It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Dinginnya angin pagi hari membuatku menggigil, aku sudah mengenakan baju yang tebal tapi tetap saja terasa dingin. Beratnya langkah kakiku tak menghentikan langkahku berjalan menuju lobby
“Selamat pagi pak Raditya, anda sudah ditunggu pak Ricky di departemen sales”
“Terima kasih, Ratna! Saya akan segera menemui Ricky diatas”
“Bapak terlihat pucat sekali, apakah tidak sebaiknya anda beristirahat di rumah”
“Kamu adalah orang kesekian yang mengataiku seperti itu hari ini, Ratna! Aku harus masuk hari ini atau kita kehilangan salah satu klien penting”
Ratna hanya membalasku dengan senyuman
Aku menuju lantai 3 tempat departemen sales berada, aku masuk keruangan rapat tempat biasanya dilakukan briefing atau rapat departemen sales.
“Kau terlihat tidak sehat, Radit!”
“Sudahlah, abaikan kondisiku! Baca ini, tanyakan apa yang tidak kau mengerti” kataku sambil menyerahkan handout yang kubawa pada Ricky
Pertemuanku dengan Ricky berlangsung sekitar 1 jam, dia sempat bertanya beberapa kali dan kami juga sempat sedikit berdiskusi. Mataku semakin terasa panas dan tubuhku serasa semakin berat, sepertinya demamku bertambah parah
“Kau berhutang padaku, Rick! Kau membuatku bekerja saat aku sedang sekarat seperti ini” aku meneriaki Ricky yang sudah berjalan didepanku
Ricky melambai dari kejauhan “Wish me luck! Aku akan mentraktirmu apa saja jika aku bisa mendapatkan klien ini”
“Aku akan menggantungmu di lobby jika kau gagal”
Ricky tersenyum dari kejauhan dan menghilang dari pandanganku
“Sebaiknya aku pulang, sebelum aku ditemukan terkapar di lorong kantor” pikirku
Aku kembali turun ke lantai 1 dan menuju lobby, aku memanggil taxi untuk segera membawaku pulang kerumah
“You really don’t look so well today, you must’ve done naughty things yesterday”
“Oh, morning Mr. Crawford! And what do you mean by that?” aku mengernyitkan dahiku
Josh tersenyum “Come, I’ll drive you home! I have to meet someone somewhere near your house”
“But, I called a taxi already!”
“Don’t worry, Ratna will take care of it for you!”
Ratna hanya tertawa kecil mendengar ucapan Josh
“Okay, I can never win against you, Mr. Crawford”
“You’re just a bit special, sir! Have a safe trip!” celetuk Ratna sambil tertawa terkekeh-kekeh
Akupun masuk ke dalam mobil Josh
“So, you want something before I drop you home?”
“I wonder, some cups of jelly and a canned peach, maybe?”
“Alright, let’s go to that convenience store near the station! I heard they sell delicious homemade jelly”
“Where did you hear about it on the first place?”
“Well, I learned a bit of Bahasa! And I kinda overheard your coworkers talking about it”
“Masa bodoh”
“Ha! You call me stupid just now, aren’t you?”
“Masa bodoh is closer to ‘like I care’ than ‘stupid’, your Bahasa sucks!”
“Hehehe”
Kami pun menuju toko dekat stasiun kereta yang tak begitu jauh dari kantor. Aku merasa lelah sekali, aku tertidur di sepanjang perjalanan.
“Hey, wake up! We’re here”
Aku terbangun dari tidurku dan kami sudah sampai di depan rumah, Josh membantuku masuk ke dalam kamarku, kami berpapasan dengan Randy saat kami akan masuk ke dalam kamar. Dengan perlahan Josh membantuku naik ke tempat tidur dan menaruh bungkusan yang dibawanya pada meja di sisi tempat tidur.
“I never know you have older brother?”
“Older brother?”
“Yeah, that guy we met before we went into this room”
Aku hanya tertawa, Josh tampak bingung saat melihatku tertawa
“You mean Randy? He’s not even older than you! He’s only 22”
“Wow, he’s so muscley and tall! He’s even taller than me”
“Well, I wonder when he becomes that big. 3 years ago was the first time I went to his workplace, he got scolded by his coworkers right away! They think he brought his underage younger brother to work. And everyone laughed when I told them the truth”
“That doesn’t make any sense, 3 years ago he’s only 19! How can he work in a bar that way?”
“Well, his ID said he’s 21 so why not?”
“Fake ID?”
“No, not a fake one! We only fake his birthdate the first the he made his ID”
Josh tertawa mendengar penjelasanku “Ok, I have to go! See you tomorrow”
Josh tiba-tiba menundukkan badannya, dia mencium keningku dan pergi begitu saja setelahnya, aku terdiam
“Aku harus segera mengakhiri semua ini secepat mungkin, sebelum semuanya terlambat” pikirku
“You’re going to dump him soon?”
Tanpa kusadari Randy sudah bersandar di pintu kamarku
“Sepertinya begitu”
Randy menghampiriku dan berbaring begitu saja disebelahku
“Sepertinya dia sudah tergila-gila padamu, kau yakin takkan ada masalah saat kau membuangnya begitu saja?”
“Entahlah, salahku juga karena aku terlalu lama berhubungan dengannya”
“Kau yakin tak ingin mencobanya kali ini?”
“Mencoba apa maksudmu?”
“Menjalin hubugan serius dengannya? Kurasa kau juga memiliki perasaan terhadapnya, tak seperti pria-pria lain yang kau kencani”
“Mungkin aku memiliki sedikit perasaan padanya, tapi tak pernah terbesit di pikiranku untuk menjalin hubungan dengannya”
“Jika kau bukan kakakku, aku pasti sudah menghajarmu! Sampai kapan kau ingin menyakiti dirimu dan orang lain seperti ini?”
“Dihajar ya? Mungkin aku memang layak mendapatkannya”
“Kau memang orang yang menyebalkan, berbicara padamu membuatku seolah berbicara pada batu”
Randy beranjak dari tempat tidur dan berjalan keluar kamarku, untuk sesaat dia berhenti
“Kau takkan pernah menemukan kebahagiaan jika kau terus seperti ini, camkan itu!”
Randy pun keluar dari kamarku dan menutup pintunya
“Dia selalu bertingkah kasar dan acuh, tapi aku tahu sebenarnya dia khawatir terhadapku, terima kasih Randy!” pikirku
Kulihat layar smartphone ku, waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang
“Sebaiknya aku lekas tidur, supaya aku bisa pulih besok”
*Keesokan harinya*
“Rapat seperti inilah yang membuatku ingin berhenti dari pekerjaanku”
“Jangan begitu, Radit! Kredibilitas departemen sales dan marketing dipertaruhkan di rapat itu” celetuk Hendra, rekan kerja ku dari departemen marketing
“Untung hari ini kamu sudah sembuh, kalau tidak keselamatan kami bisa terancam” tambah Ricky sambil tertawa kecil
“Paling tidak semua pekerjaan kita telah selesai kali ini, jadi kita bisa bernafas lega! Hendra, bisakah kau memberikan ini dan beberapa handout dimejaku ke pak Aji nanti? Pekerjaanku untuk hari ini sudah selesai, aku ingin cepat-cepat pergi dai kantor ini!”
“Baiklah, selamat bersenang-senang” kata Hendra sambil tertawa lebar
Akupun meninggalkan mereka berdua dan berjalan keluar kantor, karena ini jam istirahat jadi banyak pegawai kantor ini yang berlalu-lalang untuk pergi makan siang
*beep beep* terdengar suara klakson mobil, spontan aku menoleh kearah suara tersebut
“Hop on, I’ll treat you for lunch!”
“Oh, Mr. Crawford! You surprised me! Sorry, but I think I’ll pass”
“I insist, you won’t turn down a favor from your boss, right?”
“Alright, you win! I’ll come with you”
Akupun masuk ke dalam mobil Josh, seketika itu pula dia memacu mobilnya keluar dari daerah perkantoran kami
“You know. . .” tanpa sadar kami mengucapkan kalimat yang sama
“Ok, you first!” seru Josh, memberikanku kesempatan untuk bicara
Aku menghela nafas “I thought we already agreed to this when we started all of this”
“Agreed to what?”
“The only reason I keep on doing all these because our bodies are compatible, nothing more”
Josh hanya terdiam sambil terus memacu mobil yang kami kendarai
“What’s with the sudden silence?”
Josh menghela nafas panjang “Won’t you try it with me? We’re pretty compatible in every aspect, why wouldn’t we start dating?”
Aku terdiam sejenak “It won’t work, Josh! ”
“How can you say that something will work or not if you haven’t even tried it?”
Aku hanya terdiam “I don’t know! I’m scared with the way people throw they feelings on me! I guess we really need to end all this before we end up hurting each other!”
“But…”
“No buts, it’s over, Josh! Our game ends here”
“I can’t accept this!”
“You have to! And don’t bother staying here in our branch any longer! Now that this big project is over, I will give you my resignation letter very soon”
“But why? I can understand if you want to get it all over with me, even going as far as quitting the company?”
“I’m just tired with all these office work! I’ll just start my own business so I can spend more time with my family and I don’t want to be associated with you anymore”
Josh hanya diam, dia memacu mobilnya lebih kencang lagi
“Josh, where are we going?”
Josh tetap memacu mobilnya dengan cepat dengan wajah marah dan mata yang memerah seakan hampir meneteskan air mata. Josh membawaku ke apartemennya, dia menyeretku masuk ke dalam apartemennya. Josh mendorongku kuat-kuat ke tempat tidurnya, dia melucuti semua pakaian yang kukenakan dengan kasar kemudian air mata mulai bercucuran dari kedua matanya. Aku ingin menghapus air mata itu, tapi tanganku tak bisa bergerak seolah tubuhku menolak perintah dari otakku. Josh selalu memperlakukanku dengan lembut setiap kami berhubungan seks tapi tidak kali ini, dia melakukannya dengan kasar dan tiada hentinya menangis terisak-isak. Aku berpura-pura pingsan ditengah-tengah Josh “melakukannya” padaku. Mungkin karena syok melihatku kehilangan kesadaran, tiba-tiba Josh memelukku dengan erat.
“Oh God, What have I done? I never want to do this, I don’t want to hurt you”
Josh melepaskan pelukannya, dia mencium keningku kemudian menggenggam erat tanganku dengan kedua tangannya
“I’m sorry. . . I’m so very sorry. . .” kata Josh sambil menciumi tanganku yang digenggamnya erat
Josh menidurkanku di lengan kirinya, menyelimutiku, dengan tangan kanannya dia mendekapku dengan erat hingga dapat kudengar detak jantungnya dan sesekali mengusap kepalaku. Aku ingin sekali membalas pelukannya tetapi lagi-lagi seluruh badanku seolah lumpuh, tak bisa digerakkan.
“I’m sorry, Radit! I love you, I really love you! What am I going to do without you?” bisik Josh sambil menciumi ubun-ubunku
Aku dapat merasakan kehangatan tubuh dari Josh, detak jantungnya, dan getaran dari tubuh dan bibirnya saat dia terus menciumi ubun-ubunku. Aku terus menutup mataku, tak bisa kubayangkan ekspresi yang dibuat oleh Josh saat ini. Hingga saat aku benar-benar tertidur, aku masih bisa mendengar Josh terisak-isak. Saat aku bangun, cahaya orange dari matahari sore mulai menyinari kamar apartemen ini. Kusingkirkan tangan Josh dariku dan mulai memunguti bajuku yang tercecer di penjuru ruangan.
“Wow, the sluggish feeling I have this morning is gone! Sex really is the answer for everything, I didn’t enjoy it like usual though” gumamku sambil mengenakan kembali pakaianku
Baru kusadari ternyata syal biru yang aku kenakan tadi tertindih oleh badan Josh, lebih baik aku meninggalkannya disana agar dia tidak terbangun. Josh tidur dengan bekas air mata yang mengering di pipinya.
“Thanks for everything, Josh! It’s been fun, forget about me and find a good lover you’ve always wanted, goodbye!”
Kucium kening Josh dan meninggalkan apartemennya. Langkahku terasa berat saat sedikit demi sedikit kulangkahkan kakiku menjauh dari apartemen Josh. Melangkah pergi dari kompleks apartemen itu sungguh berat. Aku terjatuh dengan kedua lutut dan tanganku berada diatas tanah. Ingin sekali kumenangis, tapi air mataku tidak mau mengalir malah aku tertawa. Aku tidak beranjak dari posisi jatuhku dan terus tertawa. Hingga seorang satpam komplek apartemen ini datang menghampiriku.
“Anda tidak apa-apa, pak? Mari saya bantu berdiri” kata satpam itu sambil menjulurkan tangannya
Aku hanya terus tertawa dan menjulurkan kembali tanganku, aku sudah dalam posisi berdiri dan aku masih saja tertawa seperti orang tidak waras
“Mohon maaf pak, bisa panggilkan saya taxi?” kataku pada satpam itu sambil terus tertawa
“Baik pak” kata satpam itu sambil melambaikan tangan kearah armada taxi yang memang stand by di kompleks apartemen itu
Taxi itupun menghampiriku, tawaku terhenti, aku masuk kedalam taxi itu dan segera menyandarkan kepalaku pada kursi.
“Tujuannya, pak?”
“Perumahan X daerah Y” kataku dengan kepala yang tersandar dikursi dan mata yang tertutup
“Mau lewat jalan tol atau rute biasa, pak?”
“TERSERAH, AMBIL JALAN YANG MANA SAJA!!! BAWA SAJA AKU PERGI DARI TEMPAT INI SECEPATNYA” bentakku
Supir taxi itu hanya terdiam dan memacu mobilnya meninggalkan kompleks apartemen ini. Baru pertama kali aku merasakan sakitnya tidak bisa mengeluarkan air mata saat aku benar-benar ingin menangis. Diriku yang pengecut ini lagi-lagi lari dari sesuatu yang harusnya kuhadapi, sekali lagi aku menyakiti orang dengan sifat pengecutku ini, dan tak pernah kusangka aku akan merasakan rasa ini lagi, rasa sesak yang teramat sesak di dada, rasa sesak yang amat mencekik hingga membuat bernafas menjadi sebuah siksaan. Rasa yang kau rasakan saat apa yang sangat kau inginkan berada didepan matamu namun kau tak sanggup untuk menggapainya.
Bersambung…
untung ngecek ni cerita jdi tau ada update....next update mention ya TS.
entar deh, aku edit lagi aku kasih tanda
@3ll0 mungkin aja entar deh part selanjutnya mungkin aku jelasin ">
@d_cetya ya karena km nggak minta, kesannya aku maksa orang baca kalo orangnya nggak minta di mention, maaf :-S
disimpen dulu. baca dan komen nanti
Tapi ceritanya gak sama kok, cuma tema yg diusungnya agak mirip, dan yang samanya itu.... Sama-sama asekkk buat dibaca! sukaaaaaaaaaaaaaaaaa><
Btw, adegan yg Radit di'rape' kok asa kurang kena ya... Bukan karna gak ada esek2nya, cuma kok rasanya kurang greget gituh, hmmm kurang membawa perasaan saat dibaca..... Aduhhh gitu deh pokoknya><
Lanjut ya... Nanti aku dimention please^_^
Eh eh aku kok penasaran sama Randy ya~~ awww seme ♡♥
Maacih @d_cetya
btw rendi itu adek kandungnya raditya kan?
trus ortunya raditya kmn?
buat @d_cetya makasih ya beib ud di summon )