It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@animan Hehe lebih cocok dibilang keluarga aneh ya?
@lulu_75 bisa jadi...bisa enggak :oops:
@Adi_Suseno10 sipp, diterima.
@meandmyself gak bakal kok, soalnya yang chapter 3 udah kelar...mau nulis yang chapter 4 hehe selesai chapter 4 nanti aku update yabg chapter 3 om hehe
@Adityaa_okk Iyaaa, di tunggu komentar dan kritik dichapter berikutnya
nb :Makasih sudah mau mampir dithread ini, mohon kritiknya
@lulu_75
@3ll0
@4ndh0
@nakashima
@animan
@asu12345
@SteveAnggara
@Adi_Suseno10
@meandmyself
@Adityaa_okk
Sejak diajari gitar sama Farrel 3 bulan yang lalu, gua udah mulai bisa dan paham cara maen gitar. Awalnya memang agak canggung dan tangan terasa kaku , terus jari juga sakit saat mencet senar gitar. Tapi lama kelamaan saat terbiasa, semuanya jadi lebih mudah. Jari juga udah gak sakit-sakit lagi. Intinya maen gitar itu asik, bisa nenangin hati, entah kenapa. Coba aja.
Saat itu panas menerpa dengan ektrimnya, gua duduk beberapa saat dibawah naungan ring basket yang sama sekali enggak meminimalisir panasnya hawa cuaca di indonesia. Hari ini masuk pelajaran olahraga pukul 12 siang, kami baru saja selesai berlari mengelilingi lapangan.
Sayup-sayup terdengar sebuah suara seseorang, lalu berhenti disamping gua.
"Lo gak capek Van?" Tanya sebuah suara, yang tak disangka dan diduga ternyata Riyo. Dia duduk beberapa centi disamping gua.
"Capek sih capek, tapi mau gimana lagi, tuntutan batin."
"Di sini kadang saya merasa sedih," katanya dengan suara masih putus-putus.
"Badan doang gede, lari gini aja udah kaya jablay, lebay banget. Kaya orang kena asma aja lo!" Timpal gua sambil tertawa.
"Ye jidat lo! Justru lari kaya gini baru memakan banyak energi tau!" Timpalnya.
"Energi apaan? Energi alay?"
Tiba-tiba disela percakapan minim intelek gua dengan Riyo, sesosok kuntilanak berwujud manusia muncul dengan mengerikan dihadapan kami.
"Ah banci lo berdua! Gitu aja capek!" Namanya Dea, temen sekelas gue yang paling absurd dan paling perkasa, padahal dia cewe lho.
"Nona pejantan, minggir dan kembalilah ke alam anda. Planet Merkurius kan ya?" Kata Riyo.
"Dasar banci gila!" Timpal Dea, Riyo yang emosi langsung berdiri dan bergaya alay bak binaragawan.
"Lo bilang apa? Gua sebagai lelaki ganteng perkasa penuh talenta rajin menabung dan disayang mamah, merasa terhina. Lo liat otot gua? Lo liat? Ha lo liat gak? Lo liat gak? Mata lo katarak apa kemasukan cacing pita? Cowok macho kaya gua gini dibilang banci." Jelas Riyo sambil menunjukan otot-otot bisepnya. Gua cuma bisa terkekeh melihat pertengkaran adu argumen mereka.
"Hahaha...lo bilang itu macho? Gak salah cinnn." Dea mengejek dengan gaya bak banci tukang salon.
"Dasar cewe hemafrodit gila, dibilangin juga!" Kata Riyo menambahkan.
"Lo bilang gue apa? Gak salah? Badan doang tarzan..otak kecoa."
"Nenek gayung, gua saranin lo pergi sekarang atau gua potong hidup-hidup lo!" Kata Riyo murka.
"Halah lebay, badan doang gede, nyali seuprit!" kata Dea membalas.
"Dari pada lo! Komentar doang kerjaan, ngintropeksi diri gak pernah."
"Halah sok dewasa lo!"
"Dari pada lo! Muka kaya orang dewasa! Otak kaya anak kecil!" Riyo makin menggebu-gebu.
"Sialan......" Dea menatap tajam kearah Riyo, lalu berlalu pergi menjauhi kami. Gua tau pikirannya Dea, dia tau walaupun adu argumen mereka berlanjut, itu gak akan ada gunanya sama sekali, lagian Riyo satu langkah lebih unggul dengannya kalau sudah masalah adu argumen.
Itulah Dea, dia wanita yang agak maskulin dan cuma sedikit bagian feminim didalam dirinya. Orangnya gak pernah luput dari ngomentarin hidup orang, kata-katanya juga pedes mungkin cabe rawit kalah kali. Tapi dibalik semua itu dia adalah teman yang berpikir panjang dan peduli dengan sesama teman.
"Mengerikan ckckck." Kata gua geleng-geleng kepala sambil terpana menyaksikan kepergian Dea.
"Itu cewek emang rada gila bin bangsat." Pekik Riyo memaki kepergian Dea. Gua memang gak heran dengan tipikal cewek yang kaya gitu.
"Orang kaya gitu enaknya dirajam aja sampe mati," Riyo menghela nafas karena masih ngos-ngosan."Puas gua kalau liat dia mati hahahahahah!" Si Riyo ketawa bak pemeran antagonis yang alay banget disinetron kolosal gak jelas diindosiar.
"Lo gila?" Gua terpana, ya ampun.
"......." Riyo langsung diam menyadari tingkahnya yang udah kaya orang kena penyakit epilepsi.
***
Pulang sekolah gua langsung kekamar, gak mandi, gak ganti baju, gak cuci muka dan cuci kaki. Gua menghempaskan tubuh kekasur dengan keras dan seketika merasakan kenikmatan, capek banget hari ini. Kenapa coba pelajaran olahraga harus jam 12 siang, gak pagi aja. Dasar guru sialan. Kalau gini terus bisa-bisa gua kena kangker encok.
Beberapa saat gua diam menatap langit-langit, kemudian tanpa sadar gua membenamkan tubuh dibalik guling, dan selanjutnya guapun tertidur karena udah kecapean dihari itu.
"Evan! Evan!"
Sayup-sayup gua mendengar suara seseorang manggil nama gua. Gua gak respon, malah gua makin erat meluk guling buat tidur, rasanya berat bangun dari tidur nyenyak.
"Evan!!"
"Evannnnnnnnnn!!"
"Sayang?"
Entah apa, gua merasa ada sesuatu yang lembut menyentuh pipi gua. Dingin, lembut, geli bercampur jadi satu saat itu, dan entah dapat dorongan dari mana gua dengen replek membuka mata.
"Farrel?!" Gua melongo karena sadar bibir Farrel menempel dipipi gua.
"Bangun juga kamu, udah kaya kebo aja tidur," katanya tanpa dosa sama sekali setelah mencium pipi gua. "Seragam sekolah gak dilepas, calana gak dilepas, mandi enggak ckckck." Tambahnya lagi sambil menerawang gua.
".........." gua masih melongo kaya orang bego, suer ini adalah ciuman pertama gua selain nyokap dan bokap gua yang pernah nyium pipi gua. Gak berdosa banget mukanya.
"Mandi sana gih, bau mu itu udah kaya orang habis senam SKJ tau gak!"
".........." kali udah gua gak melongo lagi, langsung pingsan.
"Eh eh..tidur lagi dia!" Farrel narik tangan gua dengan replek."Kamu mau aku yang mandiin? Atau aku yang lepasin baju kamu?" Katanya dengan mimik wajah diserius-seriusin.
"Males! Masih ngantuk."
"Ya bangun, badan mu digerakin." Katanya menarik-narik tangan gua.
"Gendong!!" Pinta gua, sumpah, waktu itu gua cuma becandaan.
Tanpa berkata apa-apa lagi, Farrel langsung ngegendong gua dengan semangat 45, digendongnya gua menuju kamar mandi bak pengantin yang baru kawin dan hendak melakukan malam pertama.
"Woy woy!!" Gua melakukan perlawanan, tapi hasilnya nihil, badan dan kekuatan Farrel jelas lebih kuat dari gua.
Dikamar mandi tanpa basi-basi Farrel langsung melucuti pakaian gua, lagi-lagi gua saat itu betul-betul gak bisa melakukan perlawanan sama sekali, tenaganya jauh lebih kuat dari gua.
"Mandi itu harus bersih," katanya tanpa dosa sambil menyiramkan air sedikit demi sedikit kebadan gua.
"Aku bisa mandi sendiri Rell!" Rengek gua, tapi dia tetap gak menggubris. Disabuninya seluruh badan gua, mulai dari tangan, kaki, pantat, punggung dan seluruh bagian dari badan gua.
"Udah terlanjur," katanya.
"Malu!"
"Lebay! Udah kaya gadis perawan aja." Timpalnya.
"Sini aku yang handuki." Katanya setelah selesai memandikan gua, tangannya sambil menghanduki badan gua, gua betul-betul gak bisa ngomong sama sekali waktu itu. Gugup, malu, senang udah campur aduk kaya nasi campur surabaya.
Gua langsung mengenakan kaos dan boxer setelah 'dimandikan' tadi, sekilas gua melirik kearah jam dinding, waktu sudah menujukan pukul 9 malam. Sialan, berapa lama gua tidur, batin gua.
"Evan Raditian, aku mau nyanyi!" Kata Farrel, gua berbalik menatap makhluk yang udah kaya gak berdosa itu.
"Sejak kapan bawa gitar?" Tanya gua.
"Sejak tadi,"
"Yaa kapan!"
"Ya tadi." Jawabnya santai sambil memetik sembarang gitarnya.
"Blekok dasar! Kapan waktunya!"
"Sore tadi Evan Raditian," katanya."kamu belum makan kan?"
"Belum...."
"Ya udah, tuh aku beli nasi padang tadi. Makan dulu gih.."
"Mama gak masak?"
"Kan semua keluargamu udah pergi." Katanya dengan ekspresi santai sambil memetik-metik gitarnya.
"Pergi??" Gua kebingungan.
"Katanya ke acara nikahan keluargamu yang dibandung." Jelasnya."Dan kamu dititipin sama aku." Tambahnya lagi.
"Aku ditinggal?" Gua dititipan sama ini orang?
Memang betul, keluarga gua dan Farrel udah cukup dekat, sampai-sampai nyokap gua udah percaya banget sama Farrel buat jagain gua. Farrel juga sering nginap dirumah gua, dan gua juga udah sering nginap dirumahnya. Kalau dipikir-pikir padahal pertemanan antara kami baru sekitar 6 bulan ini terjalin, tapi rasanya seperti sudah 6 tahun hehe.
"Kamu kan sekolah," terangnya.
"Dan aku gak dibangunin?!"
"Kamu kan tidur," Jawabnya santai.
"Kan bisa dibangunin kamprett!" Gua mulai geram, dia dengan ekspresi datar natap gua beberapa saat.
"Kamu kan kecapean, kata ibu mu."
"........" gua diam. Iya ya gua kecapean gara-gara olahraga di sekolah tadi, pasti nyokap gua gak tega bangunin.
"Alay banget...udah makan sana," suruhnya.
Gua nurut saja karena gak punya cukup argumen kuat dengan Farrel, gua lalu mengambil nasi padang yang sudah lengkap dengan piring dan sendoknya tersebut. Bau nasi padangnya sungguh sedap dan menggugah selera, kesukaan gua.
Farrel memainkan gitarnya disaat gua sedang makan, mula-mula dipetiknya perlahan gitarnya, lalu dia mulai bernyayi sambil natap gua. Entah kenapa, yang jelas dia senyum-senyum kaya orang gila gitu kearah gua. Entah gua yang kepedean atau emang dia udah saraf, gua gak tau.
'Saat kujumpa dirinya...
Di suatu suasana...
Terasa getaran dalam dada...
Kucoba mendekatinya...
Kutatap dirinya...
Oh dia sungguh mempesona...
Ingin daku menyapanya...
Menyapa dirinya...
Bercanda tawa dengan dirinya....
Namun apa yang kurasa...
Aku tak kuasa...
Aku tak tau harus berkata apa...
Dia memetik gitar dan bernyanyi sambil ngelirik mesum kearah gua, bahkan gak nanggung-nanggung dia ngelirik sambil senyum-senyum sok cute. Bener deh, ini gua yang kepedean atau apa.
Inikah namanya cinta...
Inikah cinta...
Cinta pada jumpa pertama...
Inikah rasanya cinta...
Inikah cinta...
Terasa bahagia saat jumpa...
Dengan dirinya...
Kujumpa dia berikutnya...
Suasana berbeda...
Getaran itu masih ada..
Aku dekati dirinya...
Kutatap wajahnya...
Oh dia tetap mempesona...
Ingin daku menyapanya...
Menyapa dirinya...
Bercanda tawa dengan dirinya....
Namun apa yang kurasa...
Aku tak kuasa...
Aku tak tau harus berkata apa...
Inikah namanya cinta...
Inikah cinta...
Cinta pada jumpa pertama...
Inikah rasanya cinta...
Inikah cinta...
Terasa bahagia saat jumpa...
Dengan dirinya...
Rindu terasa...
Dikala diri ini ingin jumpa...
Ingin s'lalu bersama....
Bersama dalam segala suasana ohh...
Inikah namanya cinta...
Inikah cinta...
Cinta pada jumpa pertama...
Inikah rasanya cinta...
Inikah cinta...
Terasa bahagia saat jumpa...
Dengan dirinya yeah...
Gua hampir keselek piring sama bungkus nasi padang waktu itu, suara, petikan gitar, senyum, wajah, tatapan matanya, siapa coba yang bisa nolak? Gua mikir, apa sih ini orang kurangnya, perasaan dari ujung kepala sampai ujung kaki gak ada cacat-cacatnya. Gua gak naif buat bilang gua gak suka sama dia, gua sangat suka malahan terpesona. Tapi gua juga gak munafik buat bilang gua gak iri hati dengannya, gua iri dunia akhirat sama makhluk yang satu ini.
"Gimana suara ku?" Katanya bertanya dengan wajah 'dipede-pedein'.
Perlu diingat, si Farrel itu tipikal orang yang suka mempertanyakan kehebatannya, rada alay memang. Padahal jelas dia itu udah tau dirinya itu ganteng, suaranya bagus, ini bagus, itu bagus, bahkan hampir semua bagian dari dirinya bagus. Mungkin bisa dibilang dia rada terobsesi sama dipuji orang lain, alay memang.
"Biasa aja," balas gua cuek. Kemudian gua berdiri untuk meletakan piring bekas makan gua tadi di atas meja, dia melirik kearah gua dengan tatapan ragu.
"..........."
"Kenapa?"
"Ahh...gak seru! Gak seruuuui!! Gak peka!" Ujarnya merengek dengan mimik kesal, bibirnya seketika manyun.
Jika ditanya apa yang membuat gua bisa tertawa selain lelucon, maka gua akan menjawab 'mimik alay saat Farrel ngambek.'
"Ya sudah..." gua berlalu, kemudian merebahkan diri keatas kasur.
"Habis makan itu duduk!" Katanya datar tanpa ekspresi, masih dengan mimik manyunnya.
"Terus?"
"............"
"Ngambek?" Gua cekikikan.
"........."
"Ya elah gitu aja ngambek, iya deh suaranya bagus..."
"Ikhlas gak?" Katanya membuka mulut.
"Ikhlas lah...dasar blekok haha!" Gua tertawa sendiri, entah kenapa.
"Gitu dong hehe."
"Ngehe dasar!" Timpal gua.
"Hehehe," Farrel menggaruk-garuk kepalanya."Gimana kalau kita ketaman kota? Disana bagus lho kalau malam." Usulnya.
"Boleh juga," gua menggangguk.
Dan...begitulah, kedekatan gua dengan Farrel, entah sampai kapan dan berakhir kapan gua gak terlalu memikirkan hal-hal yang seperti itu. Gua masih menikmati moment gua dengannya, ya dengan siblekok gak jelas itu haha.
Bersambung....
ya nulis aja karena pengen hehehe @nakashima