It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
btw,thanks ya dah mention q..
CHAOTER 14
VACATION
Ke esokan harinya di sekolah daniel berjalan di koridor sekolah sambil berkomat-kamit berusaha membayangkan ice menjadi seekor kecoa. Dan ketika ia berpapasan dengan ice dan berjalan semakin dekat ke arahnya, danielpun masih sibuk membaca mantranya
"Ngapain lu?" tanya ice yang melihat daniel berkomat-kamit tak jelas
"Oh daniel.... Yang ada di hadapan lu saat ini bukanlah sosok ice yang ganteng, kaya, populer dan seorang bintang sekolah tapi dia hanyalah se ekor kecoa yang bau, menjijikan dan menggelikan" ucap daniel yang terus berusaha membayangkan wajah ice berubah menjadi kecoa namun setelah berhasil mengubah wajah ice yang sedikit-sedikit berubah menjadi kecoa daniel langsung mebelalakan matanya dengan lebar terus berteriak dengah keras
"KYAAAAAAA!!!" jerit daniel dengan menutup kedua matanya hingga membuat ice bingung sekaligus terkejut
"Hei... Lu kenapa ada apa sih?" ujar ice yang mengangkat sebelah alisnya dan memegang tangan daniel
"Iwyuuhh!!! SHIT!!!! Menggelikan banget....!" ujar daniel yang langsung mendorong tubuh ice dan berlari sekencang-kencangnya untuk menghindari ice tapi ia malah menabrak joy.
"AWW..."
"Woi... Napa lu? Kayak habis di kejar setan aja..." kata joy yang sedikit kaget melihat wajah daniel yang tampak ketakutan
Daniel celingak-celinguk lalu menoleh ke belakang karena takut ice akan mengejarnya dan stelah merasa aman daniel langsung menarik nafas yang dalam kemudian menghembusnya dengan kuat
"Bukan di kejar setan tapi semalaman ini gua terus di kejar oleh mahkluk menjijikan yang bernama kecoa"
"Maksudnya?"
"Gua sudah mengikuti saran li dengan mengunjungi dokter romeo dan gua juga udah ngikutin sarannya"
"Terus dia suruh lu melakukan apa?"
"Dia nyuruh gua untuk membayangkan wajah ice jadi kecoa" kata daniel dengan geli
"Lalu lu melakukannya?" ujar joy menahan tawa
"Gua udah mencoba melakukannya dan dengan susah payah gua berhasil mengubah wajah ice berubah wujud tapi tetap aja gua jijik banget dan gak rela banget membayangkan wajah ice yang ganteng jadi kecoa" ujar daniel langsung bergidik
"Lu menggangap sosok ice sempurna di mata lu?" decak joy kesal kemudia berjalan pergi
"Terus apa yang harus gua lakukan kalau gua menggangap di dunia ini tak ada cowok yang bisa nandingi ice d mata sama hati gua..."
"Sebaiknya lu temui psikolog lagi!" seru joy
"Ahhh gua nggak percaya sama tuh psikolog nggak logis bnget caranya.."
"Coba aja dulu mana tau berhasil.."
"Baiklah.." ujar daniel menyerah
Jam pulang sekolah sudah lewat 3 setengah jam yang lalu, daniel juga sudah pergi menemui dokter romeo dan ketika ia sampai di rumahnya daniel pun langsung masuk ke kamarnya
"Ini untuk terakhir kalinya gua melihat lu..." gumam daniel sedih lalu perlahan-lahan naik ke ranjangnya kemudian mendekati poster besar yang tertempel di dinding
"Selamat tinggal ice.."
Beberapa detik menimbang-nimbang apakah ia harus menuruti saran dari psikolog romeo untuk membakar semua barang yang berhubungan dengan ice termasuk juga poster-poster itu
Danielpun akhirnya memutuskan untuk menuruti saran dokter romeo dan sebelum ia melakukannya ia ciumi dulu bibir ice di poster itu satu persatu lalu mencopot semua poster yang menempel di dinding kamarnya hingga tak tersisa satupun
Daniel membawa tong sampah itu ke halaman belakang dan bersiap-siap membakarnya
"Gua akan lupain lu ice..."
Sinar matahari menembus lantai keramik putih, keesokan harinya ketika daniel bangun dengan perlahan, rasa kantuk masih menggantung di matanya saat ia menatap sekeliling dinding kamarnya yang kosong.
Kamarnya yang biasanya selalu di penuhi dengan foto-foto dan poster di dinding dan meja yang tampak bersih tak ada lagi wajah ice yang menyambutnya ketika ia bangun
Selama seminggu daniel terus mencoba melupakan ingatannya tentang ice. Ia juga berusaha menjaga jarak untuk tak menemuinya di sekolah dengan mengurung dirinya di perpustakaan selama istirahat namun tak di dapat si pungkiri berat rasanya menahan kerinduannya pada ice.
Ketika di sekolah pada jam istirahat, daniel yang merasa bosan ke perpustakaan pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke atap sekolah dan bertemu dengan joy di sana
"Joy, lu tau nggak ternyata dokter romeo selain jadi seorang psikologi ia juga memiliki salon PH"
"Ya gue tau kenapa? Apa lu juga igin jadi langganan di salon patah hatinya juga?" kata joy sambil tertawa
"Iihh... Amit-amit deh..." daniel merasa ogah untuk menginjakan kakinya ke salon itu karena ia merasa dirinya belom sampai ke tahap itu.
"Tapi 98% yang mengunjungi salon PH berhasil memulai hidupnya kembali dengan mendapat pacar baru dan hidup bahagia"
"Lalu 2 persennya gimana?"
"Dua persennya..." joy sengaja memanjangkan kata-katanya untuk membuat daniel menjadi penasaran
"Ya dua persennya kenapa?" tanya daniel dengan kesal
"Dia jadi gila..?" tebak daniel sambil membelalakan matanya
Joy menggelengkan kepalanya
"2% nya mereka memutuskan untuk melayani tuhan dengan menjadi pendeta atau menjadi bhiksu" bisiknya pada daniel
"Menjadi pendeta sama bhiksu? Oh tidak.... Apa nanti gua juga akan seperti mreka?" gumam daniel putus asa
Joy memperhatikan daniel dengan seksama sambil jalan memutari daniel lalu membayangkan jika daniel menjadi pendeta atau menjadi bhiksu
"Sepertinya cocok!" kata joy sambil tertawa terkekeh
"Apanya yang cocok?" tanya daniel sambil membelalakan matanya
"Cocok kalo kepala lu di botakin kek bhiksu kwkwkwkw" joy tertawa dengan keras
"Gua nggak mau ini salah lu!"
"Lah napa lu jadi nyalahin gue?"
"Kan karena loe gua jadi kenal sama dokter romeo yang aneh itu"
"Gue kan cuma mau membantu memecahkan masalah lu.."
"Lu itu bukannya membantu tapi malah buat masalah gua semakin runyam tau!"
"Gue kayaknya ada kenalan psikiater lain loe mau ktemu dengannya?"
"Oh... Kenapa lu nggak sekalian aja bawa gua ke rumah sakit jiwa?" ucap daniel kesal sambil menendang kaki joy dengan kesal
"Sepertinya gosip kemarin benar kalau hubungan kalian itu sangat dekat..." kata ice yang tiba-tiba muncul
Tubuh danielpun menjadi kaku saat ice muncul di hadapannya
"Gosip apaan?" tanya joy mengerutkan keningnya sambil menatap ice dengan heran
"Emangnya ada yang lagi gosipin kita ya?"
Daniel menatap ice dengan geram
"Kalau gosip itu memang benar emangnya kenapa gak boleh?" ujar daniel yang spontan mengeluarkan kata-kata itu dan setelahnya ingin sekali ia menarik kembali kata-kata itu
Ice menanggapi dengan ekspresi datar
"Baiklah kalau ini yang lu mau, lu boleh kok mengakhiri ini semua" ucap ice sebelum melangkah pergi
"Hubungan kalian semakin memburuk ya?" tanya joy
"Sejak kemunculan foto gua dengan kevin, sepertinya ice marah bnget sama gua..."
"Lalu yang di maksud dengan gosip tadi, itu gosip yang mana?" tanya joy penasaran lalu mengalungkan tangannya ke leher daniel
Daniel menepis tangannya
"Nggak ada! Itu hanya ucapan ngawur dari ice saja, sama sekali tak ada gosip apapun tentang kita!" ucap daniel lalu melangkah pergi
"Jadi?" desak joy dengan mengikuti langkah kaki daniel
"Bukannya lu harus menjelaskan sesuatu ke gue?"
"Sebaiknya lu nggak tau!" dengus daniel dengan melangkah lebih cepat
Musim liburan telah datang, joy pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatan itu, untuk itu ia mengusulkan pada ice dan kenedy untuk berlibur ke bali.
Namun ada sesuatu yang membuat ice menjadi tak bersemangat karena tanpa sepengetahuannya joy juga mengajak kevin dan jean ikut dalam liburan mreka.
"Apa maksud lu sampe ngajak mreka juga?" tanya ice dengan geram sambil melotot ke joy
"Bukankah ini lebih asyik? Dengan gini kan gue bisa deketin kalian..." kata joy dengan santai
"Maksud lu?" ice memicingkan matanya
"Lu bisa mendekati jean dan kevin bisa mendekati daniel, dengan begini kan lu bisa lepas dari daniel selamanya dan sandiwara kalian sbagai sepasang kekasih juga bisa d akhiri" ucap joy sambil mengedipkan sebelah matanya
"Lu sengaja ya?" ucap ice kesal
"Gue hanya ingin membantu..."
"Seinget gue, gue nggak pernah minta bantuan lu untuk lakuin hal ini..." ucap ice dengan sorot matanya yang marah dan rahangnya mengeras hingga tampak urat-urat lehernya
"Bukannya ini ide yang bagus? Ice... Sharusnya lu itu berterima kasih ke gue... Berterima kasih karena gue udah buat ide se cemerlang ini..."
"Terima kasih kepala lu!" ice menyentil kepala joy hingga joy mengaduh kesakitan
"Makan ide cemerlang lu itu"
Sesampainya di villa, joy dengan entengnya mengatakan bahwa ia telah mengatur kamar mereka masing-masing, joy dengan sengaja mengatur agar ice sekamar dengan jean sedangkan daniel sekamar dengan kevin hingga membuat mreka menjadi kaget
"Apakah ini juga merupakan ide cemerlang lu?" ucap ice sambil mengepalkan tangannya
"Lu nggak suka?" joy mengerutkan dahinya
"Ini villa gue! Gue mau tidur dimana dan sama siapa apa perlu lu atur juga?" ujar ice yang kesel sama sepupunya itu
"Lu keberatan sekamar dengan jean atau keberatan daniel sekamar dengan kevin? Oh! Apa mungkin lu yang ingin sekamar dengan daniel?" ucap joy santai yang seakan-akan tak takut akan kemarahan ice yang dari tatapannya saja seolah ingin mencekik joy hingga ia tak bisa bicara
Telinga ice terasa terbakar saat mendengar kata-kata joy tentang daniel ingin sekali rasanya ia memukul joy untung saja ia sanggup menahan emosinya.
Sementara di dalam kamar dengan dua ranjang yang terpisah daniel sedang membereskan barang-barangnya
"Lu nggak keberatan sekamar sama gua?" tanya kevin ke daniel
"Nggak kok..." ucap daniel sambil tersenyum, sebenarnya ia juga tak tau mengapa joy bisa mengatur smua ini
"Sumpah.. Gua nggak ngerti sama hubungan kalian..."
”apa?" daniel memiringkan kepalanya dan menoleh ke arah kevin
"Hubungan lu dengan steven"
"Rumit bnget klo d jelaskan" daniel sendiri juga tak tau dan tak mengerti hubungan seperti apa yang sedang ia jalani skrg ini, tapi dengan kejadian kemarin sepertinya hubungannya dengan ice sudah benar-benar brakhir, sekarang mreka menjalani hidupnya masing-masing seolah seperti tak pernah terlibat hubungan apapun, bahkan mreka skrg sudah tak saling menyapa lg
"Steven nggak cemburu sama hal ini?"
"Entahlah... Gua rasa nggak..."
"Jadi kalau skrg gua minta lu jadi pacar gua apakah dia juga tak keberatan?" tanya kevin dan daniel langsung menghentikan kegiatannya
Di sisi lain d kamar joy dan kenedy
"Sebenarnya apa yang lu rencanain?" tanya kenedy pada joy, ia sudah tak bisa menutupi rasa penasarannya, joy yang sedang berdiri di balkon kamar sambil menghirup udara malam dan memegang secangkir teh panas langsung menoleh ke arah kenedy
"Seperti yang lu lihat..." ucap joy tersenyum sambil meminum tehnya perlahan
"Menjodohkan mereka dengan jadi mak comblang?" tawa kenedy
"Lu yakin ini akan berhasil?"
"Untuk yang ini mungkin tidak, tapi rencana lain mungkin akan berhasil"
"Gila, Lu masih punya rencana lain? Sebenarnya apa sih rencana lu? Coba bocorin ke gua sdikit"
Joy kembali meminum tehnya
"Gue hanya ingin memastikan sesuatu aja..."
"Apa yang ingin lu pastikan?" tanya kenedy dengan cepat
"Lihat saja nanti" ucap joy dengan percaya diri seolah yakin rencananya akan berhasil
"Joy... Sepertinya lu sudah keterlaluan.."
"Lu salah... Justru gue yang sedang membantu dia sambil sedikit memberi dia pelajaran"
"Kalau ice tau pasti dia akan menghajar lu"
"Dia udah menghajar gua 2x kok" bisik joy ke kenedy
"Benarkah?" kenedy sedikit tersentak
Di kamar kevin dan daniel
Daniel berkedip "sorry.. Tadi gua nggak denger apa yang sedang lu bilang"
Kevin tersenyum samar "kalo gua menyatakan cinta d hadapan lu sekarang apakah dia juga tak akan cemburu?" ulangnya
Setelah daniel diam beberapa saat ia pun menjawab
"Kurasa tidak... Ice sudah nggak peduli lagi sama gua... Ice nggak mencintai gua... Lu tau, sebenarnya hubungan kami itu sudah berakhir tapi gua sendiri yang mau melanjutkannya" ucap daniel jujur karena ia merasa tak ada gunanya juga bohong ke kevin dan kevin juga adalah orang yang bisa di percaya jadi tak mungkin ia memyebarluaskan informasi itu seperti yang di lakukan oleh rina san teman-temannya
"Begitukah?" kevin agak kaget mendengarnya
D sisi lain d kamar ice
"Kalau lu keberatan sekamar sama gue lu boleh kok pndah kamar, gue nggak keberatan" kata ice pada jean
"Gue nggak akan keberatan kok asalkan lu juga nggak keberatan sekamar dengan gue" sahut jean ceria
Ice hanya menanggapi kata-kata jean dengan tersenyum
"Maaf... Ee... Gue denger kalo lu pacaran sama daniel... Jadi kenapa lu setuju kalo daniel sekamar dengan cowok lain?"
"Kami sedang bertengkar" jawabnya singkat lalu beranjak meninggalkan kamar
"Gue ke kamar joy dulu" pamit ice dan jean pun hanya mengganguk
Malamnya mereka mengadakan acara BBQ. Daniel sedang memanggang sate dan ikan bakar kemudian jean pun datang menghampiri untuk membantunya
"Baunya enak sekali, harum mendadak gue jadi laper nih hahaha" katanya sambil meringis
"Sebentar lagi matang kok" daniel tersenyum ramah pada jean, setelah berkenalan dengannya mereka berdua menjadi akrab, jean adalah seorang teman yang menyenangkan bagi daniel tak ada alasan bagi daniel untuk membencinya walaupun ia tau suatu saat jean akan merebut ice dari tangannya
"Sebenarnya hubungan lu sma ice gimana sih?" tanya jean penasaran
"Menurut lu?" tanya daniel balik
"Sepertinya kurang lancar ya? Steven bilang kalo kalian saat ini sedang bertengkar" jean berkata dengan hati-hati agar tak menyinggung perasaan daniel
Daniel tersentak dan segera mengalihkan pandangan ke arah jean
"Dia bilang bgitu?" mata daniel sedikit melebar
"Salah ya?"
"Lu nggak salah kok... Kami memang sedang bertengkar" ucap daniel membenarkannya kemudian joy dan kenedy datang menghampiri mereka dan mreka berdua pun akhirnya mengakhiri obrolan mereka
"Wah tampaknya lezat kita bisa pesta makan malam nih" kata kenedy dengan gembira
"masih blom matang ya?" tanya joy
"Hampir selesai kok" kata daniel
"Oh ya joy... Makasih ya karena sudah mau ngundang gue dan kevin ke sini..." kata jean
"Lebih rame kan lebih asyik" jawab joy
"Daniel kalo makanannya masih kurang di dalam masih ada kok" ucap kenedy mengingatkan
"Nggak... Ini udah cukup kok hahaha" tawa daniel
"Gue siapkan minuman d dalam dlu ya" kata jean masuk ke dalam villa.
Ice hanya memandang mereka dari beranda sedangkan kevin duduk di taman sambil memetik gitarnya
"Niel... Lu nggak marah ke gue kan?" tanya joy stelah jean pergi
"Marah? Kenapa gua mesti marah?" tanya daniel pura-pura tak tau
"Mengundang mereka serta mengatur kamar kalian.." bisiknya
"Gua nggak ada hak buat marah kok... Kalian kan tuan rumahnya sedangkan gua d sini hanya sebagai tamu..." ucap daniel sambil menyiapkan piring untuk makan malam
"Sebenarnya gue punya tujuan melakukan semua ini..." kata joy sambil menggosok-gosokan hidungnya
"Gua nggak berniat untuk mengetahui apa rencana kalian dan tujuan lu, setidaknya yang gua tau lu hnya mau misahin gua dari ice" daniel tersenyum sambil meletakkan beberapa tusuk sate dan ikan bakar d piring kosong
"Bukan gtu mksud gue.."
"Mampus! Biar tau rasa.." bisik kenedy pada joy
"Kelihatannya enak.. Ini buat lu.." daniel memberikan sepiring untuk kenedy
"Thanks daniel..."
Daniel mengangkat kedua piring yang tersisa lalu pergi begitu saja
"Untuk gue mana?" tanya joy yang melihat sepertinya daniel tak berniat memberikan sepering dari 2 piring yang d pegangnya
"Untuk lu? Nggak ada dah kayaknya... Panggang aja sndiri.."
"Kok gtu sih?" protes joy tapi daniel malah melangkah pergi dan meninggalkannya
"Ternyata dia marah sama gue.." keluh joy
"Makannya lu tuh jangan suka sok ikut campur urusan orang lain gini kan jadinya" kenedy menepuk bahu joy lalu meninggalkannya
kok bisa sekamar ama Ice.