It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@lulu_75 ada deh, pantengin terus yua... :-D
yah yah yah masa beneran pindah
by: Jambul
(Tetep mention ya klo Up)
(Tetep mention ya klo Up)
(Tetep mention ya klo Up)
@3ll0
@Tsu_no_YanYan
@Tsunami
@Lulu_75
@Wita
@Indrawan506
@Alfa_centaury
@DafaZartin
@Arifinselalusial
Thank You
Selamat Membaca
SEJATINYA
By : Black_Skies
#Trisna POV
***
“tante, nanti aku berangkat sekolah bareng temenku tante, jadi aku nggak pake motor.” kataku pada tante ketika kami ditengah sarapan. Aku tadi dah janjian ama Ajiz untuk kesekolah bareng.
“sama aziz ya, tris? Ya udah, kuncinya dimana?” tanya tanteku. aku mengangguk dan langsung kuberikan kunci motornya. Tak lama terdengar suara motor matic di depan rumah, segera aku menyelesaikan sarapanku dan segera menuju halaman rumah.
“hei, Jiz. Sebentar ya” sapaku dia hanya tersenyum, kemudian aku masuk kedalam rumah kembali buat pamitan kepada tanteku.
“nyok berangkat.” kataku sambil naik motornya.
“oke, pegangaan ya.” ujar ajiz menyuruhku pegangan. Bukanya pegangan tetapi aku langsung memeluknya dan pipikuku dekatkan ke punggungnya. Ah nyamannya...
“ih, mbul. Geli tauk, entar ada yang liat, kan jadi aku malu.” kata ajiz tidak suka. Kemudian aku mendekatkan pipiku ke pipinya kemudian balik lagi keposisi semula dan kupegang pinggangnya, takut ketahuan orang.
“jangan malu-maluin mbul.” kata ajiz sok ketus.
“udah fokus kejalan aja, apa mau aku cium. Lagian inikan hari terakhir aku di jogja, jiz” balasku manja. Entah aku suka sekalli bermanja dengan temanku ini, tepatnya teman yang aku sukai.
“kutonjok bibirmu biar jontor.” ucapnya sebal, aku hanya menggelitiki pingganya, dia menggelinjang kegelian.
“MBUL, ENTAR JATOH..!!!” teriak ajiz jengkel, aku hanya cengegesan.
***
Aktifitas di sekolahan seperti biasa, ngerjain tugas, mencatat, bercanda dengan teman-teman, kekantin bareng ajiz, keperpus bareng ajiz, bercanda ria dengan ajiz dan lainya bareng ajiz. Memang hari ini akan kunikmati bersama ajiz. Dan akan menjadi kenangan ku di SMP ini.
Dan setelah bel pulang sekolah ku gunakan untuk berpamitan dengan teman-teman. Ada yang menangis, sedih dan yang jelas semua merasa kehilangan. Kupeluk semua teman cowok dan kusalami semua cewek. Setelah berpamitan aku menyuruh ajiz untuk mengantarku balik ke rumah. Ajiz langsung aku suruh pulang dulu buat ganti baju. Sedangkan wawan ada urusan sendiri, jadi tidak mengantarku ke terminal.
***
“tris, dah siap berangkat ke terminal?” kata om aris padaku.
“tunggu temen ku dulu ya om, bentar lagi dia sampai sini kok.” balasku. Kumasukan semua barang-barangku kedalam mobil bersama dika. Tak lama kemudian ajiz datang langsung membantuku.
“om saya mau pamit dulu.” kataku kepada om aris di ruang tamu.
“oh ya, sana pamitan sama Bi Nur, sama tantemu” kata om aris. Aku pun menuju dapur menemui Bi Nur yang sedang mengupas kentang.
“Bi, aku pamit ya, maaf kalo ada salah ya Bi.” kataku sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. Bi Nur cepat-cepat mencuci tanganya dan mengelapnya.
“ya mas, Bibi juga minta maaf kalau bibi punya salah.” kata bibiku. Aku pun menyalaminya dan mencium tanganya.
“hati-hati ya mas, belajar yang rajin biar sukses” nasehat Bi Nur.
“amin, doain ya bi. Assalamualaikum.” pamitku.
“waalaikumsalam.” jawabnya dan kembali kepekerjaanya. Sekarang aku menuju kamarnya tanteku, sayangnya dia tidak ikut mengantarku sampai terminal dikarenakan sakit demam tinggi. Kubuka pintu kamarnya dan menghampirinya, tampak wajah pucat dengan matanya yang redup. Kuganti kompres yang melekat di dahinya dengan air yang baru.
“tante, trisna pamit ya, maaf trisna udah ngrepotin tante, dan ketika tante sakit seperti ini trisna gak bisa nemenin. Maaf ya tante.” kataku pada tanteku sambil kuelus kepalanya.
“gak papa, tante juga minta maaf kalau tante sering marahin kamu ya.” ucapnya lirih.
“iya tante.” kataku. Akupun mengecup tanganya.
“tante aku pamitya, udah ditunggu om aris didepan. cepat sembuh tante. Assalamualaikum.” pamitku.
“waalaikumsalam, hati-hati.” katanya, mata kami berdua berkaca-kaca. Namun aku harus cepat-cepat berangkat ke terminal. Kulihat sekarang pukul 14.00. Bus yang aku tumpangi berangkat pukul 15.30.
“ayo berangkat.” kataku sambil menarik tangannya ajiz, dia tadi duduk di teras menungguku, sementara om aris dan dika sudah didalam mobil. Aku duduk dibelakang bersama ajiz, dika dengan ayahnya. Disepanjang perjalanan semuanya pada diam, menikmati pemandangan yang terhampar di sepanjang jalan. Aku hanya duduk merapat ke ajiz, hangat dan tentunya nyaman. Dia tidak menolak atau risih terhadap apa yang kulakukan, dia hanya tersenyum. Seketika itu aku pikiran-pikiran melayang dianganku.
Entah apa yang membuatku menjadi “belok” seperti ini. Semenjak akrab denganya, waktu untuk menggoda dan mengombali cewek semakin menipis, bahkan sekarang aku malah sering ngegombalin ajiz. Waktuku untuk bermain bersama gengku si wawan, adit, deni dan eko pun semakin berkurang, walau demikian sesekali kami berkumpul.
Dulunya aku yang sering berkelahi, pemalas dan sering nyontek pun sekarang berubah. Wawan sebagai sahabatku sangat kagum akan perubahanku, dulunya dia sering memperingatkanku untuk menjauhi perbuatan itu, namun aku tetap melakukanya. Tanteku saja sering memarahiku dirumah. Tetapi dengan ajiz kok aku jadi nurut ya? Mungkin aku merasa sangat nyaman dan merasa diperhatikan olehnya. Perhatiannya disetiap aktifitasku, sabarnya dalam mengajariku mengerjakan PR, kepedulianya dalam membuatku menjadi sekarang ini (tidak bandel dst) dan nasehatnya yang bikin aku merasa lebih baik.
Walaupun masih SMP menurutku dia sudah memiliki pemikiran dewasa dan berpikir dulu sebelum bertindak. Pernah suatu ketika aku membuatnya marah, dia mempergoki aku yang sedang berkelahi dengan anak kelas tiga, tepatnya kakak kelas. Waktu itu setelah bel pulang sekolah, aku pergi ke kantor sendirian sementara ajiz masih ada urusan dengan guru di masjid. Aku hendak mengumpulkan tugas matematika miliku dan milik ajiz.
Di tengah perjalanan aku bersenggolan, tepatnya aku menabrak seseorang yang hendak pulang. Kertas yang akan kukumpulkan jatuh ke genangan air, akibatnya tulisannya menjadi kabur dan luntur. Aku marah dan memaki-maki dia, kutarik kerah bajunya dan kuajak dia berkelahi, padahal dia sudah minta maaf. Kalap, kupukul dia, dia hanya menangkis dan tidak melawan. Teman-temanya melihat kejadian itu langsung menghajarku sampai badanku terasa sakit dan tidak berdaya.
“maafkan teman saya mas. Dia emang bodoh. Jadi dimaklumi ya mas.” kudengar seseorang menghentikan orang-orang yang memukuliku, ternyata dia ajiz.
“maaf kan dia, dia emang ceroboh. Untuk tugasnya gak papa, nanti aku bisa buat lagi. Jadi udah ya mas. Ini orang biar saya yang urus” kata ajiz lagi sambil menjabat Kakak kelas tadi . Kini tinggal aku dan ajiz.
“Mampus! Dasar, begok dipelihara. Udah tau kamu yang salah masih aja menyalahkan orang lain. goblok” makinya sambil melipat kedua tanganya didadanya tanpa membantuku berdiri. Marahnya dengan nada membentak mengerian, melebihi tanteku bahkan ibuku. Aku hanya meringis kesakitan ketika berdiri dengan tertatih-tatih, kurasakan darah keluar di sudut bibirku dan lebam di pipiku.
“dasar kayak udang, begok.” umpatnya lagi sambil menuntunku untuk duduk di kursi dekat parkiran dengan kasar.
“kamu merasa jagoan ya, badan krempeng kayak gitu mau melawan kak agus. Cari mati kamu.” marahnya lagi, kali ini dengan memencet sudut bibirku. Kak agus adalah salah satu murid karate dan teman-temanya walau tidak bisa karate tetapi sangat setia dengannya. Untung kak agus orangnya tidak sepertiku.
“lihat kalo gini, waktu terbuang hanya untuk berkelahi padahal untuk mengerjakan ulang tadi bisa. Ditambah muka kamu tambah jelek.” dia menekan pipiku tanpa peduli rasa sakitku. Aku hanya diam dan meringis menahan sakit.
“ini akibat ulah kamu sendiri ya, lain kali aku nggak mau bantuin kamu. Dan kalo kamu masih kayak gini, berkelahi dan mudah marah, mendingan besok gak usah duduk semeja lagi. Sekarang aku mau pulang, bye.” ucapnya ketus sambil nylonong tanpa mempperhatikanku lagi. Memang sih ajiz tidak menyukai orang yang urakan, gampang marah dan tentunya sok jagoan. Aku pulang dengan mengendarai motorku perlahan-lahan. Paginya badanku pada sakit semua tetapi aku nekat berangkat sekolah, takut ajiz beneran gak mau semeja denganku lagi.
Sampai disekolahan teman-temanku menayaiku perihal mukaku yang beda, tambah cakep mungkin. Tentunya aku tidak menjawab dengan jujur pertanyaan mereka, mungkin dengan alasan jatuh dari motor cukup membuat mereka mengangguk. Tetapi untuk wawan, kuceritakan kejadian aku berkelahi dan dimarahi ajiz.
“hahaha,,, makanya kamu nurut kalo dibilangin. Hancur tuh muka, hahahahaha.” raspon wawan dengan nyebelinnya, aku langsung masuk kelas dan dibangkuku udah ada ajiz yan duduk sambil baca LKS. Aku harus bujuk agar gak pindah tempat duduk. Ku gunakan kata-kata indah nan menawan agar menarik hatinya. (hooeeekkk).
“Ajiz yang baik hati dan tidak sombong, terutama rajin menabung, maafin aku ya. Kapan-kapan temanmu yang ganteng ini gak akan mengulangi lagi kejadian kayak kemaren deh.” kataku dengan suara sehalus mungkin sambil bercanda, tetapi dia hanya diam dengan cueknya, huffff. Setelah manyun beberapa saat karena di kacangin aku menyondorkan tanganku untuk bersalamaan. Dia menyalamiku tanpa menoleh kearahku.
“jiz, jangan marah dong, kan udah minta maaf. Kita kan masih temenan, kan? Kataku lagi dengan nanda memelas, tetapi dia tidak bergeming, tetap asik baca LKS. Aku duduk disampingnya.
“jiz, jangan pindah,ya. Kalo kamu pindah, aku juga mau pindah sekolahan loh. Aku akan ngambek selamanya.” kataku manja merangkul tubuhnya. Teman-teman yang melihat kelakuanku hanya bilang “cie-cie.” bahkan wawan dan eko mengodaku. Aku hanya memasangkan jari telunjukku dimulutku supaya mereka diam dan tak menggangguku.
“ ya udah sana kamu pergi. Emang peduli?” katanya enteng tanpa menoleh. Karena kesal aku langsung mengeluarkan jurus pamungkasku, tak lain dan tak bukan adalah menggelitiki pinggangnya. Salah satu kelemahanya dia tidak tahan geli. Dia tertawa dan mengeliat. Setelah berhenti, akhirnya dia menoleh dan tersenyum, tersenyum dipaksakan.
“iya-iya. Dasar mukamu jelek banget sekarang, ditambah pake make up biru segala. Bentukmu ngeselin, Muka kamu ngeselin.” katanya sambil tersenyum ngejek dan menampar pipiku yang masih lebam kemudian melanjutkan membaca LKS. Sontak aku meringis menahan sakit. Tetapi sakitnya tertutupi perasaan senang karana ajiz tidak marah lagi.
“kalo muka ku jelek, kamu gak cinta lagi ya.” kataku bercanda, eh enggak ding tetapi kubuat bercanda. Dia menatapku tajam. Aduh salah ngomong kayaknya nih. Marah lagi deh dia kayaknya.
“najis tralala, makan nih cinta.” senyum puasnya setelah berhasil menjewer sesuatu yang ia sukai (mungkin) apalagi kalau bukan bibir indah dan seksiku .hoeekk. Ku majukan bibir bawahku seolah-olah dower beneran. Kami berdua tertawa lepas, bahkan teman lainya juga tertawa melihat tingkah kami berdua. Yey, akhirnya ajiz luluh juga, hahahahaha.
Bersambung...
***
Maaf ya updatenya sedikit. Kapan-kapan tak bikin panjang deh.
“Jangan lupa Jempol dan Komentarnya”