BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Cinta Warna Jingga (Lanjut cerpen di page.36)

15961636465

Comments

  • @alvin_21 haha emang lucu. aku baca sedikit pnya abub kmrin yg buat part 3, gak berenti ngakak aku :))

    @Asu12345 hoho iya ini kan vuma bonus chapter. Weeheh

    @Roynu Hihi kita lihat aja orang mesum ketemu orang mesum.. wkwkwk

    @LostFaro Hihi Zizi paling neken ludah doang ngeliatin koi nanti.Hahah

    @amir_tagung oke doke :)

    @Fery_aditya up setiap mlm sabtu :)
  • aku baru baca cerita ini, langsung dari awal smpai akhir update.
    ceritanya bagus... :)

    tp khusus utk update yg terakhir bnyk yg aku skip, bkn gmna2 tp agak kurang semangat bacanya ;)

    tp tetep semangat ya lanjut ceritanya
  • Lanjuttt!!!!!
  • kasian zizi pasti dicuekin. ataaau zizi buat koi sadar begitupun adam yg buat kak irga sadar.
  • fujho ada dimna2 . haha
  • @andyanz makasih banget buat apresiasinya :) di tunggu ya chapter selanjutnya :)

    @balaka hoho yg jelas part 3 penuh kejutan rifan :)

    cuplikan "Kak Irgaaa tolong zizi mau diperkosaaaa!!"

    @Adiie haha iya bener :D
  • ah pdhl berharap bgt klo ni bakal panjang wkwkwk.. xD
  • @Asu12345 emang ga panjang sih. tapi bakal banyak kejutan. wuahahaha
  • whaaat!!! itu kenapa??? kok bisa???
  • ayo lanjt lg mba fujho . hahaha
  • Ayoo mbak rika lanjutkan tinta emas mu....hehe
  • edited April 2015
    Jingga Untuk Senja Part 3


    "Jadi Zizi tuh ponakan dari sepupu Mama-nya Adam." Jelas Kak Sasha tegas.

    "Lu gimana sih, Sha! Tadi kan gw bilang, Zizi ponakan dari sepupu Papa-nya Adam!" Kak Yoga mendesis memberi tahu.

    "Oh iya, lupa! Heheh! Abisnya sepupu dari Papa-nya Adam kan nikah sama sepupu dari Mama-nya Adam. Dan sepupunya tuh punya sepupu lagi yang punya ponakan si Zizi ini." Jelas Kak Sasha lagi.

    "Lu gimana sih, Sha? Ribet lu jelasinnya! Koi gak akan ngerti!"

    "Lu sih bego makanya gak akan nyambung! Koi kan pinter!"

    Lalu terjadilah perdebatan dan keributan tak berujung di antara Kak Yoga dan Kak Sasha tentang penjelasan identitasku. Mereka berdua saat ini duduk menghimpitku, dan saling berteriak di telinga kanan dan telinga kiriku.

    Aku sendiri hanya menundukan kepalaku sambil melitir-lintir memainkan ujung kaos yang ku kenakan. Kalau saja saat ini gak ada Kak Koi yang sedang menatapku tajam sambil menyilangkan kedua tangannya seperti ingin menelanku hidup-hidup, aku sudah pasti menyingkirkan Kak Sasha dan Kak Yoga yang sedang memekik di telingakku saat ini!

    "STOP!"

    Aku tersontak kaget mendengar sentakan Kak Koi yang menghentikan perdebatan, lebih tepatnya keributan antara Kak Sasha dan Kak Yoga. Aku sendiri sangat ketakutan saat ini dan masih tak berani walaupun sekedar melirik untuk melihat ekspresinya sekarang. Kak Yoga dan Kak Sasha pun kini sudah diam, tak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka lagi. Hanya suara dari baby Kak Sasha yang mulai menangis. Mungkin baby Kak Sasha juga ketakutan dengan suasana yang horor saat ini.

    "Keluar semua sekarang!" Perintah Kak Koi dengan memperhalus nada suaranya namun tetap terdengar dingin.

    Aku masih menunduk ketakutan mengikuti langkah Kak Yoga dan Kak Sasha yang berjalan menuju pintu keluar.

    "Trilililit!" Pintu tertutup.

    Kami bertiga ditambah baby Kak Sasha seperti baru tersadar dari hipnotis Kak Koi. Sudah terhitung 5 detik, kami masih berdiri mematung menghadap pintu apartemen-nya.

    "Kok kamu ikut keluar, Zii?" Tanya Kak Sasha menyadarkan.

    Aku menatap Kak Sasha dengan pandangan penuh iba berharap dia bisa menolongku dari mahkluk di dalam sana.

    "Tidur di rumah Kak Yoga aja, Zii." Bisik Kak Yoga pelan di telingaku.

    Dengan segera Kak Sasha menarik Kak Yoga menjauh dariku.
    "Semoga selamat ya, Zii. Bye!" Pamit Kak Sasha dengan mengedipkan matanya, lalu berjalan cepat membawa baby-nya dan Kak Yoga berjalan ke arah Lift.

    "Kak ikuuutt!" Pintaku memelas. Tapi mereka berdua hanya memberikan ekspresi kasihan padaku, dan lalu menghilang memasuki pintu lift yang terbuka.

    "Good luck!" Itu kata terakhir mereka yang aku dengar. Huft mampuslah aku!

    Aku masih mengatur nafasku. Aku bingung harus bagaimana, apa yang harus aku lakukan sekarang?

    Seperti anak hilang, aku masih menimbang-nimbang untuk membuka pintu apartemen, tapi tiba-tiba...

    "Trilililit!"

    Deg!

    Aku tersontak kaget saat pintu apartemen terbuka dari dalam.

    "Masuk!" Seru Kak Koi dengan tersenyum manis kali ini?

    Aneh!

    -
    -

    Wajah dingin yang menatapku tajam tadi, tiba-tiba berubah menjadi sangat manis. Saat Kak Koi menyuruhku masuk lagi tadi, dia langsung menyuruhku mandi. Nada suaranya berubah menjadi sangat manis. Beda banget dengan pertama kali bertemu tadi. Benar-benar aneh!

    Ya, aku gak bisa menampik pesonanya, yang.. Hmmmm...

    Hust! Hust! Sadar Zizi! Sadar!

    Oke, aku akui, Kak Koi lebih menarik aslinya dari pada melihatnya di balik layar TV atau di dalam sebuah majalah. Ya, wajar saja sih, dia kan artis! Wajahnya itu kinclong banget, mungkin nyamuk pun akan terpeleset kalau tak beruntung hinggap di wajahnya!

    Di dalam kamar mandi aku masih memikirkan untuk apa yang harus aku lakukan di sini, atau apa yang harus aku bahas nanti untuk mengajaknya mengobrol. Aku kan harus menyusun rencana untuk tugasku di sini menggantikan Kak Adam.

    Saat aku keluar dari kamar mandi, aku melihat Kak Koi sudah terbaring tak berdaya di atas ranjangnya. Aku sama sekali tak menduga, Kak Koi sudah terlelap di dalam mimpinya!

    Aku dianggurin? Huft!

    Tapi, kasihan juga sih melihat wajahnya yang terlihat lelah begitu. Pasti sutradara sudah menghisap darahnya habis-habisan, sampai Kak Adam kehabisan tak bisa menghisapnya lagi.

    Aku terkekeh sendiri memikirkan itu. Ya, Kak Adam sudah menceritakan pengalaman bercinta mereka padaku. Aku harus belajar banyak darinya, agar Kak Irga tak mencari orang lain lagi!

    -
    -

    Aku baru mau masuk ke dalam dari balkon apartement-nya setelah melihat senja. Kak Adam sudah memberi kabar padaku kalau dia sudah bertemu dengan Kak Irga, dan semoga saja rencana kami untuk menyadarkan pacar masing-masing bisa berhasil. Aku galau menahan kangen sama Kak Irga. Hiks!

    Tadi Kak Irga sempat menelponku, tapi gak lebih dari satu menit! Dia cuma menanyakan aku dimana, dan lalu mengingatkan aku jangan lupa makan. Udah gitu doang?

    Biasanya Kak Irga akan seperti orang kebakaran jenggot kalau aku pergi jauh seperti ini, apa lagi di tempat yang asing bagiku. Tapi kok sepertinya Kak Irga santai saja ya, sama sekali gak khawatir! Apa karena sekarang ada Kak Adam ya?

    Arrrrggghh!!! Enggak boleeeh!!!

    "Kenapa cemberut?" Aku menoleh ke pemilik suara. Ternyata Kak Koi sudah bangun dan sepertinya dia baru saja selesai mandi.

    Maafin Zizi KaK Irga, kalau sekarang Zizi lagi cuci mata menikmati keindahan mahkluk di hadapan Zizi saat ini. Huhuhu.

    "Aku mau sholat dulu." Pamitku cepat dan langsung berlalu dari hadapan Kak Koi. Bisa khilaf nanti kalau lama-lama cuci matanya kan yah!

    "Tunggu, Zii!" Suara Kak Koi langsung menghentikan langkah kakiku.

    Aku langsung berbalik melihatnya. Lalu tiba-tiba aku tersontak saat Kak Koi merangkulkan tangannya di bahuku dengan tersenyum penuh arti.

    "Kita photo dulu." Ujarnya tersenyum sambil mengeluarkan Hp-nya dan tanpa aba-aba langsung mengambil gambar kami.

    What The?? Dasar aneh!! Huft ilfeel!!

    -
    -

    Kak Koi memesan makanan siap saji untuk makan malam kami. Saat aku tanya kenapa gak masak saja, Kak Koi menjawab dengan santai, kalau aku mau, disuruh masak sendiri, dia capek mau istirahat. Huft! Aku kan gak bisa masaaaak!

    Pantesan Kak Adam kesal banget banget banget! Ngapain pulang kalau cuma untuk tidur doang coba!

    Aku masih di depan TV mengganti-ganti chanel dengan sinetron-sinetron yang gak jelas banget menurut aku. Aku masih menunggu balasan BBM dari Kak Adam, kenapa belum balas sih?!

    Aku melotot, rasanya bola mataku hampir saja keluar saat ini! Saat ku lihat DP BBM Kak Irga diganti! DP yang sebelumnya memasang photo kami berdua, kini berganti dengan Photo selfie Kak Irga dengan Kak Adam!

    Arrgghh! Kezel Kezel Kezel!!!!

    "Zii, kalau mau tidur, lampu dimatikan semua yah! Koi mau tidur duluan." Ucap Kak Koi berjalan melewatiku. Sepertinya dia habis mencuci wajahnya yang kinclong itu! Aku kasihan dengan nasib lalat dan nyamuk-nyamuk yang akan keseleo karena terpeleset di wajahnya itu.

    "Aku tidur dimana?" Tanyaku kemudian. Gak mungkin kan aku tidur sekamar sama dia. Kalau aku diperkosa nanti, siapa yang mau tanggung jawab coba?

    Kak Koi terlihat berpikir sebentar. "Kamu boleh tidur di dalam sama Koi, kalau kamu mau." Ucapnya tersenyum menggoda (?) sebelum masuk ke dalam kamarnya.

    Tuh kan benar! "Aku tidur di ruang tamu aja!" Teriakku. Enak saja, mendingan aku tidur di ruang tamu deh! Hanya Kak Irga yang boleh menyentuhku!

    "Terserah!" Jawab Kak Koi cepat yang juga berteriak dari dalam kamar.

    Kok gak maksa nyuruh aku tidur bareng sih?! Huhuhu.

    Aku langsung membuka BBM-ku saat mendapatkan sebuah pesan. Huft, akhirnya Kak Adam membalas BBM-ku juga.

    "Bareng Koi, yah? Gimana? Gue lagi tidur nih bareng Irga."

    Whatt?!

    Tidur bareng Kak Irga?

    Aku langsung terlonjak dari posisi sandaranku di sofa. Aku gemas memandangi isi BBM-nya!

    *Khayalan Zizi*

    Adam beringsut ke atas tubuh Irga dengan hanya memakai handuk yang terlilit di pinggangnya.

    Irga mengelus-ngelus bokong Adam sambil mereka berciuman dengan liar. Kemudian Irga menarik handuk Adam dan menyingkirkan handuk itu sehingga bagian tengah Adam sudah terekspos tanpa ada penghalang lagi.

    Irga membalik tubuh Adam sehingga posisi sekarang terbalik, Irga yang menindih tubuh Adam. Dan..

    *Khayalan Zizi berakhir*

    "ARRRGGHH!!! GILA!! GILA!! GILA!!"

    Aku berteriak kencang. Aku gak kuat melanjutkan imajinasi-ku! Bisa kena serangan jantung mendadak langsung yang ada akunya!!

    Aku meremas-remas ponsel-ku seolah aku sedang meremas-remas mereka menjadi perkedel! Awas saja kalau mereka macam-macam!!

    "Kenapa, Zii?" Teriak Kak Koi dari dalam kamar. Mungkin saja dia tersontak mendengar teriakanku barusan.

    Dengan langkah cepat aku langsung memasuki kamar Kak Koi. Ku lihat Kak Koi sedikit bangun dari berbaringnya saat melihatku membuka pintu kamar dan dia menatapku dengan heran. Aku berhenti tepat selangkah setelah masuk ke dalam kamar. Aku bingung apa yang ingin aku lakukan.

    "Mau ambil bantal?" Tanya Kak Koi dengan santai.

    Aku tak menjawabnya dan malah berjalan mendekati ranjangnya. Aku menelusup dari bawah ranjangnya memasuki selimut tebalnya.

    "Gak jadi tidur di luar?" Tanya Kak Koi terdengar menahan tawanya. Aku masih diam. Ku sembunyikan diriku di dalam selimut yang tebal itu.

    Yah, aku tetap berjaga-jaga untuk apa yang akan terjadi. Paling tidak aku harus melindungi diriku dengan membungkusnya di dalam selimut.

    Ku rasakan selimut yang membungkus sampai ujung kepalaku ditarik dengan kuat. Aku mencoba menahan selimut, tetapi ternyata tenaga Kak Koi jauh lebih besar dariku, sehingga selimut dapat ditarik sampai berada di bawah kepalaku.

    "Kamu takut Koi apa-apain ya?" Kak Koi tersenyum jahil. Aku hanya mengembungkan pipiku menyadari dia bisa membaca apa yang ada di isi kepalaku.

    "Udah tidur sana!" Ucap Kak Koi kemudian. Dia mengusap kepalaku cepat sebelum dia berbalik dan memunggungiku.

    Ah, aku kangen Kak Irga. Hiks!

    Ku buka Ponselku, kulihat ada beberapa BBM, tetapi aku hanya membuka salah satu pesan masuk dari Kak Irga.

    "Nice dream, Zizi-nya Irga."

    Aku hanya tersenyum kecil, sebelum aku akhirnya terlelap juga menyusul Kak Koi yang sudah terlebih dahulu berada di dalam mimpi.

    -
    -

    Nafas seseorang terasa hangat di wajahku. Ku coba menggerakan tanganku yang sedang memeluk tubuh seseorang.

    'Kak Irga.' Ucap batinku.

    Aku masih memejamkan mataku, ku gerakan tanganku menuju wajahnya. Kuraba perlahan wajahnya yang sepertinya sedang berhadapan dengan wajahku.

    Ku raba rahangnya, hidungnya, perlahan turun sampai ke bibirnya. Keningku berkerut. Ini bukan wajah Kak Irga!

    Ku buka mataku perlahan.

    Deg!

    "Aaaaaaaaaaaaaaaaa!" Aku berteriak dan langsung terlonjak bangun dari posisi baringku.

    "Kenapa Kamu?" Tanya Kak Koi terlonjak heran yang bangun karena teriakanku.

    "Kak Irga mana?"

    "Irga?" Ucap Kak Koi dengan intonasi tanya heran menatapku dengan matanya yang masih terlihat mengantuk.

    "A.. E.. Itu.. Maksud ak_"

    "Udah, Koi mau tidur lagi. Jangan berisik!" Putus Kak Koi, dan lalu dia kembali lagi berbaring dan tidur membelakangiku.

    Huft! Hampir saja!

    Aku pun langsung beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi untuk pipis, cuci muka dan mengambil wudhu. Ya, tadi ku lihat jam sudah menunjukan pukul setengah 6 pagi.

    Setelah melaksanakan ibadah pagi, aku langsung pergi mandi sebelum Kak Koi terbangun. Rasanya risih saja kalau aku mandi saat ada orang lain dengan sadar berada dalam satu rumah.

    Sudah hampir jam 8, Kak Koi belum juga terbangun. Perutku sudah keroncongan sedari tadi! Aku juga sudah mondar mandir keluar masuk kamar untuk membangunkannya, tapi aku gak berani!

    Ku lirik piano yang berada di ruang tengah. Lampu di otakku mulai menyala bertanda aku mendapatkan satu ide.

    Ku dekati piano itu, lalu aku duduk di kursi piano. Aku bingung bagaimana memainkannya. Tapi, aku kan bukan berniat untuk memainkannya. Heheh!

    Dengan lincah jari-jariku bermain di atas tuts-tuts piano tak beraturan sehingga menimbulkan bunyi yang sangat memekikan telinga. Aku khilaf! Semakin lama permainanku semakin tak beraturan, tetapi aku menikmatinya. Sampai...

    Terlihat sosok di depanku sedang menatapku tajam, seolah ingin menerkamku dan mencabik-cabik tubuhku. Seketika aku langsung menghentikan jari-jariku yang sedikit gemetar. Aku menciut!

    "Udah bangun?" Tanyaku tersenyum kaku. Ya udahlah Zi, kalau belum gak mungkin makhluk yang udah diganggu tidurnya, berdiri di depan sana!

    "Koi mau mandi dulu." Ucapnya kemudian dengan merubah ekspresi wajahnya tak seseram tadi.

    Huft! Selamat!

    -
    -

    "Cuma telur rebus?" Tanyaku menekan nada suaraku saat Kak Koi menyodorkan dua butir telur rebus dan segelas susu.

    "Sama susu." Tambahnya.

    "Gak ada yang lain? Misalnya nasi goreng, sup, omlet_"

    "Kamu bisa bikin sendiri kalau kamu mau." Potong Kak Koi dengan mengupas kulit telurnya.

    Aku mendesis kesal. Kalau Kak Irga pasti sudah membuatkan aku sesuatu yang lebih bisa mengenyangkan perut.

    "Koi bukan pacar kamu." Ucap Kak Koi seperti bisa membaca pikiranku.

    Aku mengembungkan pipiku lagi menanggapinya. Kok dia selalu bisa membaca pikiranku sih? "Kakak profesinya selain jadi artis, apaan?"

    "Model." Jawabnya cepat.

    "Oh, kirain dukun. Heheh!" Ucapku terkekeh meledeknya.

    Kak Koi melotot. Aku langsung diam dengan gugup.

    "Ini juga lumayan." Ucapku memaksakan senyumku dan mengupas juga kulit telur. Dengan cepat aku melahap dua butir telur rebus itu. Kuraaaaang!

    "Kamu lucu juga yah." Ucap Kak Koi tersenyum nakal memperhatikanku.

    Apa maksudnya?

    Setelah sarapan, aku langsung membantu untuk mencuci piring di dapur. Saat aku mencuci piring, ku dengar Kak Koi sedang memainkan piano dengan irama yang begitu indah. Aku menikmatinya, sambil menggoyangkan kepalaku dan memainkan menepuk-nepuk telapak kakiku ke lantai mengikuti irama.

    Setelah selesai mencuci piring, aku langsung berjalan menghampiri Kak Koi yang masih memainkan piano. Kak Koi kemudian mengajariku sedikit bagaimana cara bermain piano yang benar. Ternyata gak semudah melihatnya. Ribet!

    "Kak, mau kemana?" Tanyaku saat melihat Kak Koi yang sedang bersiap-siap ingin pergi.

    "Shooting."

    "Ikut." Pintaku cepat. Selain karena aku gak mau ditinggal sendirian di sini, aku juga ingin tahu bagaimana Kak Koi shooting yang menguras tenaga dan waktunya itu.

    "Tapi Koi mau shooting di hutan." Jelas Kak Koi.

    "Mau ke hutan, ke pantai, ke gunung, ke jurang, pokoknya aku ikut!" Aku merengek.

    Kak Koi hanya memutar kedua bola matanya menanggapi sikapku. "Cepat kalau mau ikut!"

    Senyumku langsung mengembang tanda kemenangan. Yes!

    -
    -

    Ternyata Kak Koi benar-benar shooting di hutan. Aku pikir tadi, yang dimaksud Kak Koi tuh hutan-hutanan, gak tahunya memang hutan benaran! Ya, Iyalah memang ada hutan-hutanan!

    Kak Koi sudah dua jam lebih memulai shooting-nya. Aku sendiri masih sibuk dengan nyamuk-nyamuk yang berebutan minta tanda tangan dengan ku dari tadi (baca: digigitin nyamuk). Bosan, bete, kesal, berkecamuk menjadi satu. Mendingan nemanin Kak Irga latihan atau tanding basket kalau begini.

    "Adeknya Koi yah?" Tanya seorang perempuan cantik berambut panjang. Tenang dia bukan kuntilanak kok! Kakinya nginjek tanah!

    Aku hanya mengangguk dan memperhatikan wajahnya yang tidak asing. Ya, dia salah satu artis juga yang menjadi lawan main Kak Koi.

    "Tapi Kok gak mirip yah?" Dia tersenyum penuh arti menelitiku dari ujung kaki sampai ujung rambutnya.

    Ya, Iyalah gak mirip! Kita lain Mama, lain Papa!

    Risih diperhatikan begitu, lampu di otakku menyala kembali. "Mbak, di belakang mbak, ada perempuan rambut panjang lagi melototin Mbak." Bisikku pelan dengan memberikan ekspresi serius.

    "Kamu punya indigo?" Ujarnya dengan wajah cemas. Aku mengangguk meyakininya.

    "TITIN! TITIN!" Teriaknya keras memanggil seseorang, yang mungkin saja asisten-nya. Lalu dia langsung berlalu cepat dariku dengan ketakutan. Hahah! Rasain!

    "Aaaa!"

    Aku tersontak kaget saat seseorang berambut keriwil-keriwil bertubuh hitam dan pakaian serba hitam tiba-tiba berdiri tepat di sebelahku.

    "Ada yang manggil saya?" Tanyanya menatapku kosong? Dia manusia bukan sih?!

    "Titin?" Tanyaku kemudian sedikit takut.

    Dia hanya mengangguk pelan sambil tetap menatapku dengan pandangan kosong.

    Gila! Dia ternyata manusia? Kok lebih menyeramkan dan horor dari pada hantu sih!

    "Dicariin tuh!" Ucapku menunjuk ke arah perempuan tadi pergi. Si Titin lalu berjalan lurus mengikuti arah yang aku tunjuk. Hiiii aku merindiiiiing!

    -
    -

    Tadi makan siang di sini bareng kru dan Kak Koi dengan sekotak nasi. Sudah berjam-jam berlalu, waktu sudah menunjukan pukul 5 sore. Malah Ponsel-ku gak ada sinyal lagi! Huhuhu!

    Gimana mau menghubungi Kak Irga dan Kak Adam? Mereka lagi ngapain yah? Pasti lagi senang-senang deh! Gak seperti aku yang terperangkap di dalam hutan seperti ini! Hiks.

    Lebih baik nonton Kak Koi shooting aja deh. Aku heran kok Kak Koi gak selesai-selesai shootingnya. Bukannya tadi Kak Koi bilang pas makan siang, dia sebentar lagi bisa pulang duluan? Tapi, ini sudah hampir 4 jam dari waktu makan siang, kok shooting-nya gak beres-beres sih?!

    Ku perhatikan sutradara sedang mengambil adegan Kak Koi yang melompat dari atas pohon. Kasian Kak Koi harus mengulang adegan itu berulang-ulang lebih dari sepuluh kali! Padahal ku lihat tadi akting Kak Koi sudah bagus kok! Pantas saja Kak Koi gak pernah punya waktu dan tenaganya seperti terkuras habis kalau sudah di rumah, ternyata sutradaranya benar-benar gak punya hati nurani!

    Kesal dengan sutradara yang wajahnya menyeramkan dan tak punya perasaan seperti itu, aku langsung mengambil dua botol aqua kosong.

    Ku masukan dua botol aqua kosong itu ke kantong celanaku. Kemudian aku memanjat pohon terdekat yang strategis untuk melancarkan aksiku!

    Setelah berada di atas pohon, dan yakin kalau tak ada yang bisa melihatku di atas sini. Aku mengeker tepat di kepala sutradara yang setengah botak itu.

    "Ah tepat!" Gumamku sendiri.

    1
    2
    3

    "Pletukk! Pletukk!" Kedua botol itu dengan cepat menghantam kepala botak sang sutradara.

    "Yes! Berhasil!" Gumamku lagi.

    "SIAPA ITU!" Teriak sang sutradara sambil meringis mengelus-ngelus kepalanya yang botak di tengah.

    Orang-orang langsung ribut mencari-cari orang yang menimpuk sang sutradara. Aku terkekeh tanpa suara melihat keributan di bawah sana.

    Upsstt!

    Kak Koi melihatku!

    "Tuh tadi ada yang lari ke sana!" Seru Kak Koi mengarahkan telunjuknya jauh dariku.

    Semua orang langsung mengalihkan pandangannya ke arah yang Kak Koi tunjuk. Saat mereka semua sibuk dengan itu, Kak Koi memberi isyarat padaku untuk segera turun. Aku pun nurut dan langsung turun dari pohon dengan cepat.

    Kak Koi menghampiriku dengan menatapku tajam. Aku menundukan kepalaku.

    "Tak!"

    Aku meringis kesakitan saat Kak Koi menyentil keningku dengan kuat.

    -
    -

    Sudah pukul 9 malam saat kami berdua kembali sampai ke apartemen. Tadi di jalan kami mampir ke sebuah resto untuk makan malam.

    Kak Koi hanya diam saja dari tadi, sepertinya dia masih marah karena aku mengganggu shooting mereka.

    "Kak, tadi aku begitu karena kesel sama sutradara yang gak punya perasaan itu!" Jelasku akhirnya.

    "Mandi sana!" Seru Kak Koi tanpa menanggapiku.

    Aku tak ingin berdebat dengannya, sehingga aku pun nurut dan langsung masuk ke dalam kamar mandi.

    Tapi kemudian aku keluar lagi saat aku teringat kalau aku belum membawa handuk dan pakaian gantiku.

    Deg!

    Aku langsung menelan ludahku saat melihat Kak Koi yang sudah bertelanjang dada dan hanya memakai pakaian dalamnya. Tubuhnya sungguh terpahat dengan sempurna.

    "Kenapa lagi?" Tanya Kak Koi menaikan sebelah alisnya menatapku yang sedang terhipnotis dengan keindahan tubuhnya saat ini.

    Ingat Irga Zii!

    "Hmm.. Mau ambil salin." Ucapku gugup dan langsung mengalihkan pandanganku pada tas ranselku dan langsung mengubek-ngubek isinya mencari pakaianku.

    Dari sudut mataku, aku bisa melihat Kak Koi perlahan berjalan mendekatiku. Jantungku berdebar-debar ketakutan. Entah apa yang aku takutkan saat ini!

    Setelah menemukan apa yang aku inginkan, aku langsung berlalu dengan cepat menuju kamar mandi. Lalu dengan segera aku menutup pintu kamar mandi, tapi...

    "BRAAKK!"

    Deg!

    Aku terlonjak kaget saat Kak Koi dengan kuat memaksa membuka dan mendorong pintu kamar mandi yang baru hampir terkunci olehku.

    Debaran jantungku semakin mengencang tak beraturan. Aku ketakutan melihat Kak Koi berdiri di hadapanku dengan hanya memakai pakaian dalamnya dan tersenyum mesum melihatku.

    Oh Tuhan! Apa maunya?

    Aku memundurkan tubuhku perlahan saat Kak Koi juga melangkah maju semakin mendekatiku.

    Aku tak bisa bergerak lagi saat tubuhku tertahan oleh dinding kamar mandi.

    Kak Koi semakin mendekatiku dan tubuhnya nyaris menempel tubuhku. Tangannya menahan sisi dinding agar aku tak bisa melarikan diri darinya.

    Kepalaku kini berada tepat di bahunya. Aku ketakutan dan gemetar. Aku memejamkan mataku kuat menahan takut saat wajah Kak Koi semakin mendekati wajahku.

    "Kak Irga tolong Ziziiii! Zizi mau diperkosaaaaaa!!"
  • Pertamax lanjut
Sign In or Register to comment.