It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
CHAPTER 13
PHYSICOLOGY?
Ke-esokan harinya di kelas daniel melamun sambil terus memikirkan apa yang di katakan kevin padanya
"Apa benar kalo gua harus melepaskannya dan mengakhiri semua sandiwara ini? Tapi kevin memang benar kalau gua nggak segera mengakhirinya, gua akan semakin terluka karena tiap hari harus bertemu sama dia dan kalau gua nggak menjaga jarak dari dia maka gua akan semakin sulit melupakan dia dan perasaan gua juga akan semakin dalam sama dia dan kalau itu sudah terjadi bagaimana kalau suatu saat nanti ice telah menemukan cinta sejatinya? Mungkin gua nggak akan bisa berpisah dari dia..."
Saat istirahat tiba ia pun keluar dari kelasnya tapi ketika ia keluar dari kelasnya daniel melihat banyak sekali siswa maupun siswi yang berkumpul di dekat mading sekolah, ia pun mendekat ke arah kerumunan itu dan betapa kagetnya daniel saat melihat fotonya bersama kevin terpampang di sana.
"Ini kan foto saat gua dan kevin keluar makan..." gumam daniel lalu ia pun segera meraih foto itu lalu merobeknya dan membuangnya ke tempat sampah. Saat ia hendak berbalik daniel melihat ice berdiri kaku menatap tajam ke arahnya. Daniel tau saat ini ice pasti sangat marah padanya karena bisa di lihat dari sorotan mata ice yang setajam belati
Rina menghampiri daniel sambil tersenyum puas
"Sepertinya kalian sedang bertengkar, apa karena foto ini ya?" tawanya lebar
"Kalau iya kenapa emang? Wajar kan? Saat pacaran juga ada saatnya kok untuk bertengkar bahkan suami istri aja bisa bertengkar!" seru daniel kesal iatau kalau biang keroknya adalah Rina
Setelah bel berbunyi yang menandakan kalau waktu istirahat telah habis daniel, rina dan yang lainnya pun masuk ke kelas. Ice pun tetap berada di sana.
Ice mengambil sesuatu dari tong sampah dan menatapnya lekat-lekat ia tau siapa pria yang ada di dalam foto itu, kevin.
"Lu masih mau pertahanin dia?" tanya joy yang tiba-tiba ada di sisinya
"Gue nggak pernah menahannya. Lu harus ingat, dari awal gue udah lepasin dia dan dia sendiri yang nggak mau pergi dan mau membantu gue tapi apa yang di buatnya sekarang...?"
"Bersama laki-laki lain..." potong joy
"Dia udah menelan ludahnya sendiri..." decak ice
"Sekarang gue mau nanya sama lu... Apakah lu menyimpan rasa sama daniel selama kalian bersama?" selidik joy
"Lu tau kan gua nggak pernah berniat punya hubungan pribadi sama siapapun" ucap nya dengan tatapan seakan ingin membunuh orang yang ada di hadapannya sekarang
"Tentu saja gue tau, gua emang nggak pernah liat lu tertarik dengan siapa saja dan karena itu juga mereka nyebut lu pria sedingin es tapi seperti es ada saatnya juga kebekuan itu mencair dan akhirnya meleleh karena panas bukankah hati lu sekarang lagi panas?" senyum joy melebar
"Lu bicara ap?" ice menaikkan sebelah alisnya
"Kalau lu emang nggak ada rasa apapun sama daniel seperti yang lu bilang lalu knapa juga lu harus marah hanya karena foto ini? Apa lu keberatan kalo daniel bersama orang lain? Terlebih lagi pria itu adalah kevin yang ketampanannya bahkan sudah di akui oleh seluruh produser kita..." joy memperhatikan reaksi ice
"Gue nggak keberatan!!!" ice mempertegas ucapannya
"Gue nggak keberatan asalkan keduanya nggak menunjukkan secara terang-terangan di hadapan gue..!" ucap ice lalu pergi meninggalkan joy masih tetap berdiri d sana.
"Ice... Gua mau minta maaf soal foto itu, sebenarnya kami hanya pergi makan sebentar dan gua juga udah berhati-hati tapi entah bagaimana foto itu bisa muncul, gua sama sekali nggak tau..."
Lu mau lakuin apa aja juga terserah lu kok..." ucap ice tak mempedulikan ucapan daniel
"Lu marah?" daniel memiringkan kepalnya untuk melihat wajah ice yang tak mau menatapnya hanya melihat ke arah buku yang di pegangnya
"Apa lu masih peduli ma gue?" tatap ice dingin
"Tentu saja! Selama lu masih ingin di pedulikan gua pasti akan peduli ma lu..." ucap daniel jujur karena ia yakin kalau dirinya tak akan bisa mengabaikan ice
"Sebaiknya lu jangan terlalu baik ma gue... Gue itu gak sebaik yang lu pikir.. Gue kalo mau juga bisa jadi orang jahat yang tak akan segan-segan untuk nyakitin lu..."
Daniel menggelengkan kepalanya dengan kuat
"Tidak...tidak... Gua juga nggak mau kok kalo lu baik sama gua... Gua malah berharap kalo lu jahat ma gua, gua ingin lu buat gua benci ma lu.. Semakin benci makin baik, tapi jika lu terlalu baik ma gua maka tentu saja gua akan makin sulit untuk lepasin lu.." ucapnya sedih
Ice terdiam sesaat ucapan daniel membuatnya berfikir
'Benarkah lu nggak bisa lepasin gue walaupun ada orang yang kini sedang berusaha untuk deketin lu?' tanyanya penasaran
"Apakah lu ingin gua untuk lepasin lu? Gua bisa aja lepasin lu tapi hatiku pasti akan menolak... Karena gua pasti butuh waktu banyak untuk menghapus perasaan ini..."
"Kita lihat aja seberapa dalam lu mencintai gue..." ucap ice menutup bukunya lalu melangkah pergi meninggalkan daniel
"Cinta gua ma lu sangat dalam ice... Melebihi apapun di dunia ini apakah lu nggak sadar?" gumam daniel lirih
Daniel akhirnya pun meninggalkan tempat itu dan pergi menuju ke atap sekolah dan menangis di sana.
Joy yang secara tak sengaja melihat daniel sedang menangis di atap sekolah pun meledeknya
"Lu nggak akan bunuh diri kan dengan melompat ke bawah kan?"
Joy menatap ke bawah dan bergidik ngeri
"Tapi kalo lu memang berniat untuk lakukan itu gue sarankan jangan lakukan di sini dah... Soalnya kalo lu jatuh dari sini pasti akan mengerikan sekali, tangan sama kaki lu pasti akan patah, lalu tengkorak kepala lu hancur dan darah lu pasti akan berceceran di mana-mana lalu roh lu pasti akan jadi hantu gentayangan di skolah ini..."
"Yap! Benar sekali... Gua akan jadi hantu gentayangan yang akan menghantui lu tiap hari sampai lu nggak bisa tidur HAH!"
Daniel membuat ekspresi wajah menyeramkan namun bukannya takut joy malah tertawa geli
"Kenapa harus gue, bukan ice?"
"Karena lu yang paling menjengkelkan dari mereka tiga"
"Jadi bener kalo lu lagi deket dengan kevin?"
"Kenapa sih semua orang harus mempertanyakan hubungan gua dengan kevin? Seperti wabah penyakit menular aja. Emangnya gua nggak boleh ya dekat dengan kevin?" daniel tampak sangat sebal
"Tentu aja boleh kan dengan gitu lu juga bisa lepas dari ice..." seru joy
"Tunggu! Gua nggak pernah bilang kalo kevin akan menggantikan posisi ice di hati gua, kita cuma berteman aja nggak lebih..." protes daniel agar joy tak salah paham dengan maksud perkataan 'dekat' tadi.
"Kenapa lu nggak coba? Daripada lu mempertahankan cinta lu yang gak terbalas bukankah lebih baik sama kevin yang tampaknya juga tertarik ma lu?"
"Tapi masalahnya gua belum bisa melupakan ice, kalau saja bisa gua juga ingin lupain dia. Lu tau kan perasaan ini menyiksa gua bnget..." kata daniel putus asa
"Kalau benar lu ingin lupain ice gue bisa bantu lu..." ucap joy
"Bantu gua?"
Daniel pun jadi teringat dengan joy yang ingin mengajaknya pacaran
"Lu nggak akan buat gua pacaran ma lu kan?"
Joy tertawa kecil
"Tentu saja nggak lu kan udah nolak gue... Tapi kalo lu mau gue juga mau kok pacaran ma lu" ujar joy sambil tersenyum nakal pada daniel
"Jangan bercanda!, lalu kalo bukan itu apa? Lu nggak akan nyuruh gua untuk membenturkan kepala gua di dinding supaya kena amnesia kan?" tebak daniel lagi
"mungkin itu adalah cara terakhir yang akan gue suruh lu lakukan kalo cara ini tak berhasil..." jawab joy santai
"Menurut gua nggak akan ada cara apapun dah yang mempan untuk buat gua lupain ice... Yah kecuali kalo gua mati..."
"Nih ambil... Coba aja dulu mana tau berhasil.." joy menyerahkan sebuah kartu nama
"Apa ini?" daniel mengambil kartu nama itu.
"Namanya romeo dia teman gue yang seorang psikolog" jelas joy
Ketika pulang sekolah danil pun segera pergi ke tempat yang di tuliskan di kartu nama tersebut.
Daniel berada di sebuah ruangan gelap yang hanya di terangi sekitar 20 an cahaya lilin di setiap sudut ruangan serta wangi aroma theraphy yang bisa menenangkan pikiran orang yang masuk ke dalam ruangan tersebut.
Pertama kali masuk dan menemui dokter romeo di tempat praktiknya, daniel tampak tak percaya kalau dokter romeo itu masih berumur sekitar 22 tahun, pertama kali sebelum ia belum melihat dokter romeo dia malah membayangkan kalau dokter romeo itu sudah berumur sekitar 50 an dengan uban yang banyak serta kacamata yang bertengger di hidungnya. Tapi ternyata ia malah masih muda dan cakep serta murah senyum kemudian dokter romeo pun langsung menyuruh daniel untuk duduk dan memejamkan matanya.
"Adik daniel kamu bisa menceritakan masalah percintaan kamu pada saya dan mudah-mudahan aku bisa membantumu..." katanya dengan ramah
"Apakah aku boleh memanggil kamu dengan sebutan dokter romeo?" tanya daniel dengan mata terpejam
"Tentu, terserah kamu mau manggil saya apa itu nggak masalah buatku..." kata dokter romeo dengan tersenyum
"Boleh ku tahu apakah nama dokter memang romeo?"
"Kenapa? Apakah ada yang aneh dengan nama saya?"
"Nggak hanya mirip saja dengan film romeo dan juliet hehe..." daniel tertawa pendek
"Apakah dokter pernah mengalami patah hati sebelumnya?"
"Benar, aku juga pernah mengalami patah hati dan kebetulan namaku romeo beserta kisah romeo dan juliet yang ternyata benar-benar terjadi dalam hidupku tapi sayangnya aku nggak mati..." tawanya
"Lalu apa pacar dokter meninggal?"
"Benar oleh karena aku juga telah mengalami apa yang telah di alami pasien-pasienku sehingga aku bisa merasakan apa yang mereka rasakan kadang... Tunggu kenapa jadi aku yang bercerita seharusnya kan kamu yang cerita.." kata dokter romeo yang baru menyadari kesalahnnya
"Benar juga ya maaf hehe..." daniel tertawa terkekeh
"Apa kau sudah bisa memulai ceritanya?"
"Sebelum aku mulai curhat apakah dokter tak menyalakan musik untukku?" tanya daniel
"Untuk apa?"
Dokter romeo mengerutkan dahi melihat tingkah pasiennya yang satu ini.
"Yah untuk menghidupkan suasana saat saya bercerita... Biar kayak bisa mendramatisir seperti di sinetron-sinetron gitu... Kan keren soalnya"
"Baiklah.."
Daniel mendengar suara kursi di tarik lalu mendengar suara langkah kaki yang menjauh dari tempat duduknya
"Kamu ingin mendengar lagu apa?" tanya dokter romeo sambil memilih keping cd yang ada di rak
"Mungkin lagunya celine dion yang jadi ost nya titanic"
"My heart will go on?"
"Yap bisa kau putarkan untukku?"
"Biar kucari"
Dokter romeo mencari kepingan cd koleksinya yang tersusun rapi di rak dan selah menemukan cd yang di carinya, ia kemudian memasukkannya ke player dan tak lama kemudian suara musik pun mulai mengalun dan dokter romeo pun kembali ke tempat duduknya
"Sekarang kamu bisa memulainya?"
Daniel menarik nafas yang dalam sebelum bercerita
"Dokter, kau tau hal apa yang paling menyakitkan dan menyedihkan dalam hidupku?"
"Aku tau kau pasti di putusi oleh pacarmu kan?" tebaknya karena biasanya inilah alasan yang biasanya di lontarkan pasien lain ketika berkonsultasi padanya
"Tidak bukan itu..." kata daniel yang membuat dokter romeo mengangkat alisnya
"Apakah ada hal lainnya yang lebih menyakitkan selain di putusi oleh pacar?"
"Ada misalnya seperti kehilangan orang yang paling kau cintai... Dan kehilangan di sini bukanlah seperti orang itu pergi ke luar negri terus bisa kembali lagi tapi kehilangan yang kumaksud di sini adalah kehilangan orang itu untuk selamanya.."
"Kamu sudah pernah kehilangan seseorang yang paling kamu sayangi sebelumnya?"
"Saya fikir semua orang juga pernah merasakan kehilangan... Dan hal yang paling membuatku sedih adalah ketika ayahku meninggal 3 tahun yang lalu dan yang ke dua baru lah di putusi oleh pacar" ujar daniel mulai sedih sementara dokter hanya bisa mengganguk-angguk sendiri
"Terus?"
"Apa dokter tau hari terburukku adalah hari apa?"
"Tidak...”
"Hari paling burukku adalah hari ulang tahunku"
"Hari ulang tahun? Kenapa hari ulang tahun mu bisa menjadi hari yang paling buruk untukmu?" dokter romeo mengerutkan keningnya
"Karema aku di putusin oleh pacarku di saat hari ulang tahunku... Dan sungguh ini adalah ulang tahun terburuk dalam hidupku" ucap daniel mulai menitikkan air mata
"Bisa kau sebutkan pacarmu seperti apa?"
"Dia adalah orang yang paling sempurna di sunia ini. Pintar, kaya, populer, menjadi idola sekolah serta bisa menyanyi, suaranya juga sangat bagus dan merupakan salah satu ketua dari grup band terkenal"
"Lalu bagaimana kamu bisa putus dengan pacarmu?"
"Karena ia hanya memanfaatkan aku saja untuk menghindari fans nya"
"Lalu apakah kau membencinya?'
"Tidak... Aku tidak membencinya dan aku malah membantunya untuk meneruskan sandiwara sebagai sepasang kekasih"
"Kenapa kau mau melakukannya? Bukankah dia sudah menyakitimu dan sudah sepantasnya kau meninggalkannya lalu mencari orang lain yang lebih baik darinya"
"Susah... Aku terlalu mencintainya dan sampai saat ini masih tak ada orang yang bisa menggantikan posisinya di hatiku"
"Alasan mu kesini untuk melupakannya kan?"
"Benar aku ingin melupakannya"
"Lalu apa alasanmu tiba-tiba memutuskan ingin melupakannya?"
"Sudah ada orang lain yang lebih baik dariku yang dekat dengannya, sungguh itu membuatku sangatlah tersiksa dan tak bisa terus berada di dekatnya lagi sehingga akupun memutuskan untuk ingin secepatnya menjauh darinya"
"Apakah kau sudah pernah mencoba untuk melupakannya?"
"Pernah tapi aku tetap tak bisa melupakannya"
"Apakah ia punya kelemahan atau kelakuan buruk lainnya?"
"Tidak... Ia adalah orang paling sempurna yang pernah kutemui"
"Baiklah kalau begitu hal apa yang paling kau benci?"
"Kenapa dokter ingin tau?"
"Kalau aku bertanya kamu hanya harus menjawab saja"
Daniel mulai memikirkan hal apa yang paling ia benci serta menakutkan baginya
"Yang paling kubenci serta menakutkan adalah KECOA!!" seru daniel
"Apa alasannya?"
"Tentu saja dokter nggak tau apa kecoa itu sangat lah menjijikan dan bau banget lho... Apalagi yang bisa terbang langsung deh paduan suara satu rumah, apalagi pas malam-malam ada kecoa yang sedang jalan-jalan di tubuh kita tuh kakinya lho iuww banget..." daniel bergidik jika membayangkannya
"Kalau begitu sekarang bayangkan wajah pacarmu"
Dalam hitungan detik wajah ice langsung memenuhi benak daniel
"Sudah" ujar daniel sambil tersenyum
"Sekarang bayangkan wajah dia jadi kecoa"
"APA?? BAYANGIN MUKA DIA JADI KECOA?!!!" daniel langsung membuka kedua matanya
"Benar, dengan begitu kamu jadi bisa perlahan-lahan melupakan wajahnya jika kamu terus membayangkan wajahnya jadi kecoa"
"Tapi bagaimana mungkin wajah se perfect itu berubah jadi kecoa gak ke bayang banget dah... Terus kenapa harus kecoa bukan yang lain? Kupu-kupu kan lebih bagus"
"Gini saja logikanya jika kau terus membayangkan wajahnya menjadi suatu hal yang paling kau benci maka secara perlahan kau pun akan mulai merasa jijik untuk mendekatinya"
"Benar juga sih"
Daniel memejamkan matanya kuat-kuat namun akhirnya ia menyerah dan membuka matanya kembali
"Aku tidak kuat dan tidak bisa melakukannya dok..." keluhnya
"Coba lagi"
Daniel menarik nafas dalam-dalam dan berkonsentrasi lalu secara perlahan-lahan memejamkan matanya kembali berusaha membayangkan wajah ice yang perlahan-lahan berubah jadi kecoa.
thanks pake banget buat kak ts akunya udah di mention. kl kak ts up lg jangan lupa ya buat mention aku ya . aku slalu nunggu mention kamu buat aku jd jangan lupa mention aku lg kak ts skali lg thanks ya
thanks pake banget buat kak ts akunya udah di mention. kl kak ts up lg jangan lupa ya buat mention aku ya . aku slalu nunggu mention kamu buat aku jd jangan lupa mention aku lg kak ts skali lg thanks ya
tinggal injek aja klo ketemu.
Jgn d injak soalnya tuh dalam tubuh kecoa masih ada cacing yg katanya bisa masuk ke tubuh manusia...
Si daniel bikang 'apa, bayangkan wajahnya jadi kecoa'
Lanjut...
ngebayanin wajah orang jadi keceoa geliii wehhhhhhh