It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
CARA KETIGA:
“Ini berasal dari Skotlandia. Menyelinaplah masuk ke dalam hatinya lewat sebuah hadiah. Dan target tak perlu tahu siapa pengirim hadiah tersebut. Hadiah itu hanya sebagai tanda kalau ada seseorang yang tertarik padanya.”
Hadiah apa yang pantas untuk diberikan?
Hmmm, apa ya benda yang berhubungan dengan cinta? Bunga? Atau cokelat?
Zeko memilih cokelat!
Dengan mengendap-endap ia taruh sebatang cokelat di atas jok motor Avid saat jam istirahat kedua berakhir. Soalnya hanya saat itu parkiran sepi. Lalu setelah pulang sekolah, dengan secepat kilat ia menuju parkiran, membuntuti langkah Avid.
Satu… dua…
“Sial!! Siapa nih yang naruh cokelat di jok gw?!” teriak Avid kesal.
Zeko langsung menepuk jidat. Ada yang terlupakan olehnya. Indonesia ini Negara tropis. Cokelatnya encer kena panas!!!
Zeko baru saja hendak pergi dari sana, ketika seorang cewek menghampiri Avid. Cewek itu Elvira. Ketua gank cantik di sekolah. Dan---apa itu yang ia bawa di tangannya?
“Hay, Kak. Mau kue Mangga nggak?” Elvira menyodorkan kue itu ke hadapan Avid. ‘Buatan aku sendiri lho…”
Karuan saja semua yang di sana langsung bersuit-suit.
“Wahhh, terima kasih,” jawab Avid sumringah.
Elvira mengangguk malu-malu.
“Kelihatannya enak nih…” puji Avid.
Ugh!
Cewek ganjen itu hanya melakukan hal kecil dan kelihatannya berhasil.
***
Waktu terus berlalu. Sudah enam cara yang Zeko coba berdasarkan buku itu. Tapi tak ada satupun yang berhasil.
Kini ia berharap pada cara yang ketujuh.
CARA KETUJUH:
“Ini kepercayaan dari kaum Gypsy, cinta harus dibangun dari diri sendiri. Gunakanlah kekuatan cinta untuk membuat kita menjadi pintar. Jadilah lebih bersinar dan lebih baik untuk segalanya. Berpenampilanlah dengan maksimal… dan dijamin, dia akan menjadi milik anda!”
Uhmmm, bener juga sih. Avid itu cowok perfect. Yang mendampingi dia juga harus perfect. Kalo kusam kayak gw, gimana dia mau?? Gumam Zeko dalam hati.
Nggak ada salahnya mencoba. Tapi dimulai dari mana ya?
Lulur kali ya?
Zeko berlari menuju kamar mandi. Seingatnya ada lulur sang mama di sana. Ia bisa menggunakannya. Yeah, ia akan luluran mulai sore nanti.
Tidak sampai di situ, Zeko juga membeli masker wajah untuk dipakai sebelum tidur nanti. Tidak ketinggalan irisan ketimun untuk menyegarkan mata. Ia berharap dari hari ke hari penampilannya akan semakin bersinar.
Dua minggu berlalu…
Tak ada perubahan sama sekali. Kulitnya masih seperti dua minggu yang lalu. Untuk tampil menarik tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, desis Zeko lesu.
***
Lagi asyik-asyiknya main, ada satu temannya berlari-lari dengan poster di tangan.
“Vid! Ini, gw bawain poster lomba foto yang lu pinta tempo hari!!!”
“Oh ya?” timpal Avid sambil menendang bola dengan keras hingga membentur pot bunga di teras.
Brukkk! Pot bunga jatuh ke lantai.
“AVIIDDDD!!!”
Avid langsung menutup kuping sambil nyengir mendengar teriakan Mamanya dari dalam toko. Lantas ia ngibrit menuju temannya yang bawa poster.
“Lihat tuh anak kamu, Pa. kerjaannya main bola mulu!” gerutu sang Mama sambil berjalan ke belakang meja kasir. Keluarga Avid memang memiliki sebuah supermarket.
“Tapi dia nggak pernah berani untuk bertanding di sekolahnya,” kata sang Papa sambil merapikan barang-barang di rak.
“Dia main kan Cuma buat senang-senang aja, bukan untuk serius…” ujar sang Mama.
“Andai dia mau serius juga, mungkin dia nggak bakal berani. Hhhh, andai tendangan pinalti aku waktu itu berhasil…” sang Papa menerawang.
“Tuh, kan, Papa lagi-lagi nyalahin diri sendiri… barang sudah terjadi kok. Mungkin benar Avid sekarang nggak berani, tapi suatu hari nanti dia bakal berani. Dia yang bakal membayar kegagalan kamu, Pa…” hibur Mama.
Papa Avid mengusap wajahnya.
“Avid bakal jadi pemain sepak bola professional. Mama yakin. Dia mungkin takut, tapi dia nggak pernah menyerah. Buktinya tiap hari dia main bola. Yaahhh, meskipun Mama harus berkali-kali memperingatkan dia untuk tidak menganggu pot bunga Mama!”
Sang Papa terkekeh. “Mama paling bisa deh bikin Papa tenang lagi…”
***
Di sekolah, terdapat banyak ekskul. Dan entah kenapa, di sekolah Zeko, setiap ekskul punya streotip tersendiri. Misalnya nih, kalo ekskul teater itu biasanya diisi sama siswa-siswa yang urat malunya sudah putus alias berani tampil malu dan gila-gilaan. Mereka biasanya punya tampang standar dan di bawah rata-rata. Sedangkan ekskul tari, biasanya dipenuhi oleh siswa-siswi berwajah rupawan, putih dan tinggi. Salah satu contohnya si Elvira, ketua gank cantik itu. Begitu juga dengan ekskul basket. Kebanyakan diisi cowok-cowok popular. Dan ekskul photopraphy di isi sama cowok-cowok cool kayak si Avid.
Btw, Sebentar lagi akan diadakannya pementasan seni festival sekolah. Tentu saja ekskul teater ambil bagian dalam pementasan. Bu Nova sebagai Pembina ekskul ini sudah menyiapkan sebuah naskah untuk dipentaskan. Rencananya akan mengangkat parodi Snow White and Seven Dwarfs. Zero ditunjuk untuk memerankan karakter si pangeran. Tetapi Zero menolak. Ia tak ingin ambil bagian kali .
“Tapi kita kekurangan pemain, Ko,” kata Besti, sang ketua teater.
‘Tapi aku nggak mau main, Kak…” tolak Zeko.
“Kenapa nggak mau main? Main dong…” tiba-tiba sebuah suara datang dari arah belakang.
Zeko menoleh. Ternyata Avid.
“Hai Kak, Aviiiddd…”
Zeko memutar bola mata melihat siapa yang datang. Elvira.
“Udah dapat objek foto untuk galeri seni ntar?” tanya Elvira.
“Belum nih…”
“Gw mau kok jadi objek foto lu…” kata Elvira malu-malu.
Ganjen beraksi, desis Zeko dalam hati.
“Gw lebih suka motret pemandangan dari pada orang…” terang Avid kalem.
Tawa Zeko hampir meledak. Mampus! Ia kegirangan.
“Aku dan pemandangan sama-sama indah…” kata Elvira.
Hadeehhh, gak tahu malu banget dah, gerutu Zeko.
“Tapi kalo mau difoto boleh kok…” kata Avid.
What?! Avid nawarin Elvira buat difoto??? Zeko kelonjotan.
“Mau! Mauuu!” sambut Elvira girang alang kepalang. Ia langsung berpose.
Zeko meremas jari jemarinya kuat-kuat. Nggak tahan ia melihat pemandangan itu.
Kalo nih cewek ganjen di foto, aku juga bisa, kata hati Zeko. Ia pun mulai pelan-pelan bergeser mendekat ke Elvira, berharap dirinya bisa ditangkap blitz kamera. Ia pun pura-pura nggak ngeh kalo si Elvira lagi difoto. Ia pura-pura nggak sadar kamera, padahal berusaha pasang senyum semanis mungkin ke kamera. Lumayanlah bisa difoto Avid, ia terkikik geli dalam hati.
Tiba-tiba Avid menurunkan kameranya. Ia geli melihat tingkah Zeko. Senyam-senyum dan makin lama makin nempel ke Elvira.
“Mau ikutan foto nggak?” tanya Avid.
Elvira langsung natap Zeko dengan pandangan jijik.
“Eh? Eng, enggak. Makasih…” Zeko buru-buru ngibrit.
“Ganggu aja deh!” gerutu Elvira.
***
Semenjak festival sekolah akan diadakan, hampir tiap hari Zeko pulang sore, karena sepulang sekolah langsung berlatih drama. Begitu juga hari ini. Hampir pukul lima lewat latihan dramanya selesai. Ia pun bergegas mengambil tas di ruang kostum.
Cuma hari ini ada kejutan untuknya. Saat ia memasuki ruang kostum, ternyata ada Avid di sana. Zeko langsung salah tingkah dan ragu-ragu menghampiri Avid untuk mengambil tasnya yang kebetulan berada di dekat Avid berdiri. Cowok itu sedang berkutat dengan kamera di tangannya.
‘Eh, udah kelar, Ko?” sapa Avid ramah saat melihat kedatangan Zeko.
‘Iya..” jawab Zeko.”Eng, lu ngapain di sini?” tanya Zeko sambil mengambil tasnya. Dan saat itulah secarik kertas di atas tasnya jatuh dari meja.
Avid. 0732xxxxx
Hah! Itu nomer telepon rumah Avid?!
“Oh, tadi disuruh nganterin perlengkapan drama sama Bu Nova…”
“Ohhh…”kata Zeko sambil terus melirik secarik kertas itu.
“Udah mau pulang?” tanya Avid sambil meneliti foto di kameranya kembali.
‘I—iyaa..” jawab Zeko sambil menjulurkan kakinya dan… Hap! ia langsung memijak kertas itu dan sedikit demi sedikit menariknya mendekat.
Tiba-tiba Avid mengangkat kepalanya. Zeko terlonjak.
“Hati-hati ya, Ko.”
Zeko mengangguk dan pelan-pelan mundur sambil menyeret-nyeret kaki kanannya sehingga terdengar gesekan di lantai.
‘Tadi pas datang jalannya normal-normal aja… sekarang kok gitu?” gumam Avid.
***
Sudah hampir setengah jam Zeko berada di depan pesawat telepon. Secarik kertas berada di tangannya.
“Telepon, nggak… telepon, nggak…”
Ia menempelkan gagang telepon ke telinga, tapi kemudian di taruh lagi. Begitu seterusnya.
Semakin lama hatinya makin deg-degan.
“Akh, telepon aja deh…”
Zeko menempelkan gagang telepon dengan gemetaran ke telinganya sampai ada suara di seberang…
“Halo, mini market Aneka Rasa?”
“Maaf, bisa bicara dengan Avid?”
“Ya, ini gw.”
Deg! Jantung Zeko serasa mau copot. Ia buru-buru menaruh gagang telepon ke tempatnya.
“Halo…?”
Aviiidddd, Zeko jadi geregetan sendiri.
Ia berusaha menenangkan degupan jantungnya lalu meraih gagang telepon kembali. Sayangnya, teleponnya sudah ditutup.
***
Zeko celingak-celinguk meneliti setiap penonton yang akan menyaksikan pementasan drama. Sebentar lagi gilirannya tampil, tapi batang hidung Avid nggak kelihatan juga.
Kemana sih tuh orang? Gerutu Zeko kesal. Dia yang nyuruh dia main, tapi dia sendiri nggak nonton.
Kecewa. Zeko sangat kecewa. Sampai drama berakhir, Avid nggak muncul juga.
Tahu gini, aku nggak bakal mau main, desis Zeko sedih. Ia pun bergegas menuju ruang kostum untuk berganti pakaian.
“Eh, yang jadi pangeran tadi ya?” sebuah suara ramah menyejutkannya.
Zeko menoleh. Seorang cowok cakep berdiri di hadapannya dengan senyum manis dan bersahabat.
Siapa nih? Belum pernah lihat sebelumnya, hati Zeko bertanya-tanya.
“Iya…” jawab Zeko singkat.
“Keren lho. Acting kalian bagus. Ceritanya kocak…”
“Makasih…”
“Oh, ya, gw Bio,” cowok itu mengulurkan tangannya.
“Zeko.”
“Zero? Nol dong?”
“Zeko.”
‘Ohh, hehehe…”
“Gw anak pindahan nih…”
‘Ohh…pantes baru kali ini lihatnya… eh, gw ganti baju dulu ya!”
“Yup.”
Ternyata saat Zeko keluar sehabis ganti baju, Bio masih duduk di depan ruang kostum.
“Kok masih di sini?”
“Nggak apa-apa. Gw belum punya teman…”
Zeko mangut-mangut.
“Gw mau pulang,” kata Zeko.
“Sama. Gw juga. Bareng aja yuk…?”
“Eng…oke.”
***
“Sial! Lu nggak nonton tadi, Vid. Padahal gw ngarep banget…” keluh Zeko.
“Jahat banget lu. Arhg!” ia melempar kancing itu ke kotak sampah.
Eh? Ia tiba-tiba terdiam. Tapi kemudian langsung melompat dan mengubek-ubek kotak sampah. Mengambil kancing baju itu kembali dan menciumnya. “Aku nggak pernah bisa benci kamu, Vid.”
***
Avid lagi ngobrol di taman sekolah bareng teman-temannya saat ada yang datang menghampiri.
“Whats up, Broooo???”
‘Woy!!! Whats up, Bro???” Avid langsung bangkit dan memeluk cowok yang barusan datang itu.
“Baikkk..”
“Akhirnya jadi juga lu pindah ke sini, Io.”
“Hehehe… gw kan udah bilang bakal pindah ke sekolah lu,” jawab cowok itu.
“Kenapa nggak bilang tadi? Kan bisa bareng…”
“Gw dari kemarin udah sekolah. Tapi lu nya nggak ada…”
“Sorry, Bro. kemarin gw ke kantor depnikbud buat terima piagam sama hadiah menang lomba fotografi.”
“Wow!! Serius lu? Selamat ya!”
“Gimana kemaren? Seru? Udah punya teman atau gebetan barangkali? Hahaha…”
“Gw Cuma nonton pensi aja semalam. Seru sih. Apalagi pas drama. Asli keren!”
“Lu nonton?”
“Iya. Nah, si Zeko---tahu nggak lu? Cuma dia yang baru gw kenal…”
“Zeko?”
“Iya. Mana ya dia? Kok nggak keliatan?”
“Eh, lu dapat ruang berapa?”
“10. Ruang lu itu kan?”
“Beneran? Cakep dah!” Avid menepuk-nepuk pundak cowok yang tak lain adalah Bio.
***
“Hei, Ko!” tegur Avid sekali lalu sambil terus jalan.
“Hai…”
“Gimana semalam? Sukses?”
“Yaahh, begitulah…”
“Gw nggak bisa nonton semalam.”
“Ya, nggak apa-apa. Nggak penting juga,” kata Zeko sarkatis.
“Ya sih, hahaha..! ya udah, gw ke kantin ya!”
Zeko mengangguk lesu.
Mungkin nggak penting buat lu, Vid. Tapi buat gw?? Desisnya sedih.
***
Habis dari toilet, giliran Bio yang berpapasan sama Zeko.
“Ko!”
“Eh, mau kemana, Io?”
“Ke kantin.”
“Oooo…”
“Kapan nih ada drama lagi?”
‘Drama apaan? Nggak bakal ada drama-dramaan!”
“lho? Kok gitu?”
“Gw nggak mau main drama lagi.”
“Yaah, sayang dong. Padahal acting lu keren. Lu berbakat. Siapa tahu suatu saat lu jadi actor.”
“Actor? Hahaha… nggaklah.”
‘Kenapa?”
“Gak cukup bakat doang… tampang juga harus keren…”
“Kata siapa? Banyak actor kawakan yang tampangnya biasa-biasa aja… uhm, lagian lu nggak jelek kok.”
“Nggak kelewat jelek maksud lu.”
Tiba-tiba Bio melepas kaca mata Zeko. Ia juga mengacak tatananan rambut lepek Zeko.
“Cuma masalah gaya aja kok. Kalu lu ubah dikit, pasti cakep!”
Zeko ketawa lirih.
“Mau gw bantu?”
‘Bantu apa?”
“Permak gaya lu, make over.”
“Ah, nggak lah…”
“Kenapa? Mau keren nggak?”
‘Nggak usahlah,” tolak Zeko halus sambil mengusap-usap tengkuknya.
Bukan gw nggak mau, tapi gw takut, itu nggak akan membantu…, desis Zeko dalam hati.
***
Ternyata Bio nggak main-main dengan ucapannya. Pulang sekolah ia mendesak Zeko buat ikut dengannya ke salon.
“Percaya deh sama gw, lu bakal tampil beda!” kata Bio meyakinkan.
“Nggak!”
Tiba-tiba datang Avid.
“Bro, pulang yuk?” ajak Avid ke Bio.
“Ya, Bro.”
‘Buruan sana, pulang…” Zeko mendorong Bio.
‘Kalian ngapain sih?” tanya Avid.
“Gw mo ngajak Zeko ke salon. Tapi dianya nggak mau.”
“Ke salon? Ngapain?”
“Make over. Biar Zeko jadi keren.”
Zeko langsung menunduk.
“Gimana menurut lu?”
Avid mengangkat bahu. “Terserah.”
“Lu ikutan juga ya?”
“Gw? Males.”
“Ayolah. Lagian lu gak ada kerjaan kan di rumah? Mendingan ikut. Lu bisa ngasih masukan, ntar.”
“OKE DEH! AYO!”
Zeko melirik Avid yang Nampak gusar.
“Yuk, Ko!” Bio menarik lengan Zeko dengan semangat.
***
pas ngebacanya, pikiranku melayang ke filmnya, plus suara aktor-aktrisnya )
mongua mae?
@dastro soal tokoh biar terserah reader aja dah mau berimajinasi. Karakter pemain di film ini udh melekat bgt soalnya. Xixixix
@dityadrew2 iya. Moga aja hr ini bs kelar ceritanya
@lulu_75 siiip. Bentar lg dilanjut kok