It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@3ll0 @tsunami @lulu_75 @apa_aja_boleh @d_cetya @tsu_no_yanyan @reyhanza @erickhidayat @cute_inuyasha @shuda2001 @wita @haha_hihi12 @balaka
maaf, mention kalian buat baca cerita ini, as usual, maaf kalo cerita ini membosankan, dan bentar lagi bakal end. Masih selalu salut dengan semua author disini,
part 4
Banyak hal yang tidak bisa di ungkapkan dalam kata-kata
Aku bahkan tidak tahu kata yang tepat untuk hal yang kurasakan.
***
"Ini dan berkasnya"
"Makasih Ben"
"Lunch di depan?" Tanya Devi
"Boleh" jawab Danny
Teman, secara resmi aku dan Danny memang berteman, tapi masih saja ada hal yang tidak bisa kembali seperti dulu. Aku masih seperti membangun tembok di antara kami, dan Danny membatasi dirinya. Rasanya setelah kejadian itu banyak hal yang berubah, di kantor semua terlihat baik-baik saja, saat makan siang bersama Danny masih bercanda seperti dulu, hanya saja setelah jam kantor selesai, yah semua seperti selesai. Kami seperti orang yang tidak saling mengenal.
"Ada film baru Dan" aku menunjukan layar ponselku pada Danny.
"Kayaknya sih keren, aku yang traktir tiketnya, besok kita nonton"
"Maaf Ben, aku gak bisa"
Kenapa penyataan "suka" dan sebuah "penolakan" bisa merubah sebuah hubungan pertemanan. Aku tidak habis pikir dengan hal ini, apa aku harus menerimanya agar semua kembali baik. Aku belum pernah merasa hal seperti ini di hidupku, rasanya sakit sekali setiap aku menghadapi Danny seperti ini.
"Dan, apa gak bisa kaya dulu dan"
Danny terseyum dan medekat.
"Aku juga ingin Ben, aku ingin, tapi apa kamu tau Ben, aku sangat tersiksa Ben, aku gak bisa bilang aku baik-baik saja setelah kemarin, kita seperti ini hanya akan menyiksa ku, perasaanku gak bisa dengan mudah untuk lupa kalo aku sayang sama kamu Ben"
"Jadi tolong Ben, cukup seperti ini saja, jangan lebih, tolong Ben"
Aku terdiam mendengar ucapan Danny, bahkan ketika dia menjauh pergi, aku masih belum bisa berfikir jernih tentang apa yang terjadi.
Lantai 5, tempat yang sama bersama Danny, aku seperti duduk sendiri di ruangan ini. Melihat Danny yang ceria di depanku, tapi aku merasa dadaku sesak melihatnya seperti itu. Dia membohongi dirinya dan orang lain tentang apa yang dia rasakan. Apa aku merasakan yang dia rasakan? Entahlah. Aku tidak menemukan kata yang tepat menggambarkan apa yang kurasakan saat ini. Suka? Cinta? Sayang? Simpati? Tidak ada kata yang tepat.
"Minggu depan kita ke pulau melawai, kalian buat resume tentang pariwisata disana, kita akan membuat pulai itu mejadi salah satu tujuan wisata"
"Siap pak" jawab Danny antusias
Yah, setidaknya aku masih bisa melihat dirinya yang dulu saat bersama yang lain.
"Kalian berlima bagi dalam 2 tim, sampai disana kalian akan bertemu mas didi, dia yang akan menunjukan lokasi disana"
Semua terlihat bersemangat untuk kegiatan ini, Devi, Danny, trio dan rika menantikan hal ini sejak pengumuman untuk rute baru perjalanan wisata di kantor ini, aku sendiri juga menantikanya, hanya saja aku masih belum bisa fokus.
"Hore" kataku mencoba memperlihatkan semangat.
"Semua akan baik-baik saja Ben" kata Devi membisiku.
"Maksudnya?" Tanyaku heran.
"Meet me at exit stairs"
Hanya Devi yang tahu apa yang telah terjadi. Aku tidak menanyakan apa yang dia ketahui tentang Danny, dengan kepribadian Devi, dia pasti memastikan apa yang terjadi pada Danny. Aku cukup bisa menyembunyikan masalahku, tapi Devi, dia bisa membacanya dengan mudah.
Devi melipat tanganya didepanku.
"Kalian berdua ada apa sih Ben?" Tanya Devi
"Kami baik-baik aja, udah selesai semua, bisa di liat kan"
"Jangan bohongi aku lagi Ben, Danny emang gak cerita apa-apa, tapi aku kenal kalian, apa yang kamu sembunyikan sekarang?"
"Semua baik-baik aja Dev, yang kemaren cuma sebuah kesalahan aja gak lebih"
Devi menatapku sinis, aku tidak tahu apa yang di ketahuinya. Tapi, ini membuatku sedikit takut, Devi bisa dengan mudah menebak apa yang sedang terjadi.
"Masih belum mau jujur?"
"Jujur apa lagi Dev?"
Aku takut untuk jujur. Jujur aku merasa ada yang hilang di antara aku dan Danny. Devi bisa saja menarik kesimpulan aku juga menyukai Danny dengan artian yang berbeda. Apa aku seperti ini karena aku menolak diriku untuk mengatakan aku menyukai Danny juga, atau ini hanya sebatas perasaan tidak enak karena aku dijauhi Danny. Aku tidak punya penjelan logis untuk hal ini, semua hal menjadi seperti sebuah kesalahan.
"Jangan sampai menyesal Ben, jangan sampai kamu terlambat, tanya ke diri kamu sendiri, apa yang kamu inginkan".
Setelah mengatakan hal itu Devi berjalan menjauh meninggalkanku sendiri.
Sekeras apapun aku berfikir aku tidak menemukan penjelasan logis untuk hal ini. Di lain sisi, hatiku sakit merasakan hal seperti ini.