It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Balaka nanti juga tahu sesuatunya..hehe @ArDewa Biar cerita gak mainstream aku akan buat lnjutannya sperti cepen dngan judul yg berbeda2 di lapak ini :x
@Si_wendi sabar ya, minta doanya aj biar sesuatu yg lg aku kerjain cepet selesai, jadi aku segera bisa lnjut cerita zizi lagi
baru juga zizi menjalin hubungan ma irga, eh malah ditinggal ..
ntar kalo season 2 nya udah di update, aku dimention juga dong .. (^_^)
baru juga zizi menjalin hubungan ma irga, eh malah ditinggal ..
ntar kalo season 2 nya udah di update, aku dimention juga dong .. (^_^)
panggil ya kalo ada sambungan zizi ma irga...
makasih......
panggil ya kalo ada sambungan zizi ma irga...
makasih......
udh kangen nih ama ceritanya neeng...
thank you yah
ahahahahh
Adakah yang kangen rika di sini? Eh. maksudnya kangen sama zizi.. Hoho
Yap, aku buat cerita Zizi dilanjut seperti cerpen ya.. Semoga bisa dinikmati :x
~Menatap Jingga Kembali
Entah sudah berapa kali senja yang aku lewatkan, semenjak aku merasa dia sudah melupakanku..
Lebih dari 16 bulan aku tak pernah melewatkan senja sekalipun, sampai lebih dari dua bulan yang lalu, aku melihatnya online di Fb setelah sekian lama dia tak menampakan dirinya di sana.
Rasa gembira karena akhirnya aku berharap dia membalas inbox-ku di Fb, berubah menjadi rasa kekecewaan yang dasyat saat aku melihat dia sudah membaca pesan-pesan dariku tapi ternyata tetap tak ada balasan darinya.
Ya, semenjak kepergian Kak Irga, dia seperti lenyap dan menghilang tanpa jejak. Hanya sabuah sepeda motor dan seragam sekolahnya yang ditinggalkan di rumahku, menjadi saksi bahwa kami pernah mempunyai kenangan. Nomor Hp-nya tak bisa dihubungi, email-ku tak pernah dibalasnya, dan Fb-nya mungkin saja sudah penuh sarang laba-laba karena tak pernah dikunjunginya.
"Apa Kakak tahu kabar Kak Irga?" Tanyaku saat itu yang entah sudah yang keberapa juta kali pertanyaan itu aku tanyakan pada kak Farid.
Jawaban Kak Farid selalu sama, menjawabku hanya dengan senyuman dan usapan tangannya di kepalaku. Aku tak tahu sikapnya itu karena menutupi sesuatu dariku, atau malah memberi isyarat bahwa dia juga tak mengetahui apapun untuk bisa menjawab pertanyaanku.
Sudahlah! Aku tak ingin melihat senja lagi! Aku benci warnanya yang seolah menertawakan kebodohanku yang berpikir Kak Irga akan melihat setiap senja dan memikirkan aku juga, seperti apa yang sudah dia katakan kepadaku sebelum kepergiannya.
Sekarang aku sudah menyadari kebodohanku itu! Saat dia dengan jelas dan nyata sudah mengabaikanku dan menganggapku tak ada.
Kata-katanya terakhir kali, mungkin hanya untuk menghiburku saja. Aku terlalu naif karena berpikir, Kak Irga juga memiliki perasaan yang sama terhadapku.
Tapi.. Hatiku tak bisa kukendalikan! Walaupun aku tak pernah lagi melihat senja, dirinya tak pernah pergi dari pikiranku.. Namanya masih terukir di hatiku.. Dan suaranya masih nyata bisa kudengar memanggil namaku di setiap tempat yang mengingatkanku padanya..
*****
"Okha!!! Cepetan deh mandinyaaaaa!!" Aku berteriak memanggil Okha yang sudah hampir 20 menit berada di dalam kamar mandi.
"Bentarrrr!!" Balas Okha yang juga berteriak dari dalam kamar mandi.
"Betah banget sih lu di dalam sana, mainin burung ya lu!" Tariak-ku lagi sambil menggedor-gedor pintu kamar mandi.
"Krekk!" Okha membuka pintunya dengan kuat sehingga hampir membuatku terjatuh yang sedang bersandar di pintu kamar mandi.
"Sembarangan deh Kak Zizi kalo ngomong! Nanti kalo Mama denger gimana?" Ucap Okha melotot menatapku.
"Abis lama sih lu, gw udah telat banget ini!" Omelku dan langsung masuk ke dalam kamar mandi dan langsung menutup pintunya sedikit kuat.
"Kak, Okha bawa motor-nya Kak Irga lagi yah?" Suara Okha berteriak masih belum beranjak dari balik pintu kamar mandi.
"Bawa aja sana!! Gak usah nanya-nanya lagiii!" Teriak-ku dari dalam kamar mandi. Aku mendengar sorak kegembiraan Okha yang mendengar ucapanku. Ya, semenjak lebih dua bulan lalu juga, aku tak pernah lagi menyentuh motor Kak Irga. Okha memanfaatkan kesempatan itu untuk bisa mengantar jemput Farah ke sekolahnya.
Oh ya, saat ini Okha sudah duduk di kelas 10 dan aku sendiri sudah duduk di kelas 11. Okha tidak masuk ke sekolah yang sama dengan Farah dan Faran karena dia tidak lulus saat mengikuti tes di SMA pilihan mereka itu. Mungkin itu sudah menjadi takdir adikku karena terlahir tak setampan dan sepintar kakaknya ini! Heheh becanda kok, Okha lagi tak beruntung saja, kasian dia galau sampai sebulan gara-gara tak bisa satu sekolah sama Farah! Ckckck
*****
Sudah hampir satu tahun aku duduk sebangku dengan Edo, Gustaf dan Ari yang juga masuk IPA.1 sekelas dengan kami. Sementara semenjak Kak Farid dan Kak Anjas disibukan dengan persiapan UAN mereka dan sampai sekarang mereka hampir resmi lulus dari sekolah kami, aku sudah jarang bisa bermain bersama mereka berdua.
"Do, gimana persiapan buat acara perpisahannya?" Tanyaku pada Edo yang sudah terlebih dahulu datang ke sekolah. Dia terlihat sedang menulis sesuatu.
"Ribet nih gw sama Gustaf, anggaran dana belum deal! Anaknya kemana lagi belum dateng juga?!" Edo mendumel melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Nanti pulang sekolah kita rapat lagi aja, gw mau semua udah fix tiga hari lagi!"
"Siap ketua osis!" Sahut Ari yang tiba-tiba sudah berada di dekat kami. Yap, sudah hampir satu tahun ini aku menjabat sebagai ketua osis menggantikan Kak Anjas.
"Gustaf mana?" Tanya Edo pada Ari.
"Biasalah dia nganter pacarnya dulu pasti ke sekolah pacarnya itu. " Jawab Ari santai.
Edo menggantikan Kak Farid sebagai ketua mading, bertugas menjadi penanggung jawab untuk acara perpisahan anak kelas 12. Sementara Gustaf menjadi bendahara osis yang bertanggung jawab untuk urusan yang bersangkutan dengan uang.
"Eh, lu nyet! Pacaran aja lu bisanya, diamuk Edo tuh!" Ucap Ari seketika saat melihat batang hidung Gustaf yang baru memasuki kelas.
"Aittss! Tahan! Udah gw beresin kok soal anggaran dana untuk perpisahan.." Ucap Gustaf dengan bangga.
"Bagus deh, gak sia-sia lu pacaran sama si Dilla.." Ucapku mendengus.
"Justru itu bray, semalam gw dibantuin Dilla.. Hahah!"
"Dilla siapa? Bukannya pacar lu namanya Elis?" Tanya Edo lugu. Ya, diantara kami semua memang Edo yang hampir ketinggalan berita, ternyata ada tak enaknya juga jadi orang yang 'gak kepo-an' seperti Edo!
"Udah sebulan kali gw putus sama Elis!" Jawab Gustaf malas.
"Terus kapan lu jadian sama si Dilla itu?" Tanya Edo lagi mulai kepo!
"Seminggu yang lalu!" Jawabku dan Ari serempak. Edo hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan dan kemudian dia kembali fokus dengan catatannya. Gustaf hanya terkekeh dengan bangga!
"Kalo stok cewek udah abis lu pacarin, terus siapa yang bakal jadi pacar gw?" Bisik Ari pada Gustaf yang masih bisa terdengar suaranya olehku dan Edo.
"Tenang, Zizi juga masih jomblo tuh! Hahah!" Ucap Gustaf dengan tertawa yang seketika membuatku melayangkan pukulanku ke kepalanya itu!
"Sialan lu!" Sentak-ku pada Gustaf dan kembali memukulnya lagi.
Gustaf langsung diam seketika dari tawanya. Kemudian pukulan Ari juga menyusul mendarat di kepalanya juga, dan di akhiri dengan Edo yang ikut memukulnya dengan gemas!
*****
Hari ini cukup melelahkan, aku pulang ke rumah sudah lewat pukul tujuh malam. Cacing di dalam perutku juga sudah memberontak kelaparan sedari tadi, untung saja Edo berbaik hati mau mengantarkanku pulang sampai ke rumahku.
Aku berjalan tertatih memasuki pagar rumahku dengan mengusap-ngusap perutku, berharap cacing-cacing di dalam perutku bisa bersabar sebentar lagi. Dalam kepalaku saat ini hanya berisi makanan, makanan dan makanan.
"Kak Farid?" Aku sedikit kaget melihat Kak Farid yang sedang bermain catur dengan Papa di teras rumahku. 'Tumben banget Kak Farid ke rumahku tanpa memberitahu aku terlebih dahulu?'
Kak Farid terlihat serius sedang mencari strategi untuk melawan Papa sehingga dia mengabaikanku yang sudah berdiri di sebelahnya! Ya, Kak Farid kalau sedang bermain catur sama Papa, mereka berdua tak akan bisa ada yang mengganggu!
"Zizi pulang!" Ucapku lagi, mencoba mencari perhatian dari mereka berdua.
Papa dan Kak Farid hanya melirikku sekilas dan kembali berkonsentrasi pada permainan catur mereka! Sudahlah, lebih baik aku langsung mencari makanan sekarang!
"Assalam mu'alaikum.. Zizi pulang!" Teriakku ketika masuk ke dalam rumah. Terdengar suara Mama yang menyahut salamku dari arah dapur. Wah, aroma masakan Mama sudah tercium menusuk hidungku, membuat air liurku hampir saja menetes!
Aku mendapati Kak Anjas dan Okha yang sedang heboh bermain PS bola di ruangan tengah. Mereka berdua selalu saja ribut berdua saat sedang bermain PS seperti itu.
"Kak Anjas datang sama Kak Farid juga.." Ucapku yang kini berdiri tepat di belakangnya.
"Aaaaaaa! Kak Anjas curaaang!" Teriak Okha tiba-tiba yang sedikit membuatku kaget!
"Siapa yang curang? Okha kalo kalah, ya ngaku aja dong!" Balas Kak Anjas yang juga berteriak pada Okha. Ah, sebaiknya aku segera meninggalkan mereka dan membiarkan mereka melanjutkan pertengkarannya!
Aku langsung melangkahkan kakiku menuju dapur, kulihat Mama sedang memasak sesuatu.
Kucium pipi Mama dari samping dan langsung mencomot makanan yang berada di dekat Mama. Mama dengan sigap langsung menepis tanganku menjauh dari masakannya. Aku memberikan tatapan penuh iba pada Mama, berharap Mama mau berbaik hati membiarkanku mencicipi masakannya.
"Jorok ih anak Mama! Zizi kan baru aja pulang, salin baju atau mandi dulu sana pakai air hangat!" Protes Mama yang tak menggubrisku.
Aku langsung menuju kulkas dengan penuh kekecewaan, setidaknya aku harus minum terlebih dahulu dan berharap menemukan buah atau makanan lainnya di sana yang dapat mengganjal perutku yang kelaparan.
Aku menuangkan air kedalam gelas dengan lirih, berharap cacing di perutku akan berhenti berdemo di dalam sana!
Aku tersontak saat seseorang tiba-tiba merebut gelas berisikan air putih dari tanganku.
Deg!
Dia seperti tanpa dosa langsung meminum air di hadapanku yang sudah aku tuangkan ke gelas yang dia rebut dari tanganku, dan dia berlalu begitu saja meninggalkan aku yang masih mematung dengan mulut menganga!
"Irga udah bangun?" Ucap Mama pada dia yang mendekati Mama yang sedang memasak.
"Udah Tante. Heheh.. Maaf ya Tante, Irga baru sampai malah langsung tidur.."
"Gak apa-apa sayang, kamu kan pasti capek dari perjalanan jauh.."
"Biar Irga bantuin ya Tante.."
"Gak usah! Kamu mandi aja dulu, kamu juga belum mandi kan?"
"Heheh, ya udah Tante, Irga mandi dulu ya.."
Aku masih mematung di tempatku berdiri! Mendengarkan percakapan Mama dan dia yang terlihat seperti Kak Irga, atau memang dia Kak Irga? Mama tadi manggil dia 'Irga' kan? Atau aku lagi bermimpi sekarang?
Kucoba mencubit lenganku sendiri dengan kuat! "Auuw" desisku sendiri, ternyata sakit! Sepertinya ini bukan mimpi!
Aku mengikuti langkah Kak Irga yang berjalan melewatiku tanpa menoleh ke arahku, dia berjalan masuk ke dalam kamarku. Aku menoleh ke arah Okha dan Kak Anjas yang masih saja ribut! Aku hanya menghela nafasku dalam dan meneruskan lagi langkahku dan ikut masuk ke dalam kamarku, yang terlebih dahulu dimasuki Kak Irga.
Kak Irga dengan santai membuka kancing kemejanya satu persatu seolah aku tak ada di sana melihatnya, atau dia tak melihatku?!
Kudekati Kak Irga, aku berdiri tepat di hadapannya saat ini dengan dia yang bertelanjang dada. Kusilangkan kedua tanganku menatapnya dengan menyelidik!
Kak Irga yang melihatku seperti itu, langsung bertolak pinggang dan balik menatapku dengan tersenyum simpul dan menaik-naikan kedua alisnya, seolah dia menunggu reaksiku selanjutnya!
Oh Tuhan! Aku begitu merindukan makhluk ciptaan-MU satu ini!
"Kak Irga gak kangen aku?"
"Kakak tambah ganteng ya, Zii?" Kak Irga memegang dagunya memamerkan ketampanan wajahnya! Ah, aku ingin sekali mengecup pipinya itu!
"Kenapa Kak Irga gak pernah kasih kabar sama aku?"
"Kakak tambah seksi ya, Zii?" Kak Irga memamerkan otot yang membentuk tubuhnya dengan indah! Ah, aku sampai menelan ludah beberapa kali karena mencuri-curi pandang melihatnya!
"Kenapa Kak Irga gak pernah balas email aku? Bahkan inbox di Fb kakak juga diabaikan!" Aku sedikit berteriak kali ini, tepatnya menahan isakan tangisku yang sudah membendung di dadaku saat ini.
Kali ini Kak Irga tak berbicara apa-apa lagi, dia mengusap-ngusap lembut kepalaku dengan tangannya.
"Aku kangen.." Ucapku lirih dengan isakan yang sudah tak bisa aku bendung lagi!
Sedetik kemudian Kak Irga sudah membawaku kedalam pelukannya. Pelukan yang langsung membuatku menyentuh tubuhnya yang polos. Kak Irga mengusap-ngusap belakang kepalaku dan punggungku yang membuatku terlarut di dalam pelukannya.
Rasanya pelukan ini membayar sudah waktu satu setengah tahun lebih yang aku lewati untuk merindukannya dan memikirkannya. Sepertinya mulai besok aku akan kembali melihat warna jingga yang menghiasi senja.
"Maaf kak.." Ucapku lirih.
"Untuk?"
"Aku pikir, Kak Irga sudah lupa sama aku."
Kami terdiam lagi, dan masih berpelukan erat. Belum ada yang mencoba untuk melepaskan pelukan ini. Aku masih ingin berlama-lama seperti ini! Tak aku pedulikan cacing-cacing di perutku yang sudah berdemo besar-besaran!
"Zii.."
"Iya Kak.."
Kak Irga akhirnya melepaskan pelukan kami terlebih dahulu.
Kedua tangannya memegang sisi bahuku dan dia tersenyum seperti penuh arti menatapku.
"Mandi bareng yuk, Zii?"
*****
Kami semua duduk di meja makan menikmati makan malam yang sudah disiapkan Mama. Mama sedang menertawakan Papa, mendengar cerita Kak Farid yang dengan bangga menceritakan permainan caturnya yang belum bisa dikalahkan oleh Papa.
"Papa sengaja ngalah aja tuh, Ma.." Ucap Papa membela dirinya.
"Jangan sering-sering dong Om, sengaja ngalahnya." Sindir Kak Farid dengan senyuman manis, yang malah semakin membuat Mama terkekeh.
Di depanku duduk Kak Anjas dan Okha, yang masih membahas soal permainan mereka tadi.
"Abis makan kita main lagi ya, Kak?" Ajak Okha yang sepertinya belum bisa menerima kekalahannya.
"Males ah, kamu mah nanti pasti kalo kalah ngatain kakak curang lagi!" Ucap Kak Anjas yang terlihat masih kesal.
"Enggak kok! Beneran deh, Okha janji!" Ucap Okha meyakinkan.
"Hmm, awas aja kalo reseh lagi, Kak Anjas gak mau main sama Okha lagi!" Ancam Kak Anjas. Okha tersenyum menang. Entahlah sudah yang keberapa kali aku mendengar percakapan mereka berdua yang seperti itu, tapi selalu berakhir dengan keributan yang sama di akhir pemainan!
Kak Irga sendiri saat ini duduk tepat di sebelahku, kami berdua menikmati makan malam ini seolah hanya ada kami berdua di sini. Aku menikmati setiap hal yang dilakukan Kak Irga yang seperti sedang memanjakanku.
Sebenarnya banyak hal yang mau aku tanyakan pada Kak Irga, tetapi aku tak mau memikirkannya sekarang! Kami bisa membahasnya besok.
@Bun @ardavaa @alvin21 @moccaking @3ll0 @cute_inuyasha @balaka @Tsunami @raden_sujay @harya_kei @Different @muffle @AbdulFoo @kaka_el @Adamx @Unprince @kristal_air @d_cetya @lulu_75 @4ndh0 @Cyclone @Vanilla_IceCream
@Adityaa_okk @Tsu_no_YanYan @RenoF @arifinselalusial @Widy_WNata92 @Sicilienne @nakashima @Lonely_Guy @Adiie @BangBeki @Rifal_RMR @Adi_Suseno10 @rone @animan @Roynu @mbush @CurhatDetected @SteveAnggara @Anne @zeva_21 @abyyriza @meandmyself @ArDewa @aldino_13 @andi_andee @Rikadza
Untuk yang gak mau diseret di cerita aku selanjutnya bilang ya.. kecup :-*