It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Boleh juga nih di mensen kalo update.. Hehe
Kalo dah lanjut,boleh dong mention aku.
“Eh ada tamu” terdengar suara perempuan tengah baya membuyarkan lamunanku “Ayo nak masuk”.
“Tante apa kabar?” tanyaku sambil menghampiri beliau kemudian kami bersalaman, aku cium tangan nya. Tante Dewi terlihat binggung. Coba mengingat. Banyak sekali perubahan pada fisik Tante Dewi, dia telihat lebih kurus, banyak kerutan di wjahanya, terlihat letih, sekitar mata terlihat menghitam.
“Mamah lupa yah?” tanya Meta “ini kan Om Denny yang tinggal didepan rumah kita”
“Ya ampun Tante lupa, tambah cakep aja sekarang”
“Makasih Tante”
“Meta, bangunkan abang mu suruh pindah ke kamar”
“Biarin aja Tante, Cuma sebentar kok” aku kemudian duduk di kursi kosong, berhadapan dengan pemuda itu, duduk tanpa permisi.
“Loh kok buru-buru nak?”
“Ini tante, saya mau ngajak anak-anak jalan, kan malam minggu”
“Oh begitu, Meta buatin Oom mu ini minum”
“Jangan tante, tadi sudah minum kok”
“Nga apa-apa kok nak, ayo Meta buatin”
“Siap bosss” kata Meta sambil berlalu ke belakang
“Nak, Tante tinggal ke kamar dulu yah, badan Tante kurang sehat”
“Iya Tante istirahat saja”
Tante Dewi kemudian masuk ke dalam kamar nya, duo Danish dan Fitrah sudah masuk kedalam rumah dari tadi. Tinggal aku dan pemuda itu. Meta keluar sembentar membawakan aku minuman, lalu masuk kembali, mau siap-siap dulu katanya.
Kutatap wajah pemuda itu, sama seperti ibunya, Farhan juga terlihat lebih kurus. Wajahnya terlihat berkeringat, seperti habis berlari jauh. Nafas nya tersengal-sengal. Aku ambil selembar tissu dari atas meja, dan mengelap keringat di wajahnya, ia masih tertidur lelap. Lembaran tissu langsung lembab, baru saja aku menarik lembaran tissu baru, mata itu terbuka. Aku sedikit terkejut. Lalu salah tingkah.
Dia menatap wajahku, mencoba menerka-nerka siapa aku, tatapan nya sayu, nyaris seperti mayat hidup. Aku juga binggung mau berkata apa.
“Sudah bangun” Basa-basi yang terlalu basi.
“Iya” Jawabnya singkat, lalu ia coba duduk.
“Tiduran aja”
“Nga apa-apa”
Matanya menyapu sekeliling ruangan, mencari anggota keluarganya.
“Sudah lama?” tanya nya
“Baru, lagi nungguin Meta, Fitrah sama Danish”
“Oh, sebentar saya panggilin”
“Biarin aja, tadi sudah ketemu kok, mungkin lagi siap-siap, kami mau jalan”.
“Oh”
Kami kembali tenggelam dalam pikirin masing-masing, diam membisu.
Lima menit kemudian...
“sepertinya dulu saya pernah melihat mas deh” katanya pelan
“Iya, saya Denny yang dulu tinggal didepan rumah”
“Denny... Mas Denny” dia mendekatkan tubuhnya kearahku “Beneran ini mas Denny?”
“Iya”
Tiba-tiba mata nya terlihat berubah, ada sedikit senyum diwajahnya. Terlihat lebih hidup dan masih manis seperti yang dahulu. Tiba-tiba iya bangkit dan berjalan tertatih menghampiriku. Iya kemudian memeluk tubuhku.
Hufff... kok jadi begini.. aku nga bisa berkata-kata. Sepertinya perlahan terdengar isak tangis dari nya, dadaku terasa basah. Aku jadi binggung, kok bisa jadi seperti ini. Aku terbawa perasaan.