It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Chapter 3 : Skuter
Malamnya aku menghabiskan waktuku dengan berguling guling diatas kasur. Hujan deras mengguyur daerah tempat tinggalku. Membuat badanku yang tadi kedinginan, semakin kedinginan saja sekarang. Ditambah lagi, malam itu hanya ada aku dan Dad dirumah. Harry, Hermionie, dan Mom sedang berkunjung ke rumah nenek di luar kota.
Aku masih punya kakek dan nenek, tapi itu dari pihak ibu. Mereka tinggal di bagian selatan kotaku, tepatnya dibagian pojok. Sudah 6 tahun yang lalu terakhir kali aku mengunjungi mereka. Hey,bukannya aku tidak mau untuk mengunjunginya, hanya saja aku selalu disibukkan oleh tugas dan juga berbagai macam tetek bengek hal dari guru yang harus kukerjakan dirumah. Aku selalu mengutamakan sekolah daripada apapun, yah.. setidaknya aku masih bisa konsisten dengan prinsipku itu sekarang. Jadi karena itulah aku jarang mengunjungi kakek dan nenek. Biasanya di akhir bulan, mereka yang akan mengunjungi kami.
Dan hal yang kusyukuri malam ini adalah, semua tugasku sudah selesai dua hari sebelumnya. Karenanya aku bebas sekarang. Berhubung karena diluar hujan deras sekali dan tubuhku yang masih belum dalam suhu normal, aku lebih memilih untuk bergelung dibawah selimut mencoba untuk tenggelam kedalam alam bawah sadarku.
Orang bilang, saat hujan deras mengguyur rumahmu, maka tidak ada hal yang lebih baik untuk dilakukan selain tidur. Katanya pada saat inilah kamu akan menemukan sisi ternyaman untuk beristirahat pada malam hari.
Dan aku membuktikannya. Aku merasa benar benar sangat nyaman. Selimutku terasa seperti bulu domba yang lembut dan juga hangat. Membuat tidurku semakin nyenyak setiap kali aku berganti posisi kekiri dan kekanan.
Apa aku harus menceritakan apa yang kuimpikan malam itu? Baiklah.
--
"Ini" pria bertubuh jangkung itu menyodorkan setangkai gula-gula kapas padaku. Aku tak pernah melihatnya melepaskan jaket tim futbolnya itu. Tapi kali ini, dia memakai denim yang lebih membuatnya berada dalam status tampan level tertinggi.
Kuraiu gulali itu dan tersenyum manis padanya. "Terimakasih. Kau baik sekali, Connor!"
Yah, sejak pertandingan futbol itu, aku acap kali memimpikan Ksatria Berbaju Zirahku tersebut. Mungkin ini yang disebut dengan mimpi-mimpi terliar. Ya.. harus kuakui terkadang didalam beberapa mimpi aku juga bermain 'liar' dengannya. Itu yang disebut dengan mimpi basah. Tapi ini, mimpi ini lebih manis dari mimpi-mimpi sebelumnya.
Connor kemudian duduk disampingku. Saat ini kami sedang dalam acara kencan hari jadi kami yang ke-13 bulan! Hahaha. Aku tahu ini hanya sekedar mimpi. Tapi.. setidaknya meski didunia nyata aku tak pernah bisa merasakan bahagia bersamanya, setidaknya dalam mimpi aku bisa mendapatkan satu saja kesempatan untuk itu.
"Kamu beli apa?" Tanyaku saat melihatnya dengan tangan kosong duduk di sebelahku. Kami duduk di bangku sebuah Amusement Park didekat biang lala. Dan beberapa meter disamping kami ada penjual balon yang dikerubuni oleh banyak anak kecil. "Jangan bilang kamu tidak beli apa-apa?"
Dia mengulum senyum tipis. "Memang. Aku sedang tidak ingin membeli apapun"
"Ini" kataku sembari menyodorkan permen kapasku yang masih banyak. "Kita berdua saja"
"Tidak! Aku tidak mau..."
Kutolengkan kepalaku. "Loh? Kenapa? Ini manis loh. Lihat..." kucomot sedikit dan kemudian kumasukkan kedalam mulutku. Persis seperti sedang mengajarkan balita yang giginya baru tumbuh untuk makan biskuit. "Hmmmm...." gumamku sambil memicingkan mata.
Connor tertawa. Ahh.. aku suka melihat senyumnya itu.
"Apa memang seenak itu?" Tanyanya.
"Bukan enak" aku mengkoreksinya. "Ini manis!"
"Tapi lebih manis wajahmu, Lowie"
Blush! Aku berhenti mengunyah permen kapas dan memalingkan wajah. Uggh! Cara Connor mengatakan itu sangat jantan tadi. Langsung kutelan gulaliku lalu kututup mulutku dengan tangan. Aku malu saat ini. Wajahku tampak sangat memalukan saat tersipu. Percayalah.
Tiba tiba, Connor meraih pergelangan tangan kananku yang memegang tangkai permen kapas. Menariknya menuju mulutnya dan kemudian memakan sedikit, juga sambil memicingkan kedua matanya sepertiku tadi. Aku hanya terdiam dan pipiku semakin memerah melihatnya seperti itu. Setelahnya, Connor membuka mata dan lalu kedua mata kami bertemu.
"Sudah kubilang... lebih manis wajahmu daripada permen kapas ini..." katanya. Dan itu masih tetap memandangi wajahku dan membuat pipiku merona dua kali lebih merah daripada yang tadi.
Terkadang aku tahu kalau memimpikan pacar orang lain itu dosa, bukan, itu lebih dari sekedar dosa. Tapi itu wajar karena Connor adalah orang yang kucintai. Dan kusayangi. Dan kumiliki meski hanya didalam mimpi-mimpi terliarku.
Inilah alasan kenapa aku sering kali susah bangun pada pagi hari. Karena aku masih ingin untuk menikmati mimpi bersama Ksatria Berbaju Zirahku.
"Berhenti memakan permen kapasku!" Pekikku kemudian saat sadar dia sudah hampir menghabiskan setengah dari porsiku. Langsung saja kutarik tangkainya dan kujauhkan dari mulutnya. "Aku baru mencicipi sedikit dan kamu sudah hampir menghabiskan setengahnya!" Protesku kemudian.
Connor tidak merespon. Malah telapak tangannya membelai pipiku dan membuatku membeku. "Kamu sangat manis...."
Ahh.. bagaimana mungkin aku mau untuk terbangun dari mimpi seperti ini?
Connor kemudian menggerak-gerakkan jempolnya diatas kulit pipiku. Pandangan kami terkunci satu sama lain. Kami tak mempedulikan apapun lagi. Yang ada hanya aku dan dia. Connor lalu mendekatkan wajahnya padaku, dan mataku otomatis langsung memicing. Aku tahu apa yang akan dia lakukan. Tepat di seperti drama-drama yang selalu kutonton di akhir pekan pagi. Nafasnya semakin terasa di kulit wajahku. Kumajukan bibirku kemudian, mencoba untuk bertemu dengan bibirnya. Alih alih kami akan berciuman dengan romantisnya, dia malah membisikkan sesuatu yang aneh. "Tolong antarkan aku ke hotel..."
Dan saat itulah aku sadar ada yang tak beres dengan mimpiku.
--
Perlahan mataku terbuka dan merasa dingin karena pintu kamarku terbuka. Bunyi ribut di atap karena diguyur hujanpun sepertinya juga sudah habis. Lantas, aku kemudian membalikkan badan dan menemukan Dad sedang berdiri di samping kasurku sambil menyilangkan dada.
"Aku sudah membangunkanmu selama 15 menit, nak. Dan sekarang aku akan terlambat ke acara seminar kampus gara-garamu. Bangun!"
Masih dalam keadaan setengah sadar, kukucek-kucek mataku dan menguap beberapa kali. "Hmmm... dad? Jam berapa sekarang....?"
"8 malam" jawabnya. "Ayo, antarkan aku ke hotel. Setelah itu kamu pulang dan kunci pintu rumah"
Beberapa saat kemudian aku baru sadar kalau Dad sudah memakai setelan kerjanya. Dad menjabat sebagai seorang rektor sebuah universitas. Dan dia rutin sekali mengikuti acara acara kegiatan kampus seperti saat ini, seminar. Terkadang Dad juga harus keluar kota untuk melakukan studi banding, dan beberapa pekerjaan lainnya yang masih berhubungan dengan perkuliahan.
Aku kemudian bangun dan mencuci wajahku sebentar dan lalu mengambil sweater bertuliskan Heather di bagian punggungnya di dalam lemariku. Sebenarnya sweater itu punya Harry. Nama kakak laki-lakiku itu sebenarnya adalah Heather. Harry adalah nama yang selalu dia pakai saat berada di rumah. Kenapa? Karena badannya begitu Hairy (banyak bulunya), didada, ketiak dan dimanapun ditubuhnya selalu dipenuhi oleh bulu. Hermionie yang lebih dulu memanggilnya begitu. Tapi lama kelamaan nama itu mulai melengket di otak kami, dan Hairy mengalami pergeseran menjadi Harry.
Aku kemudian turun kebawah dan segera mengambil kunci skuterku. Yap. Aku belum diizinkan untuk membawa mobil sendiri keluar rumah. Sebagai gantinya, aku dibelikan skuter yang tampak sangat ke-cewek-cewek-an dan bunyinya sangat ribut saat dihidupkan. Aku tidak mau cari ribut dengan memaksa Dad mengizinkanku untuk mengendarai mobil. Terakhir kali aku melakukannya, seharian penuh aku sama sekali tak diizinkan untuk keluar dari kamar.
"Dad! Kamu dimanaaa?!" Pekikku saat membuka pintu garasi dan mengeluarkan skuter. Tak lama Dad berlari tergesa gesa dari dalam rumah menyusulku dengan sebuah roti panggang di mulutnya. Itulah kebiasaan Dad, selalu tergesa-gesa. "Di hotel yang biasa, kan?" Tanyaku.
Dad mengangguk dan sedetik kemudian kuhidupkan mesinnya. Ku ambil helm yang bergambar rambut super seiya (lengkap dengan warna kuningnya) dan kuberikan pada Dad. Dan beberapa menit setelah itu, kamipun berangkat.
--
'Ting!'
Aku langsung berlarian masuk kedalam lift yang baru saja terbuka sambil menenteng-nenteng tas punya Dad yang lupa dibawanya. Saat tiba di hotel tadi, dia baru sadar kalau semua bahan-bahan seminarnya ada didalam tasnya. Dan kemudian dia menyuruhku untuk pulang kembali dan mengambilkannya.
Jadi, disinilah aku. Didalam lift, memencet tombol 6 dengan dada yang naik turun dan nafas yang tak beraturan. Dad bertindak sebagai narasumber, jadi aku harus mempercepat langkahku tadi agar tidak membuatnya terhalang tampil.
Selang beberapa menit, pintu lift terbuka. Aku langsung melompat keluar dan segera mencari-cari ballroom tempat seminar itu dihelat.
Tapi... bodohnya aku lupa dimana letak ballroom itu.. -_-"
Aku tadi hanya mengantarkan Dad sampai depan pintu hotel. Dan dia kemudian menyuruhku. Saat aku sudah diparkiran aku samar-samar mendengar meneriakkan sesuatu. Tapi saat itu aku hanya mendengar angka 6 dan justru karena itulah kupikir ballroomnya berada di lantai 6.
Kemudian aku berputar-putar di sekeliling lantai 6. Mencari cari bellboy atau siapapun yang bisa kutanyai. Koridornya gelap,hanya diisi oleh lampu yang cahaya redup menghiasa sepanjang lorong. Dan disetiap sisinya ada pintu pintu yang bertuliskan nomor setiap kamar.
Damn! Aku lupa! Ini ballroomnya dimana!
Kuingat lagi perkataan Dad tadi, dia butuh cepat. Kulirik jam tanganku, masih sambil berlari dan...
BRUK!
Aku dengan bodohnya menabrak seseorang yang berjalan ke arahku.
Aku meringis kemudian. "Aduuuh" sambil menepuk-nepuk pantatku yang rasanya sakit menghantam lantai. Aku jatuh terduduk di lantai, dengan kertas-kertas Dad yang berserakan. "Maaf!" Kataku.
Pada awalnya aku tidak memperhatikan orang yang kutabrak. Aku langsung bangkit dan merapikan kertas kertas yang berserakan. Waktu itu aku sangat malu sekali. Bodohnya aku karena telah menabrak orang. Tapi, justru itulah detik-detik terindah dalam hidupku.
Orang itu juga membantuku mengumpulkan kertas kertas. Dan tiba tiba saja, tangan kami bertemu. Tangannya secara tak sengaja menyentuh tanganku dan saat itulah kudongakkan kepala dan melihat siapa orang yang kutabrak.
Connor!
Dan pipiku dengan kurang ajarnya malah menjadi panas. Matanya membunuhku. Dan wajah kami berada sangat sangat dekat hingga aku yakin dia pasti bisa mendengar detak jantungku yang sudah memacu dengan cepat.
Langsung saja kutarik tanganku dan kupalingkan wajahku. "Maaf!!!" Teriakku lagi. Betapa memalukannya aku waktu itu.
"Kamu ini dari tadi kerjanya minta maaf terus.." Dan itulah kali pertama aku mendengar suara Ksatria Berbaju Zirahku didunia nyata. Suaranya tebal dan dalam. Tanpa serak sedikitpun. Aku langsung jatuh cinta pada suaranya dan semakin terjebak sangat dalam akibat pesonanya. Berapa karat pesonanya itu hingga bisa memabukkanku seperti ini? "Padahal tadi aku yang salah. Jadi kamu tidak seharusnya minta maaf..."
Aku mengangguk lemah. "Maafkan aku ka..." aku langsung menutup mulutku. Damn! Dia kan sudah bilang kalau aku tidak seharusnya minta maaf! "A...a..aku tadi juga salah karena sudah lari-lari!"
Dia tersenyum kemudian. Ya ampun! Dia tersenyum! Ksatria Berbaju Zirahku tersenyum! Saat itu lututku mendadak jadi lemas sendiri. Ingin rasanya aku pingsan saat itu juga. "Kamu lucu. Kenapa harus lari-lari segala? Ini kan hotel"
"Ehmm..." aku hanya menggumam sambil mencoba mencari fokus lain. Karena aku yakin kalau semakin lama melihatnya aku akan semakin mabuk. Jadi, kutemukanlah fokusku yang lain : kertas kertas Dad yang masih berserakan di lantai.
Mungkin karena sadar aku melirik kertas yang ada di lantai, Connor dengan cepat mengumpulkannya lebih dulu dariku kemudian menyerahkannya padaku. "Ini. Maaf karena sudah membuat barang-barangmu berserakan..."
Blush! Pipiku sekali lagi dengan kurang ajarnya merona. Aku pasti sudah seperti kepiting rebus sekarang. "Ehmm.. oh.. anu.. ti.. tidak apa-apa kok.."
"Kulihat kamu bawa tas.. kamu mau ikut seminar ya?"
"Hmm?" Lalu aku sadar kalau dia sedang membicarakan tas yang tengah kupeluk didada yang bergambarkan logo kampus Dad. "Ini? Oh.. hmm.. Papaku.. ya.. papaku ikut seminar kampusnya yang dihelat di hotel ini.. tapi aku lupa letak ballroomnya dimana..."
Connor mengangguk angguk. "Ballroomnya ada di lantai dasar satu blok setelah blok nomor 6.."
Aku harus cepat cepat kabur! Aku merasa bersalah karena terlalu lama bicara dengannya. Aku harus segera pulang dan kembali tidur. Mungkin mimpiku akan menjadi semakin indah daripada mimpi yang tadi. Semoga saja.
"Baiklah. Kalau begitu aku pergi dulu!" Kataku dan tanpa basi basi aku langsung putar badan. Aku sempat mendengar Connor meneriakkan sesuatu dibelakangku, tapi aku tak menghiraukannya.
--
"Kau lama sekali, Lowie!" Kesal Dad padaku. "Tidak tahukah kau seminarnya sudah dimulai sejak satu jam yang lalu?"
Aku hanya bisa tertawa kecil. Entah kenapa. "Maaf, Dad. Tadi aku tersasar di lantai 6"
"Loh?" Dad menolengkan kepalanya. "Aku kan sudah bilang kalau ballroomnya itu di blok 6. Bukan di lantai 6!"
Sekali lagi aku hanya tertawa kecil. Menertawai kebodohanku sendiri.
"Yasudahlah. Ini sudah larut. Kau pulang dan kunci pintu rumah. Aku akan pulang besok pagi. Ok?"
Aku mengangguk. "Ok dad!"
Setelah itu Dad kembali kedalam ballroom dan aku juga berjalan kembali ke parkiran. Di setiap langkahku, aku merasa seperti sedang melayang-layang di udara. Hidungku rasanya mencium bau kesturi dimana-mana. Ini semua gara-gara Connor.
Aku akan bermimpi indah malam ini. Yah. Begitulah.
Aku kemudian mendudukkan pantatku keatas jok dan meraba-raba jaketku mencari kunci skuter. Tapi aku tak menemukannya. Kemudian ku rogoh sakuku. Nihil. Akupun semakin panik. Aku lantas berdiri dan memeriksa sekeliling motor. Tapi aku tak menemukannya.
Duh!! Bodoh! Bodoh! Bodohh!!
Lagi lagi aku kembali kedalam hotel. Menelusuri jalan yang tadi aku lewati dan menanyai beberapa orang kalau kalau mereka melihat kunciku. Aku bahkan juga mencarinya sampai ke lift. Aku juga mengulangi semua hal yang kulakukan seperti orang bodoh selama berada didalam lift. Ku lengokkan kepalaku ke kiri kanan. Tapi aku masih tak menemukannya dan itu membuatku berputus asa.
Sampai di lantai 6, kucari lagi ke seluruh sudut lantai. Dengan mata yang berlinangan air mata karena takut akan dimarahi Mom nanti dirumah. Aku bahkan merangkak dari depan lift menuju lorong dan terus merangkak. Sampai tiba tiba..
"Mencari ini?"
Seseorang berdiri didepanku. Kudongakkan kepalaku dan menemukan orang yang kuyakini akan membuat mimpiku indah nantinya. Connor.
Blush! Lagi lagi aku blushing didepannya.
"Tadi kamu menjatuhkannya dan waktu aku memanggilmu kamu sudah terlanjur masuk kedalam lift..." terangnya dan kemudian memberikanku kunci tersebut. "Ini. Maaf ya sudah merepotkanmu..."
"Terimakasihh!!!!" Pekikku berlebihan, aku rasanya senang sekali dan juga lega karena tidak jadi dimarahi oleh Mom. "Aku berhutang padamu, Connor!"
Deg!
Aku keceplosan memanggil namanya! Bagaimana jika dia marah? Kami kan belum saling kenal! Aku kan hanya pengagum rahasianya saja! Ya Tuhan! Aku bodoh sekali!!
"Oh? Kamu sudah tau namaku?" Tanyanya. Aku dengan malunya mengangguk lemah dan merutuki diriku sendiri. "Kenapa kamu bisa tahu?"
"Ehmm...."
Dan lalu hening. Aku tak tahu apa dia sedang memperhatikanku karena bingung kenapa aku tahu namanya atau jangan jangan dia malah ingin membunuhku sekarang? Mungkin opsi yang kedua benar. Mana mungkin ini semua kenyataan. Ini pasti hanya mimpi. Aku yakin.
"Oh iya! Aku ingat kalau kita satu sekolah!" Katanya kemudian. "Pantas saja kamu tahu namaku. Maaf, tapi aku tidak tahu nama kamu siapa..."
"Lo.. Lowie..."
"Lowie?" Tanyanya yang langsung ku anggukkan. "Nama yang bagus"
Apa aku tidak salah dengar? Apa dia tadi memuji namaku?
Bunuh saja aku sekarang. Ini pasti mimpi. Ya. Ini hanya mimpi.
jgn bosen summon me, thx @AbdulFoo
Tapi ga seru kalo ace suka lowie ._. @AbdulFoo tetap mention ya..
Bnyakin dong update nyaaa