It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@3ll0
Pagi itu Dimas berjalan ke sekolah sambil menyenandungkan lagu karangannya yang tidak jelas asal-usulnya. Hari ini suasana hatinya sedang senang. Jika ditanya kenapa, ia akan
menjawab tidak tahu. Pokoknya ia sedang senang, itu saja, titik.
Beberapa anak yang berpapasan dengannya menyapanya. Dimas membalas sapaan mereka dengan tersenyum
lebar, selebar perkebunan kopi milik kakeknya di puncak sana.
“
Tiiitttttttttttt.....................” bunyi klakson mobil mengejutkan Dimas hingga ia terlonjak kaget. Siapa makhluk kurang ajar yang berani mengganggu paginya yang ceria? Dengan
kesal Dimas menoleh ke arah bunyi dan mendapati Alfa tersenyum lebar dari dalam mobil.
“Dasar Monster sarap!" maki Dimas kesal sambil berjalan pergi secepatnya menuju kelasnya.
Sementara itu Alfa tersenyum lebar menikmati setiap momen dimana ia berhasil membuat Cowok manis itu kesal. Wajah ceria Alfa sedikit banyak menimbulkan tanda tanya di hati para guru.
“Ada apa Pak Al? Kok senyum-senyum terus?” tanya bu Mira, salah satu guru yang jatuh hati pada Alfa.
“Oh, gak apa-apa bu, saya lagi senang aja,” balas Alfa kalem.
“Oh ya, apa ada yang bisa menggantikan Pak Jodi, di kelas 2A?” tanya bu Mega, wakil kepala sekolah SMA BAKTI NUSA,
“Pak Jodi ada urusan mendadak, jadi tidak bisa mengajar,”
Kelas 2A? Bukankah itu kelas Dimas, pikir Alfa. Alfa melihat semua guru menggeleng pertanda mereka tidak punya jadwal kosong. Kebetulan jadwal Alfa memang kosong, iapun
mengajukan diri untuk menjadi pengganti Pak Jodi.
“Saya bisa Bu,” Alfa menawarkan diri, disambut senyum senang dari bu Mega.
Dengan senyum mengembang Alfa berjalan menuju kelas 2A. Dari luar saja, kelas itu sudah terdengar hiruk pikuk.
Walau dikenal sebagai kelas unggulan, bukan berarti penghuni kelas 2A adalah anak-anak manis dengan buku setebal kamus bahasa di tangan. Mereka adalah tipe anak yang juga senang bermain dan menjahili teman maupun gurunya.
“Pagi semua...............” sapa Alfa membuat anak-anak berhamburan ke kursi masing-masing.
“Pagi Pak......................”
“Pak Jodi berhalangan hadir jadi saya yang akan menggantikan beliau,”
“Yeah...................” sorak sorai para siswi memenuhi ruangan,
“No...........” gumam Dimas sambil menggelengkan kepalanya berkali-kali.
Pelajaran kesenian kali ini begitu menyenangkan dirasakan anak-anak.
Alfa memberi kebebasan pada mereka untuk berekspresi. Ada yang melukis, membuat puisi, menari atau menunjukkan bakatnya untuk bernyanyi.
“Kalian mau menunjukkan bakat apa?” tanya Alfa pada Nora, Ninda dan Emi, tiga serangkai biang gosip se-SMA BAKTI NUSA.
“Kita mau nari Pak,” balas mereka bersamaan.
“Tarian apa?” belum sempat mereka menjawab seketika terdengar celetukan dari Dimas,
“Oplosaannn........” seisi kelas pun tertawa mendengarnya, sementara Nora CS kelihatan dongkol melirik ke arah Dimas.
Nora dan dua sahabatnya pun mulai memutar lagu dari ponsel mereka. terdengarlah alunan lagu Toxic-Britney Spears. Dengan gaya genit luar biasa mereka meliuk-liukkan tubuh
sesekali menggoda Alfa.
Alfa hanya bisa geleng-geleng kepala menyaksikan kelakuan ketiga muridnya itu.
Dan segera menghentikan aksi mereka sebelum suasana menjadi semakin panas. Saat Nora Cs berjalan ke kursinya, Dimas tiba-tiba meledek mereka, “Guan..jen...”
gumam Dimas dengan suara yang dibuat mirip seperti suara batuk.
“Apa lu bilang?” Nora mendelik sewot pada Dimas, yang dibalas dengan wajah innocent oleh Dimas sambil mengangkat bahunya.
Tak hanya teman-temannya yang menunjukkan bakatnya, Alfa pun meminta Dimas untuk menunjukkan bakatnya juga.
Awalnya Dimas menolak, namun semua teman-temannya
meneriakinya dan memintanya ikut serta. Mau tidak mau, Dimas pun maju ke depan kelas. Daripada diamuk massa, pikir Dimas.
“Kamu mau menunjukkan bakat apa?” tanya Alfa begitu Dimas berdiri di depan kelas dengan wajah cemberut.
“Kentut sembarangan.....” teriak Diki membuat seisi kelas tertawa tak terkecuali Alfa. Melihat Alfa menertawakannya membuat Dimas kesal.
“Sialan lu Dik, elu tuh yang suka kentut sembarangan,” balas Dimas sewot.
“Dimas,” tegur Alfa, “Ini sekolah, bukan pasar. Bicara yang sopan,”
“Maaf...” ucap Dimas semakin kesal.
Dimas masih berdiri. Ia tidak tahu apa yang ingin ia tunjukkan. Ia bisa bernyanyi, menari, ataupun membaca puisi. Namun ia bingung.
“Ayo cepat,” perintah Alfa.
“Saya permisi ke toilet..” pinta Dimas, dan Diki kembali menyahut, “Tuh kan, dia mau kentut...”, kembali seisi kelas tertawa. Dimas pun keluar kelas sambil menahan kekesalannya.
Tak berapa lama Dimas kembali ke kelas. Ia pun kembali berdiri di depan kelas. Dimas sengaja berdiri beberapa senti dari meja guru.
Saat berada di toilet ia sudah menemukan cara untuk membalas Alfa yang telah menyiksanya di kelas olahraga dan dengan terang-terangan menertawakannya.
Ia akan menempelkan permen karet yang sejak tadi ada di mulutnya ke kursi Alfa. Rupanya saat izin tadi, Dimas sengaja mampir ke kantin untuk membeli permen karet.
“Saya mau nyanyi Pak,” pinta Dimas yang dibalas dengan anggukan Alfa yang saat itu berdiri di tengah deretan kursi para murid. Sebelum memulai aksinya, pertama-tama Dimas berakting seolah membersikan mulutnya dengan tangan.
Padahal itu upayanya mengeluarkan permen dari mulutnya. Kemudian ia menunduk sesaat seolah akan membenarkan tali sepatunya.
Saat menunduk Dimas sengaja meletakkan tangannya yang memegang permen karet ke kursi Alfa seakan butuh penyangga tubuh.
Di saat itulah ia menempelkan permen karetnya. Alfa dan yang lainnya menunggu dengan sabar aksi cowok manis itu, tanpa tahu apa yang akan menimpanya nanti. Kemudian ia berdiri dan mulai bernyanyi. Ia menyanyikan lagu Gwiyomi yang sempat membooming di Korea plus dengan gerakan imutnya.
Membuat Nora CS iri karena gadis itu iri dengan wajah Dimas yang lebih manis dari dia padahal dia cowok.
Ia memang sengaja memilih menyanyikan lagu berirama lucu untuk mengurangi sedikit dosanya dengan menghibur semua orang. Terutama Alfa, yang sebentar lagi akan menjadi korban pembalasannya. Seisi kelas sontak tertawa melihat Dimas yang bertingkah sok imut.
Tak terkecuali Alfa yang berusaha menahan tawanya. Setelah puas membuat seisi kelas tertawa, Dimas kembali ke kursinya. Alfa pun berjalan kembali ke meja guru. Hal yang dinanti-nantikan Dimas akan segera terjadi. Dengan menahan nafas dan senyumannya, Dimas menghitung mundur menunggu apa yang akan terjadi.
“Tiga...dua.. satu..” gumamnya saat Alfa telah duduk di kursinya, “Yesss....”
Alfa menyadari ada sesuatu yang menempel di celananya. Dengan perlahan Alfa mencoba meraba benda yang menempel tepat di bagian bokong celananya. Dan dengan segera Alfa
mengetahui benda apa itu. Seketika wajahnya berubah gemas karena menahan kesal.
“Dimas...” gumamnya tertahan. Cowok satu itu benar-benar.... Alfa tidak menyangka ternyata aksinya tadi bukanlah untuk membenarkan tali sepatunya, namun untuk menempelkan
permen karet di kursinya. Alfa memandang tajam ke arah Dimas yang terlihat cekikikan di kursinya.
“Dim, Pak Alfa kok mandangin elu sih?” tanya Rio mencoba menyadarkan Dimas.
“Masa'?” Dimas menoleh, dan mendapati Alfa memandang garang padanya. Tapi bukannya takut, Dimas malah membalas pandangan Alfa tak kalah sengit membuat Alfa kehilangan
kesabaran.
“Dimas........” panggil Alfa dengan suara tertahan.
“Ya Pak....” balas Dimas dengan nada manis membuat anak-anak seisi kelas memandang
heran pada guru dan murid itu.
“Apa yang kamu tempel di kursi saya?” tanya Alfa dengan nada lembut yang dipaksakan.
“Yang mana Pak? Saya gak lihat?” pancing Dimas agar Alfa berdiri dan menununjukkan celananya yang tertempel permen karet.
“Cowok ini benar-benar........” gumam Alfa kesal. Ia benar-benar terpancing oleh permainan Dimas.
Dengan garang Alfa berjalan menuju kursi Dimas dan mulai berteriak kesal,
“ Apa yang kamu tempelin di celana saya?” tunjuk Alfa pada permen karet yang menempel di celananya. Anak-anak yang akhirnya mengerti, mulai terkikik pelan menyaksikan guru
tampan mereka dijahili.
“Ups.. itu.. permen karet Pak,” balas Dimas tanpa rasa bersalah.
“Ikut saya......” Alfa menarik tangan Dimas dan menggiringnya keluar kelas.
“Huuuuuuuuuu..........” sorak sorai anak-anak begitu melihat kejadian itu.
Alfa membawa Dimas masuk ke ruang kepala sekolah. Ia ingin membuat perhitungan dengan cowok manis itu, hanya berdua.
Dan satu-satunya tempat yang aman baginya adalah ruang kepala sekolah.
Kebetulan saat itu, Adrian juga tidak berada di kantornya.
“Dimas... ini sudah keterlaluan,” pekik Alfa membuat Dimas mundur beberapa langkah darinya.
“Keterlaluan mana sama lu yang nyiksa gue habis-habisan di kelas olahraga?” balas Dimas tak kalah sengit mengesampingkan tata krama dan sopan santunnya.
“Hey.. little Boy..watch out your words.. ini sekolah Dimas..” ucap Alfa mengingatkan.
“Maaf,” balas Dimas datar. “Keterlaluan mana sama Bapak?” tanya Dimas lagi.
“OK, saya memang keterlaluan, tapi bukan begini caranya membalas saya,”
Dimas cuma mengangkat bahunya, “Saya gak punya cara lain buat balas Bapak. Bapak lebih punya banyak kuasa di sekolah,” ujar Dimas membela diri, “Atau saya boleh nih balas Bapak di luar sekolah?” lanjut Dimas penuh semangat membuat Alfa mendelikkan matanya.
Benar-benar susah menaklukkan anak satu ini, pikir Alfa. Saat tengah berdebat, tiba-tiba pintu terbuka. Adrian terkejut melihat Alfa dan Dimas berada di ruangannya.
“Ada apa ini?” tanya Adrian bingung.
“Hanya menyelesaikan sedikit masalah dengan monster kecil ini,” balas Alfa dengan nada biasa. Mendengar Alfa memanggilnya dengan sebutan monster kecil membuat Dimas
mendengus kesal. Memangnya dia apa? Dasar monster... pekik Dimas dalam hatinya.
“Memang ada apa?” tanya Adrian penasaran.
Alfa menunjukkan permen karet yang menempel di celananya. Seketika Adrian mengerti, dan tak bisa menahan senyumnya.
Kali ini si pemberontak mendapatkan lawan setimpal, pikirnya. Adrian kenal betul dengan muridnya yang satu itu. Ia sering mendengar dari para guru betapa seringnya Dimas membuat
keusilan. Dan kali ini ia puas melihat Alfa mendapatkan lawan tangguh. Ya Adrian mengetahui kalau Alfa adiknya menyukai cowok.
“ Ini benar-benar menarik “ Kata Adrian di dalam hatinya.
“Jadi gimana, kamu mau pinjam celana cadangan?” tanya Adrian pada Alfa.
“Gak perlu, aku bawa celana cadangan,” balas Alfa.
“Lalu apa yang akan kamu lakukan untuk menyelesaikan masalah ini?” tanya Adrian sambil
memandangi Alfa dan Dimas bergantian.
Alfa menatap tajam yang dibalas dengan tatapan yang sama tajamnya oleh Dimas. Sejenak Alfa berpikir, apa yang akan ia lakukan untuk menghukum Dimas. Lalu ia dapat ide.
“Kamu, cuci celana saya yang tertempel permen karet sampai bersih, sampai tidak ada satupun noda permen karet yang tersisa,” perintah Alfa membuat Dimas tercengang.
“Gak salah Pak, noda permen karet kan susah hilangnya?” protes Dimas
“Itu bukan urusan saya, yang pasti saya mau celana ini harus bersih,” dan kali ini Dimas tidak dapat membantah sepatah katapun. Setelah Alfa mengganti celananya dengan celana
cadangan yang ada di mobilnya, ia melemparkan celana yang bernoda permen karet tepat di wajah Dimas, membuat cowok manis itu mengerang sebal.
“Erghh..... Apa-apaan sih!..” erang Dimas kesal membuat Alfa tersenyum gemas melihat ekspresi wajah Dimas sembari melangkah pergi kembali ke kelas.
Dengan dongkol Dimas berjalan di belakang Alfa mengikutinya. Selama perjalanan menuju kelas Dimas terus mengumpat, memaki, dan bertingkah seolah-olah akan menghajar Alfa, namun tanpa suara.
Bukannya Alfa tidak tahu apa yang dilakukan cowok manis itu, namun ia membiarkannya saja.
Berkali-kali Dimas kedapatan tengah bertingkah aneh saat Alfa menoleh ke belakang. Entah ia seolah meninju udara, melambai, atau berakting seakan kakinya pegal, padahal ia berniat menendang bokong Alfa yang...seksi. Hm... seksi? Memikirkan kata itu, Dimas terkikik geli
membuat Alfa menatap curiga pada cowok manis itu.
“Apa yang kamu pikirkan?” selidik Alfa menatapnya tajam.
Namun Dimas hanya menutup mulutnya rapat, berusaha menahan tawanya sambil menggeleng perlahan.
“Seksi.....” desah Dimas tanpa suara saat Alfa kembali berjalan.
BERSAMBUNG
@_abdulrojak
@Rifal_RMR
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@Aurora_69
@harya_kei
@Tsu_no_YanYan
@yeniariani
@3ll0
@Otho_WNata92
@hyujin
@j4nji
@rizal_91leonardus
@Rikadza
@lucifer5245
@abyyriza
@terry22
@rizal_91leonardus
@rizal_91leonardus
@Rifal_RMR