It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Sia Ka Tian (70) terkejut menemukan uang dalam kantong kertas hitam di kursi belakang pada Senin setelah ia menurunkan pasangan tersebut di sebuah pusat perbelanjaan. “Ketika saya melihat uang itu, saya pikir, ada masalah di sini. Saya yakin ada setidaknya 200.000 dolar (sekitar Rp1,5 miliar) dalam tas ini,” ungkap supir taksi senior yang sudah mengabdi 31 tahun itu yang dikutip Straits Times. Namun ketika ia membawa uang itu ke kantor perusahaan transportasi ComfortDelGro, rekannya yang merasa kaget menghitung bahwa jumlahnya sebesar 1,1 juta dolar Singapura (sekitar Rp8,6 miliar) dalam lembaran ribuan dolar. “Uang itu tidak penting bagi saya. Itu bukan milik saya, jadi bagaimana saya bisa menggunakannya?,” katanya kepada surat kabar tersebut.
Pasangan Thailand tersebut melaporkan kehilangan kepada perusahaan transportasi itu dan Sia menunggu mereka ketika mereka datang untuk mengambil uang tersebut. Sia menerima hadiah uang tunai dengan jumlah yang dirahasiakan dari pasangan tersebut, yang tidak disebutkan namanya, dan pihak perusahaan juga berencana untuk memberikannya sebuah penghargaan atas layanan kinerjanya yang bagus. “Menemukan satu juta dolar dalam bentuk tunai bukanlah kejadian sehari-hari dan pada kenyataannya, kami yakin banyak orang akan tergoda” untuk mengambil uang itu, ujar juru bicara perusahaan tersebut, Tammy Tan kepada AFP. “Kami sangat bangga kepadanya dan merasa senang penumpang kami menemukan uangnya.” Itu merupakan benda paling berharga yang pernah dikembalikan oleh sopir taksi perusahaan tersebut.
Pada 2009, sopir taksi lainnya mengembalikan lima kilogram (11 pounds) emas batangan senilai 377.000 dolar Singapura (sekitar Rp2,9 miliar).
Aku taruh koran dan melihat anak perempuanku satu-satunya, namanya Sindu tampak ketakutan, air matanya mengalir. Di depannya ada semangkuk nasi berisi nasi susu asam/yogurt (nasi khas India/curd rice).
Sindu anak yang manis dan termasuk pintar dalam usianya yang baru 8 tahun. Dia sangat tidak suka makan curd rice ini. Ibu dan istriku masih kuno, mereka percaya sekali kalau makan curd rice ada “cooling effect”.
Aku mengambil mangkok dan berkata, “Sindu sayang, demi ayah, maukah kamu makan beberapa sendok curd rice ini? Kalau tidak, nanti ibumu akan teriak-teriak sama ayah.”
Aku bisa merasakan istriku cemberut di belakang punggungku. Tangis Sindu mereda dan ia menghapus air mata dengan tangannya, dan berkata, “Boleh ayah akan saya makan curd rice ini tidak hanya beberapa sendok tapi semuanya akan saya habiskan, tapi saya akan minta.”
Agak ragu sejenak “akan minta sesuatu sama ayah bila habis semua nasinya. Apakah ayah mau berjanji memenuhi permintaan saya?” Aku menjawab, “Oh…pasti, sayang.”
Sindu tanya sekali lagi, “Betul nih ayah?”
“Ya pasti!” sambil menggenggam tangan anakku yang kemerah mudaan dan lembut sebagai tanda setuju.
Sindu juga mendesak ibunya untuk janji hal yang sama, istriku menepuk tangan Sindu yang merengek sambil berkata tanpa emosi, janji kata istriku. Aku sedikit khawatir dan berkata, “Sindu jangan minta komputer atau barang-barang lain yang mahal yah, karena ayah saat ini tidak punya uang.”
Sindu menjawab, “Jangan khawatir, Sindu tidak minta barang mahal kok.” Kemudian Sindu dengan perlahan-lahan dan kelihatannya sangat menderita, dia bertekad menghabiskan semua nasi susu asam itu. Dalam hati aku marah sama istri dan ibuku yang memaksa Sindu untuk makan sesuatu yang tidak disukainya.
Setelah Sindu melewati penderitaannya, dia mendekatiku dengan mata penuh harap, dan semua perhatian (aku, istriku dan juga ibuku) tertuju kepadanya. Ternyata Sindu mau kepalanya digundulin/dibotakin pada hari Minggu.
Istriku spontan berkata, “Permintaan gila, anak perempuan dibotakin, tidak mungkin.” Juga ibuku menggerutu jangan-jangan terjadi dalam keluarga kita, dia terlalu banyak nonton TV dan program TV itu sudah merusak kebudayaan kita.
Aku coba membujuk, “Sindu kenapa kamu tidak minta hal yang lain kami semua akan sedih melihatmu botak.” Tapi Sindu tetap dengan pilihannya, “Tidak ada yah, tak ada keinginan lain,” kata Sindu. Aku coba memohon kepada Sindu, “Tolonglah…kenapa kamu tidak mencoba untuk mengerti perasaan kami.”
Sindu dengan menangis berkata, “Ayah sudah melihat bagaimana menderitanya saya menghabiskan nasi susu asam itu dan ayah sudah berjanji untuk memenuhi permintaan saya. Kenapa ayah sekarang mau menarik/menjilat ludah sendiri? Bukankah Ayah sudah mengajarkan pelajaran moral, bahwa kita harus memenuhi janji kita terhadap seseorang apa pun yang terjadi seperti Raja Harishchandra (raja India zaman dahulu kala) untuk memenuhi janjinya rela memberikan tahta, harta/kekuasaannya, bahkan nyawa anaknya sendiri.”
Sekarang aku memutuskan untuk memenuhi permintaan anakku, “Janji kita harus ditepati.” Secara serentak istri dan ibuku berkata, “Apakah kamu sudah gila?” “Tidak,” jawabku, “Kalau kita menjilat ludah sendiri, dia tidak akan pernah belajar bagaimana menghargai dirinya sendiri. Sindu, permintaanmu akan kami penuhi.”
Dengan kepala botak, wajah Sindu nampak bundar dan matanya besar dan bagus.
Hari Senin, aku mengantarnya ke sekolah, sekilas aku melihat Sindu botak berjalan ke kelasnya dan melambaikan tangan kepadaku. Sambil tersenyum aku membalas lambaian tangannya.
Tiba-tiba seorang anak laki-laki keluar dari mobil sambil berteriak, “Sindu tolong tunggu saya.” Yang mengejutkanku ternyata, kepala anak laki-laki itu botak.
Aku berpikir mungkin”botak” model zaman sekarang. Tanpa memperkenalkan dirinya, seorang wanita keluar dari mobil dan berkata, “Anak anda, Sindu benar-benar hebat. Anak laki-laki yang jalan bersama-sama dia sekarang, Harish adalah anak saya. Dia menderita kanker leukemia.” Wanita itu berhenti sejenak, nangis tersedu-sedu.
“Bulan lalu Harish tidak masuk sekolah, karena pengobatan chemotherapy kepalanya menjadi botak jadi dia tidak mau pergi ke sekolah takut diejek/dihina oleh teman-teman sekelasnya. Nah Minggu lalu Sindu datang ke rumah dan berjanji kepada anak saya untuk mengatasi ejekan yang mungkin terjadi. Hanya saya betul-betul tidak menyangka kalau Sindu mau mengorbankan rambutnya yang indah untuk anakku Harish. Tuan dan istri tuan sungguh diberkati Tuhan mempunyai anak perempuan yang berhati mulia.”
Cita-citanya ini membuat ia menjadi sangat bersemangat dalam belajar.
Meski ia bukan termasuk orang yang banyak menerima pendidikan formal, ia tetap rajin membaca buku-buku bermutu & bertanya kepada orang yang dianggapnya lebhi ahli.
Ia juga sangat gemar berkunjung ke berbagai perpustakaan di kotanya untuk meminjam buku & membacanya.
Cita-cita untuk menjadi ahli pidato handal juga membuatnya rajin mendengarkan pidato orang lain.
Dikisahkan pada suatu malam ia pernah berjalan kaki sekitar 30 kilometer hanya untuk mendengarkan sebuah pidato.
Saat tengah malam, dalam perjalanan pulang, ia menyusun kembali intisari pidato tadi. Intisari ini kemudian dijadikannya bahan untuk berlatih.
Untuk mengembangkan teknik & daya tarik pidatonya, pemuda ini juga mengikuti sejumlah kursus & seminar.
Dia juga tekun dlm berlatih & senantiasa berupaya memperbaiki kesalahan-kesalahannya.
Bertahun-tahun kemudian ia menjadi seorang negarawan sekaligus ahli pidato yang terkenal.
Tahukah Anda siapa orangnya?
Ia adalah Abraham Lincoln, seorg presiden Amerika yang luar biasa & namanya dikenang sepanjang masa.
Dari kisah sederhana ini, kita setidaknya bisa menarik beberapa pelajaran berharga.
¤ Kesuksesan bukanlah suatu kebetulan.
• Kita tidak bisa tiba-tiba bangun di pagi hari dengan keadaan yang tiba-tiba saja sesuai dengan cita-cita kita.
• Hidup bukanlah sebuah pertunjukan sulap!
¤ Kesuksesan membutuhkan sebuah proses.
• Sayangnya, banyak orang yang ingin menggapai kesuksesan namun tidak mau menjalani proses yang ada.
• Kehidupan modern yang serba instant terkadang membuat kita lupa bahwa segala sesuatu membutuhkan proses.
¤ Kesuksesan membutuhkan perjuangan & pengorbanan. Pepatah mengatakan, tidak ada kesuksesan tanpa pengorbanan.
Ia pun pergi ke sumur dan mencoba untuk menimba sumur, yang didapatkannya adalah ember kosong tanpa ada airnya. semakin ditimba semakin sia² usaha mendapatkan air.
Semakin marah kesel dan jengkel, sumur itu tetap tidak memberikan air. Ia tidak percaya, dan mengintip ke dalam sumur. Sumur itu sangat dalam dan terlihat gelap ke dasar, hampir dipastikan tidak dapat terlihat apa yang ada di dalam sumur.
Semakin berusaha, semakin emosi, dan kesel, semakin kesal yang ada malah keringat membasahi tubuh.
Tiba² Gurunya datang, lalu biksu kecil itu komplain sama gurunya.
“Mengapa Guru tidak berkata bila sumur ini kosong, mengapa saya harus menimbanya?”
Sang Guru Balik bertanya: “Berapa kali kamu menimba?”
Biksu kecil menjawab: “Sudah banyak kali, dan sudah emosi jiwa”.
Guru: “Bila sudah tahu kosong, mengapa harus menimba? mengapa harus emosi dan mengapa menutup indra kesadaranmu?”
“PLAK”
Kepala biksu kecil itu dipukul dengan tongkat.
“Lihat ke samping sumur itu, disana ada kran air dari pompa sumur, tinggal dibuka krannya airpun mengalir, Aku suruh kamu mengambil air di dekat sumur, bukan menimba sumur!”
Seketika wajah biksu kecil itu merah padam…
Buang² energi dan emosi…
Hanya karena tidak ada usaha untuk membuka “Kesadaran”
Akhirnya Ia pun mendapat “PENCERAHAN”.
Si ibu segera membuka surat itu, ternyata surat itu menjawab pertanyaannya. Inilah isi surat itu, ” karena anak anda terlampau bodoh dan tak mampu memahami pelajaran serta menghambat kemajuan proses belajar disekolah, demi rasa tanggung jawab kami kepada murid” lain, maka kami sangat mengharapkan agar anak anda secara terhormat menarik diri sendiri dari sekolah”. Rupanya sblm diberikan surat itu, si anak sudah diberi tahu oleh gurunya agar esok hari tak perlu masuk sekolah lagi. Hal itulah yg membuatnya menangis.
Ibunya yg seorang guru jg tidak tinggal diam, ia berupaya agar anaknya bisa sekolah lagi. “Kalau sekolah tak mau menerimamu lagi, jangan khawatir nak, ibumu pasti bisa menjadi guru yg baik untukmu…”
Sejak saat itu si bocah diajari berbagai hal oleh ibunya. Hal itu membuat si bocah berkembang menjadi anak yg pny keingintahuan sangat besar.
Tumbuh dngn kasih sayang orang tuanya, si bocah makin senang bereksperimen apa saja. Meski gagal berkali”, ia terus mencoba dan mencoba lagi. Kasih sayang ibunya membuat ia menjadi anak yg pny prinsip dan tidak takut gagal.ia terus maju…dengan sifat keingintahuannya, ia belajar terus menerus, si bocah kini dikenal sebagai salah satu ilmuwan yg mampu mengubah dunia.. Dialah THOMAS ALFA EDISON, penemu bola lampu.
Murid berjalan ke danau. Ketika ia sampai di sana, ia menyadari pada saat yang sama sebuah gerobak mulai melintasi danau tersebut.
Akibatnya air menjadi sangat berlumpur dan sangat keruh. Murid berpikir, “Bagaimana saya bisa memberikan air yang keruh ini pada guru untuk diminum!”
Jadi dia kembali dan mengatakan kepada sang guru, “Air di sana sangat berlumpur. Saya berpikir itu tidak cocok untuk diminum .” Setelah sekitar setengah jam, Biksu itu menyuruh lagi murid yang sama untuk kembali ke danau dan mengambil air. Murid dengan patuh kembali ke danau.
Kali ini dia juga menemukan bahwa danau masih berlumpur. Ia kembali dan memberitahu sang guru tentang hal yang sama. Setelah beberapa waktu, sang guru menyuruh lagi murid yang sama untuk kembali. Ketika si murid sampai ke danau lalu dia berusaha menemukan air yang benar-benar jernih dan layak untuk diminum dan memasukkan ke dalam guci untuk diberikan kepada gurunya.
Biksu memandangi air tersebut, dan sambil menatap muridnya, ia berkata, “Lihat apa yang telah kamu lakukan untuk membuat air bersih. Kamu telah membiarkannya dan lumpur itu mengendap dengan sendirinya maka kamu menemukan air itu sudah jernih.
Pikiran kamu juga seperti itu! Ketika terganggu, hanya membiarkannya. Berikan sedikit waktu maka pikiranmu akan tenang dengan sendirinya. Kamu tidak perlu memasukkan apapun ke dalamnya dalam upaya untuk menenangkannya. Ini adalah tanpa upaya dan akan memperoleh dengan sendirinya. ”
Pemuda itu tak dapat jalan terlalu cepat,
sbab keong itu jalannya lambat sekali.
Keong itu sudah berusaha keras merangkak,
tiap kali hanya beralih sedemikian sedikit.
Pemuda itu mendesak, menghardik, memarahi keong tsb.
Keong memandangnya dgn pandangan meminta maaf, serasa berkata:
“Maaf, nih aku sudah berusaha dengan segenap tenaga!”
Pemuda cuma menggerutu sambil berkata,
“Mengapa TUHAN memintaku mengajak seekor keong berjalan-jalan.
Ya TUHAN, mengapa?
Langit sunyi senyap sekarang.
Biarkan saja keong merangkak di depan, aku kesal di belakang”
TUHAN hanya menjawab,
“Pelankan langkah, Tenangkan hatimu..”
Tiba-tiba tercium aroma bunga,
ternyata adalah sebuah taman bunga.
Pemuda itu merasakan hembusan sepoi angin,
ternyata angin malam demikian lembut.
Ada lagi…
Dia dengar suara kicai burung, suara dengung cacing.
Dia lihat langit penuh bintang cemerlang..
“Mengapa dulu aku tak pernah merasakan semua ini?” tanyanya dalam hati
Barulah pemuda itu teringat,
mungkin dia tlah salah menduga!!
Ternyata TUHAN meminta keong menuntunnya jalan-jalan,
sehingga dia dapat memahami & merasakan keindahan taman yg tak pernah dia alami kalo dia berjalan sendiri dgn cepatnya.
Ibu Guru menyuruh murid miridnya membawa kantong plastik transparan 1buah & kentang.
Masing” kentang tsb diberi nama berdasarkan nama org yg dibenci. Sehingga jmlh kentang’nya tdk ditentukan brp, tergantung jumlah org yg dibenci.
Pd hari yg disepakati masing” murid membawa kentang dlm kantong plastik. Ada yg berjmlh 2, ada yg 3 bahkan ada yg 5.
Murid” hrs membawa kantong plastik berisi kentang tersebut kemana saja mereka pergi, bahkan ke toilet sekalipun,
selama 1 minggu.
Hari berganti hari, kentang2 pun mulai membusuk, murid2 mulai mengeluh, apalagi yg membawa 5bh kentang, selain berat baunya juga tdk sedap.
Stlh 1minggu murid murid TK tersebut merasa lega krn penderitaan mereka akan segera berakhir.
Ibu Guru:”Bgmn rasanya membawa kentang selama 1minggu ?
Keluarlah keluhan dari murid2 TK tersebut, pd umumnya mereka tdk merasa nyaman hrs membawa kentang2 busuk tsb kemanapun mereka pergi.
Guru pun menjelaskan apa arti dari “Permainan” yang mereka lakukan.
Ibu Guru:
“Seperti itulah kebencian yg selalu kita bawa2 apabila kita tdk bisa memaafkan orang lain.!”
Sungguh sangat tdk menyenangkan membawa kentang busuk kemanapun kita pergi.
Itu hanya 1minggu, bgmn jk kita membawa kebencian itu seumur hidup?
Alangkah tidak nyamannya..
Cerita bermula ketika Lao Pan, pria 68 tahun yang hanya tinggal dengan anjingnya di desa Panjiatun, Provinsi Shandong, China, dijemput ajal pada awal November. Setelah kematiannya, seperti dilansir dari halaman Daily Mail pada Rabu 23 November 2011, anjing Lao tiba-tiba menghilang.
Beberapa waktu kemudian, penduduk menemukan si anjing berada di makam tuannya. Selama tujuh hari berturut-turut, anjing tersebut tak pernah sekalipun jauh-jauh meninggalkan tempatnya, bahkan untuk sekedar mencari makan pun tidak.
“Saya memberinya bakpao waktu anjing ini tiba-tiba datang ke rumah saya. Dia memang mengambil bakpao itu, tapi dia kemudian lari kembali ke makam,” kata seorang penduduk desa, seperti dikutip dari MSN. Ia juga mengatakan sempat berusaha mengembalikan si anjing ke desa, namun gagal karena anjing selalu menuju kembali ke makam Lao.
Sadar bahwa yang diinginkan si anjing hanyalah menemani tuannya di tempat peristirahatan terakhirnya, para penduduk memutuskan secara berkala membawakan makanan dan minuman ke makam. Mereka bahkan berencana membuatkan kandang dekat makam Lao untuk tempat tinggal si anjing.
Kisah anjing yang setia menunggui makam tuannya ini mengingatkan pada kisah Bobby, seekor anjing Skotlandia yang menghabiskan sepanjang sisa hidupnya duduk di atas makam tuannya di Greyfiars Kirkyard. Bobby adalah anjing milik John Gray, seorang polisi yang meninggal pada 1858 akibat TBC.
Tujuannya adalah mencapai puncak sebuah menara yang sangat tinggi.
Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan memberi semangat kepada para peserta…
Perlombaan dimulai…
Secara jujur: Tak satupun penonton benar2 percaya bahwa katak2 kecil akan bisa mencapai puncak menara.
Terdengar suara: “Oh, jalannya terlalu sulitttt!! Mereka TIDAK AKAN PERNAH sampai ke puncak.”
atau: “Tidak ada kesempatan untuk berhasil…Menarany a terlalu tinggi…!!
Katak2 kecil mulai berjatuhan. Satu persatu… Kecuali mereka yang tetap semangat menaiki menara perlahan- lahan semakin tinggi…dan semakin tinggi…
Penonton terus bersorak
“Terlalu sulit!!! Tak seorangpun akan berhasil!”
Lebih banyak lagi katak kecil lelah dan menyerah
…Tapi ada SATU yang melanjutkan hingga semakin tinggi dan tinggi…
Dia tak akan menyerah!
Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara. Kecuali satu katak kecil yang telah berusaha keras menjadi satu-satunya yang berhasil mencapai puncak! SEMUA katak kecil yang lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya?
Seorang peserta bertanya bagaimana cara katak yang berhasil menemukan kekuatan untuk mencapai tujuan?
Ternyata…Katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!!
Jangan pernah mendengar orang lain yang mempunyai kecenderungan negatif ataupun pesimis…karena mereka mengambil sebagian besar mimpimu dan menjauhkannya darimu.Selalu pikirkan kata2 bertuah yang ada. Karena segala sesuatu yang kau dengar dan kau baca bisa mempengaruhi perilakumu!
Bagi Michael, perkawinan ayah & ibu menjadi teladan baginya.
Setelah menikah, dia & istrinya sering bertengkar krn hal-hal kecil.
Ketika pulang ke rumah ayahnya, MIchael menuturkan keluhannya pada ayahnya.
Ayahnya mendengarkan kemudian masuk ke kamarnya, dan keluar dgn mengusung buku2 & ditumpuknya di depan Michael.
Sebagian buku sdh kuning, kelihatannya sdh disimpan lama.
Dgn penuh rasa ingin tahu Michael mengambil satu buku itu. Tulisannya benar tulisan ayahnya, agak miring & aneh, ada yg jelas, ada yg semrawut, bahkan ada yg tulisannya sampai menembusi beberapa halaman.
Michael membaca halaman2 buku itu.
Semuanya merupakan catatan hal2 sepele, “Suhu udara berubah jadi dingin, ia mulai merajut baju wol untukku. Anak2 berisik, untung ada dia.”
Semua itu catatan kebaikan & cinta ibu kpd ayah, cinta ibu kpd anak2 & keluarga. Matanya berlinang air mata. Michael mengangkat kepala, dgn haru dia berkata pada ayahnya, “Ayah, saya sangat kagum pada ayah & ibu.”
Ayahnya berkata, “Tidak perlu kagum, kamu juga bisa.”
Ayah berkata lagi, “Menjadi suami istri selama puluhan tahun, tdk mungkin menghindari pertengkaran. Ibumu kalau kesal, suka cari gara2, melampiaskan kemarahannya & ngomel. Dlm buku aku tuliskan yg telah ibumu lakukan demi rumah tangga ini. Seringkali hatiku penuh amarah waktu menulis, kertasnya sampai sobek, tembus oleh pena. Tapi aku terus menulis semua kebaikannya. Aku renungkan, akhirnya emosi itu lenyap, yg tinggal semuanya kebaikan ibumu.”
Michael mendengarkan, lalu bertanya, “Ayah, apakah ibu pernah melihat catatan ini?”
Ayah tertawa & berkata, “Ibumu juga memiliki buku. Bukunya berisi kebaikan diriku. Sering kami saling bertukar buku & saling menertawakan. Ha…ha…ha…”
Tiba2 Michael sadar akan rahasia pernikahan, “Mencintai itu sangat sederhana. Ingat & catat kebaikan pasangan. Lupakan dan maafkan segala kesalahannya.”
Di antara instruksi2 yg ada di pintu masuk, terdpt instruksi yg menunjukkan bgmn aturan main utk masuk toko tsb:
“Kamu hny dpt mengunjungi toko ini SATU KALI!”
Toko tsb terdiri dr 6 lantai dimn setiap lantai akan menunjukkan kelompok calon istri.
Semkin tinggi lantainya, semkn tinggi pula nilai wanita tsb. Kamu dpt memilih wanita di lantai tertntu / lbh memilih ke
lantai berikutnya, tp dgn syarat tdk bs turun lg ke lantai sblmnya kecuali utk keluar dr toko.
Lalu, seorang pria pun pergi ke ” TOKO ISTRI ” tsb untuk mencari istri. Di stp lantai terdpt tulisan spt ini:
Lt 1:
“Wanita di lt ini taat pd Tuhan & pandai memasak.”
Pria itu tersenyum, kmd dia naik ke lantai selanjutnya.
Lt 2:
“Wanita di lt ini taat pd Tuhan, pandai memasak & lemah lembut.”
Kmbali pria itu naik ke lantai selanjutnya.
Lt 3:
“Wanita di lt ini taat pd Tuhan, pandai memasak, lemah lembut & cantik.”
”Wow!”, ujar sang pria, tetapi pikirannya msh penasaran & trs naik.
Lalu smpailah pria itu di lt. 4 n terdpt tulisan:
“Wanita di lt ini taat pd Tuhan, pandai memasak, lemah lembut, cantik banget & syg anak.”
”Ya ampun!” Dia berseru, ”Aku hampir tak percaya!”
Dan dia tetap mlanjutkan ke lt 5:
“Wanita di lt ini taat pd Tuhan, pandai memasak, lemah lembut, cantik banget, syg anak & sexy.”
Dia tergoda utk berhenti tp kmd dia melangkah ke lt. 6 & terdpt tulisan:
“Anda adalah pengunjung yg ke 4.363.012.000. Tdk ada wanita di lantai ini. Lantai ini hny semata2 pembuktian utk pria yg tdk pernah puas.”
Trm ksh tlh berblanja di ” TOKO ISTRI “. Mohon hati2 ketika keluar dr sini.
Tetaplah slalu merasa puas akan pasangan yg sudah Tuhan sediakan.
Jgn terus mencari yg terbaik tp jadikanlah yg ada yg terbaik buat anda, karna Tuhan sudah sediakan, itulah pasangan yg terbaik bagi kamu seumur hidupmu hingga maut memisahkan
Raja berpesan, “Tuliskanlah sesuatu yg bisa kamu simpulkan dari seluruh pengalaman & perjalanan hidupmu, spy itupun bisa menjadi pelajaran utk hidup saya”.
Berbulan2 si tukang emas yg tua itu membuat cincinnya, lalu lebih sulitnya menuliskan apa yg penting di cincin emas yg kecil itu.
Akhirnya setelah berdoa & berpuasa, si tukang emas itupun menyerahkan cincinnya pd sang raja.
Dan dgn tersenyum, sang raja membaca tulisan kecil di cincin itu. Bunyinya,
“THESE TOO, WILL PASS”
(“DAN YANG INIPUN AKAN BERLALU”).
Awalnya sang raja tdk terlalu paham dgn apa yg tertulis di sana. Tapi suatu ketika, tatkala menghadapi persoalan kerajaan yg pelik, akhirnya ia membaca tulisan di cincin itu & ia pun menjadi lebih tenang,
“Dan inipun akan berlalu.”
Dan tatkala ia sedang ber-senang2,
ia pun tak sengaja membaca tulisan di cincin itu, lantas ia menjadi rendah hati kembali.
Dan … samar mataku menangkap sosok seorang ibu setengah baya berdiri tak jauh dari tempatku duduk. Tapi, rasa kantuk dan lelah ku mengalahkan niat baik untuk memberikan tempat duduk untuk ibu tersebut.
Turun dari bis, baru lah sisi baik hati ini bergumam, “Andai saya berikan tempat duduk kepada ibu tadi, mungkin pagi hari ini keberkahan bisa kuraih”. “Siapa tahu ridha Allah untuk ku di hari ini dari doa dan terima kasih ibu itu jika saja kuberikan tempat dudukku …” Ah, kenapa baru kemudian diri ini menyesal?
Semalam dalam perjalanan pulang dengan kereta api, duduk di hadapan saya seorang bapak berusia 40-an. Lewat seorang penjual air minum kemasan, dan ia segera menyetopnya untuk membeli. Tangan kirinya memegang segelas air minum kemasan sementara tangan satunya merogoh-rogoh kantongnya.
Sesaat ia memperhatikan beberapa keping yang ia mampu raih dari bagian terdalam kantongnya, ternyata … ia mengembalikan segelas air minum kemasan yang sudah digenggamnya kepada penjual air sambil menahan rasa hausnya.
Saya yang sedari tadi di depan bapak itu hanya bisa menjadikan serangkaian adegan itu sebagai tontonan. Tidak ada tawaran kebaikan keluar dari mulut ini untuk membelikannya air minum, meski di kantong saya terdapat sejumlah uang yang bahkan bisa untuk membeli dua dus air minum kemasan! Bayangkan, cuma 500 rupiah yang dibutuhkan bapak itu tapi hati ini tak juga tergerak?
Kemarin, sebelum Isya, juga dalam perjalanan pulang. Hanya berjarak 5 kilio meter dari rumah saya, saya melewati pemandangan yang menyentuh hati. Di pinggir jalan Terminal Cicahem, sekeluarga pemulung tengah menikmati penganan kecil. Suami, istri beserta dua anaknya itu tetap lahap meski yang mereka nikmati hanya sebungkus kue -entah pemberian siapa. Sempat langkah ini terhenti setelah tujuh atau delapan langkah melewati mereka, sempat pula saya berpikir untuk menghampiri keluarga itu untuk sekadar mengajak mereka makan.
Tapi … bayangan ingin segera bertemu anak-anakku di rumah mengalihkan langkahku untuk meneruskan perjalanan. Padahal, dengan uang yang saya miliki saat itu, sepuluh bungkus nasi goreng pun bisa saya belikan. Apalagi jumlah mereka hanya empat kepala.
Dan kalau pun harus tergesa-gesa, toh semestinya saya bisa memberikan sejumlah uang untuk makan mereka malam itu, atau juga untuk makan esok hari.
Duh, kenapa kaki ini justru meneruskan langkah sekadar untuk memburu kecupan kedua putriku sebelum mereka tidur?
Pagi ini. Saya coba renungi semua perjalanan hidup ini. Ya Tuhan, sudah sedemikian keras kah hati ini? Sehingga tanpa rasa berdosa kulewatkan begitu banyak kesempatan berbuat baik.