It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Seminggu kemudian, Leon berjalan mondar-mandir dengan gelisah di depan kantor Ayahnya.
“Leon! Ayah senang kamu datang kemari!” kata Alex saat Leon tiba di dalam kantor Ayahnya.
Leon berjalan memasuki ruangan kerja Ayahnya. Di meja kantor tersebut terdapat fotonya saat berumur sepuluh tahun.
Leon duduk di hadapan Ayahnya. Kali ini Leon benar-benar merasa canggung.
“Ada masalah, Leon?” tanya Alex.
“Begini… Ayah… temanku mau berulang tahun dan aku… aku tidak punya baju untuk pergi ke sana!”
Alex tersenyum mengerti. “Kamu mau minta bantuan Ayah untuk membelikan baju untukmu?”
Leon mengangguk. “Aku belum pernah membeli baju pesta sebelumnya. Tapi kalau Ayah sibuk tidak apa-apa! Aku bisa…”
“Leon!” sela Alex. “Ayah akan dengan senang hati membantumu mendapatkan baju pesta yang cocok untukmu!”
“Apakah aku tidak menganggu pekerjaan Ayah?” tanya Leon perlahan.
“Saat ini tidak ada yang lebih penting daripada mencarikan baju pesta untuk putraku!” kata Alex. “Ayo!” katanya sambil mengambil dompetnya. “Kita berburu baju!”
Mereka keluar masuk dari satu toko ke toko yang lain. Sampai akhirnya, Leon berhenti di sebuah toko dan menemukan hem abu-abu, dengan dasi hitam, dilengkapi dengan jas dan celana panjang krem . Ayah Leon tertawa pelan. Mereka sudah menemukan baju yang tepat.
Leon pun mengajak Ayahnya pergi ke salon. Leon ingin mengubah warna dan model rambutnya.
Beberapa saat kemudian Ayah Leon tersenyum melihat putranya begitu tampan dengan potongan rambut barunya dan warna rambutnya kembali semula berwarna hitam
***
Leon tiba di rumah dan cepat-cepat mandi untuk mengenakan baju tersebut. Leon pun merapikan rambutnya memakai gel.
“Oke, pasti Randy kaget dengan potongan rambutku dan warna rambutku hehehe” kata Leon sambil tersenyum di depan cermin.
Tatapan Leon jatuh pada jam dinding di kamarnya. Sudah jam setengah delapan.
“Aku telat!” teriak Leon. “Pestanya dimulai jam tujuh! Aku harus pergi!”
Leon berlari mengambil sepatu hitamnya dan memakainya. Lalu dia mengambil kado yang sudah terbungkus di atas tempat tidurnya. Leon menoleh ke Ayahnya.
“Terima kasih, Ayah!” katanya canggung. Lalu dia bergegas naik motor ninja merahnya. Dari atas jendela kamar putranya.
Alex memandang putranya yang naik motor ninja merah.
Putraku sudah besar, desahnya dalam hati.
“Selamat bersenang-senang, Leon.” Katanya kemudian.
***
Randy memandang kerumunan orang di depannya. Dia sudah meniup lilin dan memotong kue, tetapi kekasih yang dia harapkan belum datang juga. Apakah dia tidak akan datang? Tanyanya dalam hati. Tentu saja Randy akan kecewa jika Leon tidak datang.
Leon pun memakirkan motor ninjanya di parkiran halaman Rumah Randy. Rumah Randy lebih besar dari rumahnya. Para tamu terlihat sudah berdatangan. Leon merapikan jas hitamnya.
Ketika Leon memasuki rumah Randy semua mata memandang ke arahnya terutama wanita. Leon berjalan sangat cepat melewati mereka.
Matanya mencari-cari Randy di antara kerumunan orang di depannya.
“Kamu sepertinya tidak menikmati pesta ini!”
Randy menoleh ke belakang dan mendapati Ayahnya sedang mendekatinya.
“Bukan seperti itu, Ayah!” kata Randy. “Pestanya meriah. Ibu telah mempersiapkannya dengan sempurna. Aku harus berterima kasih pada Ibu nanti!”
“Lalu kenapa kamu melamun di sini?” Tanyanya lagi.
“Aku sedang menunggu seseorang!” kata Randy.
“Leon bukan?” tanya Ayahnya sambil tersenyum mengerti.
Muka Randy bersemu merah kemudian mengangguk. Ayahnya pun tersenyum dan mengelus rambut putranya.
Ayah dan Ibu Randy mengetahui putranya menyukai cowok karena putranya mengatakan kepada mereka.
Awalnya mereka kecewa kepada Randy tetapi Ayah dan Ibunya ingin Randy bahagia dan ingin melihat senyuman di wajah Randy.
Sebelum ada Leon, Ayah Randy tidak pernah melihat Randy tersenyum lebar apalagi tertawa ketika Randy mempunyai penyakit tersebut . Ayah Randy ingin Leon terus bersama di sisi Randy.
Tiba-tiba Ibunya menghampiri. “Randy, kenapa kamu tidak bergabung dengan teman-temanmu di taman?”
Randy menatap Ibunya sambil tersenyum. “Nanti Randy ke sana!” katanya lembut. “Saat ini aku masih ingin berada di sini!”
“Kenapa? Ada yang kurang dengan pestanya?” tanya Ibunya.
Randy mencium lembut pipi Ibunya. “Pestanya sempurna, Ibu! Terima kasih sudah repot-repot menyiapkan pesta ini untuk Randy!”
Ibunya tersenyum senang. Lalu menarik tangan anaknya ke depan beranda. “Kamu tidak mau menyapa mereka?” Tanya nya sambil menunjuk teman-teman Randy di bawah beranda.
“Mereka mengatakan pada Ibu kalau mereka ingin mengucapkan selamat padamu!”
Randy melihat kerumunan orang dibawahnya dengan tatapan malas. Namun, tiba-tiba pandangannya jatuh pada pemuda yang memakai hem abu-abu, dengan dasi hitam, dilengkapi dengan jas dan celana panjang krem .
Randy tersenyum melihatnya.
“Ibu benar!” kata Randy senang. “Sudah saatnya Randy ke bawah!”
Ibu bingung melihat Randy secepat kilat turun ke bawah.
“Kenapa dia?” Tanyanya pada suaminya. “Tadi dia tidak mau turun ke bawah, kenapa sekarang tiba-tiba dia antusias sekali?”
Suaminya hanya tersenyum, ia menunjuk Randy yang berlari ke arah pemuda memakai hem abu-abu, dengan dasi hitam, dilengkapi dengan jas dan celana panjang krem .
“Teman yang ditunggu Randy sudah datang!”
Ibu Randy mengikuti pandangan suaminya ke arah bawah.
Leon menarik napas sambil menutup matanya.
“Akhirnya kamu datang juga!” kata suara yang dikenalnya.
Leon menatap kekasihnya dengan kagum. Randy tampak sangat tampan dan manis dengan kameja biru dan jas hitam.
“Kamu tampan sekali! Benar-benar berbeda dari Leon yang kukenal, apalagi dengan potongan rambutmu yang baru dan warna rambutmu hitam!” kata Randy sambil tersenyum.
Leon tersenyum sambil tersipu malu. “Terima kasih Randy!”
Randy meraih tangan Leon dan mengajaknya masuk ke rumah. “Ayo masuk!‟
Leon pun mengikuti langkah Randy. Ketika sampai di ruang tamu, Randy menyuruh Leon duduk.
“Kamu mau minum apa?”
Leon menggeleng. “Aku belum haus. Nanti saja! Ini hadiah untukmu!” katanya sambil memberikan kado berwarna biru.
“Terima kasih!” kata Randy sambil tersenyum kepada kekasihnya, seraya mengambil hadiah tersebut.
“Mungkin hadiahnya tidak sebagus hadiahmu untukku minggu lalu!” kata Leon pelan.
Randy tersenyum. “Aku tidak peduli! Apa pun yang kamu berikan untukku, aku pasti menyukai nya!
Leon ikut tersenyum.
Randy menggoyangkan hadiah yang diberikan Leon.
“Lumayan berat untuk kado sekecil ini!”
“Isinya kotak musik!” kata Leon.
Randy cemberut mendengarnya dan menggembungkan pipinya.
“Leon! Alasan orang membungkus kado adalah supaya yang ulang tahun bisa membukanya dan merasa pensaran pada isinya. Jadi sewaktu bungkusnya sudah terbuka, dia akan merasa surprised. Kamu baru saja menghentikan kesenanganku untuk sebuah kejutan!”
Leon menatap Randy tanpa merasa bersalah. “Oops! Aku kelepasan ngomong kalau begitu. Toh kamu akan mengetahuinya cepat atau lambat! Jadi lebih baik aku memberitahumu secepatnya!”
“Sudahlah!” kata Randy menghentikan perdebatan mereka.
“Kamu mau melihat-lihat rumahku?”
“Bukankah seharusnya kamu bersiap-siap untuk potong kue dan tiup lilin?” tanya Leon.
Randy memandang Leon sambil menggeleng. “Hei Mas, lihat jam tanganmu. Ini sudah jam berapa? Aku sudah melakukan kedua hal itu setengah jam yang lalu!”
Leon melihat jam tangannya. “Aku baru sadar bahwa aku sangat terlambat!” katanya. “Kamu khawatir aku tidak datang, ya?”
“Aku takut kamu kenapa-napa di jalan apalagi kamu mengendarai motor ninjamu kencang sekali!” Randy bersungut kesal.
Kepedulian Randy membuat hati Leon tersentuh dan dia bangga mempunyai kekasih seperti Randy.
“Maaf deh!” kata Leon sambil tersenyum dan mengelus rambut kekasihnya. “Habis aku juga kelupaan waktu! Randy, pestamu meriah sekali! Belum pernah melihat pesta ulang tahun sehebat ini!”
“Pestaku keenam belas lebih hebat daripada ini!” Randy memberitahu.
“Oya? Tapi kenapa umur enam belas, bukan tujuh belas?”
Randy menatap mata Leon dengan tenang. “Karena para dokter memperkirakan aku tidak akan bertahan sampai umur enam belas tahun.”
Leon langsung terdiam.
“Jadi sewaktu aku masih bisa merayakan ulang tahunku yang keenam belas…” lanjut Randy. “Ibu benar-benar mempersiapkannya sehebat mungkin! Kalau di pikir-pikir tiap tahun juga Ibu selalu merayakan ulang tahunku semeriah mungkin!”
Itu karena Ibumu tidak tahu kapan kamu akan berhenti merayakannya! kata Leon dalam hati.
“Aku suka musik ini!” kata Leon.
Randy mendengar grup band membawakan lagu lembut. “Aku juga menyukainya!”
Leon berdiri dan mengulurkan tangannya pada Randy. “Kamu mau dansa denganku?”
Randy tersenyum dan menyambut uluran tangan Leon.
Mereka berjalan ke tengah ruang tamu. Leon memeluk pinggang Randy dan mereka mulai berdansa.
Semua mata memandang mereka karena aneh melihat sesama pria berdansa seintim itu tapi beberapa juga tidak perduli dengan Randy dan Leon.
“Randy kamu tidak malu berdansa denganku?” tanya Leon.
Randy tersenyum. “Tidak apa-apa toh yang mereka hanya sebatas teman bukan orang dekat kalau orang tuaku tahu aku menyukai pria jadi tidak apa-apa”
Leon pun terkejut. “Benarkah? Terus mereka tahu kita pacaran?”
“Aku tidak perlu mengatakan apa-apa kepada mereka nanti mereka akan mengetahuinya sendiri “
Leon pun hanya tersenyum simpul dan agak sedikit kesal karena kekasihnya tidak mengatakan kepada orang tuanya.
Sesekali mereka bertubrukan satu sama lain dan menginjak kaki lawannya.
“Auwww!” teriak Randy. “Kenapa kamu menginjak kakiku?”
“Karena kamu menghalangi jalanku!” kata Leon.
“Kamu seharusnya mundur.” Kata Randy . “Bukannya maju!”
“Kamu yang seharus nya mundur!” balas Leon. “Lagi pula kamu belajar dansa dari mana sih? Payah sekali!”
“Biar kamu tahu, ini dansa pertamaku!” kata Randy .
“Pantas!” kata Leon.
“Memangnya kamu pernah belajar dansa sebelumnya?” tanya Randy.
“Tentu saja…” kata Leon. “Belum. Hehehe… ini juga dansa pertamaku!”
Kedua nya pun terbahak berbarengan.
“Kita benar-benar payah!” kata Leon.
“Ya!” kata Randy setuju.
Saat itu musik sudah berhenti.
“Sepertinya musik sudah berhenti!” kata Leon.
Leon memeluk pinggang Randy lagi dengan lembut. “Jangan bergerak! Kita berdansa seperi ini saja!”
Randy merebahkan kepalanya di bahu Leon dan tersenyum.
Ya! Begini jauh lebih nyaman, kata Randy dalam hati.
BERSAMBUNG
Part ini lebih panjang dan aku mengetiknya agak lama
BERI LIKE DAN KOMENTAR BANYAK YA HARUS LEBIH BANYAK HEHEHEHE
Oh ya bonusnya aku mau kasih gambaran ada orang yg mirip karakter Leon dan Randy ini gambaranku sih hehehehe
Dapat Gambarnya dari cerita gay yang aku baca cocok tdk bwt karakter leon kasih komentar jg ya................
1. Gambar pertama -Randy
2 Gambar kedua - Leon
Ini Leon setelah berubah dengan potongan rambut yg seperti di bawah
@Daser
@_abdulrojak
@Rifal_RMR
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@Aurora_69
@harya_kei
@3ll0
@Otho_WNata92
@hyujin
@j4nji
@rizal_91leonardus
@Rikadza
@lucifer5245
@abyyriza
@terry22
@rama_andikaa
@Gabriel_Valiant
@ramadhani_rizky
@Akang_Cunihin
@Sho_Lee
@raw_stone
@Rars_Di
@kaha
@haikallekall
@ffirly69
@gilang22
@viji3_be5t
@LostFaro
@nakashima
@kie_kow
@littlemark04
@akina_kenji
@Daser
@sn_nickname
@Vanilla_IceCream
@Dhi96
@Greent
@Toraa
@jimmy_tosca
@cansetya_s
@tianswift26
@zenfonepro
@bapriliano
@cela
@dadannnnnnn
@bagastarz
@Agova
@syafiq
@sonyarenz
@delvaro80
@Badguydrunkby6
@boybrownis
@hearttt
@Phantex
@malmol
@roy_rahma
@RezzaSty
@aries18
@abong
@new92
@soratanz
@pangeran_awan99
@rezka15
@yansah678
@Mami100C
@hendra_bastian
@dim4z_
@BOMBO
@Rabbit_1397
@rubi_wijaya
@NanNan
@ardi_yusman
ada kali 5 menit gue liat ini terus hahhaaa... leoooon
@syafiq
Aneh yang apa Bro ?
@Akang_Cunihin
hahaha sama Bro aku srg mimisan lihat gambar tuh cowo mirip kyk karakter Leon
@gilang22
karakter leonnya terlalu imut ka hihi
@lulu_75
hehehehe...gitu ya susah kali cari karakter Randy tp q cocoknya soalnya foto itu wajahnya manis bgt habis itu tampangnya kyk cowo jenius.its okay pendapat org berbeda-beda makasih ya
@gilang22
doain bwt Randy....masa imut bukannya gambar ke-2 hehehe, q lihat foto itu karakternya badboy... its okay pendapat org berbeda-beda makasih ya
@tianswift26