tak berhenti mengikutinya. Karena takut ketahuan ku alihkan pandanganku ke depan tepat ke arah widi duduk. Ku lihat widi pun sama menatap dengan rasa takjub dan mulut sedikit terbuka melihat ke arah sang guru. Ku rasa tatapannya sangat aneh terhadap guru itu.
Timbul niat jahilku terhadap widi, ku sentuh punggung widi menggunakan ballpoint dengan sedikit menekannya.
"Eeee.. eeeee.. nusuk" teriak widi dengan spontan.
Serentak semua santri dan pak guru menatap ke arah widi sambil tersenyum geli, begitu juga diriku berusaha menahan tawa melihat respon dari widi. Ternyata widi kagetan juga bisikku dalam hati.
"Ada apa..???" tanya guru itu pada widi.
"Ini pak, punggung saya di tusuk sama dani" jawab widi sambil mendelik menunjuk kearahku.
"Jangan becanda belebihan, nanti kalian kebablasan dan syaitan akan mudah menghasut orang yang becanda berlebihan sehingga menimbulkan pertengkaran" ujar pak guru dengan lembut.
"Iya pak guru ma'afkan saya" balasku.
Tadinya aku mengira bakal di marahi bahkan di hukum karena ulahku tapi untungnya pak guru bersikap bijaksana menghadapi muridnya. Ku lihat widi cemberut sambil mengepalkan tangannya ke arahku.
"Oh iya, Perkenalkan nama saya Iwan mulyadi atau panggil saja pak iwan" kata guru itu memperkenalkan diri.
"Saya di tunjuk untuk menjadi wali murid untuk kelas ini dan saya mengajar pelajaran matematika di pondok ini" katanya lagi menjelaskan.
Ya tuhan beruntung sekali kelas ini mendapatkan wali kelas ganteng dan bijaksana seperti pak iwan bisikku dalam hati.
"Sekarang giliran kalian memperkenalkan diri agar saya dapat mengenal kalian lebih dekat" ujar pak iwan lagi.
Tanpa di suruh widi segera bangkit dari meja tempat duduknya dan menghampiri pak iwan di depan kelas. Dengan percaya diri widi langsung berbicara.
"Perkenalkan nama sa.." Ucap widi tapi di potong pak iwan.
"Sebentar, sebelum mulai berbicara sebaiknya kamu mengucapkan salam terlebih dahulu" ujar pak iwan.
Mampus lo wid bisikku dalam hati.
"Islam itu berarti keselamatan, kedamaian, ketenangan, dan kesejahteraan. Sudah selayaknya bila setiap Muslim senantiasa menyebarkan salam dan kedamaian, baik kepada orang yang sudah dikenal maupun yang belum dikenal.
Abdullah bin Amru pernah bertanya kepada Rasulullah SAW, 'Bagaimanakah Islam yang baik itu?' Beliau menjawab 'Kamu memberi makan dan mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal maupun tidak.'" Terang pak iwan menjelaskan.
"Iya pak saya mengerti" kata widi malu.
Widi pun mengulang kembali dengan mengucapkan salam terlebih dahulu. sebelum widi selesai memperkenalkan diri, kembali dia harus terhenti karena ada yang mengucap salam dan mengetuk pintu kelas dari luar.
Pak iwan bergegas keluar kelas menghampiri orang yang mengetuk pintu dan meninggalkan widi yang melongo di depan kelas.
Semua santri berusaha menahan tawa melihat widi celingukan gak jelas di depan semua orang. Begitu pun aku sambil berusaha melihat keluar siapa yang datang mengetuk pintu. Karena terhalang pintu yang tertutup aku tidak dapat melihat siapa yang datang itu. Bodo amat lah pikirku dalam hati paling mencari pak iwan.
Pak iwan kembali masuk dan berkata:
"Disini ada yang namanya nanang hamdani'
Degg aku kaget begitu pak iwan menyebut namaku.
"Saya pak" jawabku sambil berdiri.
"Kamu di tunggu kak pian di mesjid sekarang juga" kata pak iwan lagi.
Hah ada perlu apa lagi kak pian memanggilku.........
Hatiku dongkol dan benci setengah mati kenapa harus ada yang mengganggu di saat yang penting seperti ini. Dan lagi lagi nama kak pian lah pengganggu itu dan pasti ini berhubungan dengan lanjutan hukuman yang akan ku terima karena kesalahan di hari pertama datang ke pondok. Huuuhhhh batinku sangat gusar sekali.
Setibanya di mesjid ku lihat kak pian sedang duduk di teras mesjid.
"Ada apa lagi kak nyuruh aku kesini, padahal di kelas sedang perkenalan. Apakah ini menyangkut tugas aku selanjutnya" kataku gusar.
"Owh kamu udah tau, ma'af kalo kakak agak sedikit mengganggu, tapi tugas tetaplah tugas apalagi yang menyuruh pak agus sebagai kepala sekolah disini" jawab kak pian.
Batinku menyesal sekali dengan kejadian subuh itu kenapa harus berurusan sama kak pian dan pak agus yang ternyata kepala sekolah di pondok pesantren ini.
"Tolong secepatnya kasih tau tugas apa yang harus ku kerjakan" tanyaku.
"Tugas kali ini kamu harus membantu kakak membersihkan penampung tempat wudhu di mesjid ini, setelah di tinggal 2 minggu airnya sudah mulai keruh" jawab kak pian.
"Ya sudah kita kerjakan sekarang, biar cepat selesai dan aku bisa segera kembali ke kelas" ujarku semangat.
"Jadi tujuan saya menyuruh kamu membantu pekerjaan ini adalah supaya kamu bisa tau artinya kebersamaan. Hal apapun akan terasa ringan bila di lakukan bersama-sama dan cepat selesai dalam hal pengerjaan, begitu pun dengan solat" ujar kak pian menjelaskan.
Huh bakal lama ini mah belum apa apa ceramahnya sudah duluan batin ku menggumpal.
"Begitu pun dalam pengerjaan solat, solat berjamaah lebih baik daripada solat sendiri atau munfarid. Solat berjamaah merupakan syi'ar islam yang sangat agung, menyerupai shafnya malaikat ketika mereka beribadah, tujuan utamanya yaitu untuk saling mencintai sesama muslim, saling mengenal, saling mengasihi, saling menyayangi, menampakkan kekuatan, dan kesatuan umat muslim." Jelasnya lagi.
"Iya kak" jawabku mencerna kata katanya.
"Makanya kamu jangan menyepelekan apabila ada yang mengingatkan untuk segala solat apalagi solat berjamaah" katanya lagi.
Setelah itu kak pian mengajak aku ke belakang menuju tempat penampungan air wudhu.
"Hah tempatnya segede ini kak" tanyaku kepada kak pian.
"Udah kerjain aja, kamu tau gak ukuran tempat air yang bisa di pakai untuk wudhu dalam ajaran islam" tanya kak pian.
"Tau kak, minimal 2 qullah atau sekitar 270 liter" ujarku mencegah kak pian ceramah lagi.
"Bagus kalo sudah tau, makanya jangan heran kalo tempatnya sebesar ini" katanya lagi.
Kemudian kak pian mencabut tutup lubang bak penampungan supaya airnya bisa keluar dan terkuras sebelum membersihkannya. Aku pun bergegas mengambil peralatan yang di perlukan. Setelah air terkuras semua kak pian hendak naik ke atas bak penampungan yang memang posisinya di buat agak tinggi supaya memperlancar jalannya air ketika berwudhu.
Dengan bertumpu pada kedua tangan, kak pian berusaha mengangkat badannya untuk bisa masuk ke dalam bak penampungan. Tampaknya kak pian sedikit kesusahan melakukan itu. Beberapa kali usahanya mengalami kegagalan.
Setelah berusaha berkali-kali akhirnya kak pian berhasil naik ke dalam bak penampungan. Tapi baru saja kakinya menapaki lantai bak penampungan..
Buuugggggggggggggggg..
Ku lihat kak pian jatuh terlentang ke dalam bak penampungan dengan segera ku hampiri sambil berlari. Dengan kaki berjinjit ku coba melihat keadaan kak pian di dalam bak, Memang lantainya sudah di tumbuhi lumut hijau tadi mungkin kaki kak pian menginjak lumut itu.
Ku coba menggapai tangan kak pian untuk membangunkannya.
"Maka'a hati hati dong kak, jangan main masuk aja" kataku setelah berhasil membangunkannya.
"Tadi gak tau kalo lantainya selicin itu" jawabnya sambil meringis
"cepetan bangun jangan manja" jawabku meledek.
"Enak saja manja, sakit banget tau apalagi bagian punggung" katanya sambil memegang punggung.
Kak pian bangun lagi dan berusaha duduk di pinggir bak penampungan. Tanpa ku duga kak pian melepas kaos yang di pakainya. Mungkin dia merasa kaosnya basah dan kotor. Aku melotot menahan nafas melihat pemandangan seperti ini.
"Dani tolong lihat punggung saya, ada yang luka gak..?? Kok perih banget rasanya" kata kak pian sambil membelakangiku.
Ku coba mendekatinya dengan kaki sedikit gemeteran. Terlihat kulitnya bersih, putih dan mulus tanpa cela serta di hiasi bulu ketiak yang menyembul di antara jepitan kedua tangannya.
Semuanya terlalu indah dan tak bisa ku lukiskan dengan kata-kata...........
Tadi saja kalau tidak bisa menahan diri ingin rasanya ku peluk dan ku belai mesra tubuh kak pian. Oh Tuhan sebenarnya apa yang terjadi pada diri ini.
Ku masuk ke dalam kamar dan ku dapati widi sedang cekikikan sambil membaca buku yang di pegangnya. Ku coba membuang pikiran kacau ini dengan mendekati widi yang tengah asyik membaca.
Terlihat tangannya sedang memegang sebuah buku dengan sampul animasi seorang anak gadis rambutnya di kepang memakai kaos pink dan rok mini dengan motif bunga bunga. Sangat jelas bukunya berjudul EIFFEL I'M LOVE.
Novel ini memang tengah hit pada saat itu bahkan sempat di angkat ke layar lebar dengan judul yang sama dan di perankan oleh samuel rizal dan shandy aulia, novelnya sendiri di tulis oleh rachmania arunita. Pantas saja widi sampai cekikikan membacanya.
*saya pun sangat menyukai novel yang bertema seperti ini dan mungkin novel ini sangat mempengaruhi dalam gaya penulisan saya pada cerita ini. Saya bukan termasuk orang yang menyukai novel atau bacaan dengan penggunaan bahasa/kata berbau sastra. Jadi harap di maklum kalau cerita saya seperti membaca buku diary yang tidak terlalu banyak menggunakan bahasa sastra.* hehehe..
Kembali ke cerita..
Ku dekati widi sambil berusaha ikut membaca novel yang di pegangnya.
"Apa'an sih ganggu aja, orang lagi asyik begini" ujar widi.
"Pelit amat, ketawa gak bagi-bagi" balasku sambil tetap berusaha membaca.
"Nih ambil aja gua baca buku yang lain aja" kata widi.
"Asyiiiikkk" timpalku semangat.
Kemudian widi berjalan ke arah lemari dan mengambil sebuah buku dari dalam tasnya. Widi kembali duduk di kasur dan kepalanya bersandar ke tembok. Ku sempat melirik buku apa yang di bacanya, dan ku terkejut setelah melihat buku yang di pegangnya. Buku itu berjudul "BIARKAN AKU MEMILIH pengakuan seorang gay yang coming out"..
Bukunya seakan menjawab kegelisahan pikiran ku selama ini.
Gay adalah sebutan kepada orang yang mencinta sesama jenis..
Apakah aku seorang gay..???
Apakah widi juga sama sepertku yaitu seorang gay....