Sudah tidak terhitung dengan jari ketika aku bertemu dengan binan dan mereka menggunakan nama palsunya. Kebiasaan ini telah mendarah daging dan latah dilakukan di dalam komunitas. Fenomena ini cukup membingungkan karena kadang binan-binan ini memiliki nama berbeda-beda di dalam setiap komunitasnya. Misal di dalam komunitas A dia menyebut dirinya Jose, di komunitas B dia menyebut namanya Joseph. Eh ternyata nama sebenarnya adalah Joko. Ada dua alasan yang mendasari perilaku tersebut yaitu privasi dan prestise.
Gay masih menjadi hal yang sangat tabu dan cenderung sangat buruk di mata masyarakat.. Di Indonesia menjadi seorang gay memang penuh dengan perjuangan dan keberanian. Banyak pertaruhan yang menjadi resiko jika dia membuka diri secara terbuka atau ketahuan sebagai seorang gay. Dari diusir dari keluarga, dikucilkan dari teman hingga disebut sebagai populasi kunci penyebaran HIV AIDS di alam semesta (*eh). Jelas seorang Binan yang tidak tahu apa-apa (belum mlethek) harus berhati-hati ketika membuka orientasi seksualnya, walau itu dilakukannya kepada komunitas binan sendiri. Dia yang galau setengah mati karena terus bertanya kenapa dia menyukai laki-laki dan merasa sendiri karena belum menemukan kawan-kawan senasib. Sementara birahi terus saja menggeliat ketika melihat laki-laki yang begitu menggoda, halusinogen yang tidak ada obatnya. Kasihan memang! (baca: dilematis)
Hal tersebut tidak bisa dikatakan sebagai suatu hal yang wajar menurutku. Menggunakan nama palsu adalah salah satu bentuk penipuan (tetap) apapun dalihnya. Pertemanan atau hanya sekedar one night stand tetap harus didasari oleh kejujuran. Jika dari pertemuan pertama saja binan-binan sudah terbiasa dengan menggunakan kamuflase atau tipu-tipu, bisa jadi kebiasaan itu akan menciptakan kebohongan-kebohongan yang lebih besar.
Menjaga rahasia mengenai orientasi seksual kita adalah suatu hal yang penting tetapi menggunakan nama palsu bukan sebuah solusi yang cerdas. Kenapa kita tidak berusaha untuk berbicara terbuka mengenai sikap kehati-hatian kita kepada binan yang ingin kita temui atau kenal. Kesampingkan dulu obrolan nakal kita tentang label (Top, Vers, Bot) dan keinginan kita untuk mengajak seorang binan ke dalam ranjang. Gunakan percakapan awal (baik secara offline atau online) untuk saling memahami satu sama lain. Toh hal itu banyak manfaatnya, karena kita jadi lebih mengenal siapa binan yang kita hadapi, betul nggak? Menjaga rahasia dengan pemahaman kondisi adalah cara yang jauh lebih baik dan elegan menurutku. Positive thinking saja dengan stranger, toh kita bisa kaplok balik kalo dia macam-macam dan mulai drama.
Alasan kedua dari penggunaan nama palsu adalah soal prestise. Sampai hari ini alasan seperti ini tidak pernah bisa dilogikakan. Ada apa dengan nama asli? Bukankah ada doa dan pemberian dari setiap nama yang disematkan oleh orang tua kita kepada kita? Binan semacam ini sepertinya tercebak dalam penjara imagologi yang esensinya tidak bermutu. Mereka-mereka yang memicingkan nama asli dan memakai nama barunya yang dikira keren sebenarnya terjebak dengan apa yang disebut sebagai jebakan gaya hidup. Nama hanyalah sampul saja, sedangkan isi otak dan karakter diri jauh-jauh lebih dihargai dari sebuah pertemanan.
Baiklah! Setiap orang memang memiliki hak untuk memilih namanya masing-masing. Tetapi jika alasannya hanyalah soal keren dan pantas agar diterima oleh komunitas, itu SALAH BESAR! Secara tidak langsung mereka telah mengorbankan diri mereka pada setan-setan kapitalisme yang mewujud pada budaya pop yang menjerat secara kasat mata. Lagi-lagi sesuatu yang tidak logis dan banal.
Tidak ada kata terlambat untuk memulai cara hidup yang lebih baik, dimulai dengan menggunakan nama asli kita. Secara tidak langsung kita berani untuk hidup secara jujur dan menciptakan komunitas kita yang terbuka dan tidak tipu-tipu. Binan mana sih yang mau hidup di komunitas yang serba palsu. Jika punya otak, tentu kalian akan memilih sebuah komunitas yang terbuka, jujur dan membangun. Sekali lagi, kejujuran adalah dasar dari pertemanan. It is a must!
Comments
oiy cuman nickname...
sepakat sama pendapatnya rasdidin. tetapi sedikit kebohongan di awal pertemanan nampaknya perlu untuk melakukan seleksi terhadap calon teman kita. imho & cmiiw.
Semua tergantung dari individualnya masing-masing sih, mungkin mereka punya asalan kenapa harus / terpaksa memalsukan nama sampai identitasnya juga. Kalau emang orang itu mengenalkan nama sampai identitas palsu, dan mengada-ada segalanya jadi kebohongan, kayak orang miskin tapi ngakunya orang kaya, itu sih keterlaluan.
Tetapi... Bisa jadi, bukan ingin terlihat keren, tapi biar orang mudah mengingat nama (palsu)nya. Malahan ada kok, orang yang 'meng-udikkan' namanya biar mudah diingat. Contoh si Joko yang memalsukan namanya. Joko itu cowok yang seksi, biar mudah diingat orang, sengaja dia ubah jadi Jose. Yang menurut singkatannya adalah, Joko Seksi. Mungkin begitu alasan si Joko ngubah namanya hahaha.
Untungnya, setiap kenalan dengan orang baru, saya selalu pake nama asli, bukan dengan nama Joe Taslim. Huh, ada benernya juga, satu kebohongan yang kita buat, pasti ada kebohongan lain yang nyerembet. Semoga gak masalah lah ya, di dunia maya pake nama unik atau palsu, yang penting pas ketemu pake nama dan muka asli wkwkwk;)