It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@lucifer5245
@_abdulrojak
@Rifal_RMR
@JimaeVian_Fujo
@lulu_75
@Aurora_69
@harya_kei
@3ll0
@Otho_WNata92
@hyujin
@j4nji
@rizal_91leonardus
@Rikadza
@lucifer5245
@abyyriza
@terry22
@rama_andikaa
@Gabriel_Valiant
@ramadhani_rizky
@Otsutsuki97S
@Sho_Lee
@raw_stone
@Rars_Di
@kaha
@haikallekall
@ffirly69
@gilang22
@viji3_be5t
@LostFaro
@nakashima
@kie_kow
@littlemark04
@akina_kenji
@Daser
@sn_nickname
@Vanilla_IceCream
@Dhi96
@Greent
@Toraa
@jimmy_tosca
@cansetya_s
@tianswift26
@zenfonepro
@bapriliano
@cela
@dadannnnnnn
@bagastarz
@Agova
@syafiq
@sonyarenz
@delvaro80
@Badguydrunkby6
@boybrownis
@hearttt
@Phantex
@malmol
@roy_rahma
@RezzaSty
@aries18
@abong
@new92
@soratanz
@pangeran_awan99
@rezka15
@yansah678
@Mami100C
@hendra_bastian
@dim4z_
@BOMBO
@Rabbit_1397
@rubi_wijaya
@NanNan
@ardi_yusman
@kristal_air
@Methan
@Nova_APBS
@Bleach.boy
@dewanggaputra
@Watiwidya40Davi
@aldhy_virgo
@Ninia
@aries18
@Fruitacinno
@Tsu_no_YanYan
@akha
@malmol
@Valle_Nia
@Lovelyozan
@PHfila
@diccyyyy
@Adi_Suseno10
@revtwo
@dafaZartin
@Rangga_San
@DM_0607
MINGGU-MINGGU terakhir ini terasa berat buatku karena aku harus berusaha menerima kenyataan bahwa sekarang Tommy bukan high quality jomblo lagi. Dia udah jadi pacar cowok lain.
Sejak kejadian di restoran tiga minggu lalu aku jadi sering memperhatikan Tommy dan Martabak di kelas. Mereka kelihatan akrab seperti biasanya.
Beneran akrab, nggak ada mesra-mesranya. Kok gitu sih?
Kenapa aku nggak melihat ada yang berubah dari sikap mereka? Mereka kelihatan kayak teman biasa. Apa mereka nggak mau ketahuan pacaran? Kenapa harus ditutup-tutupin? Atau cuma aku yang salah paham? Tapi kayaknya nggak deh.
Aku kan melihat sendiri mereka makan berdua kencan malam mingguan. Akhir-akhir ini aku sering menolak ajakan Tommy ke kantin bareng dan bakal sok sibuk kalau dia mampir ke bangkuku untuk mengajak ngobrol.
Kalau udah begini biasanya dia pergi begitu aja dan bergabung dengan teman-teman cowoknya atau nongkrong di bangku Sony dan Martabak. Sebenarnya ini bikin aku sedih dan frustasi, tapi mau gimana lagi? Aku nggak tahan berada di dekat Tommy sementara aku tahu dia nggak bisa kumiliki.
Aku perlu waktu untuk ngelupain perasaanku padanya dan menganggap dia teman biasa.
Tommy mungkin merasa aneh dengan perubahan sikapku ini, tapi dia nggak bertanya, jadi nggak ada yang perlu aku jelaskan. Lagian kalau dia nanya, aku juga nggak tahu mau jawab apa.
Mana mungkin aku jujur bilang, ''Gue jauhin elo soalnya lo
udah punya cowok. Gue kan suka sama elo, Tom, jadi gue nggak pengen sakit hati. Ngomong-ngomong, lo tau itu, kan?"
Gila kali kalau aku berani ngomong gitu. Seharusnya di saat-
saat seperti ini aku bisa curhat mati-matian ke Steve yang punya kewajiban menghiburku sebagaimana harusnya seorang sahabat.
Tapi aku nggak bisa mengharapkan dia saat ini soalnya dia sendiri lagi kelimpungan dan bingung berat. Tiga minggu lagi ulang tahun Sony dan Steve nggak tahu mau ngasih kado apa buat cowok pujaannya itu.
Dia pengen memberikan hadiah istimewa yang bisa mengungkapkan perasaannya pada Sony.
Aku mengusulkan Steve memberikan setangkai mawar sambil berkata,
"Sony, sebenarnya gue cinta mati sama elo. Jadian, yuk!", tapi Steve menolak mentah-mentah ideku. Katanya aku nggak punya jiwa romantis dan kesannya seperti Sony itu cewek.
Whatever
Lho, katanya yang penting to the point aja? Daripada repot pake romatis-romantisan segala, toh tujuan akhirnya biar bisa pacaran juga.
Siang ini Steve mengajak aku nemenin dia ke mal buat mencari kado ultah Sony. Katanya setelah mencari inspirasi tiga hari dua malam, dia dapat bilang apa yang mau dia beli, aku juga malas nanya. Tujuanku mengantar dia kan cuma buat dapat traktiran es krim.
Urusan lain, sebodo amat! Kami masuk ke toko cincin di dalam mal yang memajang aneka bentuk cincin yang beragam. Jadi, Steve mau beliin Sony Cincin? Hasil nyari inspirasi tiga hari dua malam cuma Cincin?
"Hed, bantuin milih dong," pinta Steve yang kebingungan melihat puluhan cincin berjejer di depannya.
"Gue nggak tahu soal cincin. Tanya mbak-mbak aja gih!" tolakku.
Mbak-mbak peramugari merekomendasikan beberapa cincin pada Steve yang berwarna putih peraj tapi Steve tetap bingung. Dia menoleh padaku minta bantuan tapi aku cuma angkat bahu nggak ngerti.
Steve menunjukkan beberapa cincin padaku dan memintaku mengaudisi cincin-cincin itu. Aku tidak memberikan komentar apa-apa.
"Gue nggak ngerti soal beginian. Kayaknya lo salah ngajak orang deh. Harusnya lo ngajak teman cowok lo yang lain, bukan gue."
"Kasih pendapat objektif aja, Hedy.
"Nggak tau. Nggak tau. Nggak tau. Pandangan objektif gue, semua cincin tuh sama. Jadi ngapain sih lo repot-repot milih lagi?"
"Duh....nih anak, Memilih cincin itu ada aturannya. Harus sesuai dengan karakter yang make.
"Nah, itu lo tahu. Kenapa nanya gue lagi?" tanyaku heran
"Elo kan sobatnya Sony. Jadi menurut gue lo pasti tau cincin mana yang paling cocok buat dia."
Aku mengamati cincin-cincin itu sebentar. "Semua bagus. Pilih yang mana aja pasti cocok buat Sony. Cuma buat kado ultah ini..."
"Enak aja! Kado ini punya arti spesial buat gue sama Sony tau! Gue ngasih cincin ini biar dia pake di kencan pertama kami nanti. Gue pengen ngasih cincin istimewa yang bakal bikin dia terkesan dan merasa kalau gue serius cinta sama dia."
Aku meliriknya dengan sebelah alis terangkat.
"Setahu gue, cinta itu cuma soal perasaan dan sikap, bukan
soal cincin kayak apa yang lo pilih buat seseorang."
"Gue berharap lo segera jatuh cinta biar pikiran-pikiran matematis lo dikacaukan sisi romantis lo. Saat itu lo baru bisa ngeliat dunia penuh warna dan lo bakal milih cincin.
" Aku makin nggak ngerti maksud kata-kata Steve.
"Gue jatuh cinta? Mungkin aja. Gue make cincin? Mustahil! Lagian, dari mana sih lo dapat teori kalau orang yang lagi jatuh cinta akan milih cincin?"
"Film China yang gay itu dia memberikan pasangannya Cincin." Aku memutar bola mataku.
"Sumber yang meyakinkan banget," sindirku.
Lima belas menit kemudian, setelah lolos eliminasi akhirnya terpilih cincin yang berwarna perak yang menang audisi. Aku mengembuskan napas lega.
Berakhir juga penantian yang terasa panjang dan membosankan ini.
"Lo optimis banget bakalan bisa kencan sama Sony. Kayak dia mau aja sama elo," ucapku saat kami keluar dari Toko cincin.
"Kan elo sendiri yang bilang kalo sebenarnya Sony tuh suka sama gue. Jadi mumpung dia mau ultah, gue pede aja pake momen ini buat first step ngedetin dia."
Steve menjajari langkahku.
"Iya sih. Tapi siapa tau pas bilang suka sama elo, dia lagi mabuk atau di bawah pengaruh obat bius," candaku.
"Kalo elo yang bilang suka sama cowok baru perlu di ragukan apa li lagi mabuk atau di bawah pengaruh obat bius," balas Steve.
"Lho, memangnya kenapa? Mungkin aja kan, gue jatuh cinta suatu saat nanti setelah gue nemuin cowok cakep yang mirip Inu-Yasha?" protesku.
"Maksud lo, yang punya kuping anjung dan taring serigala?"
"Enak aja! Maksud gue, yang hebat dan jagoan kayak dia."
"Jangan mengkhayal deh. Tommy yang nggak bisa pencak silat aja nggak bisa lo dapetin apalagi cowok jagoan yang mirip Inu-Yasha," ejek Steve.
Dia pernah melihat Tommy saat pertandingan basket antara SMA Girindra dan sekolahnya, dan menurutnya Tommy terlalu oke buatku.
Dasar kunyuk!
"Enak aja! Tommy itu tinggal tunggu waktu, tau! Sebentar lagi dia bakalan kacau karena jatuh cinta sama gue," ucapku sok yakin padahal aku tahu itu nggak akan terjadi.
"Kacau gimana? Lo gebukin dia lantaran dia nolak elo? Oh..... Cowok malang," Steve mengembuskan napas tanda prihatin sambil memalingkan muka.
"Sialan lo!"
Aku meninju lengan Steve tapi dengan cepat dia menangkapnya lalu menggenggam tanganku erat. Aku kaget.
"
Kenapa lo? Lepasin tangan gue nggak, banyak orang yang perhatiin tahu!"
"Hedy, dengerin kata-kata gue. Lo mesti berakting jadi cowok gue," bisik Steve.
"Apa?!" teriakku, tetapi Steve malah meremas tanganku. Aku meringis kesakitan.
Pandangan Steve mengarah pada seorang cowok yang memakai baju pink dilapisi jaket biru yang sedang berjalan mendekati kami dari arah berlawanan.
Cowok itu tampak kaget waktu melihat Steve dan lebih kaget lagi setelah menyadari keberadaanku yang sedang digandeng cowok itu.
"Hai, Steve!" sapanya.
"Eh, hai Bil! Kok bisa ketemu di sini? Lagi shopping, ya? Sendirian?" ujar Steve basa-basi sambil melepaskan genggaman tangannya lalu merangkul pundakku.
Sembunyi-sembunyi di belakang punggung, aku melemaskan tanganku yang sakit karena genggaman Steve.
Sialan nih bocah! Kubalas nanti!
"Iya nih, lagi pengen sendiri aja. Lo ngapain di sini, Steve?"
Cowok itu melirikku dan kelihatan salah tingkah.
"Lagi jalan-jalan aja sama cowok gue. Oh ya, kenalin, ini Hedy cowok gue." Pandangan Steve beralih padaku.
"Say, kenalin nih teman sekolahku, Billy."
Aku dan Billy bersalaman dengan canggung. Aku bisa menangkap ekspresi nggak enak di wajah cowok itu campuran rasa sedih, kecewa, dan patah hati.
Setelah basa-basi sebentar, Billy berjalan meninggalkan aku dan Steve.
"Apa-apaan sih tadi?" Aku menepis tangan Steve di pundakku setelah Billy nggak terlihat lagi.
Steve menghela napas.
"Sori, tadi gue manfaatin elo. Tadi itu Billy, teman sekelas gue yang naksir gue. Dia pernah nembak gue, tapi gue tolak. Tapi dia tetap ngejar gue. Gue nggak mau perasaannya sia-sia buat gue jadi gue bohong dan bilang ke dia kalau gue udah punya cowok. Eh, ternyata dia tetap keukeuh ngedeketin gue. Jadi tadi pas kebetulan kami ketemu dan gue bareng elo, gue langsung kepikiran elo pura-pura jadi cowok gue aja. Gue harap dia berhenti suka sama gue setelah ngeliat gue sama cowok gue."
"Yang benar aja lo, Steve! Mana mungkin cowok manis kayak gitu naksir elo yang nggak ada bagus-bagusnya gini?"
"Dia nembak gue, bilang suka sama gue dan gue yakin dia nggak lagi mabuk atau di bawah pengaruh obat bius. Lagian, siapa bilang gue nggak ada bagus-bagusnya? Gue ini vokalis band beken dan jagoan tim basket sekolah gue, tau! Lo aja yang nggak bisa bersyukur sobatan sama cowok hebat kayak gue," ujar Steve.
"Bersyukur apanya punya temen cerewet dan pecicilan kayak elo? Terus, soal Billy kenapa lo tolak? Itu kan mukjizat, ada cowok manis bisa suka sama lo."
"Karena gue telanjur jatuh cinta sama cowok lain yang bikin hati gue jungkir balik dan senang," jelas Steve.
"Wah.....dasar anak band. Lo bisa dalem juga ya, kalo udah urusan cinta. Salut deh gue," ucapku sungguh-sungguh.
"Karena tadi gue udah nolong elo, traktir makan dong!"
" Nolong apaan? Akting lo payah banget. Berdiri canggung kayak orang mau dieksekusi gitu."
Aku langsung pura-pura celingak-celinguk.
"Billy mana, ya? Paling belum jauh. Gue mau kenalan ulang ah, dan bilang kalau gue lagi jomblo. Siapa tau dia punya teman cowok keren buat dikenalin ke gue."
Aku berjalan ke arah Billy menghilang tadi. Steve menarik lengan bajuku untuk menahanku.
"
Ampun dah, gue nyerah. Mau makan di mana lo?" Aku tersenyum puasssss!
Sepuluh menit kemudian, aku pura-pura menatap mesra kepada Steve dan berbisik," Gue nyesel minta ditraktir di sini."
"Bukan gue yang bikin kita terpaksa remas-remasan jari begini," balas Steve.
Saat itu kami sedang duduk berdua di restoran dalam mal sambil berpegangan tangan di atas meja kita tidak perduli dengan pandangan orang-orang.
Sandiwara ini terpaksa kami lakukan karena pas kami sedang
asyik-asyiknya makan, kebetulan Billy masuk ke restoran dan duduk nggak jauh dari meja kami.
Steve memohon agar aku mau pura-pura bersikap mesra dan memegang tangannya. Walau nggak menyenangkan aku sih mau aja pura-puraan kayak gini soalnya dia janji nraktir nonton setelah ini.
Sering-sering aja aku dan Steve ketemuan sama Billy.
BERSAMBUNG
Maaf ya guyz baru update skarang ya kalian tahu q ada masalah sm BFku tapi kita udh baikan silaturahmi tapi masalah muncul lagi ttg proposal -_-
Ada gak yg bersedia yg menggantikan aku kuliah ?? wkwkwkk
BERIKAN LIKE DAN KOMENTAR YA
Kasih kesal guys.
Njirr, TS nya BF gw woy.
Sabar bro... hehehe. Segitu amat.
Oya yang ini ada salah tis ya? Kok ada gaun?
(Steve menunjukkan beberapa gaun padaku dan memintaku mengaudisi cincin-cincin itu. Aku tidak memberikan komentar apa-apa.) ada dua kata gaun...