It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@j4nji
siiip...makasih
@rama_andikaa
@terry22
@terry22
Sore itu mama memaksa Dimas untuk menemaninya berbelanja keperluan bulanan. Dimas sudah menolak habis-habisan dengan mengemukakan berbagai alasan. Ia sakit perut, tidak enak badan, banyak PR, apapun, namun tetap saja mama memaksanya ikut.
Dengan wajah ditekuk dua belas bak seorang tawanan perang di kirim ke tiang gantungan, Dimas akhirnya mengikuti langkah mama.
“Aduh, cepetan dong Dim, ntar keburu malam,” desak mama saat melihat Dimas berjalan ogah-ogahan.
“Aduh, nih anak mama, biasa paling lincah kaya bajing lompat, kok jadi lelet begini sih,” mama menarik tangan Dimas,
“Muka juga jangan ditekuk gitu, ntar gak ada cowok yang
mau sama kamu,” cerocos mamanya sambil berbisik.
"Apaaan sih MA "kata Dimas dengan muka cemberut.
Flashback
Kejadian ini setelah teman-temannya Zacky, Rio, dan Gio mengetahui Dimas gay.
Keluarga Dimas Ayah dan Ibunya mengetahui Dimas itu Gay. Dikarenakan Dimas tidak sengaja melihat Ayah dan Ibunya melihat Film Brokeback Mountain.
“Mas Filmnya kok sedih banget?” Mama Dimas menangis melihat adegan Ennis del Mar menangis mencium kemeja Jack.
“ Iya nih Ma “
“ Kalian kok menonton Film begituan? “ tanya Dimas kepada mereka berdua
“ Tidak apa-apa nak, kebetulan Ayah dan Ibu suka berbau sesama jenis. Dan juga Ibu kasihan melihat percintaan yang sesama jenis sampe ada yang mati karena tidak diterima cinta mereka.” Jawab Ibu Dimas
“ Ayah, Ibu jika Dimas seorang Gay , Bagaimana? “
“ Tidak apa-apa asalkan kamu tidak berbuat nakal seperti Narkoba, Miras.” Kata Ayahnya dengan nada bijak.
“ Iya Nak, Ibu tidak mau kamu berakhir seperti mereka memiliki kisah yang menyedihkan, tetapi kita tidak punya cucu dari Dimas ya mas?”
“ Iya Ma, tidak apa-apa Dimas kan bisa mengadopsi anak kalau sudah menikah “ Kata ayahnya sambil tertawa.
“ Apaan sih Ayah, Ibu” Dengan muka memerah dan mengeluarkan air mata Dimas memeluk Ayah dan Ibunya
“ Aku sayang kalian “
Flashback End
Setelah menempuh perjalanan yang cukup membuat kuping panas dingin, karena sepanjang perjalanan mama tidak henti-hentinya mengoceh membuat kepala Dimas mumet, akhirnya
mereka sampai di Mall.
Sepanjang jalan pun mama terus berceloteh. Mengomentari bagaimana sikap Dimas, caranya berpakaian yang menurut mama sangat tidak fashionabel, terlebih saat ini. Dimas hanya
mengenakan celana jins belelnya yang sudah robek dibagian lutut, kaos yang dipadankan dengan kemeja merah kotak-kotak dan sepatu ketsnya.
Berbelanja dengan mama, adalah hal paling menyebalkan bagi Dimas. Janjinya tidak akan memakan waktu lama, namun sudah hampir dua jam mereka berkutat di tempat itu. Berkali-kali Dimas merengek minta pulang, namun mama selalu menyuruhnya diam karena banyak hal yang mau dibeli.
“Kamu kaya bayi aja sih, minta pulang terus. Anak yang lebih kecil dari kamu aja bisa betah kok,” ejek mama sambil menunjuk beberapa anak kecil yang menemani ibunya berbelanja.
Dimas hanya memanyunkan bibirnya
Akhirnya penantian Dimas terjawab sudah, mama menyudahi acara belanjanya. Saat mereka mendorong troley yang penuh barang-barang belanjaan, seseorang memanggil Dimas.
“Dimas?” seketika Dimas dan mama menoleh.
“Marlo?”
“Hai, gak nyangka kita ketemu di sini,” balas Marlo, “Halo Tante, saya Marlo, teman SD Dimas dulu,” ucap Marlo mengingatkan.
“Oh iya, apa kabar kamu?” tanya mama ramah, walau sebenarnya ia tidak terlalu ingat.
“Baik Tante,”
“Kebetulan lu di sini, temenin gue ya, gue bosan nih dari tadi nemenin emak-emak belanja,” pinta Dimas sambil menarik tangan Marlo dan dengan cepat mencium pipi mama untuk
berpamitan, “Dah Mama...” ucap Dimas dan dalam sekejap mata ia berlari menyeret Marlo bersamanya meninggalkan mama yang masih bengong dengan kelakuan putranya.
“Hei..Dim.. ini gimana?” teriak mama mengagetkan seluruh pengunjung.
“Mama minta satpam buat angkutin itu aja,” teriak Dimas dari kejauhan.
“Dasar anak itu,” gerutu mama, namun seketika mama langsung tersenyum sumringah pada orang-orang yang heran menatapnya.
“Maaf...” ucap mama menahan malu.
“Tega banget sih ninggalin nyokab lu sendiri?” tanya Marlo saat mereka sudah berada di salah satu kafe di Mall.
“Biarinlah, Mama gue kan bukan anak kecil lagi. Paling kalo nyasar tinggal telpon Papa, terus di jemput,” balas Dimas cuek sambil terus menikmati es krim coklatnya. Marlo hanya
menggelengkan kepala mandengar penuturan teman kecilnya yang tidak pernah berubah itu.
Dan sikap apa adanya Dimas itu lah yang membuat Marlo senang berada di dekatnya.
Sebenarnya sejak kelas enam SD, Marlo sudah menyukai Dimas. Marlo merasakan getaran aneh ketika menatap Dimas karena mereka sesama lelaki. Dimas menyadari itu sejak kelas 1 SMP. Namun karena saat itu mereka masih sangat kecil, rasa suka yang Marlo rasakan mungkin sekedar cinta monyet yang akan hilang saat mereka tidak satu sekolah lagi.
Nyatanya, saat Marlo bertemu dengan Dimas pada pertandingan basket itu, ia menyadari bahwa ia masih menyimpan rasa suka yang dulu pernah ada di hatinya. Bahkan bertambah,saat ia melihat sosok Dimas yang tetap sama, namun tumbuh menjadi cowok mengagumkan dan manis. Walau wajah manisnya tertutupi oleh sikapnya yang cuek dan serampangan.
Tak jauh dari tempat Dimas dan Marlo menikmati makanannya, sesosok pria terus memperhatikan mereka. Pria itu tak lain adalah Alfa. Alfa baru saja selesai makan bersama
Adrian dan Saira istrinya, juga putri kecil mereka Nala.
Ia tak lepas memandangi Dimas yang terlihat begitu akrab dengan Marlo. Menyaksikan cowok manis yang dikejarnya habis-habisan terlihat akrab dengan pria lain membuat rasa cemburu Alfa timbul. Tanpa sadar Ia bangkit dan akan mendatangi meja mereka.
“Al, mau kemana? Kita mau pulang nih,” suara Adrian menyadarkan Alfa.
“Mas sama Mbak Saira duluan aja deh, aku masih ada urusan,” ucap Alfa berjalan pergi meninggalkan Adrian dan istrinya.
“Dasar, mau kemana sih dia?” tanya Adrian penasaran.
“Udah deh, biarin aja. Mungkin Alfa mau refreshing sejenak. Dia kan bosan berkutat dengan sekolah terus,” Saira mengingatkan suaminya. Kemudian merekapun pergi dari tempat itu.
Saat tengah asyik bercerita tiba-tiba Dimas dan Marlo dikejutkan dengan kehadiran makhluk
yang sangat tidak diinginkan keberadaannya oleh Dimas.
“Hai Dimas?” sapa Alfa dengan senyum mengembang sambil duduk di kursi di samping Dimas.
“Hah? Ngapain di sini?” tanya Dimas curiga.
“Kebetulan banget ya kita ketemu di sini?” Alfa mengalihkan pembicaraan, “OH, kamu anak basket dari SMA PELITA itu kan?” tanyanya pada Marlo.
Marlo yang tidak mengenal Alfa pun hanya mengangguk dengan gurat kebingungan yang terpancar jelas di wajahnya.
“Udah ah, yuk cabut, suasananya udah mulai gak enak nih,” ajak Dimas sambil menggenggam tangan Marlo. Dan O..ow.. Alfa cemburu.
Dengan cepat ia memotong kedekatan keduanya dan berdiri ditengah-tengah antara Dimas dan Marlo, membuat Dimas semakin bingung dan pastinya kesal.
“Pak Alfa apa-apaan sih?”
“Kalian mau kemana setelah ini? Gimana kalau kita bareng-bareng aja,” Alfa mulai menyusun taktik untuk mengganggu kebersamaan mereka.
“Kamu mau kemana Dim?” tanya Marlo pada Dimas. Namun Dimas diam, ia bingung mau menjawab apa.
Dan tanpa aba-aba, Alfa menarik tangan Dimas, “Kita main Game saja,” sahut Alfa dan menggiring Dimas menuju arena permainan diikuti Marlo yang berjalan di belakang
BERSAMBUNG
@_abdulrojak
@Rifal_RMR
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@Aurora_69
@harya_kei
@Tsu_no_YanYan
@yeniariani
@3ll0
@Otho_WNata92
@hyujin
@j4nji
@rizal_91leonardus
@Rikadza
@lucifer5245
@abyyriza
@terry22
@rama_andikaa
@Gabriel_Valiant
@ramadhani_rizky
@Akang_Cunihin
@Akang_Cunihin
siip
@rizal_91leonardus
klau udatenya 10 hari sekali atau lebih...tpi klau
update lngsung lumayan pnjang critanya..gitu lebih
puas bngt mnurutku ngebacanya.. just input..
klau udatenya 10 hari sekali atau lebih...tpi klau
update lngsung lumayan pnjang critanya..gitu lebih
puas bngt mnurutku ngebacanya.. just input..