It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Makasih Bro Chioazura
Tapi ada satu orang yang baik sama Rusli, selamat membaca ya Bro Steve
Tuh sudah ada update yang baru Bro, makasih ya
Makasih Bro Tio, sejuk hati membaca nasehat Bro Tio, demikian jugalah untuk Bro Tio moga sukses selalu ya
Makasih Bro Hyujin, lagi bahagia ya long weekend nya ? Apa kabar Bro Hyujin nih ?
InsyaAllah bro Lulu, makasih selalu atas supor yang telah Bro Lulu berikan
Hahahh makasih Bro Asu. Udah rajin gini masih segelintir teman yang mau baca Bro
Itu ada jawabannya pada update, makasih ya Bro Wita
Hahahah Tajam amat feelingnya betul sekali Bro
Ondeeehhh Bang Peter oyyyyyyyyyyy
Alah sapayuuuuuuuaaang Bajauah hati bang Peter oyyyyyyyyy
Antah dek dendang Salah sampaikan
Ketua BEM itu Bro Tio. Oh Bang Tio oyyyyyyyyyyy sepayung berjauh hati
alhamdulillah baik baang. sendirinya?
maap baru bales. baru sempet baca. hehehe.
selamar rusli udah jadian sama fikri. sepertinya baik nih anaknya. sepertinyaa. hehehe. kita liat nanti!
Selamat ya rusli... Di tunggu bang fikri ny main k jambi... Ada tmpat nongkrong baru d jambi... Jembatan n museum gentala arsy.. Dkt rumah nenek jambi tu kyaknya... Hehehe
Bersanding di pelaminan setelah akad nikah, terlihat sangat cantik adik bang Fikri ini. Dia pantas menyandang nama Cinta Karolina. Orang-orang yang tinggal di sepanjang pantai ini akan cinta selalu sama dia. Bang Fikri menggunakan pakaian adat. Dominan warna merah, sangat meriah. Tentunya mengangkat beberapa derjat kecakepan wajah bang Fikri. Kalau ga lihat dia ketika dirias, mungkin akan pangling jadinya.
Besoknya lagi adalah hari libur nasional yaitu tanggal 19 Februari. Aku dilarang pulang oleh bang Fikri, namun badan ini sudah seperti remuk terasa. Aku ingin tidur di tempat tidurku, lagian besok ada kuliah. Aku mohon pamit dan menuju sihitam yang terparkir di halaman rumahnya.
"Bang, aku pamit dulu ya, besok aku masih kuliah" kataku
"Besok hari terjepit nasional, abang tidak kuliah ! masih sibuk disini Dek" kata bang Fikri ketika melepasku untuk meluncur menuju Pauh
"Iyalah, abang yang happy saja membenahi rumah, besok sore habis kuliah aku kesini lagi jemput abang" kataku
"Iya" kata dia, sambil agak lebih membuka pintu mobilku sehingga badanya bisa sedikit masuk. Aku yang sudah duduk di depan stir masih sedikit menunggu
Dia membungkukkan badan dan mengarahkan pipinya pada bibirku sehingga terkecup
"Hemmmmm, sshh" bibirku merasai pipinya, agak asin hahahah
"hati-hati di jalan ya" kata dia sangat berbisik
"Iya bang" jawabku sambil mengacak rambutnya. Gantian ya ternyata asik juga mengacak rambut orang.
Masih, rasanya ringan badanku tersapu angin, ketika mengingat apa yang telah terjadi. Aku telah membuat bang Fikri bahagia, apakah bang Fikri tahu apa yang membuatku bahagia ? hanya hatikulah yang tahu. Kembali terngiang tanah leluhur Padang Panjang, sekedar lelulur jika bang Ulzam lebih memilih cewek. Jika beberapa hari yang lalu aku sudah bisa tersenyum melihat kedekatan bang Ulzam dengan Juita, maka esok hari lebih dari senyuman tentunya.
Kembali surprise menjegal langkahku ketika akan memasuki rumah kos di Pauh ini. Semua bersih, rapi, dan ada masing-masing satu keranjang sampah terletak di depan kamar.
Lantas, satu asbak rokok terlatak di atas meja ruang tamu. Biasanya ini tidak ada tamu yang merokok harus ke dapur karena di dalam kamar tidak bisa merokok karena ber ac. Jadinya dapur agak kotor.
Aku bersegera sholat ashar dengan perasaan sangat adem.
Setelah itu aku lipat sajadah dan bersiap untuk tidur siang, sekedar menghilangkan kelelahan di tubuh. Namun seketika ada ketukan tuk tuk di pintu.
"Aihh dari maa Rusli, " kata ibu itu tapi tangannya menampung, oh ya aku harus bayar upah bersih-bersih. Aku ambilkan uang untuk ibu itu
"Ini tek" kataku
"Mokasih Rusli, baju bersih ang lah di dalam lemari" kata ibu itu
"Iyo tek, ide siapa tuh tek ada keranjang sampah ?" tanyaku
"Ide nyonya ! untuk kebersihan !" kata ibu bersih-bersih itu
"Iyolah tek, bajuku duo hari nie lah di kamar mandi" kataku
"Iyo Rusli" kata etek itu
Kemudian aku kembali ke tempat tidur zzzzzzzzzzzzzzz dan terbangun sebelum magrib. Saat yang tepat untuk mandi dan berganti pakaian. Setelah mandi dan berwuduk, aku mendengar suara orang bercakap-cakap di ruang tamu. Spesifik sekali suaranya yaitu suara si Gani
Namun demikian sudah tidak sebrisik biasanya, dia menyebut-nyebut namaku. Tidak jelas aku pergi kemana, dan ini bukan hari Sabtu dan Minggu. Kemudian menggema azan Magrib
Pintu kamar ku buka dan menghentikan pembicaraan itu
"Ayo ambil wuduk ! sholat di kamarku !" kataku
"di kamar si Oyong sajo" perintah si bang Gani uhhhhhhhh
"kenapa ? biasanya juga nginap di kamarku ? baguslah ! di kamar manapun silahkan sholat tidak baik ngobrol saat azan magrib" saranku yang minta diartikan dengan pemikiran yang panjang
Habis tu aku tutup pintu kamarku dan kukunci dari dalam. Aku berkonsentrasi untuk sholat magrib.
Banyak doa yang kupinta, untuk keselamatan keluargaku di Jambi, untuk keselamatan bang Fikri, dan kelunakan pembawaan si bang Gani. Tidak bagus untuk teman-teman yang tidak begitu dalam agamanya. Semua perkataan dan saran si bang Gani akan dicerna bulat-bulat tanpa fikir panjang.
Setelah itu terdengar lagi suara mereka diskusi
Aku keluar saja untuk mencari nasi goreng di warung etek depan kosan
Sambil jalan aku tatap mereka yang menekurkan wajah, kenapa ? ga suka aku kosan disini ? toh kalian anak teknik hanya 4 orang disini, yang lain juga ada ! Si bang Gani ini juga dulunya ga tahu ada anak teknik disini, karena sering nginap di kamarku saja dia jadi kenal nak-anak sini dan bisa diajak untuk menerima jalan fikiran mamaksa.
Pas di depan pintu ruang tamu ada anak pertanian kos seberang jalan itu, seperti mau ngajak makan bareng
"ah darimana saja Rusli" tanya mereka
"Dari adik temanku menikah" jawabku
"oh kami kira kamu jadi pindah kos" kata mereka
mendengar itu yang di dalam ruang tamu itu terbelalak
"Lah ado aturan baru ! siapo yang jorok pemalas, dapat uang denda dari ibu kos ! meski itu tamu" sindirku karena rumah sudah sangat bersih
"Harus lepas sepatu dong !" tanya anak pertanian itu
"Iyalah ! tahu diri lah tamu seperti apa !" aku kemudian berlalu, semoga ini membuat penghuni kosan sama-sama pengertian tidak mau enak sendiri dan memanfaatkan orang lain.
Kami makan dan bercanda sepuasnya, ketika harus terhenti ! karena rombongan teknik itu juga datang untuk makan malam. Aku bergerak dulu dan membayar
Anak pertanian itu juga mengikuti malas harus berdesakkan anak-anak yang baru masuk ini, karena ya warung etek ini kecil.
Ternyata memang ada tulisan, jagalah kebersihan dan mohon alas kaki diletakkan disini.
Mereka yang itu saja yang tidak mau peduli sama niat baik orang lain untuk kesehatan penghuni kos.
treeetttttt treeeettttt
HP ku bergetar, aku lihat, oh dari bang Fikri
"Assalamualaikum bang" kataku
"Alaikumsalam adiak kandung, baa kaba?" jawab dia (alakumsalam adek kandung, apa kabar?)
"Baik bang, jam berapa bertukar baju adat ? hahah" tanyaku
"Sekitar jam 4 sore, jalang acara selesai" jawab dia
"Keren ah pakaiannya bang ! nih banyak fotonya di HPku" kataku
"Satukan di laptop adek yo, besok abang ambil" kata dia
"OK bang, si Karolina lah masuk kamar ?" tanyaku hahahahah agak geli mbayangi orang ngentot hahah apaan sih !
"Sudah masuk, lah bobol pertahanan si Karo tuh" kata dia
"Hahahha padahal besok harus bersih-bersih ! oh ya abang dah makan ?" tanyaku
"Ado pangek ikan ambu-ambu, abang sisiahan untuk adek" kata dia hahahah agak serrr dengar adek adek gitu biasanya ang.... ang..... ang... (heheh) traslate : sudah, ada asam pedas ikan tongkol aku sisakan untukmu)
"Oh mokasih bang, kalau gitu sampai ketemu sore besok yo bang" kataku
Kemudian aku satukan semua foto hari yang tidak pernah aku planningkan. Satu folder tang istimewa. Hahahha kenapa ya bukan bang Ulzam yang seheroik begini ? atas nama arwah leluhur hahah mungkin arwah leluhur tidak setuju hubungan sejenis ! itu pasti ! abang Ulzam harus melanjutkan keturunan.
Aku tersadar setelah itu, tidak baik memikirkan orang lain saat bang Fikri sudah meletakkan hatinya. Orang lain ini tentunya tidak pernah memikirkan aku.
Aku tekan save ! dan aku pastikan folder itu ada di my Image, siiippp
Aku off kan laptop dan ku ambil beberapa buku yang ingin ku baca malam ini, setelah itu aku jawab azan sholat isya ini, aku cuci muka bersih dan lengkap dengan wuduk, lalu kembali menghadapkan wajah ke yang maha pencipta.
Setelah itu aku membaca lagi, pendengaran pada orang yang baru masuk ruang tamu begitu tertib dan langsung menuju kamar amsing-masing
si bang Gani telah pulang ke arah air tawar pastinya, silahkan berjauh-jauh. Kalau baik-baik sama orang kan dapat supir dan taxi gratis, ya sudah pulang saja sendiri !
Aku ga peduli,
Lanjutkan membaca buku demu buku hingga mengerti apa tautanya dan apa yang ditanya oleh dosen yang masuk pada pelajaran pertama esok hari.
Kriiingg kriinggg
Ada nada kering yang artinya dari orang tak dikenal pada HP ku, namun aku angkat
"Halo, ini Rusli ya ? kami dari FMIPA. Sebagai panitia Dendang Randai penutupan acara penyatuan mhs baru" kata dia
"Iyo ado apo ?" tanyaku
"Tadi kami hubungi BEM ekonomi, tidak ada yang menanggapi, katanya hubungi Rusli" info dari anak FMIPA ini
"Oh kenapa ?" tanyaku
"Kami juga bertanya, tapi sepertinya FE sebagai pemuncak musik kampus, tidak tertarik dengan kesenian tradisional" pemikiran dia
"Mungkin juga, tapi aku katakan aku mau mencoba" kataku
"Bagus, berarti kompetisi jadi sangat panas ! lah lamo kami mau ngalahin anak Ekonomi" kata dia
"hahahah kenapa ? tapi ya sudah, tolong SMS in ya tanggal berapa dan jam berapa serta list lagu yang bisa ku pilih" kataku
"Iya Rusli, ga sabar melihat kamu dalam acara keakraban ! tidak sekedar di atas Panggung " kata dia
Aku akhiri juga telpon, mbaca, dan lain lain, aku harus tidur dan sangat larut malam. Besok subuh aku lanjutkan lagi membaca.
Treeettt Treeettt
ini call dari yang ku kenal. Aku lihat dan tercetak Bang Fikri. hahahahah iya ya pacaran itu seperti ini rasanya, aduh ..... so ..... baru satu hari, heeemmm
"Iya bang" sapaku halus hehehe makhluk halus kaleeee
"Tidak pakai celana kan tidurnya ?" tanya dia
hahahahah gila, ga pakai celana ? digigit semut dong ?
"Masuk angin dong bang" kataku mau ketawa tapi takut mengecewakan bang Fikri
"Matiin AC" saran dia... uhhh ya dah..
"iya bang ! yang penting abang tuh sehat dan semangat menyelesaikan kuliah, jangan telanjang yang difikirin" saranku
"Ok adek ! besok jemput abang ya" pinta dia
"Iya bang" kataku
"Abang sayang bana !" kata dia
Aku hanya diam, hahahahahah
Akhirnya suara itu hilang. Semoga bang Fikri mengerti, bukannya tidak sayang ! tapi hatiku bukan batu giok yang keras. Kekejaman sikap mas Wiji dan bang Ulzam cukup sudah membuat diriku merasa tidak berharga.
Aku lebih dari siap menghadapi siapapun !
Keesokan harinya setelah jam pelajaran yang ku tunggu, aku dikasih selamat oleh pengurus musik di BEM FE, karena aku telah menyelamatkan pamor untuk ada sense bahwa FE juga memikirkan hal-hal yang bersifat etnik.
Lumayan ada sekitar 5 orang kakak kelas se FE termasuk si Hendri bontet dan bang Ulzam, aku mampu senyum di hadapan mereka.
Setelah yang lain bubar, tinggalah dua orang konspirasi mas Wiji ini
"Makan yuk" ajak si Hendri, wiiihhhhh
"Tidak ! aku ada perlu" jawabku
Bang Ulzam terdiam
"Gue datang ah, mau rekam elu live-exlusive, gue kirim ke Wiji dah kangen bangat die tuh " kata si Hendri dan bang Ulzam menggeretakkan gigi di mulutnya
"Elu ikut ?" tanya dia ke arah bang Ulzam
dia diam
"elu harus ikut karena acara kemah mereka di kaki Gunung Singgalang ! "kata si Hendri yang emang harus tahu karena dia pengurus soal musik di fakultas kami
wew kita lihat saja nanti ! belum tentu kalian boleh masuk, itu acara fakultas orang ! bukan FE
Waktu ku manfaatkan untuk menjemput bang Fikri dengan berbagai logika bahwa aku akan memperhatikan diri bang Fikri, kalau berdekatan dengan dia. Mungkin nanti dalam percakapan akan ku garisi kapan kita saling perhatian, biar aku bisa juga memperhatikan yang lain, hahahahahah
gimana ayo kalau harus memperhatikan dia terus ????? hahahahah agak perlu difikir ulang
Di perjalanan masuk daerah Gaung dan Tl Bayur agak rame jadi aku lebih lambat dan bang Fikri membuka percakapan
"kapan aku diajar nyetir mobil ?" tanya dia
"nanti sore" kataku
"hahahahah" jawabnya
"kok hahaha ? harus lah ! abang panutan diri yang nyetir mobil" kataku
"iyo lah ! makonyo abang tanyo" jawab dia sambil mengarahkan bibirnya ke pipiku sebelah kiri, karena aku sedang nyetir
"aman bang, reben kaca mobil agak gelap ! ga kelihatan dari luar" kataku hahahah
"Perasaan abang terus yang ncium adek, kurang adil hehehhe" senyumnya mekar
"wkkkk kan lagi nyetir ! makanya abang yang nyetir" aku hibur dia, sepertinya sampai hari ini niat tulusnya masih teramat tulus, duuuhhh luluh juga.
Jam setengah empat aku menuju lapangan bola pauh, untuk mengajarkan teknik dasar nyetir bagi bang Fikri. Untuk latihan mental saja. Aku ada renacana untuk mengkursuskan bang Fikri di tempat aku belajar dulu waktu mobil ini baru diantar om dari Jambi.
Lumayan lancar dia menangkap pelajaran, intinya dia memang sebagai kepala dalam hubungan ini dan emang bakat dia jadi pemimpin. Setelah rasanya cukup, kami bergerak perlahan dan masuk di halaman kosku.
Sesampainya di kamar ku, bang Fikri langsung mandi begitu sigap dan berganti pakaian santai berupa celana boxer dan baju kaos. Beda sekali dengan bang Ulzam yang cendrung berlama-lama di kamar mandi. Ya Allah kenapa masih saja membandingkan, aku harus fokus. Bang Fikri adalah bang Fikri !
Di atas kasurku dia merebahkan diri tepat di sampingku dengan pelukan yang begitu melindungi. Dan menyodorkan bibirnya yang wangi habis mandi dan gosok gigi. Bibir itu bergerilya di pipi dan hampir ke hidung, takut menyentuh bibirku aku berkata pelan
"bang, pacarannya jangan nusuk-nusuk dulu ya. Abang harus kenal aku dan aku harus kenal abang" kataku dengan damai
"nusuk-nusuk apa ? hahaha" iya ngajak bercanda
"hahah nusuk-nusuk belakang ku, jangan yo bang" aku agak memohonkan harapan pada dia
"Iyo dek, insyaAllah ! pegang kata-kata abang ini !" kata dia sambil beranjak dari tidurnya dan merebahkan diri di atas perutku
"mokasih bang" jawabku begitu menghormati dia, ternyata dia juga berkomitmen seperti diriku
Dia kemudian meletakkan kepalanya di samping pipi kanan ku
"bang geli bang hahahahahhahahah" kataku yang ga tahan dengan bendanya berupa bongkahan menekan tititku dan hembusan nafasnya di telingaku
"Abang sayang samo adek ! oh yo... Habis magrib nanti ke Permindo yok, abang mau beli baju untuk abang simpan disiko" kata dia yang sekarang mulai menciumi leherku
"heheheh gli bang, bajuku bisa kok abang pakai" saranku
"malu abang pakai-pakai baju orang" kata dia, heemmm ya sudah dia juga punya prinsip sama hidup
Sampai pada keinginan dia untuk membeli pakaian hahahahha. Sudah dipilih kemeja, beberapa celana jeans, baju-baju kaos, aku juga ikutan belanja jadinya/ Dia agak kaget ketika aku belokkan ke konter celana dalam, disini agak sepi. Aku tanyakan ukuran CD nya dan dia ambil, lalu ku tambah hingga 10. Aku juga akan butuh banyak celana dalam sepertinya tapi ukuranya lebih kecil dari dia.
"hahahha tau bana adek" kata dia (hahah tahu benar adek)
"Batal sholat Bang kalau ado yang basah-basah keluar" saranku
"hahaha adek basah pulo ?" ledek dia (hahahh adek basah pula ?)
"abang himpit-himpit begitu ya basah lah bang ! " kalimatku
"hahahah tagak barang abang diak!" kata dia sambil berbisik dan membenarkan posisi Penisnya
Terakhir aku cari dua buah kain sarung. Dia ketawa, kalau habis basah bisa juga sholat pakai kain sarung terutama sholat subuh yang emang terasa malas harus mencari CD dari dalam lemari.
Kemudian dia membayar kemeja dan baju-baju kaos, itupun sudah habis isi dompetnya,
aku bayarkan 3 celana jeans dan 10 buah celana dalamnya, kain sarung serta semua barang keperluanku.
Aku ajak jalan kaki sebentar sebelum ke parkiran plaza itu. Aku ke martabak mesir, aku ingin pastikan kenangan dengan bang Ulzam berakhir sudah. Sekarang ada orang yang lebih berhak dari dia.
Sesudah itu kami meluncur untuk balik ke kosan Pauh.
Aku masuk rumah kos, dan disapa oleh anak teknik di samping kamar si Oyong
"waah tahu bana Rusli, aku suka martabak mesir" kata dia
Aku kasihkan satu bungkus untuk dia, kemudian aku buka pintu kamar agar bang Fikri segera bisa meletakkan belanjaannya.
Setelah menghabiskan martabak itu kami tunaikan sholat Isya tetap dan akan begitu bahwa bang Fikri adalah imamnya.
Menjelang jam 10 malam mata bang Fikri sudah mengecil. Iya dia masih lelah sekali setelah baru kerja berat dengan pesat adik nya serta berjibun kegiatan sehari ini bersamaku.
bang Fikri tertidur zzzzzzzz
Tidur bang Fikri beda dari tidur bang Ulzam, ohhhhhhhhhhhhhhhh
masih juga aku membandingkan sesuatu ! ..... tidak boleh ingat bang Ulzam lagi dan lagi
aku tutup buku yang kubaca
dan segera berbaring menghadap bang Fikri
Jam 2 malam aku terbangun dan kudapati bang Fikri tertidur sambil memeluk tubuhku. Sekarang kondisiku sudah sangat berbeda. Aku agak berfikir saja, kemaren masih bebas dengan tidur gaya apa, sekarang tidur harus dengan gaya begini. Kasihan juga bang Fikri, apa perasaannya kalau aku tidak merespon segala bentuk perhatiaannya. Aku tertidur lagi dalam pelukan bang Fikri.
Pagi jam 8 pagi dalam perjalanan ke kampus ada berita masuk ke Hp nya dan HP ku agak bersamaan, karena aku yang nyetir maka aku cuek saja. Maka bang Fikri yang mbaca
"hahahah adek ikut di acara FMIPA, hari ini sore ngecek dan ngamati kesiapan pemusik mereka" kata bang Fikri
"aku percaya dia profesional, lagian ini untung bang karena FE tidak sebagus sastra tentang musik tradisionalnya" kataku
"gamang Sastra dek, kalau ang ikut" komen bang Fikri
"hahaha kini abang harus profesional, siapo yang abang pilih" kataku
"untuk pacar, dia sudah selalu menang di hati ! untuk almamater, abang ingin sastra yang menang" kata dia tegas dan profesional. Aku genggam tangan kanannya, dan dia lebih menggengam bahkan dengan dua tangan. Aku bangga sama pola fikir bang Fikri
"selamat berjuang yo bang ! aku juga akan berjuang" kataku
"iyo lah, kito samo-samo ke FMIPA sore beko yo" kata dia
"Iyo, eh tuh dompet abang ntar lupo" kataku melihatkan dompet di dekat botol pewangi mobil
"eeehhh kok ado disitu dompet abang ? ohhh isinyo kok penuh ?????" kata dia takjub
"makan siang abang ! dompet harus ado isi" kataku
Hari Minggu jam 4 sore, bang Fikri datang di hadapanku di perguruan Pd Panjang untuk segera mengajakku bersegera menyiapkan diri pada festival itu.
Aku mohon pamit pada pimpinan perguruan.
Pada jalan yang hanya tanah lapang menuju kaki Gn Singgalang, aku suruh bang Fikri melatih gas dan rem serta gigi matic yang tidak terlalu sulit dibandingkan mobil manual.
Dia bahagia sekali sambil bertanya-tanya apa aku siap dengan makna lagu yang kudapat. Ada beberapa kosa kata khas sekali, dia terangkan, dan rasa sakit, atau bahagianya seberapa kadarnya, bagaimana ekspresinya ? dimana kira-kira aku bisa maratok untuk mengiris perasaan yang mendengar. Aku perhatikan sekali cara pacar ini mengajar. Ini ternyata dah lebih dari seminggu pacaran, ok-ok saja. Tidak serepot yang kubayangkan.
Jam 8 sesudah isya, mulailah sudah ! aku teringat saat kami sore-sore di FMIPA lihat latihan mereka dengan nada, sekarang agak takjub karena ada talempong dan saluang. Berpadu dengan alat moderen, oh merinding aku ! untung sudah ditatar oleh bang Fikri tadi. Cek nadanya serius sekali ! aku tidak obral suara, masih berstrategi. Aku hanya ingin pastikan masuk dimana dan jedah dimana, berapa siklus jedahnya, apa musik yang ada saat jedah. Siiippp kami sepakat !!!!!!
Aku duduk dalam rombongan FE yang datang sekitar 14 orang lumayan rame tapi kalah jumlah dari Sastra dan Pertanian. Ada bang Ulzam dan bang Hendri, dan yang membuatku tenang adalah famili bang Ulzam mewakili mamanya yang tentunya menjaga Putri yang lagi sakit serta Tito dan Kakak yang masih nakal. Ok lah. Dengan tidak grogi oleh penampil sari sastra dan peternakan serta pertanian aku tampil dengan sangat tahu diri penuh sopan santun karena ini disaksikan oleh juri yang sangat megerti tatakrama. Aku tulus saja bernyanyi dengan segala perasaan yang ada dan mengingat segala pengajaran dari bang Fikri.
Baru juga duduk di bangku pendendang, teman-teman yang hadir ini bergemuruh apa lagi ini mayoritas adalah anak 2014 aku juga kebetulan saja dari FE. Aku tidak grogi karena iya hihihi panggung yang lebih besar dari kami menang. Tapi ini susah-susah gampang. Aku tidak akan banyak berteknik headvoice dan vibrato, karena pada lagu yang dipilihkan untukku tidak memerlukan itu. Lebih ke mengalun perasaan serta nada tinggi dengan makna keputus-asaan lebih dibutuhkan.
gerrrrrrrr gerrrrrrrrr mereka bergemuruh mungkin juga menghina mana mungkin aku bisa lagu tradisonal begini, oh belum tahu mereka aku ini adalah anak dusun. Aku ikhlas saja, dan aku nyanyi berdasarkan cerita pengalaman pribadi tentunya. Ditambah dengan kemampuan memainkan nada yang meliuk-liuk, inilah kalimat syair lagu yang ku lantunkan bersama iringan keyboard, talempong, dan saluang
Jatuah aia mato Den tampuang juo
Jatuah ciek, jatuah duo, jatuahlah tigo
Bungo satangkai dirangguik urang
Duri tasansam, yo tasansam di ujuang tangan
*
Dek batimbo ameh datang (Karena bertimba emas datang)
Lunggalah kabek kito dahulu (longgarlah ikatan kita dahulu)
Tak badayo Denai manahan (tak berdaya aku menahan)
Den lapeh bungo ka jambang urang (Ku lepas kekasih ke dekapan orang)
Lenyai.. jantuang Den
Pilu hati Den
Lenyai.. tulang Den
Lintuah hati Den
Hilanglah bungo pamenan mato
Tangkai malang oh rantiang hatinyo ibo
Paladang bana indak manenggang
Bungo bapaga, nan bapaga, nyo rangguik juo
Suara suling = saluang betul betul meraung, menutup lengkingan kesakitan dari suaraku menyudahi lagu itu. Mataku hanya tertuju sama Juri, Bang Ulzam, dan Bang Fikri
Mereka menangis tersedu-sedu
Lama sekali dalam hening setelah musik berhenti
Anak baru FMIPA senasib dan sepenanggungan denganku tersandar dan saling memperhatikan sesama teman dan kakak kelasnya.
Aku minta maaf tidak ada maksud untuk membuat mereka sedih dan menangis begini,
Namun inilah dendang teman-teman
Aku tidak akan bisa lagu-lagu dance, R&B, dan disco, itu bukan jiwaku, inilah jiwaku mewakili getirnya hidup saat aku kecil dulu.
Aku lebih ke perasaan jujur saat bernyanyi yang tidak ingin menang atau apa-apa begitu. Misalnya ini diterima sudah Alhamdulillah, InsyaAllah kita tinggal tunggu hasil yang bagus.
Teman-teman Sastra yang paling sportif, mereka bertepuk tangan, disamping mereka juga sudah sangat kenal dengan si Rusli, karena entah apa kerjanya di Fakultas Sastra, salah masuk jurusan dia heheh ... (itu kata hati mereka).
Lamaaaa mereka memeluk diriku sambil terisak.
Tadinya aku sudah tenang, aku paling tidak tahan melihat uni-uni dan uda-uda menangis, aku terbayang mamak dan Bapak di Jambi sana yang tidak beruntung dalam hidup.
Aku ikutan menangis apa lagi saat dipeluk bang Ulzam, maaf bang kadang aku marah tidak karuan sama abang, hingga aku relakan abang ke dekapan Juita. Jangan kawatir bang Ulzam, sekarang aku bersama orang yang lain.
Aku mohon diri sama Juri sambil bersalaman. Aku dipeluknya dan dia berkata oh nak **Dek batimbo ameh datang, Den lapeh bungo ka Jamban Urang** diulanganya kalimat yang kulantunkan penyayat sanubari itu.
Sambil menghapus air mata yang berlinang, bang Fikri mengambil kunci mobil di kantong celanaku dan berusaha dengan baik menyetir mobil, meski hanya sampai di simpang jalan besar menuju kota Padang. Setelah itu hingga ke Padang aku yang menyetir.