It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
arman kaya menjauh dari okta ..
"Arman..."
Suara gadis yang sangat kukenal terdengar saat aku berjalan memasuki pelataran sekolah.
"Eh San, tumben lu dateng jam segini" ucapku seraya menatap jam besar didekat gerbang yang menujukkan pukul 6.15 pagi.
"Enak aja. Dari kemaren kali. lu aja yang gak pernah liat" ucapnya membela diri.
"Iya juga sih hahaha udah lama ya gak main" ucapku. Langkah kami berdua mulai memasuki koridor sekolah menuju lantai dua.
"Hem..Man, lu tadi dianterin bokap?" tanya Sandra. Aku bingung dengan pengalihan topik ini.
"Engg...Iya. Emang kenapa San?" tanyaku masih dalam kebingungan menatap sahabatku ini. Raut wajahnya yang tadi ceria sekarang berubah menatapku serius dan dengan rasa ingin tahu.
"Gak sama Okta Man?" tanyanya. Aku pun langsung mengerti.
"Enggak San" jawabku sambil teringat tentang Okta.
Sandra menghentikan langkah kakinya ditengah tangga yang membuatku ikut berhenti.
"Man, sebenarnya ada yang pengen gue sama Elena omongin nih. ini penting Man" ucapnya dengan wajah serius.
"Hem...tentang apa San? Omongin aja lagi hehe" ucapku dengan mulai ditumbuhi rasa penasaran.
"Gak sekarang lah...Nanti pulang sekolah deh ya sekalian kita makan bareng kan udah lama gak main bareng" kini wajahnya sedikit tersenyum.
"Engg...San, dirumah gue aja ya. Gue takut telat pulang soalnya kan gue musti les sore" jawabku sambil memikirkan wajah galak Mario.
"Oh yaudah gampang. Ntar langsung ke mobilnya Elena aja ya pas bel pulang" kata Sandra.
"Yaudah siap deh".
Aku melanjutkan langkah ku di koridor kelas 12.
Saat aku memasuki kelas, maka seperti biasa banyak sekali tatapan tak suka yang teman sekelasku lemparkan. Oh salah. Aku bahkan tidak pernah mengganggap mereka semua itu teman setelah tau kebusukan mereka. Datang ketika membutuhkan sesuatu setelah itu kembali menganggap gay adalah sampah masyarakat. Munafik.
Aku langsung menjatuhkan tas ku diatas meja dan duduk disamping Yuna yang sibuk membaca komik jepangnya.
"Buset. Santai dong Man. kaget nih gue" protes Yuna dari balik komiknya.
"Abis gue kesel Na. Pagi-pagi ya udah diliatin aja emang gue artefak atau sejenisnya" celetukku dengan suara yang kusengajakan agak kencang. Yuna mendengus mendengar itu.
"Lu juga pagi-pagi udah baca komik aja" semprotku.
"Yeeee biarin dari pada pagi-pagi udah bisik-bisik ngomongin orang" ucap Yuna kencang sambil memberikan tatapan membunuh untuk Meli and the genk yang memang sedang sibuk bergosip. Bukan aku terlalu Pede, Tapi aku berani taruhan kalau mereka sedang membahas apapun tentang diriku.
"Udah biasa gue mah. PR Biologi udah belum lu?" tanyaku. Mengalihkan pembicaraan jauh lebih baik daripada pagimu hancur.
"Ah sok banget nanya PR. kayak lu udah aja Man hahaha" ucap Yuna. Tawanya membuat matanya hilang dari balik kacamatanya.
"Udah dong. Gue bisa digorok sama Mario kalo gak ngerjain" ucapku seraya teringat tatapan tajam milik Mario.
"Wih..Bagus tuh guru lu Man. Akhirnya berubah juga hahaha" tiba-tiba Gea yang duduk dibelakang Yuna ikut menyambar.
"Serasa gue males banget ya dulu. Sial" kataku.
"Emang Man. Emang" ucap mereka berdua berbarengan. kemudian diikuti dengan tawa kita bertiga.
Aku memang punya sahabat dikelas laknat ini.
Yuna,teman sebangku ku. Gea dan Tia yang setia duduk dibelakang aku dan Yuna.
Aku benar-benar salut dengan pemikiran mereka yang terbuka. Mereka adalah ketiga orang yang sangat bisa menerima keadaan ku serta orientasi seksual ku. Malah kadang mereka menjadi sangat penasaran tentang apa saja yang LGBT lakukan, maka tak jarang aku menceritakan kehidupan orang-orang yang memiliki orientasi berbeda sepertiku.
Terlebih Gea dan Tia yang punya otak super cerdas sering membantu aku dan Yuna dalam pelajaran apapun yang tidak kami mengerti. Memiliki mereka bertiga dikelas selaknat ini membuatku bertahan dan tetap bahagia menjalani hariku.
"Man catet dong gak keliatan nih gue" ucap Yuna.
"Emang itu dicatet ya?" tanyaku.
"Enggak Man. Dipelototin" ucap Yuna gemas. Aku terkikik geli melihat ekspresinya.
"Iya dah. lagian lu udah duduk paling depan masih juga gak keliatan sih" ucapku seraya mulai mencatat apa yang ditulis oleh Pak Agus tentang Tata Nama Senyawa.
Sedari tadi aku juga memikirkan apa yang ingin dibicarakan oleh Sandra dan Elena. Mereka membuat ku penasaran. Dan itu adalah kesalahan besar.
"Arman...Pinjem TipeX dong" tiba-tiba Mega yang duduk berseberangan dengan ku mengeluarkan suara munafiknya.
"Gak ada" ucapku tanpa menoleh kearahnya.
"Tadi yang di meja lu kan ada Man" ucapnya memelas.
"Gak ada!" ucap ku berbarengan dengan Yuna,Gea dan Tia layaknya panduan suara.
"Modal dong mangkanya" tiba-tiba Yuna mengeluarkan celetukan tajam. Mega hanya melengos.
Sebenarnya kami berempat memiliki TipeX masing-masing didalam kotak pensil. hanya saja aku serta ketiga teman ku merasa tak ada gunanya memberikan pinjaman itu. Apa dia tidak malu tampil cantik dengan lipstik kesekolah hingga bibirnya basah bagai talang minyak tapi untuk TipeX saja harus meminjam. Memalukan.
"Arman..." tiba-tiba Elena menghampiri ku dan langsung memelukku ditengah hiruk pikuk parkiran saat pulang sekolah. Aku membalas pelukannya.
"Kangen banget ih, udah lama gak liat dan main bareng...akhirnya" katanya, masih dalam pelukanku. Beberapa tatapan sirik mulai terlihat, terutama Farhan yang sekelas dengan ku. Cowok bokep itu pernah ditolak berkali-kali oleh Elena, pasti sekarang otaknya yang kotor itu sedang iri melihat aku bisa memeluk cewek seseksi Elena.
"Eh guys...Udah dong pelukannya. panas tau" ucap Sandra disamping mobil dengan tampang cemberut.
"Hahaha iya iya. Ayo masuk deh" ucap Elena melepaskan pelukannya dan kami pun masuk kedalam mobil. Aku memilih duduk dibelakang sementara Sandra duduk disamping Elena.
Mobil Elena melaju meninggalkan sekolah, aku bahkan tak melihat sosok Okta atau bahkan Mobilnya. Entahlah dimana dirinya, Aku juga tidak memakai handphone ku sejak kemarin. iPod ku sudah cukup untuk menemaniku.
"Eh, Non Sandra sama Non Elena baru keliatan lagi nih" sapa Mba Ika saat kami memasuki ruang tamu.
"Hehe iya Mba, lagi bebas jadi bisa main lagi" ucap Elena.
"Langsung keatas aja ya" ajakku. Elena dan Sandra pun mengekor dibelakang ku dan masuk ke kamarku.
"Tumben Man balkonnya dibuka" ucap Sandra seraya berjalan kearah balkon.
"Iya biar gak sumpek" ucapku, Tak lama Mba Ika datang membawakan minuman serta cemilan untuk kami.
Angin berhembus cukup kecang sementara langit berawan membuat rasa sejuk diantara kita.
"Jadi mau ngomong apa? Katanya Sandra ada yang mau diomongin" ucapku sambil mengunyah keripik kentang.
Sandra dan Elena bertukar pandangan sejenak. Hatiku merasa tak enak, pasti ada yang salah.
"Hem....Gini, Tapi lu jangan marah ya" ucap Elena ragu.
"Loh? emang kenapa harus marah? ya enggaklah" ucapku sedikit kikuk.
"Engg...lu sebenernya gimana sih sama Okta?" tanya Sandra. Aku menghela nafasku panjang sebelum memutuskan untuk menceritakan semuanya.
"Okta marah karena gue terlalu sibuk. Dia merasa gue gak peduli sama dia. Tapi kan lu pada tau gue sibuk les sama guru sekiller Mario. Lu juga tau kan kita udah kelas 12. Gue kecewa aja kenapa dia gak bisa liat keadaan dari sisi gue" ucapku.
"Tapi lu gimana sekarang perasaannya sama dia?" tanya Elena.
"Jujur sih El, Gue masih sayang banget sama dia. Gue baru kali ini pacaran seserius ini. Ngasih apa aja ke Okta. Gue cinta banget sama dia. Tapi pas gue tau dia kayaknya egois...ya namanya juga masih anak kecil" jawabku. Aku membuang pandangan ku kearah dedaunan yang bergerak diterpa angin.
"Jadi Man...Sepertinya ada yang benar-benar salah diantara hubungan kalian" ucap Sandra.
"Salahnya?" ucapku masih menatap dedaunan.
"Gue....Gue..." Elena terdengar ragu untuk mengatakannya, aku pun langsung menatapnya.
"Ada apa El?" tanyaku penasaran dan memberikan tatapan meyakinkan untuk Elena melanjutkan kata-katanya.
"Gue sama Sandra...Waktu nonton basket.. Engg..." ucapannya terhenti, sementara aku diam untuk menunggu lanjutannya.
"Gue sama Sandra liat Okta mesra gitu sama Nadia...anak X MIPA 1" ucap Elena melanjutkan. Aku ternganga kaget.
Apa tadi?
Apa yang dikatakan Elena?
Apa katanya?
Apa telinga ku salah?
Apa aku berhalusinasi?
"Maaf ya Man...Tapi gue sama Sandra ngerasa lu harus tau ini" sambung Elena.
"Mesra gimana sih maksudnya?" tanyaku penasaran.
"Ya gitu...Nadia tau-tau dateng nonton,bawain minum juga. Trus mereka pulangnya gandengan" ucap Sandra. Kata-katanya tak usah diragukan lagi karena aku tahu Sandra orang yang apa adanya.
"Engg...Kata cowok gue, emang udah lama deket Man. Emang lu gak tau?" tanya Elena. Aku hanya menatapnya kosong. Aku menggelengkan kepalaku, berharap berita yang aku dengar barusan itu tidak benar, tapi sulit rasanya mengharapkan itu.
Aku tahu kedua sahabatku ini, mereka dapat dipercaya. Hatiku sakit mendengarnya.
Elena dan Sandra menarikku dalam pelukannya. Aku tidak menangis.
Aku hanya tidak tahu bagaimana caranya untuk menangis padahal hati ini benar-benar mencelos mendengarnya.
"Kalo lu mau nangis, keluarin aja Man. Biar lu lega" ucap Elena sambil mengelus punggungku.
"Belum tentu bener begiti kok Man...Sekarang tinggal lu tanyain sendiri ke Okta. itu jauh lebih baik Man" ucap Sandra. Aku tetap diam. Pikiran ku kosong.
"Hem...Gue harus mandi sekarang nih. tunngu ya" ucapku seraya melepaskan pelukan mereka, lalu masuk kedalam kamar mandi. Aku bisa merasakan tatapan iba dari kedua sahabatku.
Air mulai membasahi ujung rambut hingga ujung kakiku. Aku berdiri dibawah shower masih dengan tatapan kosong, membiarkan setiap inci tubuhku dibasahi air dari shower itu.
"Lu les jam berapa sih Man?" tanya Elena.
"Hem...jam 5 sih biasanya juga udah dateng tuh orang" jawabku seraya menyiapkan buku-buku ku untuk les hari ini.
"Ganteng gak Man si Mario itu?" tanya Sandra yang masih sibuk mengunyah cemilan.
"Yah San...Buat apa sih ganteng tapi galaknya gak ketulungan? Gue yakin itu cowok jomblo tahunan gara-gara galaknya minta ampun" ucapku.
"Ih jadi penasaran gue Man" ucap Sandra dan disetujui oleh Elena.
"Ya liat aja nanti bentar lagi juga....Itu tuh suara motornya" ucapku begitu mendengar suara motor Mario memasuki rumahku.
"Ah jadi ntar pas pulang ketemu deh" ucap Elena senang.
"Awas...Tiati digigit" ucapku sambil memindahkan buku ku keatas meja diruang tengah tempat biasa aku diadili oleh Mario.
Tak berapa lama langkah kaki Mario terdengar dari tangga, kemudian melangkah lurus ke arah sofa dan menjatuhkan dirinya disana.
Hari ini Mario menggunakan kemeja kotak-kotak berlengan panjang warna biru tua dengan celana levis seperti biasa.
Aku sudah terduduk didepan meja saat itu langsung mendapat tatapan tajam seperti biasa darinya.
"Apa?" tanyaku atas tatapan tajamnya.
"Gak. Tumben gak buang waktu" ucapnya seraya membuka ranselnya.
"El..San..kalo mau pulang lewat aja" teriakku. Mario menatapku kebingungan dengan mata runcingnya itu.
Pintu kamar ku terbuka dan keluarlah Sandra dan Elena.
"Eh..Hallo" ucap Elena.
"Maaf ya ganggu" Sandra melanjutkan.
Mario menatap tajam mereka berdua dan mengangguk pelan.
"Kita pulang dulu ya Man" kata Sandra yang kubalas anggukan kepala singkat.
"He'em... Buruan ya kalo mau lewat jangan ganggu jam kerja saya" ucap Mario tajam yang membuat Elena dan Sandra berjalan cepat menuruni tangga. Mario geleng-geleng kepala melihatnya.
"Maaf ya" ucapku.
"Pantes aneh. gak beda jauh sama lu" ucapnya sarkas. Aku hanya mendengus mendengarnya. Tak berniat beradu argumen dengannya saat ini.
"Mana buku kimia lu coba gue liat" perintahnya.
Aku langsung menyerahkan buku tulisku kearahnya tanpa minat.
"Tumben nyatet. Baru nih hari ini?" tanyanya.
"Itu kan ada tanggalnya diatas" jawabku sambil membuang pandangan darinya. Bersyukur Yuna menyuruhku mencatat tadi.
Pelajaran hari ini selesai. Tanpa debat sedikitpun. Aku lebih banyak diam dan tidak berselera untuk membela diri ataupun balik marah ketika tadi Mario membentak ku seperti biasa. Mungkin juga ia kesal karena aku mencampakkan argumennya.
Aku masuk kekamar dan menyalakan handphone ku yang sudah berdebu.
Untuk belum ada sarang laba-laba batinku.
Namun sayangnya tak ada notifikasi dari orang yang ingin aku lihat saat ini. Selain Broadcast message alay.
Aku mengetikan pesan singkat ke kontak Okta.
Aku memintanya untuk menjemputku besok pagi. Laku kemudian meletakan kembali handphone ku dan memutar sebuah lagu dari iPod ku.
Kupejamkan mata ini
Mencoba tuk melupakan
Segala kenangan indah tentang dirimu
Tentang mimpiku
Semakin aku mencoba
Bayangmu semakin nyata
Merasuk hingga ke jiwa
Tuhan tolonglah diriku
Entah dimana dirimu berada
Hampa terasa hidupku tanpa dirimu
Apakah disana kau rindukan aku
Seperti diriku yang selalu merindukanmu
Selalu merindukanmu
Tak bisa aku ingkari
Engkaulah satu satunya
Yang bisa membuat jiwaku
Yang pernah mati menjadi berarti
Namun kini kau menghilang
Bagaikan ditelan bumi
Tak pernah kah kau sadari
Arti cintamu untukku
@bram94
@Abyan_AlAbqari
@callme_DIAZ
@kutu22
@Dltyadrew2
@Monic
@0003xing
@Beepe
@Bintang96
@Rikky_kun
@Dimz
@Snowii_
@Gabriel_Valiant
@indoG
@n0e_n0et
@Cheesydark
@Venussalacca
@jokerz
@bponkh
@laikha
@foursquare
@Ian_McLaughlin
@alexwhite
@Archiez
@dionville
@mahardhyka
@sandy .buruan
@DiFer
@obay
@egalite
@Jhoshan26
@adinu
@tyo_ary
@ananda1
@adilope
@dannyfilipe1
@exxe87
@cassieput
@bi_men
@lintang1381
@aldi_arif
@hikaru
@harya_kei
@YuuReichi
@Tsu_no_YanYan
@No_07021997
@yubdi
@wisas
@bladex
@tohartoharto
@cmedcmed
@CoffeePrince
@wandi_aja
@faradika
@adre_patiatama
@hwankyung69
@Adam08
@haikal24
@bebong
@DM_0607
@raka_okta
@arifinselalusial
@sky_borriello
@tamagokill
@Rizal_M2
@angelofgay
@pokemon
@FauziNIC
@lasiafti
@Éline
@MikeAurellio
@anjinganjing
@DanniBoy
@mamomento
@kimo_chie
@Sefares
@Rez1
@newsista
@Kim_Kei
@the_angel_of_hell
@rafky_is_aldo
@alexrico
@kimsyhenjuren
@rickyAza
@rizky_27
@Ervfan55
@marvinglory
@Flowerboy
@emoniac
@Taylorheaven
@Onew
@Anju_V
@VBear
@kangmas1986
@FISE
@mikaelkananta_cakep
@arwin_syamsul
@caetsith
@davey88
@vasto_cielo
@GeryYaoibot95
@voldemmort1
@galihsetya14
@abiDoANk
@trinity93
@farizpratama7
@OlliE
@nand4s1m4
@rarasipau
@NielSantoso
@Yongjin1106
@tsu_gieh
@esadewantara88
@Putra_17
@diditwahyudicom1
@ikmal_lapasila
@kikyo
@MErlankga
@ElninoS
@edwardlaura
@putra_ajah
@arieat
@Ariel_Akilina
@rey_drew9090
@ddonid
@joeb
@elul
@andra99
@TigerGirlz
@irfan295_
@pria_apa_adanya
@balaka
@kevinlord7
@Chachan
@_newbie
@raffi_harahap
@deph46
@ichafujo97
@Lonely_Guy
@abang_jati
@zephyros
@chandisch
@tialawliet
@blackshappire
@Adra_84
@Tamma
@icha_fujo
@Key_Zha
@boy_filippo
@hantuusil
@diyuna
@yuzz
@pyolipops
@AvoCadoBoy
@aldyliem
@Arjuna_Lubis
@yooner5
@ryanjombang
@Irfandi_rahman
@RezaYusuf
@i_am
@diandasaputra
@khaW
@Zazu_faghag
@pradithya69
@san1204
@bapriliano
@Ranmaru
@Anggoro007
@3ll0
@Remiel
@Fae91
@gege_panda17
@d_cetya
@zevanthaikal
@tarry
@unknowname
@adjie_
@keanu_
@bell
@lulu_75
@3ll0 @abiDoANk @jacksmile @tsunami
@Aghi @caetsith @TigerGirlz @fiofio
@Ardhy_4left @uci14 @uci @NielSantoso
@Aji_DrV @Zazu_faghag @cute_inuyasha
Still waiting, sampai masih tetep penasaran, bakalan seru kayaknya karena udah menuju2 konflik,
Keep writing
gpp man pacaran ma nadia, dari pada ma farhan?
kalau ceritanya buat penasaraan sepanjang(?)
apapun terasa pendek wkwkwkw
arman arman sama pak mario aja hahaha
turut berduka #plakkk
lupa lupa ingat sama ini cerita