BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Don't

1515254565775

Comments

  • @AbdulFoo ts titip mention ya.
  • Cuplikan 2 :

    Tai 20 : The Concert (finale)

    - -
    Koi
    @Koiiii
    Don't forget to support Adam on Harapan Idol! He worth it!* -13 minutes ago
    - -
  • bang TS mention atas nama @Widy_WNata92 diganti jadi @Otho_WNata92 ya!
  • Kok cerita nya sama dengan yang di sebelah yach yg judulnya can't @moccacino tp di seblah ttp flasback ortu nya koi dan di sini partai nya koi
  • sama? ngga lah -_- lagian @moccachiino itu juga akun gue dulu, @rone . Tapi gue kelupaan passwordnya dan bikin akun ini. Iya. Gue kan ceritanya nih planning bikin trilogi , "Can't" "Don't" sama "Didn't" . Jadi jangan heran kalau nemu nama nama yang familiar dari cerita "Can't". "Don't" awalnya emang gue bikin lanjutan dari kisah Nial dan Glenn, tapi gue pikir bakal terlalu mainstream kalau gue lanjut di seri kedua, makanya gue ciptakan karakter baru yaitu Adam supaya readers (sok punya reader gue) ga bosen nemu orangnya itu mulu. Makanya di seri kedua ini Nial, glenn dan yang lain gue jadikan tokoh sampingan sedang Koi serta Adam sebagai tokoh utamanya.
  • Wah baru tau ada cerita keren kaya gini :)
    Bahasanya gokil lagi hahaha
    Mention ayy kalo update :D
  • jadi Don't mau tamat ya @AbdulFoo ...
  • mention pliss T,T
  • ane harap updetannya malam ini
  • @little_mark04 @Otho_WNata92 @SteveAnggara @Bun @Rifal_RMR @sonyarenz @balaka @3ll0 @Wita @Widy_WNata92 @klintu_darnyep @cute_inuyasha @d_cetya @arifinselalusial @Adamx @centaury @ramadhani_rizky @Different @hyujin @RegiellAlvano @shuda2001 @rone @DM_0607 @bumbellbee @Unprince @lulu_75@Tsu_no_YanYan @SyahBana @dhika_smg @Roynu @RenoF @addaa @Jerin @ffirly69 @haha_hihi12 @sonyarenz @nakashima @meandmyself @uci @hearttt

    Tai 20 : The Concert (Finale)

    Pacar? Ah! Masa sih Koi ngelupain gue! Gue kan paca-- wait. Kenapa gue jadi ngaku ngaku sih! Gue kembali mencoba menajamkan indera pendengaran gue mencoba mendengar kasak kusuk orang yang ribut diluar yang semakin lama semakin menghilang suaranya.

    Wait, apa gue ditinggal sendirian di ruangan ini?! "Halo? Mbaak?! Haloo!?" Tuh kan ga ada sahutan dari mbaknya! Apa gue ditinggal demi bertemu dengan Koi? Tapi masa segitunya sih?

    "Halo?! Mbak? Mbaaaak! Ini maskernya gimana!? Haloooww!!!?"

    Ah percuma. Kayaknya ruangan ini benar benar kosong. Coba aja tadi ga dipasangan ketimun segala dimata, pasti gue bisa ngeliat sekeliling.

    "Huft! Untung bisa sembunyi disini!" Eh .. ada orang yang masuk. Dan juga suara pintu yang ditutup. Tunggu. Juga dikunci.

    "Iya nih! Ga nyangka gue fans lo bisa menggila kayak gitu, Koi!"

    Eh? Jadi yang baru aja masuk dan mengunci pintu ruangan ini.. Koi? Jantung gue mendadak memacu lebih cepat. Ya Tuhan! Jadi yang baru saja berbicara itu Koi?! Loh!? Bahkan gaya bicara gue sampai berubah gara gara mendengar suara Koi!

    "Koi sampai keringetan gini. Ambilin tissue dong, Ab!" Gue mendengar seperti suara bokong yang dihempaskan ke sofa. Apa disini ada sofa? Gue ngga inget.

    Gue bisa mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke arah meja rias. "Ruangannya kosong. Gue yakin semuanya pasti pada nyari nyari lo diluar... Tissuenya mana yah"

    Glek. Jadi bener gue ditinggal sendirian? Ebuset

    "Eh ternyata masih ada orang didalam sini!" Aduh. Akhirnya mereka sadar kalau ada orang disini. "Peserta audisi ya?" Tebaknya yang langsung gue bales dengan anggukan. "Wah. Canggih banget pakai maskeran segala sebelum perform"

    Tak lama setelah dia mengatakan itu gue juga bisa mendengar satu lagi langkah kaki berjalan mendekati gue. Ga salah lagi. Ini pasti Koi yang lagi mendekat kemari.

    "Nih tissue" ucap seseorang yang Koi panggil dengan Ab tadi.

    "Thanks"

    Selanjutnya gue ngga bisa mendengar apapun karena mereka begitu senyap. Namun gue bisa memastikan kehadiran mereka didalam sini. Karena bau parfum yang begitu khas dan satu lagi, benak gue begitu yakin mengatakan bahwa Koi sedang berada disini. Tepat di sebelah gue. Namun gue ngga tau entah di sebelah kiri apa sebelah kanan.

    "Well.. kapan mau nemuin orang itu?"

    "Nemuin siapa, Ab?"

    "Ituloh.. yang fotonya lo liatin terus waktu lagi break.." Heh? Seriusan? Gue cuman bisa menelan ludah mendengar percakapan rahasia ini. Bukan, ini sudah bukan rahasia lagi namanya. Tadi Koi digosipkan datang ke Red Carpet bersama "pacar" nya dan sekarang seseorang bernama Ab mengatakan kalau Koi selalu melihat foto seseorang saat sedang break?

    "Sudahlah.. Koi ngga mau bahas itu didepan orang asing" Damn it!

    Gue ngga bisa mendengar percakapan apapun lagi karena sekejap kemudian semuanya menjadi hening. Ingin rasanya gue melepaskan ketimun ini, but.. some part of me are so scare to see Koi.

    Sumpah! Jantung gue mencelos saat gue yakin satu dari diantara kedua orang ini memperhatikan gue dalam dalam. Gue yakin itu! Karena insting gue merasakannya. Serius! Punggung gue pasti basah karena keringat dingin saat ini. Sialan! Orang ini semakin tajam banget memperhatikan gue!

    "Gue.. liat keadaan dulu" Ucap seseorang yang gue yakin pasti adalah Ab. Karena Koi setau gue ga bakal pernah makai kata "gue" dalam setiap kalimatnya.

    Tunggu. Itu berarti.. yang tinggal di ruangan ini gue dan Koi? Seriusan nih!?

    Demi kolor bintang bokep! Sumpah badan gue tiba tiba menjadi tegang dan ga bisa gue gerakin. Keringat dingin semakin membasahi bagian punggung ini. Gue yakin masker gue basah ama keringat. Aarrgh!

    Tunggu. Sesuatu menyentuh kulit gue. Sebuah telapak tangan mendarat di jidat gue. "Lo keliatannya demam. Koi liatin daritadi kayaknya gregetan terus.."

    Deg! Jadi bener yang ngeliatin gue tadi adalah Koi?

    "Halo?" Gue musti jawab apa nih! Aduh! Mana telapak tangannya semakin lengket lagi diatas masker. Duh! "Kayaknya lo beneran demam. Koi telfon rumah sakit yah?" Ngga! Ngga mau! "Loh? Kok menggeleng? Lo nolak?"

    Kemudian hening. Keringat semakin membanjiri sekujur tubuh gue. Detak jantung gue semakin memacu. Ah! Tangannya menyentuh ketimun di mata gue! Bisa berabe gue kalau dia buka itu ketimun.

    Please...

    Jangan dibuka.

    Aahhh!!

    "Koi! Sudah waktunya acara dimulai. Disini kau rupanya" Syukurlah. Siapapun itu yang menyuruh Koi keluar, dia benar benar seorang malaikat. Pada akhirnya Koi ngga jadi melepaskan ketimun itu dan kemudian berjalan menuju pintu masuk. Syukurlah jantung gue ga jadi meledak gara gara Koi. Bisa hancur mood yang udah cape cape gue bangun buat konser ini kalau ngeliat wajah Koi langsung.

    Tapi.. walau ngga ngeliat wajahnya.. mood gue kayaknya udah mulai hancur deh. Siapa pacar Koi? Siapa orang yang berada dalam foto yang selalu Koi rindukan setiap saat break shooting?

    "Dam?" Gue sedikit tersentak kaget saat seseorang menepuk bahu gue dari belakang. "Gue liat tadi Koi baru aja keluar dari ruangan ini" gue membuka ketimun yang ada dimata gue dan melirik orang yang baru saja berbicara dari cermin di meja rias. Yoga. "Dia ngapain?"

    Gue memperhatikan sekeliling, kayaknya memang barusan gue ditinggal sendirian deh disini. Pantes hening banget.

    "Adam?"

    "Yah?"

    "Lo ngga apa apa kan?"

    Gue membalas pertanyaan Yoga dengan senyuman. "Ga apa apa kok". Dan dia juga membalas dengan senyuman diwajahnya.

    "Lo bisa berbagi masalah sama gue kok"

    Gue menyipitkan mata padanya. "Ntar malah dibocorin lagi" sindir gue yang hanya ia balas dengan tawa kecil. Tak lama kemudian Caca juga memasuki ruang ini dan duduk disamping gue (jadi posisinya Yoga-Gue-Caca). Dia tampak terkagum kagum dengan tempat ini.

    "Kenapa Ca?" Tanya gue

    "Waaah gue berasa lagi kayak di drama korea"

    Gue dan Yoga terkekeh. "Udah kayak adek gue aja lu"

    "Hahahaha.. tapi masih cantikan gue kali daripada Adek lo"

    "Sialan lo. Hahaha" balas gue.

    "Lo maskeran dam?" Tanya Caca yang bikin gue sadar kalo gue belum ngelepas masker gue daritadi.

    "Tau nih" Kata gue sambil meraba. "Enaknya dicabut apa ngga yah?"

    "Ngga usah!" Sahut Caca yang langsung gue tanya alasannya kenapa. "Gue jarang jarang liat lo maskeran dam. Haha"

    Ah!

    **
    Gue cuman bisa duduk didalam ruang make-up sambil menonton jalannya acara di televisi. Yahh mau gimana lagi, kondisi ngga memungkinkan gue untuk menunggu giliran sambil berdiri di backstage. Jadilah gue disini, sendirian. Dengan pakaian yang menurut gue.. terlalu sempit dibagian paha. Err

    Gue didandani cewek, Err maksudnya Anastasya ala ala orang barat mau kawinan gitu. Makai tuxedo dengan dasi kupu kupu. Karena memang lagu yang gue nyanyikan memang lagu lagu romantis. Jadinya ya kata si cewek, err maksudnya Anastasya harus pake Tuxedo. Rambut gue juga dibikin kaya Justin Timberlake nyanyiin lagu Mirrors di BRIT Awards 2013.

    Err gue ga ngerti dunia Fashion. Sambil memperhatikan layar televisi gue raih botol minuman yang berada di atas meja rias lalu membasahi tenggorokan gue. Rasanya cukup deg degan mengingat jurinya yang juga adalah seniman dan penyanyi berkelas.

    Sebut saja Koma Puspita. Penyanyi kondang 50 tahunan yang sudah melegenda sejak zaman Papa masih suka ngelanggar peraturan di sekolah dasar dengan tembang hits nya "Love is Money". Dalam setiap artikel yang mrmbahas tentang dirinya, publik menarik kesimpulan kalau Koma adalah sosok yang tegas dan sangat kritis akan sebuah karya seni. Terbukti, 7 kontestan yang telah tampil selalu mendapat kritik pedas darinya.

    Juri selanjutnya, Saipul "Hamil". Dia ngga hamil karena dia cowok. Hanya dia menjadi begitu fenomenal dua tembang dangdut di album ketiganya yang berjudul "Bercinta" dan "Kamar". Lagu itu terus menjadi sorotan media sejak debut albumnya tersebut pada awal September 2008 sampai akhir 2009 hingga para komedian tanah air akhirnya mengaitkan kedua lagu itu dan memberikan julukan Hamil padanya.

    Setelah itu, ada Rheantika Febriyani. Satu satunya juri yang gue tau sebagai sosok yang paling fear dan toleran kepada semua orang. Antara kritik dan pujian yang ia berikan pada kontestan daritadi selalu berimbang. Semoga gue juga mendapatkan komen yang sama darinya. Huhu

    Dan juri terakhirnya, Haha Himori Jr. Dia bukan orang jepang. Dia Sunda asli. Hanya saja sepupu jauh banget kuadratnya entah mengapa jadi santapan media saat kasus Mabuk Susu Kocok nya mencuat dan membuat berbagai spekulasi beredar dikalangan masyarakat. Dan juga hampir setiap lagu yang ia tulis begitu sorot akan fenomena. Seperti "Burungku Habis" , "Wanita Tanpa Pembungkus" , "Cairan Kental" yang semuanya mendapatkan cekalan dari pemerintah nasional, namun mendapat sambutan begitu heboh didunia luar yang sangat mengapresiasi karyanya tersebut.

    Saat ini adalah giliran peserta ke-8 yang tampil, Hanakimi. Mahasiswa 19 tahun yang sehari harinya adalah penyanyi di gereja. Ia menampilkan lagu "Empat Mata" dan juga "Not Like The Movies" yang mendapatkan tepukan tangan meriah dari penonton, namun justru kritikan pedas dari Koma, Haha, dan juga Saipul. Namun seperti biasa, Rhea selalu memberikan kritik yang berimbang namun intinya tetap, kurang mengesankan.

    Kamera menyorot kearah penonton maupun peserta. Ada Fahisya, Ello Cristopher, sampai Goophal. Mereka adalah 7 peserta yang sudah tampil sebelumnya dan menduduki Hot Seat yang diposisikan di pojok kiri pentas. Dipisahkan dari peserta yang menunggu giliran. Gue bisa melihat kursi gue yang kosong disana. Oh, hei! Mereka menyorot Caca dan juga Yoga!

    "Beri sambutan yang meriah untuk Hanakimi!!!" Kata Caleb Junaedi yang muncul dari pojok pentas membuat kehebohan dukungan untuk Hana diatas pentas. "Baiklah Hana. Aku cukup tersentuh akan penampilanmu. Kau tampak begitu mempesona"

    "Terimakasih" ujar Hana sopan.

    "Penampilanmu dalam lagu Not Like The Movies yang dipopulerkan oleh Katy Perry benar benar membuat hatiku tersayat. Apa kau juga mengharapkan Prince Charming?" Goda Caleb yang langsung disambut oleh cie cie atau apalah itu dari penonton. "Namun sayang Hana, penampilanmu dinilai kurang memuaskan oleh para juri. Kau kurang menjiwai lagu dan ada beberapa nada yang kau miss. Namun let's make it clear. Bukan mereka yang memutuskan kau berhak untuk menang atau tidak. Voting penontonlah yang akan menentukan nasibmu. Untuk itu" kemudian sebuah kotak berisi jumlah voting sms muncul di sebelah kiri bawah layar televisi. "Indonesia! Tentukan pilihanmu!"

    Suasana menjadi tegang. Musik musik yang menurut gue kampret bin ngeselin yang bikin deg degan kemudian dimainkan. Semuanya mendadak hening. Rhea dan juga Ipul tampak berbisik bisik sedang Haha lebih cuek dengan gadgetnya. Lain dengan Koma yang seperti ingin mendiskualifikasi Hana saat itu juga. Angka semakin naik dang mulai memasuki 40,5%. Hana dan beberapa penonton lain tampak begitu antusias.

    "41,37%!!!! Terimakasih Hana telah menampilkan perform terbaikmu. Silahkan duduk di Hot Seat sebelah sana"kata Caleb mempersilahkan Hana. "Baiklah, pemirsa! Peserta selanjutnya adalah sebuah band yang dikenal selalu menjuarai berbagai festival di kota ini! Siapa yang tak kenal dengan , Moccacino Latte? Band yang digaungi oleh Kevin, Tri, Ello dan juga Rifan berjanji akan mengguncang panggung Harapan Idol malam ini dengan penampilannya. Sebelum itu, ada baiknya kita lihat dulu VT dari Moccacino Latte!" Sambut Caleb lagi dan diikuti dengan riuh penonton.

    Harusnya semua sorakan itu untuk gue. Ah! Lupakan dam! Lo berhak untuk yang lebih baik daripada mereka!

    Gue kembali meraih gelas minuman gue yang berada diatas meja rias dan baru sadar kalau gelas itu kosong. Gue menggerutu sendiri entah kenapa waktu itu. Kemudian kembali lagi gue perhatikan VT mantan band gue itu.

    Entah kenapa it all makes me wanna pee.

    Gue meraih tongkat dan kemudian berjalan keluar ruangan mengitari koridor. Tepat diujung belok kanan. Nanti mentok disitu wcnya ucap ingatan samar samar gue dari Anastasya sehabis make up tadi saat gue tanya tentang WC.

    Dari sini gue bisa mendengar kehebohan dari atas pentas. Gue berjalan pelan. Melewati lalu lalang kru TV. Gue berjalan pelan menuju ujung koridor. Semakin jauh gue berjalan, semakin sedikit pula orang yang gue lihat. Lagian siapa juga yang mau menghabiskan waktu di WC ditengah tengah acara besar seperti ini? Kecuali kalau lo lagi sange berat dan pengen main tembak tembakan maka wajarlah itu terjadi.

    Gue mentok sesuai dengan denah yang di beritahu tadi. Setelah bertemu dengan WC gue langsung memasuki satu toilet dan membuka closetnya. Tsssss... dan tentu rasanya begitu melegakan saat beban didalam kantong kemihmu berkurang. Gue keluar menuju westafel dan menyalakan krain air untuk cuci tangan.

    "Braaakkk!!!" Seseorang dengan beringas mendobrak pintu WC. Gue mengenali orang ini, dia salah satu artis yang tengah naik daun karena berhasil menjuarai ajang ini beberapa tahun yang lalu. Abdul Foo. Dia terlihat seperti diujung tanduk. Wajahnya memerah seperti tengah mabuk.

    Ahh lupakan! Bukan waktunya untuk memperhatikan artis saat ini!

    Gue kemudian keluar dari WC dan berjalan menuju ruang make up tadi. Dengan pelan tentu saja, kondisi gue benar benar ngga memungkinkan untuk mempercepat langkah. Ketek gue dipertaruhkan untuk itu.

    Err.

    Loh? Kumar? Ngapain nih anak? Duduk di atas kursi gue sambil menatap geram ke ponselnya. Apa apaan?

    "Ngapain lo?"

    Dia menoleh. Dia tampak geram akan sesuatu. I just don't get it. "You make up with your boyfriend?"

    "Maksud lo?"

    Dia berdiri dan berdiri tepat didepan gue. Matanya seperti menginterogasi setiap inchi penampilan gue. Gue semakin mengernyit dan terharan dengan tingkahnya. Apa yang salah? Kenapa? "Lebih baik kau mengundurkan diri saja dari kontes ini, Gaydam"

    Huh?

    "Pria homo sepertimu tak pantas menjadi superstar. Tak pantas menjadi idola" kata Kumar dengan pongahnya.

    Geraham gue menggeratak. Tangan gue mengepal keras.

    "I told you, leave this thing and no ones know how dirty their idol are" dan dia berlalu setelah menubruk bahu kanan gue.

    Shit. Ancaman lagi? Gue mengacuhkannya dan kembali duduk di kursi gue tadi sambil terus memperhatikan tv. Gue bisa melihat Kevin dan yang lainnya sedang siap siap disana sementara kamera yang lain menyorot beberapa artis.

    Rifan membaca mic ke tengah panggung dan mulai memperkenalkan diri beserta band berikut dengan lagu yang akan dinyanyikannya. They're , "Puisi" dan "Highway Don't Care".

    Oh jadi yang ngegantiin posisi gue jadi vokalis itu Rifan? Gue dengan seksama memperhatikannya menyanyikan lagu puisi milik Pongky itu.

    Ada sesuatu yang aneh dari penampilannya..

    'Kapan lagi kutulis untukmu, tulisan tulisan indahku yang dulu
    Pernah warnai dunia, puisi terindahku hanya untukmu
    Apakah kau akan kembali lagi? Menemaniku menulis lagi
    Kita arungi bersama,
    Puisi terindahku hanya untukmu'

    Gue memperhatikan lagi dengan teliti. Ada sesuatu yang aneh. Benar. Bibirnya tak bergerak sesuai dengan apa yang ia ucapkan. Apa Rifan lypsinc ? Tapi kenapa? Padahal permainan Tri dan Kevin sudah terlihat begitu nyata dan kompleks. Benar benar memukau.

    Musik berhenti. Suasana masih tenang. Semua orang terdiam. Kamera kembali menyorot ke arah penonton saat lampu panggung dimatikan dan asap asap dikeluarkan dari sisi panggung sebagai effect. Backscreen kemudian menampilkan sebuah jalan yang dihiasi dengan daun daun pohon willow yang beterbangan.

    Tri memainkan gitarnya. Diikuti dengan Ello. Semua penonton bertepuk tangan riuh untuk permainan mereka. Kevin baru saja siap menabuh bass sebelum Rifan terlalu cepat masuk kedalam intro. Entahlah, rasanya benar benar ada yang janggal pada penampilan mereka.

    '*bet you window's rolled down and your hair's pulled back*
    *And i bet you got no idea you coming way too fast*
    *You try not to think about what went wrong. Trying not to stop 'til you get where you goin'. You trying to stay awake so I bet you turned on the radio. The song goes*'

    Benar! Rifan lipsync! Bukan hanya itu, semua permainan mereka terdengar seperti sudah direkam sebelumnya dan diputarkan.

    Bukan tidak mustahil bagi mereka untuk melakukan itu mengingat Kevin punya studio sendiri. Tapi, kenapa harus lipsync?

    '*Highway won't hold you tonight. Highway don't know you're alive. Highway don't care if you're all alone. But i do, i do*
    *Highway won't dry your tears. Highway don't need your hear. Highway don't care if you coming home. But i do, i do*'

    Sekali lagi, seisi venue terasa begitu riuh dan heboh saat permainan gitar Tri mendominasi akhir dari lagu. Tri benar benar hebat memainkan melodi rumit yang diciptakan Keith Urban.

    "WOOOOOOOO!!!!!!" Semua orang bersorak sorai saat penampilan MoccacinoLatte di lagu kedua berakhir. Haha, dan Rhea memberikan standing applause. Sedang Koma beserta Saipul cuman diam di kursi. Tanpa ekspresi. Stagelight kembali menyorot mereka berempat. Satu persatu wajah personil band itu juga kembali disorot. Kevin tampak ngos-ngosan setelah tampak begiti bersemangat pada lagu kedua tadi. Tri apalagi. Sedang Ello cuman melayangkan senyumnya ke kamera. Berbeda dengan Rifan yang seperti baru saja membunuh seseorang . Bahkan sampai Caleb menghampiri mereka, sorak sorai penonton tak pernah berhenti bergemuruh, namun Koma, tak sedikitpun ia menampakkan respond positif untuk penampilan itu.

    Kenapa gue jadi ikutan deg degan yah?

    "Krekkk" pintu tempat gue duduk saat ini berbunyi. Spontan gue langsung melihat ke sumber suara.

    "Kenapa ga?" Tanya gue setelah tahu bahwa orang yang mendatangi tempat ini adalah Yoga. Tampak raut wajah gembira di sana. Entah karena apa, don't ask me.

    "Lo dapet voting suara tertinggi!" Dia berseru seraya berjalan mendekati gue. Menarik kursi lalu duduk. Gue masih termangu dengan statement nya.
    "Ta.. tapi.. kenapa bisa?"
    Dia langsung merogoh sakunya dan mengeluarkan gadgetnya dari sana. "Lihat nih!"

    Gue terperangah kaget. Masa sih?

    "Kau tahu Koi mempunyai fans yang cukup loyal dengan idolanya kan? Koi baru saja membuat beberapa tweet di twitter dan status facebook agar orang orang mendukungmu!"
    - -
    Koi
    @Koiiii
    Don't forget to support Adam on Harapan Idol! He worth it!* -13 minutes
    - -

    "Dan lo bisa liat berapa orang yang meretweet kicauan itu? 14 ribu orang!" Tambah Yoga lagi yang semakin membuat gue terperangah. "Mimpi lo buat jadi penyanyi bakal jadi kenyataan Dam!" Dia menepuk nepuk kedua bahu gue dengan tangannya. "Gue bangga jadi sohib lo!"

    Benarkah, Koi?
    ***
    "Bajingan!!!!" Pekikan seseorang menggema dibelakang panggung. Tepat beberapa menit setelah MoccacinoLatte tampil. Gue dan Yoga yang berada didalam ruang make up terkaget kaget mendengar suara orang itu. "LO UDAH BIKIN GUE HANCUR!!!" Dan teriakan yang lain menyusul yang gue yakin dari orang yang berbeda.

    "Gue check keluar dulu yah" kata Yoga berdiri. Gue menarik lengan Yoga dengan cepat.

    "Gue ikut"
    ***
    Rifan tergeletak babak belur dibawah lantai sementara beberapa kru TV mencoba melerai hantam baku antara Kevin dan juga Rifan. Gue ga ngeliat secara full, but pas gue dateng Rifan udah tergeletak begitu aja. Bibirnya berdarah sedang Kevin tangannya mengepal dan masih menggantung di udara, beruntung ia sudah dipegangi oleh Kru TV.

    Tri tampak ketakutan di ujung lorong, sedang Ello cuman melongo disamping Tri. Gue berdiri didepan pintu ruang make up sambil memperhatikan mereka semua. Yoga berdiri didepan gue.

    "Mereka kenapa , ga?" Tanya gue
    "Kevin sepertinya emosi, Dam"
    "Emosi kenapa?" Yoga ngga serta merta menjawab pertanyaan gue dan lebih memilih untuk menghampiri mereka bertiga dan menyuruh gue untuk diam disana. And i did. Gue mengikuti perintah Yoga.

    Gue masih berdiri disana memperhatikan mantan band gue. Yang sedang berada dalam konflik internal hingga tiba tiba seseorang datang menghampiri gue.

    "They're your bestfriends, right?" Kumar. Setan ini lagi. Gue engga mebggubrisnya dan lebih memilih untuk memperhatikan Yoga yang sedang mendinginkan suasana disana. "They're sucks" sambungnya lagi.

    Gue masih ngga menggubrisnya.

    "Don't you want to hang out with them?" Badan gue langsung memberi respon positif terhadap tawarannya.

    "Maksud lo?"

    Dia tersenyum. Sinis.

    "Menyerahlah. Kau menyerah dan Kevin akan kembali menerimamu kedalam Band"

    "...."

    "Kau tahu aku selalu mendapat apapun yang aku mau bukan?"

    "....."

    "Aku yang meminta Kevin untuk menerima Rifan menggantikanmu. Tapi aku tak menyangka dia akan menghancurkan impian Band mu. Bagaimana kalau kau memulai semuanya kembali dari nol?"

    "...."

    Dia semakin mendekatkan badannya ke gue. Gue bergetar karena tawarannya. "Ini hal yang sangat mudah, Adam. Kau tinggalkan kontes dan kembalilah kepada teman temanmu"

    Gue termangu. Bisikannya terasa begitu menggoda akal sehat gue. Kembali ke teman teman disaat mimpi gue hanya berjarak beberapa menit lagi?

    "You won't be regret this, Adam" katanya menatap lekat ke bola mata gue. "Kau hanya harus meninggalkan ini semua dan semua orang di sekolah akan kembali memperlakukanmu seperti biasa"

    "JANGAN MAU ADAM!" Gue terperanjat kaget saat suara itu menyeruak memasuki indera pendengaran gue. Spontan gue langsung memalingkan wajah ke sumber suara. "I'm not gonna let you accept it!" Sasha!

    "Why are you here?" Tanya Kumar tampak seperti ketakutan akan sesuatu. Sasha menarik tangan Kumar dan mendorongnya menjauh dari gue. Kumar terlihat seperti sangat ketakutan. Entah kenapa.

    "Adam. Look. Ingat rencana kita? Aku mohon kau jangan menerima tawarannya. Itu sama saja akan membunuhmu dua kali!"

    Gue terdiam. Begitu juga dengan Kumar yang sepertinya tak dapat berkutik.

    "Kau tak tahu bahwa Rifan adalah adik dari Pandu kan? Dan Pandu selalu menginginkan mempunyai adik seorang penyanyi?" Tambah Sasha lagi. "Koi is just out there and he'd done anything to keep his fans to send their votes for you. Jangan kau kecewakan mereka!" Gue menatap mata Sasha lekat lekat. Ada sesuatu didalam sana yang membuat niat gue untuk memenangkan kontes ini berkobar. Gue menganggukkan kepala mantap dan Sasha langsung memeluk gue. Dia tersenyum. Bahagia. Entah kenapa.

    Dan Kumar. Dia sudah melenggang pergi entah kemana. Entah kenapa sesuatu mengatakan ke gue kalau akan ada badai malam ini.

    Mengerikan.
    ***
    Gue, Yoga, Sasha, Caca dan juga om Harris berkumpul di ruang make up. 1 giliran lagi dan selanjutnya adalah giliran gue. Gue merasa benar benar deg degan. Beberapa kali om Harris memaksa gue untuk banyak minum air putih dan mendendangkan pelan lagu lagu yang akan gue bawakan.

    '*She was covered in leather and gold, 21 years old*
    *I lost her in the cold, it's unfair she's out there*
    *Somewhere, Somewhere, Somewhere in Brooklyn*'

    Semua orang diruangan ini bertepuk tangan saat gue menyanyikan bagian itu dengan tepat. Sempurna. Lagu yang begitu cocok untuk gue. Caca bahkan sampai ngerekam semua latihan singkat gue menjelang perform lewat smartphonenya dengan alasan, "ini bakal jadi bukti bahwa temen gue adalah artis". Gue cuman terkekeh dan terharu dengannya. Sasha malah sampai standing applause, padahal gue yakin dengan gaun seperti itu pasti susah baginya untuk berdiri secara tiba tiba. Sedang Yoga, dia bertepuk tangan doang. Ya. Ngga ada standing atau apapun. Duh kok gue jadi ngarep ya.

    "I might be can't bet on anyone, but if could i'd like to put my bet on you, Adam" Ucap Om Harris menepuk nepuk bahu gue. "I'm so proud of you" katanya yang langsung membuat senyuman gue merekah.

    "Thanks , Harris" balas gue lagi. Gue mengedarkan pandangan gue pada teman teman sekitar. Mereka sama seperti om Harris. Terharu dan bangga. Duh gue jadi takut mengecewakan mereka. "Thanks to you also, guys" dan kemudian gue memberi isyarat bagi mereka untuk berpelukan.

    "Oohh how i love my best friends!" Kata Sasha sedikit berteriak sambil memeluk gue. Begitupun dengan Caca dan Yoga yang juga ikut memeluk gue.

    "Thanks for your support, guys. Tanpa kalian gue ga akan bisa ada disini sekarang" kata gue lagi sedikit terharu mengingat semua nasehat dan bantuan mereka saat gue terpuruk dalam keputusasaan. "You're the real thing. You're the true bestfriends" ucap gue lagi sedikit menangis.

    Kami berpelukan erat saat itu. Ingin rasanya gue membekukan waktu dan menyimpan moment ini didalam benak gue hingga kucing bertelur dan ladang gandum dihujani coklat kokocrunch.

    Thanks guys!
    **
    "Dan peserta selanjutnya yang akan menyanyikan lagu Bukan Pujangga dan juga Somewhere in Brooklyn. Adam!!!" Pekikan suara Caleb menggema dari backstage dan VT gue secara otomatis diputar. Semua crew kembali ke posisinya masing masing sesaat setelah break selama 15 menit.

    "Fighting Adam!" Bisik Caca di kuping gue. Om Harris berdiri disamping gue karena dia akan membantu gue berjalan ke tengah pentas.

    Yoga dan Sasha sudah kembali ke tempatnya. Mereka akan menyaksikan gue. Duh gue ga boleh mengecewakan mereka.

    Gue deg deg an. VT masih diputar.

    Semuanya terasa mendengung. Om Harris terlihat menyemangati gue. Begitu pula Sasha.

    Seseorang yang bertugas memberi aba-aba mulai menghitung mundur sebelum gue diizinkan memasuki pentas. Dia mengisyaratkan gue untuk langsung menuju piano yang sudah di posisikan khusus untuk gue tepat ditengah dan beberapa meter didepan screen.

    "On 10. 1..."
    2
    3

    Gue semakin deg deg an saat detik demi detik terasa membakar akal sehat gue. Semuanya sudah dipersiapkan dengan matang. Gue, hanya harus bernyanyi. Gue hanya harus bernyanyi.

    9

    10

    "Let's do this, Adam" Om Harris mulai menitih gue untuk menaiki tangga dan sepersekian detik kemudian kami muncul dan sorot lampu menangkap sosok kami berdua. Spontan semua orang memberikan sorakan untuk kami. Venue ini begitu luas, dan gelap. Tapi gue yakin Sasha, Yoga dan Caca ada disana untuk menyemangati gue. Semoga Koi juga begitu.

    Gue duduk diatas kursi piano. "Halo. Perkenalkan nama saya Adam. Saya kelas 2 SMA dan saya akan menyanyikan lagu Bukan Pujangga dan juga Somewhere in Brooklyn malam ini" semuanya menjadi riuh saat itu juga. Api semangat berkobar dan membakar semua yang ada didalam benak gue untuk mengatakan gue bisa. Ya, gue bisa!

    Satu jari. Dua jari hingga kedua telapak tangan gue mulai meraba tuts. Dan dengan perlahan menekannya. Gue ga boleh gagal.

    Gue menekan nada awal dan dengan spontan screen menampilkan sebuah video yang dibikin khusus oleh om Harris sebagai bagian dari stage act gue.

    ' Aku mungkin bukan pujangga
    Aku mungkin tak selalu ada
    Ini diriku apa adanya'

    Gue begitu bersemangat menyanyikan lagu ini. Sungguh!

    'Mungkin aku bukan pujangga yang pandai merangkai kata'

    "Huuuuuu!!!!!!!" Gue yakin mereka menyukai penampilan gue. Gue semakin bersemangat karena itu

    'Ku tak s'lalu kirimkan bunga 'tuk ungkapkan hatiku
    Oh....'

    "HOMOO!!!!!!!" Deg! Permainan gue terhenti seketika. "HUUUU DASAR HOMO BAJINGAN!!! TURUN LO!!!!!"

    Apa? Kenapa?

    "HUUUUUUUUU!!!!!!!!" Semua orang mendadak meneriaki gue. Kenapa? Mendadak badan gue menjadi gemetar. Gue membalikkan badan gue yang sedari tadi menghadap penonton dan melihat screen.

    ASTAGA!!!

    Foto itu! Foto yang udah membuat gue dijauhi oleh semua orang! Kenapa bisa ada disana!?

    "TURUUUUUUNNNNN!!!!!!!"

    Tangan gue gemetar. Ya. Bukan main. Tak sanggup lagi rasanya untuk hidup dan lebih memilih untuk dieksekusi saat itu juga. "HOMO MESUMM!!!!". Semua teriakan itu. Semua makian itu. Ingin rasanya berdiri. Tapi apalah daya kaki gue memang tak mengizinkan untuk itu. Sosok dari bawah panggung memberi aba aba kepada gue untuk turun secepatnya. Gue ingin. Ya. Gua benar benar ingin untuk turun saat itu juga.

    Gue benci hidup gue.

    'Kau tak harus mengorbankan segalanya, Adam! Kejarlah mimpimu!'

    'Gue bangga punya teman seorang artis'

    'Semua orang mengharapkammu Adam! Jangan kau hancurkan harapan mereka!'

    'Ingat mimpi kita dulu? Kita akan menjadi musisi terkenal berdua? Kita masih sohib kan?'

    Mendadak semua kata kata itu terngiang di telinga gue. Semua cemoohan dan teriakn itu mendadak berubah menjadi dengungan.

    Apa yang harus gue lakukan? Apa?

    'Kejarlah mimpimu, Adam!'

    'Pacar Koi harus sehat! Gaboleh sakit!'

    "Sa.." gue berhenti. Cemoohan dan semua teriakan semakin menjadi jadi diarahkan ke gue. Perut gue mendadak mual. Keringat dingin membasahi baju gue. Kenapa gue selalu menjadi salah? Kenapa?!

    "HOMO!!! TURUN!!!!!"

    Ya Tuhan, jika kau memang tidak mentakdirkanku untuk sukses dengan cara seperti ini. Maka izinkanlah aku untuk memberikanmu penampilan terakhir. Gue lantunkan kata kata itu didalam hati sebelum akhirnya gue putuskan untuk menyanyikan lagu terakhir. Lagu yang akan menjadi penutup karir bermusik gue.
    '*what have i done, i wish i could run away from the shift going under*
    *just trying to help, hurt everyone else*
    *now i feel the way of the world is on my shoulder*'

    Cemoohan masih menjadi jadi. Malah semakin heboh. Gue sudah taktahan untuk menghentikan perform ini. Tapi harapan teman teman gue kembali terngiang seraya gue memainkan jari jari gue diatas piano.
    '*What can you do when you're good isn't good enough when all of your touch is tumbles down*
    *cause my best intention keep making a mess of thing. And i just wanna fix it somehow*
    *but how many times will it takes?*
    *Oh how many times will it takes for me.. to get it right*'

    Teriakan itu semakin bertambah dan betambah. '*to get it right*'

    '*Can i start again with the my faith shaken. Cause i can't go back and undo this*
    *i just have to stay and face my mistakes*
    *but if i get stronger and wiser, i'll get through this*'

    Dalam rasa keputusasaan gue menyanyi. Semua cemoohan itu tak kunjung berhenti. Air mata gue mengalir lembut membasahi pipi menemani srtiap pergerakan jemari gue diatas tuts.

    '*So i throw up my fists, throw i punch in the air!*
    *And accept the truth cause sometimes life is isn't fair*
    *Yes i'll send out a wish, i'll send out a prayer!*'

    Gue menarik nafas dalam dalam. Dan menghentikan pergerakan jemari gue.

    '*And finally, someone will see, how much I Care!!*'

    Gue terus melafalkan kata "Care" hingga rasanya tak lagi gue bisa menggapai oksigen.

    Semua cemoohan itu terhenti.

    Entah kenapa. Air mata gue kembali terus mengalir dan mengalir.

    '*What can you do when your good isn't good enough when all that you touch tumbles down?*
    *Cause my best intention keep making a mess thing. And j just wanna fix it somehow*
    *but how many times will it takes?*
    *how many times will it takes?!*'

    Semuanya terdiam.

    '*to get it right ... to get it right*'
    Om Harris , Caca , dan Yoga muncul dari belakang panggung dan menghampiri gue yang masih terdiam menangis diatas piano. Dihadapan semua orang. Mereka datang dan memeluk gue disaat itu juga.

    "Maaf gue ga bisa memenangkan ini untuk kalian.." isak gue dalam pelukan mereka yang semakin erat menenangkan.

    "Maaf.."
    ***

    Gue terpaku didalam ruang make up. Acara masih tetap berlanjut dan gue didiskualifikasi seketika saat itu juga oleh Koma. Kandas sudah. Yah. Gue ga bakal bisa meraih impian gue. Tidak. Tak akan pernah.

    Sedikitpun tak akan.

    Gue meraih barang barang gue didalam ruangan ini dan bersiap untuk pulang. Om Harris sudah lebih dulu menyuruh gue untuk segera bergegas karena mereka hanya memberi waktu gue beberapa menit untuk bergegas sebelum media mulai mebanjiri tempat ini. Rating acara ini melunjak seketika saat foto itu tersebar. Publik masih menduga duga siapa orang yang menjadi pasangan kissing gue di foto itu yang tersamarkan karena angle yang hanya dapat mengabadikan gue disana.

    Koi..

    Huh.. gue tersenyum sendiri dibuatnya. Gue meraih knop pintu dan membukanya.

    "Adam..."

    Gue tertegun. Orang itu langsung merengkuh gue kedalam pelukannya. Hangat. Seperti perlakuannya kepada gue dulu. Seperti pelukannya dulu. Seperti suapannya dulu. Seperti perhatiannya dulu. Seperti semuanya. Semua yang telah ia lakukan ke gue. Ia memeluk gue erat. Gue menyembunyikan wajah gue di dada bidangnya. Tangan kokohnya yang tadi mencoba membuka masker gue kini membelai belai rambut gue lembut.

    "Koi ga akan pernah ninggalin Adam lagi. Ngga akan pernah"

    Gue merasa nyaman dengan ini semua. Dia sudah berjanji tak akan meninggalkan gue lagi kan? Gue membalas pelukannya erat meski air mata gue dengan kurang ajarnya kembali menetes dan membanjiri pipi gue.

    "Aku menyayangimu Koi. Don't leave me. Just don't"

  • Hai! Makasih buat yang udah ngikutin kisah Adam yang awalnya kasar bin mesum gaya bicaranya sekarang udah berubah banget. Makasih buat semua masukan kalian. Thanks buat support dan kritik. It helped me on writing this stuff. Sampai bertemu lagi di "Didn't" :D
  • Oh, jadi ini maksudnya didiskualifikasi. -_- beda sama yang aku pikirin tadi Bub. Ternyata ada poto ciuman waktu itu. Eh, otomatis Koi kesorot brita gosip juga ini. Wahahaha. Jangan kasi spoiler buat part terakhir. Beri kejutan aja yaaaa. XD
  • Ohhh,,,,, ssswweeet but its very hard....

    Keep mention me. Ok??
Sign In or Register to comment.