It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
"Kenapa?"
"Karena ternyata pesertanya lebih banyak dari yang dibayangkan, dan sepertinya aku enggak bisa membawa semuanya sendirian..."
"Bukan soal itu. Kenapa aku? Bagaimana dengan Erik?"
Erik juga anggota komite acara, ditambah lagi merupakan teman Rui sejak kecil, dan yang terpenting, pacar Rui. Untuk sesaat, tidak terdengar apa-apa dar seberang telepon.
"Ka...karena, kan, itu...Erik, kan masih tidur."
Dia sedang menyembunyikan sesuatu. Bara mengurungkan niatnya untuk bertanya apa yang terjadi antara dia dan Erik. Karena belakangan ini dia sering sekali dipaksa untuk mendengarkan masalah mereka. Bara tidak mau lagi mendengar kata-kata
"Terlalu berdebar membuatku enggak mengerti."
Bisa ditebak, pasti Erik telah melakukan sesuatu lagi terhadap Rui. Mungkin mencium paksa, atau mungkin melakukan hubungan..., Bara menggelengkan kepalanya tidak begitu ingin memikirkan mereka.
"Menyebalkan."
Bara mengumam pelan.
Akusendiri juga.. pikirnya dari dasar hati yang serasa terbakar. Aku sendiri juga ingin menyentuh Rui.
"Bara? Kamu mengatakan sesuatu?"
"Enggak,kok. Ketemuan di halte bis depan sekolah?"
"Kamu mau pergi menemaniku? Terima kasih !! "
Ucapan Bara yang pura-pura dingin itu dijawab dengan perasaan sangat senang oleh Rui. Setelah menentukan jam bertemu dan memutus sambungan telepon, tanpa sadar pikiran Bara langsung kacau. Entah dia harus senang karena bisa pergi dengan Rui, atau harus marah karena Erik. Perasaannya enggak menentu. Karena ini adalah pertama kali baginya.
TBC
"Ketemu! Ng, selanjutnya... sepertinya di sana!"
Rui terus bergerak ke sana kemari bagaikan anak kucing yang sedang bermain dengan gulungan benang wol. Atau mungkin seperti tupai yang sedang mengumpulkan biji-bijian. Atau lebah yang terbang dari satu bunga ke bunga yang lain. Dan mungkin karena badannya mungil berbeda seperti kebanyakan teman laki-laki yang ada di kelasnya dalam pikirannya terlintas hanyalah makhluk-makhluk kecil.
Bara, yang kerjanya hampir hanya membawa keranjang, memandangi sosok cowok berambut cokelat berwajah manis itu dengan perasaan tersenyum, tapi di saat yang lain Bara terkejut, dan memalingkan mukanya.
Setiap Rui berbalik memutar tubuh, memperlihatkan tubuhnya yang mungil berbalut T-shirt berwarna biru cerah memperlihatkan kulit putih mulusnya. Frustasi, Bara meminta maaf di dalam hatinya kepada entah siapa, tapi tetap saja warna putih itu terus menusuk matanya yang terkesan lemah dan lembut sampai tidak tertahankan untuk menyentuhnya. Seluruh tubuh Bara langsung memanas begitu mendengar bunyi tenggorokkannya yang menelan ludah.
"Kemari, Bara."
Bara tidak sanggup menatap langsung senyum polos dan tidak berdaya Rui, yang melambaikan tangan padanya karena jarak di antara mereka sudah sedikit menjauh. Bara pura-pura membetulkan letak kacamata, sambil menyembunyikan wajahnya yang pasti sudah merah padam.
TBC
@Tsu_no_YanYan
@lulu_75
@harya_kei
@yeniariani
@3ll0
Ada hati sama pacar orang itu, rasanya beda ya, kayak ada sakit-sakitnya gitu~ :P
Lanjjuuut></
@Tsu_no_YanYan
@lulu_75
lanjut lagi ya
@yeniariani
"Aku harus sedikit waspada." kata Bara yang dia tujukan kepada dirinya sendiri.
Tapi kalimat yang tidak terucap itu tidak tersampaikan pada Rui, dia malah panik dan salah sangka.
"Eh?! Jangan-jangan aku menjatuhkan CD yang ada di rak!?"
"Tenang saja."
"Terima kasih, ya, Bara sudah selalu membantuku."
Bara tidak meluruskan kesalahpahaman itu. Karena memang aku tidak bisa mengatakan hal yang sesungguhnya, dan aku masih ingin mempertahankan senyum yang tertuju untukku. Lagipula, biasanya aku juga selalu dipaksa mendengarkan cerita konyol tentang Rival cintaku, jadi yang seperti ini enggak masalah, kan?
Selama kurang lebih 1 jam, seluruh CD pun telah berkumpul. Terlepas dari perasaan bersyukur karena tugas mereka berjalan lancar, juga ada perasaan sedih, apakah ini sudah akan berakhir?
"Mau makan siang?"
Rui menggelengkan kepala dengan sedih, menjawab ajakan Bara tersebut.
"Aku sudah berjanji untuk membuat kue pan bersama adik-adikku. Kue berbentuk panda itu. Ah, Bagaimana kalau Bara ikut makan bersama?"
Mata Rui berbinar-binar menantikan jawaban, tetapi ternyata, Bara menjawab dengan menggelengkan kepala. Dia sadar bahwa dia bukanlah tipe yang disukai anak kecil, tetapi terlepas dari itu semua, dia tidak suka sama Erik yang sekaligus tetangga Rui.
Kalau pergi ke rumah Rui, pastilah dia akan dibuat kesal oleh bau Erik yang sebagai teman sejak kecil sekaligus pacar Rui yang akan memenuhi seisi rumah.
"Oh, gitu... ya, sudah, lain kali akan kubuatkan dan kubawakan untukmu, ya?"
Rui mengatakan itu dengan niat baik dan perasaan sayang karena Bara tidak bisa ikut makan bersama mereka. Bara yang mengerti, bahwa dia melakukan itu karena tidak menyadari perasaan Rui, entah kenapa Bara jadi merasa bersalah.
"Bisnya sudah datang."
Bara berkata dengan dingin, tanpa menjawab tawaran Rui.
TBC
mention :
@Tsu_no_YanYan
@lulu_75
@harya_kei
@yeniariani
@3ll0
@lulu_75
iya ayooo tikung erik hihihi # plak # kasihan ah hahaha
@harya_kei
@lulu_75
iya ayooo tikung erik hihihi # plak # kasihan ah hahaha
@harya_kei