It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@joonhee gtu deh bang. udah langka.
ntar gue bungkusin. emng lemper ap.
@Rabbit_1397 siip bang. dilanjut.
@Agova iih cuman Askar aj disayang, Aurora nggk?
@kaha ad ap dg Askar bang?
@abyyriza "Terimakasih abyyriza.." ujar Askar.
@Tsunami smngt dg pekerjaannya y bang.
@1ar7ar terimakasih bang... jd malu.
@lulu_75 Dwi emang keren bang. hero lah pkokny.
akhirnya...
@new92 knp dg Askar bro? hehehe
jarang2 jones yg ky' gt.
@blasteran sipo sipo.
@LostFaro minum obat bang, ato mau aku obatin.
baik bos.
@Daser @freeefujoushi @Sho_Lee @mustajab3 @JoonHee @lulu_75 @JimaeVian_Fujo @PCYXO15 @Tsunami @ricky_zega @Agova @jimmy_tosca @rama_andikaa @LostFaro @new92 @Otsutsuki97S @billyalatas18 @delvaro80 @ramadhani_rizky @Valle_Nia @diccyyyy @abong @boygiga @yuliantoku @ardi_yusman @fian_gundah @Lovelyozan @Rabbit_1397 @Tsunami @Adiie @sn_nickname @Gabriel_Valiant @happyday @Inyud @akhdj @DoojoonDoo @agran @rubi_wijaya @putrafebri25 @Diansah_yanto @Kim_Hae_Woo679 @Vanilla_IceCream @shandy76 @bram @black_skies @akina_kenji @abbyy @abyyriza @05nov1991 @1ar7ar @kaha @blasteran
Hayhay Aurora kembali, entah kenapa mood gue buat nulis kembali terpacu siap baca cerita di Wattpad dan cerita Boyzstories yang kece badai. Rencana gue sih mau bikin lapak di Boyzstories ++ hahaha gimana menurut antum semua, boleh nggak? Hehehe. Oh ya bagi yang suka cerita str8, bisa baca cerita gue d wattpad. Follow aj akun gue @Aurora_69 y. Apaan sih gue jadi iklan gini. Ckckck.
Doain aj mood gue baik dibalik semua kesibukan gue. Dan gue mohon do'anya spya gue dbrkn kesehatan sama Tuhan, krna bbrp hari ini kondisi gue yang kurang fit karena cuaca di daerah gue yang nggak sehat yang mengharuskan gue pake masker.
Terakhir, semoga even tahunan Indonesia TdS 2015 berjalan lancar ditengah kabut asap. Aamiin...
Baiklah saya tidak akan memperpanjang muqadimah. Selamat membaca guys! Semoga terhibur. Maaf kalo ada typo ato semacamnya. Mohon vote n komentarnya y. Bagi yg nggak mau diseret lagi, mohon bilang ke gue. Selamat membaca, selamat kamis pagi n sunt . Akhirul kalam.
Salam.
R~
Part 20
Setelah kejadian kecup kening tadi, si Dwi bertambah agresif ke gue menanyakan hal yang tidak sepatutnya dia ketahui.
"Rian, si Askar berani bener ya, nyium-nyium lo gitu di depan umum." Tanya Dwi yang sifatnya tiba-tiba bertransformasi ke sifat cewek.
"Seperti yang lo lihat." Ujar gue tanpa memandangnya. Entah kenapa mata gue lagi fokus melihat beberapa orang yang lagi main basket di seberang jalan.
"Sebagai homo, lo seharusnya bersukur bisa dapat cowok macam Askar lo Rian." Kata Dwi yang bikin kening gue berkerut.
"Maksud lo?" Dan sekarang gue lebih fokus ke Dwi.
"Iya lo. Askar itu ganteng, tinggi, putih, tajir, baik sama elo, romantis, berani, nekat, walau agak kurang di akademik sih, tapi yang terpenting dia itu homo." Dia menekankan kata homo. "Sama kayak lo Rian."
Gue membelalakan mata gue atas mulutnya yang asal.
Untung halte tempat gue menunggu angkot cuma ada gue sama Dwi. Kalo ada tetangga gue kan bisa kacau, bisik-bisik tetangga bung. Angkot juga lama lagi, nyesal gue nolak tawaran bareng pulang oleh Askar tadi kalo ujung-ujungnya di cela sama sikampret ini.
"Gue bukan homo! Gue masih suka cewek." Ujar gue.
"Tapi lo suka Askar kan?" Tangkis Dwi yang bikin gue kehilangan kata-kata.
"Udah, lo nggak usah mengelak dari kata-kata gue. Lo tau, homo itu bukan penyakit lagi kok. Dulu emang." Tandas Dwi.
"Makasih ya Dwi." Ujar gue hendak memeluknya.
"Iih apaan peluk-peluk. Gue bukan homo dan ini tempat umum. Dan lihat tuh..." Dwi menunjuk beberapa anak yang lagi istirahat main basket, "... mereka melihat kita dengan pandangan aneh tau nggak."
"Ah iya deh. Gue hanya bersyukur aja deh, karena masih ada teman gue yang jones yang masih suka cewek, yang nerima keadaan gue kayak gini." Gue berkaca-kaca. Muka Aldi terngiang-ngiang di fikiran gue.
"Selow aja. Gue yakin, lo nggak kepengen kayak gini. Sama kayak lo ditakdirkan cowok ato cewek, mungkin Tuhan udah nakdirin lo kayak gini. Lo nggak bisa nolak ato nego sama Tuhan. Dan gue juga nggak bisa ngejudge lo sakit ato apa, karena belum tau kalo gue yang di posisi lo, gue bisa setegar gini."
"Hmm..." gumam gue.
"Bahkan lo dulu pernah pacaran sama banyak cewek."
Dan air mata gue tumpah dan gue cepat-cepat menyeka muka gue. Perkataan dia benar, gue dulu emang playboy di masa SMP.
"Ah... lebay lo Rian. Gitu aja mewek, malu sama kontol lo."
"Sialan lo kampret!" Umpat gue. "Gue cuma terbawa suasana. Gue cuma berandai kalo Aldi itu kayak lo."
Dwi terdiam. "Aldi masih nggak nerima lo?"
Gue menggeleng.
"Lo udah bicara sama dia?"
Gue menggeleng lagi. "Semenjak dia tau kalo gue suka Askar, dia marah besar ke gue."
"Lalu?"
"Karena gue nggak sanggup liat Aldi hancur karena gue, guepun bilang akan mendam rasa suka gue."
Dwi mangut mangut. Dia pasti faham gimana posisi gue saat itu, karena kita udah best friend 4ever sejak bangku SMP, sehingga faham dengan kepribadiam kita masing-masing.
"Jadi lo backstreet nih sekarang sama Askar?"
"Gue nggak pacaran sama Askar." Gue memasang muka datar.
"Oke-oke, jadi Aldi nggak tau lo sama Askar lagi lope-lopean?"
"Begitulah." Gue mengangkat bahu.
"Kasihan banget lo ya." Ujar Dwi.
"Gue pusing sekarang Dwi."
"Ih gitu aja pusing lo. Ini nggak sesulit nyunat lo kok." Ujarnya ngakak. "Nyunat lo dulu kan susah banget. Lo pake sarung, lari sambil nangis-nangis keliling kompleks rumah lo. Kayak sapi mau dipotong aja." Ketawanya lebih kencang sehingga gue membekap mulutnya yang ember.
Beberapa cowok yang lagi main basket memandang kami lebih heran.
"Anjir lo, nggak usah lo bahas-bahas deh nyet!"
Dwi masih memegang perutnya.
"Gue kan syok bro, senjata gue, burung gue mau dipotong. Jadinya gue takut dong."
Dan kita ngakak bareng.
"Mending lo bilang face to face sama Aldi. Lo buktiin gimana rasa cinta lo sama Askar itu ke Aldi."
Gue memandang Dwi ragu.
"Ah lo nggak usah ragu gitu sama gue. Lo buktiin ke Aldi bahwa lo cinta mati ama Askar. Buktiin cinta lo serius." Dia menepuk pundak gue.
"Gimana kalo dia nggak mau nerima gue Wi?"
"Lo mesti sabar Rian. Orang sabar disayang Tuhan. Lo harus terus sabar membuktikannya ke Aldi. Ngerti kan?"
"Gue yakin, lama kelamaan Aldi akan luluh juga. Tenang gue akan bantu kok." Dia menepuk dadanya.
Gue mangut-mangut dan tersenyum kearahnya.
"Tuh angkot kerumah lo udah ada tuh! Pulang sana!" Teriaknya ngagetin gue.
"Nggak ah, bentar lagi. Mau disini dulu." Ujar gue.
"Iih dasar modus lo. Lo pengen liat tuh cowok-cowok macho main basket kan?" Fitnahnya seraya menunjuk cowok-cowok tadi.
"Yaiks..., jijay gue. Lo aja kali, gue nggak. Gue pulang dulu." Dan gue menyetop angkot dan mengambil posisi di samping sopir angkot.
Dwipun tertawa sambil menyetop angkot -ke kompleks rumahnya- yang kebetulan nongol di belakang angkot gue.
Si sopir angkot sesekali menoleh ke gue yang senyum-senyum sendiri. Gimana nggak senyum-senyum coba, masalah berat gue udah ada solusinya.
---
Suasana kelas hari ini, sangat berbeda dengan hari hari biasanya. Dimulai dengan kembalinya si Edogawa Conan gue ke bangku sekolah dan datangnya duo Aldi Lover's bikin onar. Terlebih Kayla yang nggak mau kalah eksis dari Vivi dan Caca bikin heboh dengan dadanya yang bikin pria normal tergoda. Pokoknya hari ini kelas gue rame kayak pasar deh.
"Rian, pasti selama gue nggak datang, lo nggak bakalan kesepian deh." Tanya Aldi di parkiran. Untuk sementara, gue yang membawa motornya.
"Apa maksud lo Al?" Gue memandang aneh ke dia.
"Pasti lo nggak merasa kesepian tanpa gue, karena anak-anak pada heboh gitu."
Gue tersenyum. "Walaupun seluruh dunia gembira kayak tadi, tapi tanpa lo, gue nggak bakalan senang, gue nggak bakalan gembira." Ujar gue menstarter motor Aldi. Dan Aldipun duduk di belakang gue.
"Serius?"
"Hmmm... dua rius malah Al. Kita kemana? "
"Hehehe. Gue juga begitu, asalkan lo bahagia, gue juga bahagia Rian. Hmm... kalo begitu, kita pulang aja deh."
"Siip deh." Ujar gue sambil menggas motor Aldi meninggalkan perkarangan sekolah.
"Al, kalo gue bahagia, lo bakalan bahagia nggak?"
"So pasti lah, gue akan bahagia kalo lo bahagia." Terdengar suara Askar.
"Dan sekarang gue udah mememukan salah satu dari kebahagiaan gue Al." Segurat senyum tercipta di bibir gue.
"Hah? Serius? Apaan?"
"Gue udah menemukan seseorang yang bisa mengisi penuh liang kebahagiaan hati gue yang tersisa Al." Dan muka gue memanas.
"Siapa Rian?" Tanya Aldi antusias.
"Dia udah bikin gue bahagia, gue merasa hidup gue sempurna. Dia laksana matahari, yang akan menjadi sumber kehidupan hati gue dan memanasi hati gue dengan cahayanya. Yang jelas hidup gue lebih bewarna bersama dengannya."
"Aciee... selamat ya Rian. Siapa cewek yang beruntung itu Rian? Apa gue mengenalnya?"
Gue tersenyum kecut dari balik helem gue. Gue menghembuskan nafas dalam.
"Dia bukan cewek, dia cowok. Dia Askar."
Tidak ada terdengar suara Aldi dari arah belakang gue. Tapi gue bisa merasakan cengkraman keras di pinggang gue.
"Al?" Tanya gue.
Nggak ada jawaban.
"Lo marah ya sama gue?"
Ah pertanyaan bodoh, pasti dia marah lah. Ngapain dia diem kayak gitu.
"Gue hanya bilang ke elo, kalo gue merasakan kebahagiaan kalo disamping Askar. Gue sayang sama dia." Ujar gue mantap. Gue memandang jalanan. Hati gue kacau sekarang.
Aldi tidak bergeming sedikitpun hingga kita sampai di rumahnya.
Aldi cowok berkacamata itu hanya memandang gue datar. Tidak ada raut wajah yang bisa gue baca dari wajahnya yang menggemaskan itu. Dia hanya mengucapkan terimakasih, mengambil kunci motornya dan berlalu masuk kedalam rumahnya tanpa mengajak gue masuk.
---
Eh kampret, gue nggak bisa nahan tangis gue. Ih lebay banget gue kalo dilihat cewek kalo kayak gini mah. Angkot juga pada nggak ada lagi.
TITIIIT!!
Anjrit! Gue terlonjak menahan umpatan sambil menutup kuping. Entah berapa desibel suara yang telah menjamahi isi dalam telinga gue.
Kawasaki Ninja? Askar?
"Maaf. Gue ngagetin lo ya?" Dia cengengesan sambil membuka helemnya. Mukanya keren bro.
Gue membuang muka gue, walau muka ini merona. "Lo bisa liat ndiri kan?"
"Iya, gue bisa liat muka lo yang merona sekarang. Tambah bikin gue sayang sama lo."
Idih, gue nggak bisa mengontrol pergerakan darah gue yang udah menuju muka gue.
"Diem lo." Kata gue sok jutek.
"Nggak ada angkot kan? Naik yuk!" Ujarnya menepuk jok belakang motornya yang keren abis.
Gue sih sok-sok jaim dulu. Tapi apadaya, akhirnya guepun duduk diatas bumbumnya yang keren.
"Peluk gue dong." Pintanya genit.
Idih.
"Nggak mau. Malu diliat sama orang, ntar dikira cowok apaan lagi."
"Kita kan emang cowok apaan. Ayolah..."pintanya. Dan dia mendadak langsung menggas motornya sehingga gue terlonjak dan memeluknya. Keparat.
"Gitu donk say." Ujarnya mengelus punggung tangan gue.
"Nggak malu lagi dibilang 'cowok apaan'?"
Gue cuma memdengus kesal. "Dari pada ntar hidung gue dikapasi. Mending gini." Jawab gue asal.
Askar terkekeh "Lo abis ngantarin Aldi?"
"Hmm..." gumam gue.
"Dia marah?"
Eh kok nih anak tau sih?
"Kok lo tau?" Tanya gue sambil memandang mukanya dari kaca spion.
"Taulah." Dia ngedipin gue. "Lo mewek kayak cewek tadi. Gue tau lah."
Beuh... gara-gara gue nangis tadi nih.
"Besok, gue yang bakalan minta restu sama Aldi."
Gue memandang Askar. Ada rasa kesungguhan dari wajahnya. Dia nampak manly sekarang.
"Lo tolong doain ya." Ujarnya lagi. Dan gue balas dengan anggukan.
"Eh Rian..."
"Hmm..." gumam gue.
"Lo tau nggak persamaan lo sama tiang?"
"Nggak." Jawab gue.
"Tau nggak lo. Kalo rumah tanpa tiang, nggak akan bisa berdiri. Begitu pun gue, nggak akan sanggup berdiri tanpa lo."
Anjing gue melting.
"Apaan sih..."
"Aciee yang lagi salting digodain Askar."
"Gue nggak salting kok." Kilah gue.
"Itu muka lo memerah." Dia memandangi gue dari kaca spion.
Askar emang bener. Sialan.
"Ah kita udah sampai kok." Ujar Askar ke gue.
Udah gelap aja rupanya, perasaan baru sebentar tadi gue keliling-keliling kota sama Askar.
Askar membuka helemnya.
"Lo nggak usah khawatir. Gue yang akan bilang ke Aldi nanti." Ujarnya lagi.
"Iya Askar." Ujar gue.
"Gue balik dulu ya." Askar hendak memakai helemnya.
"Tunggu!" Cegat gue.
Gue memandang sekitaran kompleks rumah gue. Sepi.
Dan ...
Cup
"Bye Askar." Ujar gue seraya meninggalkan Askar yang memegang pipinya.
Dari kegelapan sore, gue bisa melihat muka Askar yang memerah.
"1-1 Askar. Hahaha"
--- tbc
R~
klo bikin cerita plus2 jangan lupa seret daku yah!
ntar aku baca cerita straightnya ya diwatty. mksh ,,,
Dikira update 3 part sekaligus.. Tp ternyata.. Haha
hmmm adrian sekarang udah mulai berani ya bagus deh , btw agak gimana gitu ya sama "minta restu sama aldi" kesannya kaya apaan tau hahaha
dilanjut cepet lah @aurora_69