It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
“Ya udah yuk pergi” ajak Ret si kakakku yang paling tua itu.
“Yok” sambut aku dan Mano si nomor dua di tiga bersaudara ini.
Sesampainya di mini market, entah kenapa ‘cover’ dari mini market ini terlihat begitu sempit dan kecil namun setelah masuk ke dalamnya, aku berasa seperti di super market yang menyediakan hampir segala jenis barang.
“Kalian beli apa? Kalau ngga salah yang saku kita total satu juta tujuh ratusan kan yah?” tanyaku pada mereka.
“Hmmm” keduanya hanya membalas dengan suara datar itu seraya mereka berjalan sendiri-sendiri melihat-lihat apa yang ada.
Sudah biasa aku dengan hal ini, aku juga kemudian melakukan hal yang sama seperti mereka. Entah kenapa yang ada pikiranku adalah membeli snack tiga buah, satu berukuran sedang, satu berukuran kecil, satu lagi yang bisa sekali lahap habis. Aku melihat-lihat, ada sekitar dua tiga kali aku melewati tempat yang sama menimbang-nimbang apa yang akan kubeli, antara keripik dan kue. Setelah sekitar satu putaran mengelilingi area yang sama lagi, aku kemudian mengambil kue sebagai snackku, dan seperti bayanganku, aku mengambil jenis sesuai yang kuiinginkan, tiga snack dengan ukuran berbeda. Sesekali aku berpapasan dengan mano, tapi aku tidak memperdulikan apa yang dia beli, dan ketika di kasir, dia sudah berada di sana ternyata. Kudengar petugas kasir menyebutkan jumlah yang harus mano bayar, dan aku sedikit terkaget mendengar bahwa harga yang harus dia bayar sampai lima ratus ribu! Aku terheran penasaran apa yang dia beli, namun aku tidak bisa melihatnya jelas dan ditambah lagi setelah dia mendengar harga itu dia langsung mengembalikan barang yang semula dia akan beli. Ketika hendak melewatiku, dia memberitahuku bahwa ternyata si Ret sudah memakai semua uang kita, satu juta tujuh ratus rupiah itu! Kutaruh barang yang sudah kuambil tadi ke meja kasir dan membayar dengan uang yang sisa, pas-pasan memang.. aku sendiri masih terkaget atas tindakan ret ketika aku hendak membayar di kasir. Setelah kami pulang, tiba di rumah, kudapati mamaku duduk di atas kursi di ruang tengah dan menangis. Aku langsung mendekat padanya dan bertanya, kenapa dia menangis.. dia hanya menjawab bahwa dia kira kami bertiga anak-anaknya pergi meninggalkan dia, begitu dia jawab seperti itu langsung kudekap tubuhnya dan memeluknya erat-erat.
Sekarang pemandanganku berubah, hanya terlihat atap kamarku yang berwarna putih.. ternyata aku bermimpi.. walau mimpi, aku masih tetap bisa merasakannya dengan jelas di kepalaku, aku merasa sangat tersentuh setiap melihat mamaku. Kubuka handphoneku dan mengirimkan sms pada mamaku berisi bahwa aku tidak apa-apa dan bagaimana kabarnya sekarang. Kuletakkan handphoneku dan kembali memejamkan mata. “Andai..”
Bisa kulihat mamaku duduk sendirian membaca koran di depan toko, itulah hal yang biasa dia lakukan sambil menunggu adanya pembeli yang mampir ke toko, sesekali dia menonton TV yang nyala di hadapannya. Kuberanikan diri dan mendekat padanya
“Ma, aku mau ngomong nih” kataku padanya
“Ngomong apa? Tinggal ngomong aja tah” sahutnya.
“Aku mau ngomong sesuatu tapi mamah harus janji dulu, jangan kasih tau ke yang lain, pokoknya bener-bener ngga boleh dikasi tau siapa-siapa.” Sekarang dia melihat ke arahku dan mimic mukanya menjadi serius
“Ngomong apa?”
“Em… Aku ngga bisa kayak yang mama harapin selama ini, aku punya orientasi seksual yang beda disbanding orang biasanya ma” Bisa kulihat raut wajahnya menegang dan kaget. Aku yakin sekarang dia sedang mencoba mengerti setiap perkataan yang kukeluarkan barusan, tapi kemudian dia mencoba kembali tenang.
“Sebenernya pen, mama udah tau lama.”
“Hah? Kok bisa?” potongku
“Iya, dari cara kamu bersikap, ya gimana ya.. susah jelasin.. tapi mama tau udah lama”
“Trus mama ngga pernah nanyin ke aku?”
“Ngga, mama kan ya tau kalo kamu juga masih cari jati diri tah. Emang sih, mama kecewa sama prihatin anak mama kaya gini, tapi ya udahlah.. mama pengen kamu seneng, justru mama khawatir banget sama kamu sama koko-kokomu.. apalagi sama pergaulanmu” Aku langsung memeluk erat mamaku, aku merasa sangat bahagia punya orang tua seperti dia. “Makasih ma, aku janji pasti bakal bikin mama bangga”
“Iya, nanti kalo kamu udah di Jakarta lagi, jaga diri baik-baik ya, jaga kesehatan. Mama selalu ingetin kan supaya kamu juga tetep ngelakoni”
“Iya ma ”
Aku masih ingat jelas, beberapa bulan lalu aku bercakap-cakap dengan mama seperti itu. Dan sekarang, betapa aku tidak sabar ingin bertemu dia lagi setelah enam bulan lamanya aku di Jakarta akhirnya pulang kampung haha.. Apalagi, sekarang aku membawa sedikit ‘surprise’ untunya haha.. Setelah pecakapanku yang lama itu, aku masih ingat, setiap malam beliau menelponku menanyakan kabar dan menggodaku, “Kapan kamu punya pacar? Kalo ada yang kamu suka cerita-cerita toh sama mama”, hahaha.. di satu sisi aku senang karena mamaku menerimaku, tapi di satu sisi malu juga karena digoda seperti itu haha..
Sengaja aku tidak memberitahu mamaku atas kepulanganku hari ini, aku berharap dia bahagia ketika melihatku pulang dengan sedikit ‘surprise’. Sekarang aku sudah tiba di depan tokoku, kulihat Cuma papaku yang ada di sana sedang menonton TV, aku menyambutnya dengan senyum lebar
“Halo pa, aku pulang”
“We.. anak papa pulang.. kok ngga ngabari mau pulang?”
“Haha iya pa sesekali gapapa kan kejutin orang tua.. Mama mana pa?”
“Itu di dalem kok, itu sapa nak?” dia menunjuk ke seseorang yang berdiri di sebelahku, dia membalas papaku dengan senyum yang membuatku bisa menyimpulkan bahwa dia sedang malu berhadapan dengan orang tuaku haha..
“Oh, nanti aku jelasin pa.. aku masuk dulu yah”
“Ya udah, istirahat dulu sana”
“Oke… yuk” sambil aku mengajak seseorang yang bersamaku itu, dia hanya mengangguk setuju.
Kulihat mamaku sedang duduk di atas sofa di ruang tengah sambil membaca koran. Hatiku sebenarnya sudah berdebar sejak aku masuk ke rumah, tapi raut wajah orang yang disebelahku tenang-tenang saja, terkadang aku heran padanya kenapa bisa setenang itu..
“Udah siap?”
“Sip, justru aku Tanya ke kamu, kamu udah siap belum? Kamu yang malah keliat gugup setengah mati itu haha” aku hanya merespon dengan mimic kesal padanya, dan dia tertawa kecil.
“Mama! Aku pulang” Sapaku dengan bersemangat ketika menghampirinya, dapat kulihat ekspresi mukanya sangat terkejut atas kehadiranku.
“Eh, kok ngga ngabar-ngabarin toh. Aduh.. anak mama ni..” aku menghampirinya dan memeluknya, kemudian bisa kurasakan dia melirik ke arah lain.
“Halo tante” sapa J_aya
“Eh, kamu temennya pepen? Siapa namamu? Tumben-tumben pepen bawa temen”
“J_aya tan, hehe..”
“Ma, sebenernya dia itu.. “ kataku pada mama
“dia kenapa?”
“Pacarnya tante” jawab J_aya singkat sebelum aku sempat menjawabnya. Mamaku langsung melirik ke J_aya dengan ekspresi muka yang keheranan, beberapa detik setelahnya dia langsung tersadar kembali
“Owalah.. pepen kok ya ngga pernah cerita ke mama lho kalo udah punya pacar, padahal kan mama udah sering tanyain..” ketika aku hendak menjawab, langsung dipotong J_aya
“ malu tuh tan, aku juga udah sering bilang ke dia kok, cerita aja ke tante.. tapi katanya mau dibuat surprise kayak gini. Padahal aku tau kok tan, dia malu aja mau ngomong ke tante haha”
“Sssttt.. jangan bilang-bilang haha” candaku menanggapi. Dalam beberapa menit suasana terasa sangat hangat di ruang itu, hingga mamaku mulai bertanya ke J_aya dengan nada serius.
“Ya, kamu udah kenal pepen berapa lama”
“Ehm.. sekitar tiga bulan sih tan, kenapa?”
“Oh.. engga.. kamu sendiri sama pepen nyaman ngga?” Aku mulai merasa tidak enak mendengar percakapan ini, aku memberikan kode ke J_aya untuk stop pembicaraan dan mengalihkan pembicaraan atau mungkin pergi.. tapi dia malah menanggapi mamaku lagi
“Nyaman kok tan, justru aku ngerasa dia yang terbaik buat aku..” bisa kurasakan mukaku memerah sekarang..
“Oh.. serius? Haha” sedikit gurau mamaku menanggapinya
“Banget tan”
“hm.. gini sih ya, tante mau bilang ke kamu.. tante mau titipin pepen ke kamu.. karena toh tante ngga mungkin bisa jagain anak kesayangan tante terus kan, nah tante pengen kamu sama pepen bisa saling jaga.” Deg.. Pandanganku langsung mengarah ke mamaku, apa artinya mama mengatakan ini? Kulihat raut muka J_aya juga kaget atas perkataan mamaku. Dia menghela nafasnya sekali kemudian berkata
“Iya ma, aku pasti jagain pepen kok. Aku juga udah mantap hati kalau dia bakal jadi yang terakhir buatku. Mungkin baru tiga bulan sih, tapi aku udah bisa ngerasain ada sesuatu yang memang menghubungkan kami. Jadi mama juga tenang aja, ngga perlu khawatir.” Deg.. aku benar-benar tidak menyangka J_aya mengatakan itu pada mamaku.. aku yang merasa campur aduk di dalam, kemudian memeluk erat mamaku.
“He em, bagus nak.. makasih ya..” setelah dia berkata seperti itu pada J_aya, dia membalas pelukanku dan berkata padaku “Pen, mama ngga kenapa-kenapa kok, mama udah lebih tenang aja soalnya kamu udah dewasa sekarang, Cuma mama khawatir aja soalnya kamu paling kecil, mama paling khawatir sama kamu.. nanti kamu juga bisa kok main-main ke sini lagi, tapi mama pesen juga sama kamu.. kamu juga harus bisa jaga dan bahagiain J_aya.. kamu harus bisa jadi ‘orang’ ya..”
“Iya ma, aku selalu dengerin nasehatnya mama kok. Janji aku pasti lakui itu.” Bisa kurasakan tangan J_aya memegang bahuku, dia berusaha menyemangatiku..
*Kringgggggg*.. *Kriingggggggg*.. sekarang pandanganku gelap, sangat gelap.. mataku terasa sangat berat bahkan aku tidak ingin membuka mataku sekarang.. tapi alarm hpku ini memaksaku untuk bangkit dari alam bawah sadar.. Oke alarm! Aku sudah bangun! >_<’’
judulnya saya buat 'fantasi' karena memang saya berkhayal belaka sih.. ._.
Si tokoh ini hidupnya penuh khayal )
Tapi gila ya itu fantasi! bisa ngalor-ngidul dr satu fantasi ke fantasi lain, kayak obrolan ibu-ibu yg lagi kumpul2, dr ngomongin A sampe tau2 omongannya udah sampe ke Z~ *analogimacamapaini!
Yosh lanjut^^)/
gkpp Pen..
lanjut...
dari segala macam fantasimu...
setidaknya ada yang bakal jadi kenyataan...
teori propability...
hahaha...
ga mungkin kan.. seumur hidup kita gagal terus...
kalau gagal dan gak pernah berhasil...
ga mungkin ada lampu yang bisa nyala sekarang ini...
hahaha
berimajinasi sebanyak2nya ajaaaa
walau dari 1000, yang jadi nyata cuma 100...
kan ya lumayannn
mencoba segala kemungkinan dalam hidup....