It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
ih, orang tuanya abi bedain banget nih, antara abi ma avi, anaknya di rumah sakit aja masih peduli ma kerjaan dan cuma ngirim duit ..
apa masih mencintai abi ?
Next !!!
apa masih mencintai abi ?
Next !!!
maaf, ya. Semangat bang,,,
nunggu update.
@rezadrians @arGos @andy_nugraha @arbiltoha
@arifinselalusial @octavfelix @lulu_75 @jacksmile @CurhatDetected
@Grem @kogou_shigeyuki25 @Mr_Makassar @kogou_shigeyuki25 @arieat @3dhyart_cusman
@rio_san @caetsith @d_cetya @ramadhani_rizky @Monic @Adityaa_okk @Agova @animan @Roynu @mustajab3
Abi terbangun dari tidurnya. Ia mengambil nafas panjang. Cukup panjang sehiingga ia bisa tersadar sepenuhnya. Beberapa kali tangannya tak bisa berhenti menjamah matanya agar terbuka. Kertas gambar berserakan di atas karpet seperti nirmana. Nampak beberapa sticky-notes berisi DEADLINE menatap penuh nyala ke arah Abi. Sudah lumrah bagi mahasiswa desain untuk begadang di saat – saat minggu akhir perkuliahan. Tapi kali ini ia terbangun bukan lagi karena deadline tugas kuliahnya melainkan karena sebuah notifikasi yang masuk di ponselnya.
Ken Halaris Chandra wants to be your friends
Abi kemudian melihat profil cowok tersebut. Tak biasanya Abi menanggapi serius permohonan pertemanan di akun jejaring sosialnya. Ia membuka foto profil cowok tersebut berkali – kali. Digeser ke kanan – kiri – zoom in - zoom out – kanan - kiri. Terus menerus hingga menjadi sebuah repetisi yang menelan waktu 30 menit.
“Ihhh kok lucu sih nih cowok” ungkap Abi sambil cekikan.
“Ya ampuuun, foto sama kucing, gemes banget” kali ini bibirnya manyun memerah.
“Anak desain juga, Oh-My! Anak Bandung!” ungkap Abi histeris hingga akhirnya terhenti karena ada sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponselnya.
“Woy Bi!!!! Bangun Lo! Hari ini preview bego!” teriak Nisa dari seberang telpon.
“Astaga!!! Iyeee gue ke kampus” jawab Abi sambil langsung mematikan ponselnya dan bergegas ke kampus. Ia berlari membuka gerbang kosannya dan kemudia menuju motornya yang terparkir rapi di depan.
“Yaelah, kunci motor pake ketinggalan di kamar lagi” dengan terburu – buru Abi berlari kembali lagi ke kamar kosannya yang berada di lantai dua. Kemudian tak lama ia turun lagi ke bawah. Ketika sampai di depan tangga Abi terbengong oleh sebuah pemandangan indah yang tak sengaja menjadi sarapan paginya kala itu.
“Eh Abi, buru – buru banget, telat ya?” tanya bapak pemilik kos yang ditinggali Abi. Namanya Ari. Tapi Abi lebih sering memanggilnya dengan sapaan Mas. Pemilik kos tersebut memang berusia tidak jauh dari Abi. Mereka adalah sebuah pasangan muda yang baru saja menikah dan dihadiahi rumah oleh orang tuanya untuk dijadikan sebuah lahan bisnis.
“Eh-M-Mas Ari, iya mas, Abi telat, biasa nih kesiangan, M-Mas abis mandi ya?” balas Abi dengan polos sambil memandangi perut six-pack bapak kosannya yang hanya mengenakan handuk itu. Mas Ari bekerja di sebuah bank swasta. Karena dituntut untuk menjaga penampilannya, ia rajin sekali pergi ke pusat kebugaran untuk memperindah tubuhnya.
“Hahaha, ya masa habis masak pake handuk gini” jawab Mas Ari sambil tertawa terkekeh.
“Aduh maaf Mas, Abi ngga konsen, Abi berangkat dulu deh Mas, takut telat, salam buat Mbak Asti” balas Abi sambil kemudian ngacir dengan mukanya yang memerah padam.
“Oke, hati – hati ya” jawab Mas Ari sambil tersenyum ke arah Abi.
“Njirrr Gue bego banget sih hari ini” kutuk Abi kepada dirinya yang dianggap terlalu bodoh untuk mengawali sebuah pagi yang cerah. Hari ini semuanya nampak bangun lebih awal dari Abi. Beberapa klakson mobil asyik berlomba saling keras. Kumpulan knalpot beradu asap paling banyak. Umpatan bertaburan di kanan – kiri Abi.
“Ahhhhh, kenapa macet gini sih, udah tau gue telat” Abi berbicara dalam hati. Tiba – tiba Abi terdiam. Ia seperti melihat sosok Sayans di tengah keramaian. Beberapa kali ia mengusap matanya berharap itu hanyalah sebuah khayalan. Tapi tatapannya masih disana. Mengurung sosok itu dari jauh. Memaksa hatinya bergetar. Memutar kembali memori indah yang sempat vakum dalam otaknya.
TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNN
Sebuah klakson keras menghujani Abi bertubi – tubi. Ia kemudian melajukan motornya mengejar sosk Sayans di kejauhan. Ketika sampai di tempat dimana tadi ia melihat Sayans. Namun tidak ada sosok itu lagi. Abi mencari terus sosok itu. Berputar berulang kali di rute yang sama berharap pangeran masa lalunya akan kembali.
“Mungkin gue cuman salah liat” ucap Abi disusul oleh air matanya yang meluncur indah tanpa dikomando.
Hari itu kampus terasa ramai. Banyak mahasiswa berlalu – lalang disibukkan oleh deadline tugas mereka yang tak kenal ampun. Abi bergegas menuju ruang kelasnya. Lobi kampus seperti bersiap menyapa kedatangan Abi. Langit kala itu tiba – tiba terlihat mendung seperti sedang malas bergembira bahkan untuk dirinya sendiri.
“Woy kemana aja Lo! Buruan mumpung Pak Bari belum masuk” ucap Nisa sambil menarik Abi menuju deretan kursi agak di belakang.
“Nis-Nsaa, g-gue tadi kayanya ngeliat Sayans deh” Abi bercerita dengan suara yang sedikit bergetar.
“Seriusan Lo? Mantan lo jaman SMA itu kan? Jawab Nisa tak kalah kaget.
“Jangan – jangan doi emang udah balik dari Singapore Bi”
“Hahaha, lagian apa hubungannya sama gue ya? Gue kan cuman sampah” ucap Abi lirih. Nisa hanya bisa terdiam mendengarkan Abi melepaskan kata- kata itu. Sudah seringkali Abi selalu mengutuki dirinya. Menganggap semua kesalahan ada padanya.
Ken Halaris Chandra sent you a message
Hello
Eh salam kenal ya
Karya – karyanya bagus deh
Abisena Wiryaputra typing
……
“Eh nih anak nongol aja sih?” kata Abi dalam hati. Entah mengapa sebauh pesan singkat itu terasa seperti obat untuknya. Obat untuk luka yang mereka bilang tidak bisa sembuh secara total. Luka yang mengakibatkan goresan yang sewaktu – waktu bisa saja terbuka lagi.
Thx ya anw
Salam kenal juga
Kamu temennya Pandi ya?
Tadi sempet ngecheck di mutual friends
Sorry ya aku ada asistensi bentar
See ya next time
Ken Halaris Chandra sent you a message
Iya, aku satu jurusan beda prodi sama Pandi
Okay then
Take your time
Abi terbangun dari tidurnya. Ia mengambil nafas panjang. Cukup panjang sehiingga ia bisa tersadar sepenuhnya. Beberapa kali tangannya tak bisa berhenti menjamah matanya agar terbuka. Kertas gambar berserakan di atas karpet seperti nirmana. Nampak beberapa sticky-notes berisi DEADLINE menatap penuh nyala ke arah Abi. Sudah lumrah bagi mahasiswa desain untuk begadang di saat – saat minggu akhir perkuliahan. Tapi kali ini ia terbangun bukan lagi karena deadline tugas kuliahnya melainkan karena sebuah notifikasi yang masuk di ponselnya.
Ken Halaris Chandra wants to be your friends
Abi kemudian melihat profil cowok tersebut. Tak biasanya Abi menanggapi serius permohonan pertemanan di akun jejaring sosialnya. Ia membuka foto profil cowok tersebut berkali – kali. Digeser ke kanan – kiri – zoom in - zoom out – kanan - kiri. Terus menerus hingga menjadi sebuah repetisi yang menelan waktu 30 menit.
“Ihhh kok lucu sih nih cowok” ungkap Abi sambil cekikan.
“Ya ampuuun, foto sama kucing, gemes banget” kali ini bibirnya manyun memerah.
“Anak desain juga, Oh-My! Anak Bandung!” ungkap Abi histeris hingga akhirnya terhenti karena ada sebuah panggilan telepon masuk ke dalam ponselnya.
“Woy Bi!!!! Bangun Lo! Hari ini preview bego!” teriak Nisa dari seberang telpon.
“Astaga!!! Iyeee gue ke kampus” jawab Abi sambil langsung mematikan ponselnya dan bergegas ke kampus. Ia berlari membuka gerbang kosannya dan kemudia menuju motornya yang terparkir rapi di depan.
“Yaelah, kunci motor pake ketinggalan di kamar lagi” dengan terburu – buru Abi berlari kembali lagi ke kamar kosannya yang berada di lantai dua. Kemudian tak lama ia turun lagi ke bawah. Ketika sampai di depan tangga Abi terbengong oleh sebuah pemandangan indah yang tak sengaja menjadi sarapan paginya kala itu.
“Eh Abi, buru – buru banget, telat ya?” tanya bapak pemilik kos yang ditinggali Abi. Namanya Ari. Tapi Abi lebih sering memanggilnya dengan sapaan Mas. Pemilik kos tersebut memang berusia tidak jauh dari Abi. Mereka adalah sebuah pasangan muda yang baru saja menikah dan dihadiahi rumah oleh orang tuanya untuk dijadikan sebuah lahan bisnis.
“Eh-M-Mas Ari, iya mas, Abi telat, biasa nih kesiangan, M-Mas abis mandi ya?” balas Abi dengan polos sambil memandangi perut six-pack bapak kosannya yang hanya mengenakan handuk itu. Mas Ari bekerja di sebuah bank swasta. Karena dituntut untuk menjaga penampilannya, ia rajin sekali pergi ke pusat kebugaran untuk memperindah tubuhnya.
“Hahaha, ya masa habis masak pake handuk gini” jawab Mas Ari sambil tertawa terkekeh.
“Aduh maaf Mas, Abi ngga konsen, Abi berangkat dulu deh Mas, takut telat, salam buat Mbak Asti” balas Abi sambil kemudian ngacir dengan mukanya yang memerah padam.
“Oke, hati – hati ya” jawab Mas Ari sambil tersenyum ke arah Abi.
“Njirrr Gue bego banget sih hari ini” kutuk Abi kepada dirinya yang dianggap terlalu bodoh untuk mengawali sebuah pagi yang cerah. Hari ini semuanya nampak bangun lebih awal dari Abi. Beberapa klakson mobil asyik berlomba saling keras. Kumpulan knalpot beradu asap paling banyak. Umpatan bertaburan di kanan – kiri Abi.
“Ahhhhh, kenapa macet gini sih, udah tau gue telat” Abi berbicara dalam hati. Tiba – tiba Abi terdiam. Ia seperti melihat sosok Sayans di tengah keramaian. Beberapa kali ia mengusap matanya berharap itu hanyalah sebuah khayalan. Tapi tatapannya masih disana. Mengurung sosok itu dari jauh. Memaksa hatinya bergetar. Memutar kembali memori indah yang sempat vakum dalam otaknya.
TIIIIIIIIIIIIIIIIIIIINNNNNNN
Sebuah klakson keras menghujani Abi bertubi – tubi. Ia kemudian melajukan motornya mengejar sosk Sayans di kejauhan. Ketika sampai di tempat dimana tadi ia melihat Sayans. Namun tidak ada sosok itu lagi. Abi mencari terus sosok itu. Berputar berulang kali di rute yang sama berharap pangeran masa lalunya akan kembali.
“Mungkin gue cuman salah liat” ucap Abi disusul oleh air matanya yang meluncur indah tanpa dikomando.
Hari itu kampus terasa ramai. Banyak mahasiswa berlalu – lalang disibukkan oleh deadline tugas mereka yang tak kenal ampun. Abi bergegas menuju ruang kelasnya. Lobi kampus seperti bersiap menyapa kedatangan Abi. Langit kala itu tiba – tiba terlihat mendung seperti sedang malas bergembira bahkan untuk dirinya sendiri.
“Woy kemana aja Lo! Buruan mumpung Pak Bari belum masuk” ucap Nisa sambil menarik Abi menuju deretan kursi agak di belakang.
“Nis-Nsaa, g-gue tadi kayanya ngeliat Sayans deh” Abi bercerita dengan suara yang sedikit bergetar.
“Seriusan Lo? Mantan lo jaman SMA itu kan? Jawab Nisa tak kalah kaget.
“Jangan – jangan doi emang udah balik dari Singapore Bi”
“Hahaha, lagian apa hubungannya sama gue ya? Gue kan cuman sampah” ucap Abi lirih. Nisa hanya bisa terdiam mendengarkan Abi melepaskan kata- kata itu. Sudah seringkali Abi selalu mengutuki dirinya. Menganggap semua kesalahan ada padanya.
Ken Halaris Chandra sent you a message
Hello
Eh salam kenal ya
Karya – karyanya bagus deh
Abisena Wiryaputra typing
……
“Eh nih anak nongol aja sih?” kata Abi dalam hati. Entah mengapa sebauh pesan singkat itu terasa seperti obat untuknya. Obat untuk luka yang mereka bilang tidak bisa sembuh secara total. Luka yang mengakibatkan goresan yang sewaktu – waktu bisa saja terbuka lagi.
Thx ya anw
Salam kenal juga
Kamu temennya Pandi ya?
Tadi sempet ngecheck di mutual friends
Sorry ya aku ada asistensi bentar
See ya next time
Ken Halaris Chandra sent you a message
Iya, aku satu jurusan beda prodi sama Pandi
Okay then
Take your time
mang sayans dah meninggal ya?