It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ayahku seorang Petani Tambak (khusus untuk Ikan Bandeng dan Udang). Sedangkan kakakku masih kelas 3 SMA, aku sendiri masih kelas dua SMP.
Aku hidup dikampung Nelayan, disebuah desa diperbatasangan Kota Semarang dan Pekalongan. Ini adalah kisahku saat aku beranjak remaja.
Umumnya, aku adalah anak biasa seperti halnya anak2 lainnya. Yg setiap pagi pergi sekolah, dan bermain dgn teman2 sebaya setiap habis pulang sekolah. Sama sekali tak ada yg salah denganku, hingga beberapa orang merubah pandanganku tentang semuanya...
Sama sekali ku tak menyalahkan mereka, hanya saja memang aku menganggap bahwa inilah aku, dan... Aku menyukainya.
Semua ini berawal dari hari itu. Sabtu, kuhanya mengingat harinya, tanggal dan bulan apa ku tak mengingatnya. Saat itu aku habis pulang sekolah.
'Buuukk...' teriakku masuk kedalam rumah.
Tak ada jawaban, sepertinya beliau tengah keluar. Ibuku Seorang pedagang, disebelah rumah kami terdapat warung yg biasa belau gunakan untuk menjual Sate, Ikan Pindang, Ikan Bakar, Dan Soto.. Sebenarnya dengan Penghasilan dari Bapak saja, sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kami, hanya saja Ibu' memang Istri yg berbeda, ia tak bisa menganggur sehari saja, beliau pernah bilang 'Lebih baik memiliki uang sendiri, krn jika beliau ingin beli Kerudung, Beli Gelang Emas, Atau saat beliau ingin ikut Arisan Pengajian, beliau tak harus meminta-minta pada Bapak. Cukup untuk kebutuhan Sekolah kami saja beliau meminta, untuk makan? Entahlah, mereka berdua yg mengatur keuangannya.
Kulihat diruang TV, kakakku sedang tidur. Ia memang sedang sakit, krn itu dia tak masuk sekolah, Namanya Lingga Adi Tya Yustisia. Biasa ku memanggilnya 'Mas Adi'.
Kulemparkan saja Tasku ke Kursi ruang tamu, kulepas Baju Pramuka ku, dengan masih menggunakan Celana sekolah pendek, kukenakan Kaos hitam yg kuambil dari lemari kamarku. Kulepas sepatu dan kaus kakiku.
Kukeluar untuk bermain dengan teman2ku. Kita memang sudah berencana untuk pergi ke sungai untuk memancing saat disekolah tadi.
Kutemui mereka dirumahnya masing-masing. Ada Zaki, Esa danTeguh. Mereka memang teman2 terdekatku, tidak disekolah, tidak dirumah, kami selalu bersama.
Dengan umpan dan peralatan pancing seadanya, kita menuju ke sungai payau. Sungai yg kami tuju ini sebenarnnya adalah sungai tembusan dari laut. Sungai ini pula yg digunakan para nelayan untuk menyimpan perahu mereka. Krn itu banyak sekali perahu disini.
Tak lama untuk kami sampai disungai. Kita pilih tempat yg sekiranya sejuk dengan pohon rindang disekitarnya, hingga kami memutuskan satu tempat. Dan mulai lah kami sibuk dengan Cacing dan Kail kami masing-masing untuk Ikan-ikan itu..
"Tang, jupukno sendalku (Tang, Ambilkan sendalku)" perintah Mas Zaki. Kumemanggilnya mas, krn dia lebih tua setahun dariku.
"noh.." kuberikan padanya.
Sendal itu ia gunakan untuk alas duduk.
Kami mulai sibuk dengan tali pancing kami masing2. Tak banyak bicara, hanya suara lagu Dangdut yg keluar dari Phonsel teguh yg membuat suasana kami tidak terlalu sunyi...
Memancing memang butuh kesabaran. Sebenarnya sungai ini memang banyak Ikannya. Biasanya tak butuh waktu lama untuk salah satu dari kami dapatkan Ikan. Entah kenapa hari ini tak seperti biasanya, mungkin Ikan-ikan dibawah sana sedang Puasa, atau para ikan betina sedang melakukan program penurunan berat badan (Diet), atau mungkin beberapa dari mereka memutuskan untuk menjadi Vegetarian. Hhh
"suwe nemen yo. Biasane akeh lho (lama bgt ya, biasanya banyak)" celetuk Esa.
"nonton bokep wae lah, ngenteni iwak solek jenggoten (nonton Bokep sajalah, nunggu Ikan keburu tumbuh jenggot)" ketus Teguh.
"Matanee.." Esa.
"ono sing anyar ora guh? (ada yg baru ngga guh?)" lanjut esa.
"akeh (banyak)" jawabnya.
Aku juga mulai ikut menonton bersama mereka. Dari pada harus menunggu ikan yg belum tentu muncul, hitung-hitung hiburan.
Hanya mas Zaki yg tidak antusias. Dia lebih memilih sibuk dgn Pancingnya. Ia memang tidak terlalu suka hal-hal seperti ini. Kami biarkan saja...
Sementara kami sibuk dengan mainan baru kami, tiba-tiba mas Zaki menyahut.
"pengen ngiseng tenan eee (mules aku, ingin berak)" sahutnya.
"diter ng kakus yo sa (anter ke kakus yo Sa" tambahnya mengajak Esa.
"hallah, geri ngiseng kono kok (hallah tinggal berak disitu aja napa?)" timpal teguh.
"matane.. Isin wel, (sial, malu lah)" jawab Mas Zaki.
"isin mbe sopo? Podo lanange wae kok (malu sama siapa? Sama2 laki ini)" jawab teguh.
"nek ono wong lewat goblok (kalo ada orang lewat, bodoh)" bela nya.
"sopo wae sng meh weroh kontolmu. (siapa juga yg mau lihat kontolmu)" timpal teguh lagi..
Ayahku seorang Petani Tambak (khusus untuk Ikan Bandeng dan Udang). Sedangkan kakakku masih kelas 3 SMA, aku sendiri masih kelas dua SMP.
Aku hidup dikampung Nelayan, disebuah desa diperbatasangan Kota Semarang dan Pekalongan. Ini adalah kisahku saat aku beranjak remaja.
Umumnya, aku adalah anak biasa seperti halnya anak2 lainnya. Yg setiap pagi pergi sekolah, dan bermain dgn teman2 sebaya setiap habis pulang sekolah. Sama sekali tak ada yg salah denganku, hingga beberapa orang merubah pandanganku tentang semuanya...
Sama sekali ku tak menyalahkan mereka, hanya saja memang aku menganggap bahwa inilah aku, dan... Aku menyukainya.
Semua ini berawal dari hari itu. Sabtu, kuhanya mengingat harinya, tanggal dan bulan apa ku tak mengingatnya. Saat itu aku habis pulang sekolah.
'Buuukk...' teriakku masuk kedalam rumah.
Tak ada jawaban, sepertinya beliau tengah keluar. Ibuku Seorang pedagang, disebelah rumah kami terdapat warung yg biasa belau gunakan untuk menjual Sate, Ikan Pindang, Ikan Bakar, Dan Soto.. Sebenarnya dengan Penghasilan dari Bapak saja, sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup kami, hanya saja Ibu' memang Istri yg berbeda, ia tak bisa menganggur sehari saja, beliau pernah bilang 'Lebih baik memiliki uang sendiri, krn jika beliau ingin beli Kerudung, Beli Gelang Emas, Atau saat beliau ingin ikut Arisan Pengajian, beliau tak harus meminta-minta pada Bapak. Cukup untuk kebutuhan Sekolah kami saja beliau meminta, untuk makan? Entahlah, mereka berdua yg mengatur keuangannya.
Kulihat diruang TV, kakakku sedang tidur. Ia memang sedang sakit, krn itu dia tak masuk sekolah, Namanya Lingga Adi Tya Yustisia. Biasa ku memanggilnya 'Mas Adi'.
Kulemparkan saja Tasku ke Kursi ruang tamu, kulepas Baju Pramuka ku, dengan masih menggunakan Celana sekolah pendek, kukenakan Kaos hitam yg kuambil dari lemari kamarku. Kulepas sepatu dan kaus kakiku.
Kukeluar untuk bermain dengan teman2ku. Kita memang sudah berencana untuk pergi ke sungai untuk memancing saat disekolah tadi.
Kutemui mereka dirumahnya masing-masing. Ada Zaki, Esa danTeguh. Mereka memang teman2 terdekatku, tidak disekolah, tidak dirumah, kami selalu bersama.
Dengan umpan dan peralatan pancing seadanya, kita menuju ke sungai payau. Sungai yg kami tuju ini sebenarnnya adalah sungai tembusan dari laut. Sungai ini pula yg digunakan para nelayan untuk menyimpan perahu mereka. Krn itu banyak sekali perahu disini.
Tak lama untuk kami sampai disungai. Kita pilih tempat yg sekiranya sejuk dengan pohon rindang disekitarnya, hingga kami memutuskan satu tempat. Dan mulai lah kami sibuk dengan Cacing dan Kail kami masing-masing untuk Ikan-ikan itu..
"Tang, jupukno sendalku (Tang, Ambilkan sendalku)" perintah Mas Zaki. Kumemanggilnya mas, krn dia lebih tua setahun dariku.
"noh.." kuberikan padanya.
Sendal itu ia gunakan untuk alas duduk.
Kami mulai sibuk dengan tali pancing kami masing2. Tak banyak bicara, hanya suara lagu Dangdut yg keluar dari Phonsel teguh yg membuat suasana kami tidak terlalu sunyi...
Memancing memang butuh kesabaran. Sebenarnya sungai ini memang banyak Ikannya. Biasanya tak butuh waktu lama untuk salah satu dari kami dapatkan Ikan. Entah kenapa hari ini tak seperti biasanya, mungkin Ikan-ikan dibawah sana sedang Puasa, atau para ikan betina sedang melakukan program penurunan berat badan (Diet), atau mungkin beberapa dari mereka memutuskan untuk menjadi Vegetarian. Hhh
"suwe nemen yo. Biasane akeh lho (lama bgt ya, biasanya banyak)" celetuk Esa.
"nonton bokep wae lah, ngenteni iwak solek jenggoten (nonton Bokep sajalah, nunggu Ikan keburu tumbuh jenggot)" ketus Teguh.
"Matanee.." Esa.
"ono sing anyar ora guh? (ada yg baru ngga guh?)" lanjut esa.
"akeh (banyak)" jawabnya.
Aku juga mulai ikut menonton bersama mereka. Dari pada harus menunggu ikan yg belum tentu muncul, hitung-hitung hiburan.
Hanya mas Zaki yg tidak antusias. Dia lebih memilih sibuk dgn Pancingnya. Ia memang tidak terlalu suka hal-hal seperti ini. Kami biarkan saja...
Sementara kami sibuk dengan mainan baru kami, tiba-tiba mas Zaki menyahut.
"pengen ngiseng tenan eee (mules aku, ingin berak)" sahutnya.
"diter ng kakus yo sa (anter ke kakus yo Sa" tambahnya mengajak Esa.
"hallah, geri ngiseng kono kok (hallah tinggal berak disitu aja napa?)" timpal teguh.
"matane.. Isin wel, (sial, malu lah)" jawab Mas Zaki.
"isin mbe sopo? Podo lanange wae kok (malu sama siapa? Sama2 laki ini)" jawab teguh.
"nek ono wong lewat goblok (kalo ada orang lewat, bodoh)" bela nya.
"sopo wae sng meh weroh kontolmu. (siapa juga yg mau lihat kontolmu)" timpal teguh lagi..
"males ah, rono karo kowe Tang. (males ah, sana sama kamu Tang)" tolak Esa.
"ayo Tang." ajaknya.
"yo wes lah, dari pada enko ngiseng ng katok. (ayo lah, dari pada ntar berak dicelana)"
Kuberdiri, membersihkan sisa-sisa tanah yg menempel dicelana belakangku.
Didekat tempat kami memancing memang ada tempat orang buang hajat, seperti jamban, terbuat dari anyaman bambu, untuk menghalangi warga yg tengah buang hajat disungai. Pijakan kakinya terbuat dari beberapa potong bambu yg disusun dan diikat rapi. Biasa kami warga desa menyebutnya Kakus.
Aku dan mas Zaki berjalan menyusuri kebun yg penuh dengan pohon-pohon pisang. Tak butuh waktu lama untuk sampai, krn tempatnya memang tidak terlalu jauh.
Saat kami sampai, ternyata Kakus itu sedang digunakan seseorg. Terpaksa kita harus menunggu. Kita duduk di batu besar yg tak jauh tergeletak disebelah kakus.
"asem.. Solek pak metu neni kie.. (sial, mules bgt aku)" keluh Mas Zaki.
"lha nggeri mlebu wae kok. (tinggal masuk aja kalo kebbelet bgt)" saran ku.
"ora penak ra (ya ga enak toh yo)" jawabnya.
Sebenarnya jika yg didalam sana adalah lelaki, tidak masalah untuk mas Zaki masuk dan berak bersamanya. Tapi jika ternyata yg didalam adalah seorang wanita, kan keterlaluan. Meskipun hanya untuk sekedar menge cek nya saja, tetap saja jika ternyata yg didalam adalah ibu-ibu atau mbak mbak misalnya, itu sangat tidak sopan. Terpaksa kita harus menunggu...
"kowe Tang? (kamu Tang?)" seseorang dari dalam kakus itu memanggilku. Laki-laki, seperti tak asing suara itu.
"iyo pakde" jawabku.
"meh opo?" tanyanya.
Jelas sekarang. Aku tau suara siapa itu.
"sampeang po mas topek? (mas Topek ya?)" tanyaku.
"iyo"
Mas Taufik rupanya. Dia adalah tetanggaku. Mungkin usianya sekitar dua puluhan... Baru saja lulus SMA. Dan belum bekerja...
"iki ngeter mas Zaki meh ngiseng (ini nganter mas Zaki meh berak)" jawabku.
"ohh mrene Zak.. Mlebu ae. Ngenteni aku yo suwi kowe. Aku jek ntes wae iki kok (ohh sini Zak. Masuk wae, nunggu aku ya lama kamu. Aku saja baru masuk kok)" tawar mas Taufik.
"kehh rono.. (udah sana)" sergahku.
Kulihat mas Zaki mulai masuk ke kakus.
"amet yo mas? (permisi yo mas)"
"iyo biasa wae"..
Sementara kudisini duduk sendirian. Menunggu mas Zaki yg tengah sibuk dgn panggilan alamnya. Dari pada suntuk, kukeluarkan hapeku. Hape murah saja. Nokia tipe 11 12, ku utak atik permainan didalamnya sembari menunggu mereka buang hajat didalam sana.
"gedi ko'an wekmu Zak (besar juga Zak)" kudengar didalam sana sepertinya mas Taufik yg bicara.
"semene kok gedi toh mas? Kui ae wek sampeang gedi nemen (segini kok besar toh mas? Itu punya sampeang wae besar bgt kok" jawab mas Zaki didalam sana.
Hh aku tau apa yg mereka bicarakan. Ada-ada saja mereka ini.
"semene yo biasa gawe cah sa'umuranku. (segini mah biasa untuk anak seusiaku)" timpal mas Taufik.
"ahh yo ora kok. Gedi kui.. Haizz Ngaceng mas?? Jiahaha (ahh ya ngga kok. Itu mah besar. Ngaceng mas jiahaha)" kudengar aga keras mas Zaki bersuara.
"heeezz ojo seru-seru wel (hezz jangan keras-keras wel)"
'wel' disini biasa kita gunakan untuk memanggil sesama teman yg sudah akrab. Entah apa kepanjangan dari sebutan 'wel' ini.
Kudengar mas Zaki masih tertawa saja. "edan gedi neni mas (gila, besar bgt mas" sahut mas Zaki.
"sek sek.. Meneng.. Aku tak ngoyoh.. (bentar.. Bentar.. Diem dulu, aku tak kencing)"
cuuuurrrrrrrrrr kulihat pancuran air dibawah kakus itu. Sepertinya mas Taufik tengah kencing.. Lama, pancuran air kencing itu bertahan lama.
"celeengg.. Suwi nemen mancure haha(babi.. Lama bgt mancurnya haha)" tutur mas Zaki sembari tertawa..
"haahhhhh legoooo (hahhhhhh legaaaa)" desah mas Taufik.
Aku hanya bisa menggeleng-geleng kepala mendengar percakapan mereka..
Kulihat ember kecil dijatuhkan dari atas. Ember itu diikatkan tali, untuk mengambil air, untuk apa lagi jika bukan untuk cebok. Setelah ember itu terisi air, ditariknya ember itu keatas.
Saat ini sungai memang sedikit surut. Biasanya jika tidak surut, kita dapat cebok tanpa harus menjatuhkan ember bertali itu..
Kecipakkecipakcipak.. Kudengar suara cipakan air disana, mungkin mas Taufik tengah cebok. Tak lama setelah itu ia keluar kakus..
"ora ngiseng? (ngga berak?)" sapa mas Taufik padaku.
"nek ngiseng ng kali ora iso metu mas haha (kalo berak disungai ga bisa keluar mas haha)"
Aku memang tidak biasa berak disungai. Krn dirumah ada WC, WC jongkok biasa saja. Yg penting fungsinya. Tak perlu harus lari terburu-buru kesungai jika tiba-tiba alam memanggil..
"hallaahh yo wes, mas tak balek ndisek yo. (hallah ya udah, mas tak pulang dulu ya)" pamitnya.
"yo"
Sementara itu mas Zaki masih saja didalam kakus. Lama sekali dia hanya untuk buang hajat saja.
"suwi nemen toh mas? Tak tinggal yo?" sahutku sedikit berteriak.
"sek sek.. Kie tak cewok (benta-bentar. Ini tak cebok."
coba baca trit welcome d boyzstories, letakkan d tempat yg sesuai..
selamat berkarya
coba baca trit welcome d boyzstories, letakkan d tempat yg sesuai..
selamat berkarya