It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@balaka thks alot gan.moga-moga cpt apdetnya
Klo boleh tau ini ceritanya, Steve Rahardian bukan ya? Agak mirip. Heheee... maap ya TS dan jgn lupa mention..
@4ndh0 bukan kok,emang mirip ya? q sendiri mlh blum pernah baca cerita itu. hmmm mungkin hanya kebetulan saja
@tsunami @4nd0 @balaka @cute_inuyasha @3ll0 @tsu_no_yanyan @nick_kevin
Hari ini aku bisa bangun pagi! sesuatu yang menurut pendapatku pantas dirayakan, karena biasanya aku baru akan turun dari kamar saat nino sudah datang dan ikut sarapan. Tapi hari ini aku sudah berada di tangga yang menuju ke ruang makan sesaat setelah ibuku menyuruhku bangun.
"Tumben bangun pagi peter."komentar ibuku yang jelas heran melihatku sudah rapi dengan seragam sekolah.
"yee mama gimana sih. bangun siang, salah. bangun pagi, ditumbenin."komentarku
"yah kan nggak biasanya kamu bangun pagi, wajar dong kalau mama heran." kata ibuku sambil mengangsurkan segelas kopi panas mengepul ke depan papa ku yang lagi asyik baca koran."nih pa kopinya."
Aku ikut duduk di meja makan, menarik sepiring pancake yang beroles madu untuk sarapan hari ini."papa memang nggak ke kantor?"
"Papa hari ini cuti,mau kondangan sama mama kamu nih." jawab papaku seraya menurunkan koranya dan menyeruput kopi.
"Nikahanya tommy, tetangga kita dulu itu loh pet. inget nggak?" kata ibuku ikut duduk dan mengiris sepotong besar pancake.
Aku hanya mengangguk tak sepenuhnya ingat siapa tommy itu."Nino belum datang ya mah?" tanya ku sambil mengunyah pancake madu itu.
"Belum tuh. tumben ya, biasanya jam segini dia udah datang jemput kamu."
Aku menoleh untuk melihat jam yang terpasang di dinding belakangku. jam 06.31. segera saja ku habiskan sarapanku lalu pamit, tidak lupa cium tangan orang tuaku. di teras depan ku keluarkan hp dan mengetik pesan untuk nino
To Nino:nggak berangkat sekolah no?
Ku masukan kembali hp ku ke saku lalu berjalan ke samping jalan raya. nunggu angkot. biasanya nino memang menjeputku, tapi kalau jam segini dia belum datang kemungkinan dia memang nggak masuk. lalu perasaan tak enak menjalari tengkuk ku. gimana kalau dia sakit gara gara kehujanan kemarin?
Tring...
Balasan dari nino. segera saja kukeluarkan hp ku dan kubaca smsnya.
You got (1) new message
06.39
Nino: gue sakit.
Tuh kan! apa kubilang! Langsung kucari kontak nino di hp dan kutekan call.Bunyi nada dering lagu evanesence langsung menyambutku diikuti suara 'ting' pelan.
"Halo" sahut nino pelan dengan suara yang sedikit serak
"Apanya yang halo! Tuh kan kau sakit! kemarin kan aku sudah bilang! kau keras kepala banget. lihat sekarang akibatnya!" kataku kesal. sulit untuk menahan kemarahanku saat ini. hal yang paling tidak kusukai adalah menyusahkan orang lain. tapi sekarang, perasaan bahwa nino terbaring sakit di rumah karena aku membuat dadaku terasa berat.
"Duh pet. gue sakit bukanya didoain biar cepet sembuh kek. ini malah dimarahin."
"Habisnya kau sih keras kepala!"
"Lo juga sama kan. udah ah! dari pada lo teriak-teriak di telpon mending pulang sekolah nanti lo kerumah gue. gue lagi pengen banget dipeluk sama lo nih."
"Lah, kok peluk? apa hubunganya coba?" tanya ku bingung. level kemarahanku sudah sedikit mereda.
"Ada lah hubunganya. kalau orang sakit itu dipeluk biar cepet sembuh. pokoknya lo nanti kesini kan?"
"Iya-iya" kataku sambil menghela nafas mendengar informasi kesehatan dari dokter nino barusan."ya udah aku naik angkot dulu, udah dateng nih."
"eh ati-ati jangan mau dicium sama orang nggak dikenal ok."
"tauk ah!" kataku sambil memutuskan panggilan.
Angkot berwarna biru-telur-asin itu sudah berhenti tepat di depanku. segera saja aku naik dan duduk di samping ibu-ibu yang membawa tas belanjaan berisi sayuran. sebenernya sudah lama banget aku nggak pernah naik angkot karena biasanya aku berangkat sekolah bareng nino, sehingga saat ini perutku terasa agak mual. apalagi ditambah berbagai macam bau yang bercampur di angkot yang pengap ini. mulai dari bau amis ikan, bau ayam, dan bau keringet kernek angkot nya. sehingga bisa dianggap sebuah keajaiban aku bisa turun dari angkot ini tanpa muntah lima belas menit kemudian di depan gerbang sekolahku.
Bersama dengan arus anak-anak yang ramai berceloteh, aku berjalan menuju kelas 11 IPS 1. kelas ku yang tercinta. di dalam sudah ramai karena lima menit lagi bel masuk akan berbunyi. aku duduk di tempatku yang biasa, di pojok belakang kelas. siska yang duduk tepat di depanku menatapku heran karena tidak biasanya aku berangkat sendirian.
"Nino nggak masuk ya pet?" tanyanya pelan. entah ini perasaanku saja atau memang siska terlihat sedih hari ini. matanya agak merah dan ada tanda kehitaman di bawah matanya.
"sakit sis." jawabku seraya meletakan tas.
"Wah dia bisa sakit juga toh. gue kirain dia itu kebal." celetuk anggrit yang duduk di samping siska.
"Ye dia juga manusia kali. bisa sakit juga." kataku sambil terkekeh. siska hanya memasang senyum ganjil yang dipaksakan.
Saat itu bel berbunyi keras, dan pak ratno, guru ekonomi kami langsung melesat masuk seakan sejak tadi dia memang sudah menunggu di depan kelas.
Sehari tanpa nino rasanya sangat sepi karena dia yang biasanya bisa bikin aku tertawa. dan lagi tampaknya siska telah memutuskan bahwa hari itu akan menjadi hari nggak-mau-ketawa. hal itu membuatku agak khawatir karena siska biasanya energik dan ceria, setiap kutanya masalahnya dia cuman bilang 'nggak apa-apa' dengan nada ceria yang sama sekali tak meyakinkan. hari itu berlalu tanpa insiden apapun, kecuali kalau Yuno yang ketahuan tidur di belakang kelas dan dihukum hormat bendera seharian bisa dianggap insiden.
Bel pulang berdering. dan saat aku berdiri setelah membereskan tas ku, bu mega memintaku membawakan setumpuk buku geografi tebal ke ruang guru.
"Duluan aja." kataku pada siska yang dijawab dengan anggukan lesu.
Buku ini lumayan berat, ditambah lagi aku harus berjuang melawan arus anak-anak yang mau pulang.Ruang guru yang berada di barisan belakang sekolah adalah sebuah ruangan persegi besar yang dipenuhi dengan meja dan bangku, juga banyak lemari arsip kecil dengan kertas yang melimpah. ku taruh tumpukan buku georafi itu di meja dekat pintu diiringi ucapan terimakasih pelan dari bu mega.
Saat aku hendak keluar, aku melihat Dion, kakak kelas ku. sedang mengangguk sambil menunduk di depan bu umi yang kelihatanya sedang bicara serius denganya. setelah itu dion berjalan melewatiku keluar ruang guru, tampak berang. sesaat aku melihat bekas memar kebiruan di atas matanya.
Sekolah sudah tampak sepi saat aku melewati lapangan rumput menuju ke gerbang depan. sesaat aku menoleh ke lapangan basket yang hampir kosong. hanya ada glen saja, sendirian memantulkan bola basket dan melemparkan ke ring. mau tak mau aku cukup kagum dengan kemampuanya memasukan bola dari jarak sejauh itu. glen menoleh melihatku saat aku melintas di balik pagar kawat tinggi yang mengelilingi lapangan basket seperti sangkar. kupercepat langkahku karena aku sedang tak ingin berurusan dengan dia. sebentar saja aku sudah sampai di tepi jalan raya. aku berbelok menuju halte yang berada tak jauh dari sana. beberapa menit lalu tempat ini pasti masih ramai, tapi sekarang sudah tak ada seorang pun disini.
Aku duduk di kursi logam panjang yang menempel dengan tembok halte lalu kukeluarkan hp ku. saat hendak meng sms nino, hidungku langsung menangkap bau minuman keras dan tembakau lembab yang sangat menyengat.
"Hey bagi duit!" seru sebuah suara serak.
Aku mendongak dan melihat seorang dengan pakaian kumal, rambut di cat merah yang acak-acakan dan kalung rantai di leher, sedang menatap tajam ke arahku.
"A...aku nggak punya uang bang..." kataku gugup sambil mundur beberapa langkah.
Orang itu melotot dan langsung menarik kerah bajuku. menatapku lekat-lekat dengan matanya yang merah berkantung."Alah. jangan boong lo!"teriaknya keras, bau tajam minuman langsung tercium saat dia membuka mulut."ya udah hp lo aja sini!"
Dia menarik keras hp ku tapi aku berusaha menahanya.
"Ja...jangan bang..."
"Ah! bacot lo!"
Seketika aku merasakan hantaman keras di pipiku. tubuhku terpelanting dan dahiku menghantam trotoar, kurasakan darah yang hangat mengalir ke pelipisku, namun pandanganku sudah mulai kabur. sesaat aku mendengar suara teriakan seseorang, disusul suara hantaman keras dan derap kaki. lalu semuanya menjadi gelap.
**********
Glen POV:
Udah hampir setengah jam tapi dia belum sadar juga. dahinya yang luka sudah gue gue plester, tapi gue nggak tau harus gue apain pipinya yang bengkak itu. untung aja gue tadi mutusin buat ngikutin dia, kalau nggak, bisa habis nih anak dihajar orang mabuk tadi.
Jadi ceritanya tadi gue lagi main basket, sendirian. karena temen-temen gue yang nggak setia kawan itu pada sok sibuk. apalagi si ferly tuh! entah kenapa akhir-akhir ini gue kesel banget sama tuh anak. bukanya dia udah bikin salah sama gue sih, tapi lebih karena.... Karena dia deket sama peter? kata suara kurang ajar dikepala gue. Ok gue akuin gue kesel sama ferly karena dia deket dengan peter. but how come!? sementara gue sendiri belum tau pasti apa nama perasaan gue sama peter ini. jujur gue takut. gue bukan homo! gue nggak mau jadi homo! kata-kata itu selalu gue ulang dikepala gue, berharap bisa memperbaiki otak gue yang kacau.
Gue mulai terobsesif -karena nggak ada istilah yang lebih baik- sama peter sejak pertama gue lihat dia waktu mos satu tahun lalu. saat itu dia sedang dihukum keliling lapangan, dan nggak tau kenapa gue tertarik. gue cuma pengen ngelihat dia. tapi semakin hari perasaan gue ini semakin besar sampai bikin gue takut. pernah gue sengaja pergi ke sekolah hari minggu cuma buat lihat dia latihan pramuka. sampai pada akhirnya gue mutusin buat jauhin dia, mencoba buat dingin padanya, buat membencinya. tapi sama aja kayak ngarepin kura-kura terbang. karena mata gue yang penghianat ini sama sekali nggak bisa nahan godaan buat ngelihat peter setiap kali dia lewat.
Dan kejadian kemarin semakin bikin gue sadar kalau gue nggak bisa benci sama dia, sekeras apapun gue mencoba. hari itu gue berantem sama dion di lapangan belakang sekolah. alasanya karena dia nuduh gue udah ngerebut jesica dari dia, emangnya siapa juga yang mau sama cewek murahan kayak dia. tapi gue adalah tipe orang yang nggak bakalan nolak tantangan berantem. dan hasilnya gue harus menghabiskan pagi dengan diceramahin guru bp dan orang tua gue dipanggil kesekolah. hah! kayak nyokap gue perduli aja sama gue. gue yakin sekarang umur gue berapa pun dia nggak tau. setelah dari ruang bp, niatnya gue mau ngobatin luka gue di uks. tentu saja gue kaget ngelihat peter disana apalagi saat dia ngobatin luka gue, gue nggak bisa berhenti memandang nya. setelah itu dia teriak ke gue. harusnya gue hajar dia saat itu, tapi badan gue nggak mau bergerak seakan seluruh tubuh gue telah bersekongkol buat ngelawan gue. seperti tadi, waktu gue ngelihat dia pulang, gue nggak bisa menahan diri buat ngikutin dia. untung saja kan. waktu lihat peter dihajar orang itu perut gue langsung panas dan gue sudah kehilangan seluruh logika gue. gue hajar si brengsek itu sampai dia kabur dan gue bawa peter yang pingsan ke uks sekolah.
Gue menoleh menatap peter lekat-lekat. mulai dari wajahnya yang seperti anak kecil, aromanya yang selalu bikin gue keinget sama shampo bayi, dan bibirnya yang basah kemerahan. gue pengen nyium bibir itu. tunggu apa yang gue pikirin barusan?! tapi belum sempat logika gue jalan, badan gue sudah membungkuk duluan. tinggal beberapa senti lagi bibir kami akan bersentuhan. jantung gue berdebar keras membentur rusuk. dan peter tiba-tiba mengerang, reflek gue langsung menarik kembali badan gue. dia membuka sedikit matanya dan menatapku bingung. selama beberapa detik dia masih berada dalam posisi itu, mungkin masih mengumpulkan kesadaranya. tapi dia tiba-tiba melompat bangun dan berteriak keras.
"Glen!? ke...kenapa kau disini!?aku dimana sekarang?" tanyanya panik.
"Di uks," jawab gue sok nggak peduli "lo nggak inget memang. lo baru saja dihajar sama preman mabuk."
Sepertinya peter berusaha mengingat kejadian tadi, dahinya berkerut. lucu."oh, ya aku ingat" katanya dengan suara rendah, seaakan dia menyesal sudah berteriak pada gue tadi"makasih udah nolongin aku."
"Bisa bilang terimakasih juga lo." balas gue dingin.
Gue harus susah payah menahan untuk tidak tersenyum melihat ekspresi cemberut peter. alisnya bertaut dan bibirnya yang manis itu mengerucut. bener-bener lucu. dia merogoh sakunya , lalu tiba-tiba tampak panik.
"Nyari ini." kata gue sambil mengangkat hp samsung champ punya peter.
"Wah makasih glen! aku kira udah diambil sama preman tadi!" katanya senang dan kembali memasang senyum yang gue suka itu. shit!
Gue melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan gue, 18.30. dan gue langsung berdiri."Cepetan kita pulang, lo pasti dicariin orang tua lo." kata gue pada peter yang sibuk mengetik sesuatu di hp nya dengan cepat. lalu dia mendongak dan tersenyum simpul.
"Aku naik angkot aja glen. aku nggak mau ngerepotin kamu lagi, makasih."
Shit! gue bener-bener nggak ngerti sama jalan pikiran anak ini.
"Ok!" jawab gue kasar."sana naik angkot lo! biar ketemu sama preman tadi dan dihajar lagi!"
Kata-kata itu jelas berdampak bagi peter. dia melihat gue dengan kaget tapi dia nggak berkata apa-apa. aneh juga sih lihat peter kayak begitu, biasanya dia bakal jawab gue dengan lebih kasar.
"Gue anterin lo pulang." kata gue datar dan dijawab dengan anggukan lemah peter.
Kita berjalan cepat melewati bangunan-bangunan sekolah yang sepi. langit sudah berubah merah. peter yang mengikutiku dari belakang masih diem aja, apa dia marah sama gue karena gue bentak tadi ya? yah bagus deh kalau dia marah! jadi semakin mudah gue jauhin dia. tapi kok, dada gue rasanya sesek ya mikirin kalau peter marah sama gue. damn you heart!
Setelah sampai di parkiran belakang, langsung gue starter motor kawasaki ninja hijau gue.
"Naik!" kata gue tanpa ngelihat peter.
Peter langsung naik ke boncengan belakang, masih diem aja. otomatis gue ngelirik kaca spoin buat lihat mukanya. dia nggak kelihatan marah, dia kelihatan....sedih? tunggu kenapa dia sedih? apa gue udah nyakitin hatinya tadi?
"Kenapa glen?" tanya peter akhirnya. tapi dengan nada suara yang tak biasa, dengan pelan dan hati-hati.
"nggak! nggak apa-apa." jawab gue asal sambil melajukan motor gue.
Suasana jalanan di kota semarang waktu sore begini tampak sangat berbeda. lampu-lampu yang menyiram jalanan dengan cahaya keemasan, pedagang kaki lima yang mulai menyiapkan gerobaknya, dan ritme kehidupan malam sulah mulai memenuhi trotoar di sepanjang jalan.
"Rumah lo di sebelah mana?" teriak gue ke peter. sebenernya sih gue pura-pura aja karena gue udah tau rumahnya. ok, gue pernah ngikutin dia waktu pulang sekolah.
"Gang didepan belok kiri!" teriaknya kenceng di telinga gue.
Gue berbelok dan langsung berhadapan dengan sederet rumah berpagar rendah, beberapa malah hanya ditutupi dengan pagar tanaman.
"rumah nomor 4, yang cat nya biru." teriak peter nggak perlu. gue udah tau! batin gue.
Akhirnya gue berhenti di depan rumah peter. rumahnya tidak terlalu besar, hanya dua lantai dan sangat minimalis, tapi memancarkan kehangatan yang gue suka, lebih gue suka dari rumah gue sendiri.
"Makasih glen. mau mampir dulu?" kata peter dengan senyumnya yang sudah terpasang lagi. shit! kenapa sih gue bisa suka banget sama senyum itu.
"Nggak usah, gue pulang aja." dan gue langsung melajukan motor gue, tapi masih sempet ngelirik spion buat ngelihat peter masuk rumah. ok, lo bisa sebut gue labil. logika gue bilang kalau gue harus jauhin peter, sementara hati dan badan gue bilang untuk terus dekat denganya.
Tanpa sadar gue sudah berada di daerah perumahan elit berpagar tinggi. rumah gue bisa dibilang mewah. memiliki tiga lantai dengan bagunan gaya eropa dengan tiang-tiang tinggi berukir. tapi gue nggak ngerasain ada kehangatan seperti yang gue rasain di rumah peter. rumah gue memang besar tapi sepi sehingga berkesan dingin. gue parkir motor gue di sebelah mobil ferari merah mengkilap. jadi alex sudah pulang, siapa lagi yang dia bawa kerumah sekarang? bi mirna membukakan pintu depan dan tersenyum hangat. dia adalah wanita paruh baya yang memiliki aura keibuan, dia yang merawat gue sejak gue kecil, bahkan gue merasa kalau rasa sayang nyokap ke gue nggak sebesar kasih sayang bi mirna.
"Mama sama papa nggak pulang ya bi?"
"Tuan sama nyonya lagi diluar kota den. aden sudah makan? bibi siapin makan malam ya?"
"Nggak usah bi, glen nggak lapar, glen langsung ke kamar aja."
"ya den."
Gue berjalan melintasi ruang tamu yang besar, berhias berbagai jenis perabotan mewah yang berkilau tertimpa cahaya keemasan dari kandil kristal besar yang tergantung di tengah ruangan. gue menaiki tangga ke lantai dua, dan saat berbelok menuju kamar gue, gue denger suara desahan cewe dari kamar alex yang memang bersebelahan dengan kamar gue. sudah gue duga! untung aja kali ini dia bawa pulang cewe! tepat saat gue sampai di depan kamar alex, pintunya menjeblak terbuka. dia tersenyum lebar, dengan santainya bersandar di ambang pintu dan dia telanjang.
"hey, gue kayaknya denger suara lo tadi."
"hebat juga lo masih bisa denger suara gue, padahal cewek lo teriak keras begitu!" kata gue sinis sementara alex cuma nyengir aja.
Alex adalah kakak gue satu-satunya dan dia hypersex. yep, dia nggak akan peduli mau cewek atau cowok, asal bisa diajak ML bakal dia bawa pulang. kalau dibandingin gue sama alex, sama sekali nggak ada kemiripan jadi sulit dipercaya kalau kami ini saudara. wajah gue itu keras dan tegas ditambah rambut gue yang emang sengaja gue berantakin membuat gue lebih mirip preman.sementara alex, mukanya kayak anak baik-baik putih dan mulus seperti artis korea dan rambut shagy nya bener-bener pas buat dia bikin dia tambah ganteng. ok, gue akuin kalau dia memang ganteng. badanya six pack dengan dada bidang, mungkin karena dia rajin nge gym. membuat dia cocok jadi model. sementara badan gue, gue juga six pack kayak alex, karena gue sering main basket. tapi kulit gue coklat kena matahari dan kasar penuh bekas luka jadi kesanya kaya kuli angkut di pasar.
"Siapa yang lo bawa balik kali ini?"
"temen kampus gue. cantik." katanya bangga"lo mau gabung? kita bisa threesome." lanjutnya sambil menaik-naikan alisnya.
"Gue nggak sakit kayak lo!" jawab gue kasar sambil berjalan meninggalkanya, dia cuma ketawa keras.
Sampai di kamar, gue langsung ambruk ke kasur. gue menatap langit-langit kamar yang gelap. apa bener gue homo? pertanyaan itu kembali masuk ke kepala gue. waktu gue ngelihat alex telanjang tadi, gue sama sekali nggak ngerasain apapun. tapi....waktu gue boncengin peter tadi, saat dia teriak di kuping gue dan bikin dadanya nempel ke punggung gue. gue langsung gemetar dan adek gue...bangun. Shit! shit! shit! gue acak-acak rambut gue frustasi.... gue nggak mungkin homo! nggak mungkin! ....nggak mungkin, kan?. damn! pokoknya gue harus jauhin peter besok! harus!
**********
(Kalimat q berantakan kayaknya,sorry kalo gak bisa dimengerti).
Mgkn kayak gitu yg terjadi ama glen.
Wah brader @4ndh0 ini pengamat story senior d sini TS, klo die ngomong gt brarti ada benernya ... hehehe