It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
huhuhu
penasaran si adam tiba tiba minta tuleran pacar gituuu //penaaaran akut
@Bun @ardavaa @alvin21 @moccaking @3ll0 @cute_inuyasha @balaka @Tsunami @raden_sujay @harya_kei @Different @muffle @AbdulFoo @kaka_el @Adamx @Hon3y @kristal_air @d_cetya @lulu_75 @4ndh0 @Cyclone @Vanilla_IceCream
@Adityaa_okk @RenoF @arifinselalusial @Sicilienne @nakashima @Lonely_Guy @Adiie @BangBeki @Rifal_RMR @Adi_Suseno10 @rone @animan @Roynu @mbush @CurhatDetected @SteveAnggara @Anne @zeva_21 @abyyriza @meandmyself @aldino_13 @andi_andee @Rikadza @galaxy_meja @hendra_bastian @DM_0607 @ardi_yusman @Asu12345 @PeterWilll @Zimmy Zayn @Otho_WNata92 @Kibosuke @khieveihk @JNong @LostFaro @ @Bintang96 @dimasalf9 @Amir_tagung @_abdulrojak @haha_hihi12 @Ndraa @Pradipta24 @rzlwrdana @ArDewa.
Thanks udah baca, love u mumumu :x kecup :-*
Yang udah baca di sini, diharapkan baca juga dari Pov. Adam di "Don't" yah. :x
~Jingga Untuk Senja Part 2
"Enggak!!" Cetusku cepat.
'Tukeran pacar? Dasar Aneh!' Gumamku sendiri dalam hati.
"Hmm.. Yaudah, maaf ya!" Katanya seperti menyesali perkataannya.
"Jangan ditutup, Kak!" Cegahku saat aku merasa Kak Adam ingin mengakhiri panggilannya.
"....." Dia hanya diam seperti menungguku berbicara.
Dengan ragu, aku menceritakan padanya tentang masalahku dengan Kak Irga. Kak Adam tak banyak memberikan komentarnya.
Aku juga mengatakan padanya tentang ketakutanku kalau Kak Irga bisa saja semalam berselingkuh dengan Rasya. Ya, aku pikir itu hanya pikiran bodohku! Tapi, tetap saja aku khawatir tentang hal itu. Apa saja bisa terjadi bukan?
Kak Adam juga sedikit bercerita tentang pacarnya, tetapi dia sepertinya tak ingin membahasnya lebih lanjut. Setelah berbasa-basi sebentar, kami pun segera mengakhiri obrolan kami di pagi menuju siang hari ini.
Baru aku ingin segera mencari kontak Kak Irga, suara motornya sudah terdengar berhenti di depan rumah.
Aku segera menuju pintu, aku menyilangkan kedua tanganku berdiri tepat di balik pintu untuk menyambutnya! Ya, emosiku saat ini, sudah tak tertahankan ingin aku luapkan sekarang juga padanya!
"Kleek!" Kak Irga membuka pintu rumah, dan dia hanya diam melihatku dengan wajah yang sedikit berantakan! Sepertinya terlihat sekali Kak Irga tak tidur semalaman.
Apa yang dia lakukan semalaman?!
"Gak usah pulang aja sekalian!" Cetusku menyambut kedatangannya.
"Kamu udah makan?" Tanya Kak Irga datar tanpa mempedulikan cetusanku tadi. Dia hanya berlalu begitu saja melewatiku dan berjalan menuju dapur.
Dengan emosi yang memuncak, aku terus mengikuti langkahnya menuju dapur.
"Kakak pikir, apa aku bisa makan saat pacarnya berada di luar semalaman dan gak ada kabarnya?!" Cetusku lagi menaikan nada suaraku.
"Kamu yang mengabaikan telpon dan BBM dari Kakak, ingat?" Ucapnya lagi sambil membuka lemari dapur mengambil dua bungkus indomie goreng.
Aku langsung berjalan mendekatinya. Kak Irga sama sekali tak menoleh melihatku.
Apa dia sedang menyembunyikan sesuatu dariku?
"Ngapain aja Kakak semalam?"
"....." Kak Irga tak menjawabku, dia terus saja memasak indomie dan mengabaikanku!
Aaargghh! Emosiku semakin memuncak!
"KAKAAK!" Teriakku yang berdiri di dekatnya.
"Kita makan ini dulu aja ya." Ucapnya dengan datar melirikku sekilas.
"Kakak semalam ngapain aja sama Rasya?"
"Maksud kamu?" Tanya Kak Irga, kali ini dia menatapku tajam dan menghentikan kegiatannya.
"Gak usah pura-pura bego deh, Kak!" Ucapku menantang tatapannya.
"Gak usah bawa-bawa Rasya deh, Zii!" Kini Kak Irga mulai menaikan nada suaranya juga. Aku semakin emosi, karena Kak Irga sampai seperti itu membela Rasya!
"Oh gitu? Jadi segitunya kakak belain dia!"
"Belain apanya sih! Kakak cuma gak mau kamu bawa orang yang gak tahu apa-apa ke dalam amarah kamu yang tanpa alasan itu!"
"Tanpa alasan?! Pacarnya semalaman berada di luar tanpa kabar, dan baru pulang sekarang, itu tanpa alasan?"
"Kamu mikirnya apa sih, Zii?" Tanya Kak Irga menatapku tajam.
"KAKAK SELINGKUH!" Teriakku langsung memfonisnya!
"Ya Tuhaaaaan!" Kak Irga mengusap2 dengan kasar wajahnya dengan gemas.
Melihat Kak Irga yang sudah membawa-bawa nama Tuhan seperti itu, aku sepertinya tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Perasaanku menjadi gak enak, aku langsung menyesali ucapanku barusan padanya.
"Apa segitu hinanya Kakak di mata kamu, Zii?" Ucap Kak Irga menekan nada suaranya dan menatapku dengan wajah yang terlihat begitu kecewa. Matanya merah berkaca-kaca menahan emosinya.
Aku tersontak dengan ucapan Kak Irga tadi. Aku semakin merasa begitu bersalah. Aku terdiam dan menundukan kepalaku tak berani melihat wajahnya yang terlihat begitu kecewa padaku.
Kak Irga mematikan kompor gas, dia langsung berlalu pergi dari hadapanku. Kulirik sekilas, Kak Irga masuk kedalam kamar. Aku masih berdiri di tempatku, menahan gemetar.
Tak lama Kak Irga keluar kamar dengan sudah berganti pakaian. Dia berjalan cepat menuju pintu keluar tanpa menoleh lagi padaku.
"Brraaakk!!!" Suara bantingan pintu Kak Irga, langsung membuatku tersontak kaget.
Suara deru motornya terdengar begitu kencang berjalan menjauh dari rumah begitu cepat. Aku terjatuh tak bisa menahan tubuhku lagi yang sudah lemas.
"Maaf Kak.. Maaf Kak.." Ucapku berulang-ulang sambil terisak. Dadaku sakit sekali melihat Kak Irga yang menatapku seperti tadi.
Apa yang sudah aku lakukan pada Kak Irga?
Arrrgghh Zizi!
-
-
Dari tadi aku hanya duduk di sofa ruang tengah dengan terus memegang Ponsel-ku, berharap Kak Irga segera pulang atau sekedar menghubungiku.
Aku masih terus mencoba lagi dan lagi menghubungi nomor Kak Irga.
"Masih gak aktif.." Gumamku sendiri di tengah isakan-isakanku.
Sudah dua jam lebih, aku masih sesegukan setelah menangis selama itu. Kak Irga selalu pergi ke luar rumah saat kami sedang bertengkar, tapi tadi adalah yang terparah aku melihat Kak Irga marah sampai seperti itu.
Aku begitu merasa bersalah karena dengan tega menuduhnya tanpa bukti seperti itu!
Kak Irga juga sering cemburu padaku, tapi dia tak pernah mencurigaiku seperti aku mencurigainya. Aku memang sudah keterlaluan!
Kemana Kak Irga pergi?
Ah, sebaiknya aku menghubungi temannya satu-satu. Aku harus bertindak cepat sebelum ada sesuatu yang bisa mengubah pikiran Kak Irga. Kalau kata Edo dulu, saat-saat seperti ini virus apapun bisa dengan cepat merusak ke dalam pasangan yang sedang bertengkar.
Aku terus mondar-mandir mengelilingi rumah dengan sibuk menelpon teman Kak Irga satu persatu. Aku sudah seperti cacing kepanasan saat ini!
Rata-rata temannya mengatakan. 'Bukannya Irga udah pulang dari pagi, Zii?' atau 'Irganya gak ada loh Zii.'
Kak Irga. Huhuhu!
Kakak Dimanaaa? Cepat pulaaaaaaang!
"TING TONG!"
Suara bel rumahku langsung membuatku segera menghambur menuju pintu depan. Tapi sebelum membuka pintu aku kembali lemah!
Ya, yang jelas itu bukan Kak Irga! Karena Kak Irga gak mungkin menekan bel rumah seperti itu. Dia kan punya kunci rumah sendiri.
"Kleek!"
Deg!
"Rasya?" Ucapku sedikit kaget dengan sosoknya yang sudah berdiri di hadapanku. Ku berikan dia tatapan tajam.
'Mau apa sih dia kemari?' Tanya batinku.
Ini memang bukan yang pertama Rasya kemari, tapi rasanya terlalu aneh saja, kalau dia datang sekarang saat aku dan Kak Irga sedang bertengkar karenanya.
"Hay, Zii!" Sapanya tersenyum manis.
Astaga! Dia perempuan atau laki sih?! Wajahnya itu loh, mulus banget, gak ada bekas2 cukuran bulu di wajahnya. Kalau dia tersenyum seperti itu, orang juga pasti akan mengira kalau dia tuh perempuan!
"Tumben, Sya?" Balasku menyapanya menyeletuk.
Aaaaargh! Kok aku jutek banget yah! Tapi aku gak bisa menyembunyikan rasa gak suka ku ke dia!
Rasya lagi dan lagi memberikan senyumnya padaku. Apa dia gak sadar ya, kalau sekarang dia lagi aku jutekin?!
Kalau dia terus memberikan senyumnya seperti itu, gimana aku mau lanjutin aksi jutekku ke dia coba?
Karena merasa tak enak, aku pun segera menawarinya untuk duduk di bangku depan teras rumah. Sebenarnya, aku mau suruh dia berdiri aja, tapi aku gak tega!
"Mau minum apa?" Tanyaku menawarinya.
"Gak usah, Zii! Gak lama kok aku di sini." Jelas Rasya, dan dia langsung mengambil sesuatu dari tasnya dan diletakannya di atas meja.
"Hp Kak Irga?" Ujarku melihat benda yang diletakan Rasya, yang ternyata ponsel milik Kak Irga. "Kok bisa ada di kamu?" Tanyaku curiga.
"Ini semalam Irga kehilangan Hp-nya, tenyata jatuh di bawah meja makan rumah Bima." Jelas Rasya memberitahu.
"Kak Irga kehilangan Hp-nya semalam?" Tanyaku lagi untuk meyakinkan. Aku mulai merubah nada bicaraku pada Rasya.
"Iya, Hp-nya cuma digetar, makanya waktu dicariin semalam gak ketemu. Dan tadi waktu aku temuin, Hp-nya udah mati." Jelas Rasya memberitahuku.
'Pantas Kak Irga gak menghubungi aku semalaman.' Gumamku dalam hati.
"Irga semalaman gak bisa tidur, dia gelisah nyariin Hp-nya takut kamu menghubungi dia, dan buat kamu khawatir kalau dia gak bisa dihubungi." Lanjut Rasya menjelaskan lagi.
Astagaaaa!! Jadi itu alasan Kak Irga gak menghubungiku lagi semalaman dan nomornya gak aktif?
Kali ini aku benar-benar tercekat! Aku merasa bodoh! Merasa jahat dan super tega!
Rasanya saat ini aku ingin sekali menjentus-jentuskan kepalaku ke tembok!
Hiks! Kak Irga.. Ma-aaaf..
"Zizi, kamu gak apa-apa kan?" Tanya Rasya kemudian melihatku dengan khawatir.
Melihat Rasya yang seperti itu, rasa bersalahku semakin bertambah! Selama ini aku sudah jutekin dia, sudah berpikiran buruk tentang dia, tapi Rasya selalu baik padaku.
"Enggak kok!" Jawabku berbohong. Aku sedikit gugup tak bisa melihat ke arahnya.
"Irga tuh sering banget loh nyeritain tentang kamu, Zii. Kalo anak-anak ngajakin hang out sampai malam, dia pasti udah sewot mau pulang. Katanya, 'kasian Zizi nunggu gw di rumah. Kasian Zizi pasti belum makan. Kasian Zizi sendirian.' Heheh." Jelas Rasya bercerita seolah aku lah orang yang begitu penting dan spesial. Rasya pasti sudah curiga kalau saat ini aku habis bertengkar dengan Kak Irga! Tapi Rasya mungkin tak ingin menyinggungnya karena gak enak denganku!
Seketika itu juga aku langsung terisak. Dadaku terasa sesak karena sudah menuduh mereka berdua yang macam-macam.
"Maafin aku ya, Sya?" Ucapku menahan isakan.
"Kamu emang salah apa?" Tanya Rasya dengan polos. Apa dia gak sadar sama sikapku yang gak bersahabat padanya?
Aku udah gak peduli bagaimana Rasya melihatku saat ini. Aku cuma mau membuang rasa bersalah yang menyesakan dadaku!
Ya, bagaimana aku bisa mencurigai dan mencemburui orang sebaik dan setulus Rasya?
Rasya diam sebentar, lalu dia tersenyum kecil. "Sebenarnya kalau semalam kamu ikut, aku juga mau kenalin kamu sama pacarku."
"Kamu sudah punya pacar?" Tanyaku sedikit kaget.
Rasya hanya mengangguk dan tersenyum malu-malu.
"Aaaaaaa.. Pukul aku sekarang, Sya! Pukul akuuu!" Aku berteriak memegang tangan Rasya untuk memukul kepalaku yang bodoh ini!
"Sakit atuh, Zii!" Seru Rasya sambil mencoba menahan tawanya.
Rasya mencoba menenangkanku. Aku tahu saat ini isi kepalanya penuh dengan pertanyaan. Tapi, mungkin Rasya memilih untuk menghiburku dan menenangkanku, dari pada harus bertanya yang macam-macam padaku.
"Kamu udah makan, Zii?" Tanya Rasya setelah aku lebih tenang sekarang.
Aku hanya menggeleng pelan menjawabnya. Mana mungkin aku kepikiran buat makan di saat seperti ini?
Rasya terlihat mengeluarkan sesuatu dari dalam tas ranselnya. "Tupperware?" Tanyaku heran melihat tupperware, kotak nasi yang dia berikan.
Apa maksudnya?
"Ini bekal aku, tapi sepertinya kamu lebih butuh deh. Nanti aku bisa beli nasi bungkus di jalan." Jelas Rasya yang masih membuatku bingung.
Mataku kembali berkaca-kaca, ingin sekali aku memeluknya saat ini. Tapi gengsi kan yah!
"Kamu bawa bekal beginian mau kemana? Kamu kuliah juga minggu?" Tanyaku berbasa-basi.
Rasya menggeleng pelan sambil tersenyum. "Aku kerja sampingan."
"Kerja?" Sontakku sedikit kaget. Aku baru tahu kalau Rasya bekerja.
Rasya mengangguk lagi. "Iya kerja di mini market dekat kampus."
Hah, mini market? Aku meneliti tubuhnya yang kurus itu. Aku tak berpikir dia seorang pekerja keras seperti itu. Sebenarnya sih aku jadi kepo, pingin nanya lebih lagi, tapi kan gak sopan yah!
"Ya udah Zii, aku jalan dulu ya. Udah mau telat aku." Pamitnya dengan tersenyum.
Ya ampun, ini orang senyumnya murah banget sih!
"Ada pin BBM gak?" Tanyaku kemudian. Tiba-tiba timbul saat ini rasa untukku bisa berteman lebih dekat lagi dengan Rasya.
"Gak ada Zii, Hp aku mah jadul. Heheh."
"Ya udah deh, nomor Hp-nya yah?" Pintaku lagi. Rasya langsung memberikan nomornya dan kemudian dia pamit karena harus bekerja di hari minggu yang seharusnya menjadi hari libur.
Aku membuka tupperware berisikan nasi goreng plus telur dadar yang terlihat sangat menggiurkan.
Hiks, aku teringat Kak Irga lagi. Biasanya Kak Irga yang membuatkan nasi goreng seperti ini untukku.
Kak Irga. Cepat pulaaaaaaang!
-
-
'Apa segitu rendahnya Kakak di mata kamu, Zii?'
Kata-kata Kak Irga itu terus berputar di kepalaku. Aku benar-benar merutuki diriku sendiri saat ini. Bagaimana aku bisa mencurigai Kak Irga tanpa bukti begitu dengan orang sebaik Rasya.
"Zii bego! Tolol! Bodoh!" Aku menjitak-jitak kepalaku sendiri dengan gemas.
Sore ini aku duduk di atas genteng rumah sendirian melihat senja. Sudah beberapa minggu aku tak melihat senja seperti ini, dan saat ini aku melihatnya sendiri tanpa Kak Irga.
Aku bersalah pada senja, karena aku sering melupakannya saat aku sedang bahagia. Tapi, aku selalu datang padanya saat aku sedang sedih. Dan senja selalu setia untuk menemaniku seperti ini walaupun aku sering melupakannya.
Warna jingga begitu indah menghibur dan menenangkan hatiku saat ini. Kegelisahan dan kekhawatiranku sedikit memudar melihat langit senja saat ini.
Ah, mulai sekarang aku tak akan lagi melewati untuk melihat senja!
Aku jadi teringat Kak Adam. Aku lalu mengetik pesan BBM padanya.
"Kak Adam. Apa Kakak suka dengan langit senja?" Send!
Tidak menunggu lama Kak Adam membalas pesanku. "Suka."
Aku langsung mengambil photo pemandangan senja yang sedang ku lihat saat ini. Aku mengirimkan photo itu pada Kak Adam.
Aku hanya ingin memberitahunya, kalau aku memiliki teman yang selalu setia padaku, yaitu senja.
Setelah mengirim photo senja pada Kak Adam, aku kembali menikmati pemandangan senja, berharap saat ini Kak Irga juga sedang melihat senja yang sama. Aku ingin senja menyampaikan maafku padanya.
"Maafin Zizi, Kak.. Zizi cinta Kak Irga.." Bisikku pelan pada senja, dan berharap juga senja menyampaikan itu padanya.
-
-
Tidak lama aku masuk ke dalam rumah, ada dua pesan dari Kak Adam di BBM-ku. Salah satunya mengatakan kalau dia ingin video call denganku. Aku langsung memberikan ID skype milikku padanya.
Ya, aku pikir, aku juga butuh teman curhat saat ini. Siapa tahu Kak Adam yang lebih berpengalaman dariku, bisa memberikan sarannya untukku.
Aku langsung menyambungkan Smartphon-ku pada TV di ruang tengah. Setelah selesai men-setting-nya, aku tinggal sebentar untuk sholat Magrib.
Setelah sholat, aku kembali ke ruang tengah. Karena sepertinya belum tersambung, aku tinggal lagi sebentar ke dapur untuk minum.
"Hay, Zii!" Suara dari arah TV langsung mengalihkan pandanganku, lalu aku fokus untuk melihatnya.
"Oh.. Hay, Kak Adam. Dan..?" Kata-kataku terputus karena heran melihat saat ini yang sedang skype-an bukan cuma Kak Adam seorang, tapi empat orang!
"I'm Sasha." Ucap seorang perempuan yang aku perkirakan seumuran dengan Kak Adam, memperkenalkan dirinya.
"Gue Caca." Sahut seorang perempuan lagi dengan tersenyum lebar, yang duduk di sampingnya.
Keningku berkerut tak mengerti dengan maksud Kak Adam yang membawa teman-temannya seperti ini!
"Hai cantik.." Tambah seorang lelaki yang dengan genitnya melambai-lambaikan tangannya.
What? Cantik?
"Aku pikir, yang mau skype-an itu kakak sendirian tadi!" Protesku langsung menanggapi gerombolan orang di balik layar sana.
Kak Adam langsung menjelaskan dan memperkenalkan teman-temannya padaku. Dua perempuan itu Sasha dan Caca adalah seorang fujoshi, sementara Yoga yang tadi bilang aku cantik, adalah seorang gay, sama denganku.
Aku sudah menduganya sih dari pertama melihatnya tadi!
Sebenarnya aku ragu melanjutkan skype-an dengan mereka semua. Tapi, sepertinya mereka semua orang baik dan juga menyenangkan. Aku sedikit merasa terhibur dengan mereka.
Mataku yang sembab menjadi perhatian mereka. Mereka terus membujukku untuk bercerita. Sebenarnya aku ragu untuk menceritakan masalahku dengan Kak Irga pada mereka semua. Tapi entah mengapa bujukan dua perempuan fujoshi, Kak Caca dan Kak Sasha, mampu membuatku akhirnya bercerita pada mereka.
"Irga lagi kecapean mungkin, Zi. Kan tahu sendiri semaleman gak pulang." Kak Caca memberi komentarnya. Aku mencoba tersenyum menanggapi komentarnya.
"You don't have to be so sad. We always by your side." ujar Kak Sasha.
"Makasih kak Sasha." Balasku masih mencoba tersenyum.
"Tapi masa sih dek, kalian segitu banget marahannya?" Tanya Kak Caca yang langsung memudarkan senyumku. Aku kembali teringat ekspresi kecewa dari wajah Kak Irga tadi.
"Wajar kali Ca." Sahut Kak Yoga. "Zizi menuntut perhatian Irga karena pacarnya udah mulai sibuk dengan dunianya sendiri. Mana pakai nuduh-nuduh yang aneh aneh. Ya iyalah Irga marah!"
Aku hanya terdiam membenarkan analisisnya.
"Oh, Jadi lo nyalahin Zizi?!" Suara Kak Caca meninggi.
"Loh? Siapa yang nyalahin Zizi?" Protes Kak Yoga.
"Secara eksplisit emang gitu!" Kak Adam menambahi.
Kak Caca mencubit pinggang Kak Yoga dan membuatnya meringis kesakitan. "Lo bener bener ya, Ga!"
Aku sedikit tersenyum melihat sikap orang-orang di balik layar itu.
"So, Irga leave you by yourself in your home?"
Aku hanya mengangguk menjawab pertanyaan Kak Sasha. "Aku udah enggak tau lagi harus kayak gimana. Kak Irga keliatan marah banget." Keluhku.
Kak Adam terlihat menghela nafasnya berat.
"Apa mungkin Irga udah gak sayang lagi sama kamu, dek?" Ujar Kak Caca.
"Enggak mungkiiiin!" Jawabku sedikit berteriak.
Aaaaaaarrggh! Memikirkan hal itu hampir membuatku gilaaa!
"Nah sekarang lo malah ngomong yang enggak-enggak, Ca!" Celetuk Kak Yoga pada Kak Sasha.
"Se-enggaknya gue enggak nuduh Zizi!" Balas Kak Caca tegas.
"Caca, Don't say such a thing!"
Aku masih sedikit bingung memperhatikan mereka semua.
"I got an idea!"
"Ide?" Kami semua langsung melihat ke Kak Sasha.
"Yeah. Kenapa kalian enggak mencoba untuk tukar tempat?" Jelas Kak Sasha lagi.
"Haahh?" Kami semua serempak mengernyit.
Akhirnya dengan sedikit perdebatan, kami semua menyetujui ide gila itu! Aku dan Kak Adam sepakat untuk bertukar tempat selama satu hari untuk bisa mengubah pasangan kami masing-masing agar lebih bisa mengerti kami. Aku sendiri dan Kak Adam juga ingin tahu bagaimana nanti bila kami jauh dari pasangan kami dan tinggal bersama orang lain.
Kak Adam menggantikan aku bersama Kak Irga, dan aku menggantikan Kak Adam bersama Kak Koi. Yah! Ternyata pacar Kak Adam itu seorang artis! Lumayan juga sih bisa bersama artis selama satu hari. Hihi
-
-
Di sinilah aku sekarang. Di kota Harapan tempat Kak Adam dan pacarnya tinggal. Tidak sulit menemukan Kak Yoga dan Kak Sasha yang mejemputku. Kak Sasha juga membawa serta anak lelakinya yang lucu, yang baru berusia 5 bulan. Kak Caca sendiri katanya tak bisa ikut menjemput karena ada keperluan.
Aku sudah meminta tolong pada Rasya untuk menjemput Kak Adam. Rasya tadinya sedikit takut untuk membantuku, tapi karena aku yang terus memohon padanya, jadi dia tidak bisa menolakku.
"Cantik, udah makan belum?" Tanya Kak Yoga yang sedang menyetir, dia melirikku dengan genit lewat kaca spion.
"Sekali lagi Kakak bilang aku cantik, aku lempar nih pakai sepatu!" Sentakku mengancam.
"Hahah! Marahin aja dia, Zii!" Celetuk Kak Sasha tertawa.
"Dia sama Adam sama aja yah! Sukanya main kasar!" Kak Yoga berkomentar.
"Abis lo juga sih! Gak bisa liat yang bening-bening! Hahah!" Kak Sasha menimpali.
"Kak, si dede-nya boleh aku pangku gak?" Pintaku pada Kak Sasha. Ya, dari tadi aku sudah menahan gemas melihat anak Kak Sasha yang lucu.
"Boleh dong, Zii." Kak Sasha langsung memberikan anaknya padaku.
"Kakak, kalau keluar selalu bawa anaknya yah?" Tanyaku lagi.
"Iya dong, Zii. Jaman sekarang tau sendiri lah kasus babysister di berita. Gak tega deh rasanya kalau ninggalin anak ke babysister, sementara Mama-nya malah lagi asik senang-senang." Jelas Kak Sasha.
Wah, aku kagum dengan Kak Sasha. Aku yakin kalau dia gak membawa anaknya, pasti orang masih berpikir, kalau Kak Sasha masih gadis. Bisa terlihat dari bentuk tubuhnya yang terjaga.
"Zii, Irga tuh hot gak?"
"Pletak!" Aku langsung memukul kepala Kak Yoga dengan mainan yang sedang di pegang anaknya Kak Sasha.
"Auuww!" Teriak Kak Yoga kesakitan. Kak Sasha hanya tertawa melihat kami. "Si Adam nemu nih anak dimana sih?!" Dengus Kak Yoga kesal. Kak Sasha masih terus menertawakannya. Hahah!
Rasain! Cuma aku yang boleh ber-imajinasi tentang Kak Irga!
-
-
Kak Sasha dan Kak Yoga tadi mengajakku ke sebuah resto untuk makan siang. Aku sih karena gratis dan emang karena lapar juga semalam belum makan, jadi aku memesan banyak makanan. Kak Yoga dan Kak Sasha terlihat takjub melihatku yang bisa menghabiskan begitu banyak makanan.
"Zii, makanan tadi masuknya ke perut kamu kan?" Tanya Kak Yoga. Kini kami sedang berada di lift untuk menuju apartemen Kak Adam.
"Heheh!" Jawabku cengengesan sambil mengusap-ngusap perutku yang kekenyangan.
"Gak nyangka ya Zii, badan kamu kecil gini, tapi makannya segitu banyak. Heheh." Komentar Kak Sasha sambil terkekeh.
Aku tiba-tiba jadi sedih, aku teringat Kak Irga yang sering mengatakan itu padaku.
"Zii, kamu gak apa-apa?" Tanya Kak Sasha yang pasti sudah melihat mataku yang berkaca-kaca.
Aku hanya menggeleng pelan, menahan tangis.
"Zii.." Panggil Kak Sasha lagi. Kali ini air mataku akhirnya terjatuh juga.
Aku kangen Kak Irga. Kak Irga pasti mengkhawatirkan aku nanti kalau aku gak ada di rumah.
"Kak Adam bisa dipercaya kan?" Tanyaku kemudian.
"Enggak bisa!" Jawab Kak Yoga dan Kak Sasha serempak.
-
-
Setelah mengantarku ke apartemen Kak Adam. Kak Sasha dan Kak Yoga juga ikut menemani aku sebentar untuk beradaptasi di apartemennya.
Apartemen Kak Adam terlihat serba putih dan coklat. Ya, gak begitu jauh dari apartemen-apartemen yang lainnya.
"Kamu bawa apa aja, Zii? Ini ransel kamu penuh banget. Kayak bocah mau ngebolang.Hahah" Ujar Kak Yoga tertawa sambil memeriksa isi dalam tasku.
Aku hanya membiarkannya dan coba berkeliling apartemen untuk melihat-lihat. Aku melirik sebuah piano, 'itu mungkin punya Kak Adam', pikirku.
Ada sebuah bingkai photo yang memajang photo Kak Adam dan Kak Koi. Kak Koi terlihat artis sekali, dan Kak Adam terlihat badboy sekali.
Ah! Aku jadi ingat Kak Irga kan! Hiks.. Aku benar-benar kangen Kak Irga!
"Zii, kita pulang dulu ya. Kalau ada apa-apa kamu punya nomor Kakak kan?" Ujar Kak Sasha berpamitan.
"Yaaa, nanti dong Kak! Aku takut nih." Pintaku.
"Gak ada setannya kok di sini." Ledek Kak Yoga.
"Bukan gitu, aku takut ketemu Kak Koi. Kata Kak Yoga tadi kan dia jutek banget." Aku melirik photo Kak Koi dan Kak Adam yang terletak di atas pianonya.
"Tenang aja, kalau Koi gigit kamu, kamu balas gigit aja! Heheh!" Celutuk Kak Sasha.
"Mau dong digigit." Kak Yoga tersenyum mesum. Aku langsung memberikan tatapan mematikan padanya yang langung membuatnya diam.
"Dah Zizi!" Pamit Kak Sasha mencium pipiku. Aku juga membalas ciumannya dengan mencium anaknya. Heheh.
Kak Yoga tiba-tiba mendekat ingin mencium pipiku juga, tapi seketika itu juga aku mundur kebelakang. Dan..
Deg!
Aku menambrak seseorang yang berada di belakangku. Orang itu..
"Ada apa ini?" Tanya orang itu menatapku tajam.
"Koi!" Ucap Kak Sasha dan Kak Yoga serempak.
"Hay.. Aku Zizi!" Ucapku memperkenalkan diri setelah bisa mengendalikan keterkejutanku tadi.
aahhh ziziiiii pengen gue sumpel mulutnya pake sabit
ah ga sabar dah buat minggu dpn xD