It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Beep...beep...
Ku raih handphone ku yang berada disamping bantal ku. Sebuah notifikasi dari akun media sosial ku membuat benda ini berbunyi.
“siapa sih nih malam-malam” batinku. Sebuah obrolan di Facebook yang dikirimkan oleh seorang bernama Setya. Aku meletakan novel yang sedang kubaca dan berpikir mengingat tentang nama Setya. Tapi tak satupun memoriku menemukan data bernama Setya di otakku. Nihil.
Aku mencoba membuka foto profilnya yang menampilkan wajah tegasnya yang dihiasi brewok tipis dengan hidung mancungnya. Sekali lagi aku mencoba mengingat dan mencari file bernama Setya berserta wajahnya di otakku. Tetap tidak ada.
Totally stranger. Aku membaca obrolan yang dikirimkannya.
“Hai...Blom tidur?” tulis Setya.
Dengan cepat aku mengetik balasan di obrolan itu.
“Blom. Siapa ya?”
Sambil menunggu balasan dari Setya, aku terus berfikir bagaimana bisa aku berteman dengan orang yang sama sekali asing untuk ku di media sosial. Padahal seingat ku, aku tak pernah memberikan akses kepada orang asing untuk masuk kedalam akun media sosial pribadiku.
“Oh gue Setya. Salam kenal ya” balas Setya.
“Oh iya salam kenal juga. Emang lu kenal gue? Kok kita bisa temenan di facebook ya?” balasku.
Aku benar-benar penasaran dengan orang ini. Di Facebook ia menulis namanya sebagai Setya Saputra. Nama yang sama sekali asing untukku. Kelahiran tahun 1995 di Jakarta dan saat ini sedang tinggal di Jakarta. Setidaknya itulah informasi standar yang aku dapatkan dari profil Facebook miliknya.
“Enggak sih. Mangkanya gue bilang salam kenal hehe”
Aku terdiam sejenak dan sadar barusan aku menanyakan hal yang bodoh.
“oh iya ya hehehe...” balasku kikuk.
“kaku banget sih hahaha. Lu masih sekolah ya?” tanya Setya.
“Eh...iya kok tau sih?”
“Foto profil lu kan pake seragam hahaha”
Rasanya aku ingin membenturkan kepala ku karena aku lagi-lagi menanyaka hal yang bodoh.
“Hahaha...iya ya...gue lupa” balasku singkat karena malu.
“haha... lu stay di Jakarta? Di SMA Pelita kan?” Setya mengirimkan balasan.
“ah iya hehehe... Daerah Halim. Lu sendiri dimana?” tanyaku.
“Oh gue di klender. Sibuk kerja sambil kuliah nih haha” balas Setya.
“Siapa juga yang menanyakan kesibukannya”,batin ku dalam hati.
“oh gitu ya hahaha” balasku singkat.
“iya gitu hehehe. By the way lu mau dateng ke Pameran Lukisan itu ya?” balas Setya.
Aku mengernyitkan dahiku. Sepertinya Setya sudah melihat akun Facebooknya dari jauh-jauh hari karena aku membagikan tautan tentang Pameran Lukisan yang diadakan di Galeri Nasional.
“iya hehe... emang kenapa?” tanya ku penasaran.
“Gapapa... sebenernya gue mau ngajakin barengan ke pameran itu karena gue gak ada teman” balas Setya.
Aku berpikir sejenak. Pameran itu akan digelar lusa dan aku pun masih tak punya teman untuk pergi ke pameran itu. Apalagi setelah Lala membatalkan janji untuk ikut ke pameran itu secara sepihak.
“hah? Boleh aja sih gue juga masih gak tau bakal pergi sama siapa” balasku.
“Oh serius nih?” tanya Setya.
“menurut lu gue bercanda?” tanyaku malas.
“Hahaha oke... gue percaya kok lu serius. Bagi ID Line boleh?” balas Setya.
Tanpa pikir panjang aku segera memberikan ID Line ku padanya. Setelah itu kita berpindah dari obrolan Facebook ke chatting via Line. Malam ini aku sudah menghabiskan 2 jam untuk chatting dengannya. Bahkan aku lupa soal novelku yang aku biarkan tergeletak di samping bantal ku.
Jam menunjukan pukul 02.34 WIB. Sudah sangat larut atau bisa kukatakan ini adalah waktu diantara malam dan fajar. Setya terus mengirimi ku chat dengan cepat. Banyak yang baru kuketahui darinya. Saat ini ia sedang kuliah di jurusan Teknik Mesin dan bekerja paruh waktu di malam hari disebuah pabrik tekstil di Jakarta.
“Udah mau pagi emang lu gak tidur?” tanyanya.
“Tau aja lu gue udah ngantuk hahaha” aku menjawab dengan jujur.
“yaudah tidur ajalah hahaha. Bye. See you!” balasnya.
Aku memilih tak membalas pesan itu karena mataku sudah amat terasa berat.
Beep...beep...
Aku buru-buru merogoh saku celana ku saat sebuah suara keluar dari Handphone ku. Aku benar-benar panik karena saat ini aku sudah ngaret hampir satu jam untuk menuju Galeri Nasional. Sebenarnya sih tak masalah jika saja aku pergi kesana dengan seorang diri. Tapi aku terus teringat dengan Setya yang sudah menunggu sejak satu jam yang lalu disana.
Ini semua karena motor ku yang mogok saat ditengah perjalanan tadi dan terpaksa ku tinggal di bengkel dan berlari ke Galeri Nasional. Untungnya sudah lumayan dekat.
Handphone ku terus berbunyi tapi aku tak berani mengangkat panggilan dari Setya. Aku terus melangkah cepat kearah Galeri.
Sudah jatuh tertimpa tangga pula.
Kira-kira itulah yang aku rasakan saat ini. Sudah berlari hingga keringat ku membuat bajuku basah dan sekarang hujan malah turun dengan bebas butiran air yang membasahi bajuku dengan secepat kilat. Aku sukses basah kuyup.
Aku memilih berlari dan berhenti didepan sebuah halte tak jauh dari Galeri Nasional. Handphone ku kembali berbunyi dan tanpa pikir panjang lagi aku mengangkat telfon itu dengan cepat.
“halo...kamu dimana? Kok dari tadi gak diangkat sih? Jadi ke pameran kan?” tanya Setya dengan cepat.
“Iya jadi kok tadi aku lagi dijalan. Sekarang kehujanan nih basah kuyup neduh di halte deket Galeri” jawabku.
“Oke aku kesana.” Ucap Setya dan langsung menutup telfonnya. Aku membungkam mulutku tak jadi berbicara.
Tetes-tetes air terus terjun dengan bebas dari langit tanpa henti. Di halte itu hanya ada aku dan dua orang remaja perempuan yang asyik bergosip sambil mengnunggu hujan berhenti.
Aku duduk kedinginan di halte, sebenarnya pakaianku tidak benar-benar basah tapi tetap saja hawa dingin masuk kedalam tubuhku.
“Hi! Andy ya?”
Sebuah suara membuatku melihat ke arah kiri. Seorang pria dengan hidung mancung dan brewok tipisnya duduk disisi kiriku dengan sedikit basah namun tak separah aku.
“Maaf ya telat. Ini benar-benar sial banget” ucapku dengan nada menyesal.
“ah gapapa hahaha gak masalah juga” jawab Setya santai.
“hahaha pasti masalah lah. Awalnya mau ke Galeri Nasional eh malah jadi ke Cafe gini” aku menjawab masih dengan rasa bersalah. Saat ini kita berdua duduk berhadapan di kedai kopi internasional yang sangat kekinian. Sama-sama memesan kopi panas untuk menghangatkan badan.
Obrolan diantara kita terus berlanjut hingga matahari tergelicir dari singgasananya dan digantikan cahaya kebiruan dari si bulan.
“Mau lihat sesuatu yang indah?” tawar Setya.
Aku menaikan satu alisku mewakili rasa penasaran ku akan maksud ucapannya. Tapi Setya malah bangun dari duduknya dan mengajakku untuk ikut disisinya.
Dengan cepat Setya memasuki pintu lift yang terbuka sambil menarik tanganku yang saat itu berjalan dengan lamban karena melihat sebuah baju di toko.
Setya menekan tombol angka 6 sebagai penanda lantai ditempat ini. Aku tidak tau apa yang ada di sana bahkan aku baru pertama kali menginjakkan kaki di Mall ini.
Saat pintu lift terbuka Setya kembali menarik tanganku dan menghampiri pintu keluar.
Sekarang aku hanya bisa terbengong dan berjalan perlahan karena terus ditarik oleh Setya. Gedung-gedung pencakar langit kini menjadi pemandangan indah didepan mataku. Tidak hanya tinggi namun gedung-gedung tersebut menampilkan cahaya lampu berbagai warna yang menyinari Kota Jakarta dimalam hari. Aku mencoba mendongakan kepala dan melihat langit yang dihiasi banyak bintang ditemani si bulan.
Setya terus menarik tanganku hingga ketepi pagar pembatas gedung. Aku mematung melihat pemandangan itu dari atas gedung ini. Melihat banyaknya kendaraan yang lalu lalang dengan lampu yang menyala membuatku makin tak bisa berbicara apapun. Keseluruhan tempat ini sangat indah. Dan seperti yang kuimpikan sejak lama untuk melihat pemandangan dari atas gedung.
“Bagaimana Setya bisa tau akan hal ini?” batinku. Aku mengalihkan pandangan ke wajahnya dan menatap matanya yang menatapku serius.
Wajahnya kian mendekat kewajahku. Aku menutup mataku karena tau apa yang akan terjadi selanjutnya. Hidung kami bersentuhan dan berakhir dengan kedua bibir kami yang saling berpagutan. Aku mencoba meresapi rasa yang ada dibibirnya dengan gigitan kecil yang juga ia lakukan pada bibirku. Kami berciuman dengan manisnya dihiasi ratusan atau ribuan lampu jantung Ibu Kota.
Mata ku basah. Selain bibirku, aku merasakan mata ku semakin basah. Air mata meluncur bebas dikedua pipiku.
Aku membuka kedua mataku. Langit-langit kamar. Hanya itu. Tanpa bintang-bintang yang mengelilingi si bulan dan tanpa gemerlap Ibu Kota.
Kedua mataku semakin basah oleh air mataku sendiri. Lagi-lagi Setya datang kemimpi ku.
“Benar-benar tak tahu diri!” batinku. Aku terus menangis sambil membenci keadaan yang membuat Setya pergi atau membenci Setya yang pergi meninggalkanya untuk selamanya dengan hanya sebuah kenangan.
Setya...
@bram94
@Abyan_AlAbqari
@callme_DIAZ
@kutu22
@Dltyadrew2
@Monic
@0003xing
@Beepe
@Bintang96
@Rikky_kun
@Dimz
@Snowii_
@Gabriel_Valiant
@indoG
@n0e_n0et
@Cheesydark
@Venussalacca
@jokerz
@bponkh
@laikha
@foursquare
@Ian_McLaughlin
@alexwhite
@Archiez
@dionville
@mahardhyka
@sandy .buruan
@DiFer
@obay
@egalite
@Jhoshan26
@adinu
@tyo_ary
@ananda1
@adilope
@dannyfilipe1
@exxe87
@cassieput
@bi_men
@lintang1381
@aldi_arif
@hikaru
@harya_kei
@YuuReichi
@Tsu_no_YanYan
@No_07021997
@yubdi
@wisas
@bladex
@tohartoharto
@cmedcmed
@CoffeePrince
@wandi_aja
@faradika
@adre_patiatama
@hwankyung69
@Adam08
@haikal24
@bebong
@DM_0607
@raka_okta
@arifinselalusial
@sky_borriello
@tamagokill
@Rizal_M2
@angelofgay
@pokemon
@FauziNIC
@lasiafti
@Éline
@MikeAurellio
@anjinganjing
@DanniBoy
@mamomento
@kimo_chie
@Sefares
@Rez1
@newsista
@Kim_Kei
@the_angel_of_hell
@rafky_is_aldo
@alexrico
@kimsyhenjuren
@rickyAza
@rizky_27
@Ervfan55
@marvinglory
@Flowerboy
@emoniac
@Taylorheaven
@Onew
@Anju_V
@VBear
@kangmas1986
@FISE
@mikaelkananta_cakep
@arwin_syamsul
@caetsith
@davey88
@vasto_cielo
@GeryYaoibot95
@voldemmort1
@galihsetya14
@abiDoANk
@trinity93
@farizpratama7
@OlliE
@nand4s1m4
@rarasipau
@NielSantoso
@Yongjin1106
@tsu_gieh
@esadewantara88
@Putra_17
@diditwahyudicom1
@ikmal_lapasila
@kikyo
@MErlankga
@ElninoS
@edwardlaura
@putra_ajah
@arieat
@Ariel_Akilina
@rey_drew9090
@ddonid
@joeb
@elul
@andra99
@TigerGirlz
@irfan295_
@pria_apa_adanya
@balaka
@kevinlord7
@Chachan
@_newbie
@raffi_harahap
@deph46
@ichafujo97
@Lonely_Guy
@abang_jati
@zephyros
@chandisch
@tialawliet
@blackshappire
@Adra_84
@Tamma
@icha_fujo
@Key_Zha
@boy_filippo
@hantuusil
@diyuna
@yuzz
@pyolipops
@AvoCadoBoy
@aldyliem
@Arjuna_Lubis
@yooner5
@ryanjombang
@Irfandi_rahman
@RezaYusuf
@i_am
@diandasaputra
@khaW
@Zazu_faghag
@pradithya69
@san1204
@bapriliano
@Ranmaru
@Anggoro007
@3ll0
@Remiel
@Fae91
@gege_panda17
@d_cetya
@zevanthaikal
@tarry
@unknowname
@adjie_
@keanu_
@bell
@lulu_75
@3ll0 @abiDoANk @jacksmile @tsunami
@Aghi @caetsith @TigerGirlz @fiofio
@Ardhy_4left @uci14 @uci @NielSantoso
@Aji_DrV @Zazu_faghag @cute_inuyasha @new92 @ramadhani_rizky @Cyclone @akina_kenji
misteri
(membenci Setya yang pergi meninggalkanya) ini maksudnya 'meninggalkannya' ato 'meninggalkanku'?
Kasian andy di tinggal mati #pukpuk andy...
Okey, di tunggu cerita berikutnya...semoga happy ending..
Aku menghisap rokok ku dalam.
Membuang sekumpulan asap dari mulutku.
Kemudian kuhisap kembali batang rokok itu.
Jauh lebih nikmat dari pada batang rokok yang dahulu pernah kau tawarkan padaku sehabis kau hisap dengan mulutmu. Bagai ciuman tak langsung begitu katamu.
Dulu aku memang merasa rokok mentol bekas hisapan mulutmu adalah rokok ternikmat yang pernah kuhisap.
Aku selalu suka bagaimana caramu menghisap batang rokok itu. Terkesan dingin namun menggoda siapa saja termasuk diriku untuk ikut menghisap rokok yang sama dengan mu.
Jangankan sebatang rokok yang kita hisap bersamaan. Bibir pun pernah menjadi saksi bisu saat keduanya saling berpagutan dan dihisap layaknya sebuah batang rokok.
Jangankan sebuah bibir yang kita pagutkan bersama. Leher ku pun pernah kau hisab layaknya kau menghisap dalam-dalam rokokmu dan kemudian menghembuskan nafas erotis disekitar leherku yang tak jarang meninggalkan jejak akan nikmatnya hisapan dirimu.
Aku kembali menghisap rokok ku dan menghembuskan asapnya keluar.
Masih terus dengan melirik jam yang mulai menunjukan pukul tengah malam. Pada kenyataannya malam ini memang tak seindah malam kemarin saat kau berbaring disebelah ku dengan nafas sedikit terengah-engah usai melampiaskan nafsu mu kepada boneka cina mu ini.
Ya seperti kata Lana Del Rey dalam lagu Without You yang liriknya sangat serupa dengan ku yang rela menjadi Boneka Cina mu agar tak membuat mu pergi. Seperti pada umumnya aku hanya dimainkan pada saat kau membutuhkannya termasuk saat kau butuh aku sebagai boneka yang harus bisa melemaskan kejantananmu.
Kuhisap kembali rokokku dan kembali ku hembuskan asapnya.
Entah aku bodoh atau apa pun itu yang jelas aku telah membuang waktu untuk seorang bajingan seperti mu yang memberikan ku banyak omong kosong. Pikiran ku kembali melayang saat awal pertama kau menggandeng tangan ku memasuki rumah mu usai makan malam bersama. Bukan sekedar makan malam karena saat itu kau membutuhkan teman cerita atas masalahmu dengan pacarmu atau bisa disebut mantan pacarmu yang tak lain adalah teman ku sendiri.
Malam itu untuk pertama kalinya aku merasakan kedekatan intim dengan seorang pria yang juga seorang bajingan. Aku masih ingat betapa bodohnya aku saat luluh melihat wajah nafsu mu mencoba membimbingku berbaring dengan kau yang berada diatas tubuhku.
Malam itu sungguh malam yang sangat menyakitkan walaupun aku tak memiliki vagina tapi nafsumu tetap memberikan ku sakit. Bodohnya aku yang membiarkan ini terjadi saat malam hari dimana sebelumnya kau bercerita dengan berapi-api penuh kebencian terhadap pacar atau mantan pacarmu itu. Dan bodohnya aku karena ini terjadi berulang-ulang.
Kuhisap kembali rokok itu seraya mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar Nasi Goreng Margonda yang ku pesan. Kuhembuskan asap kembali.
Sore itu kau becerita untuk pertama kali atas kebencianmu serta rasa kecewa mu yang teramat dalam kepada pacarmu atau mungkin mantan pacarmu itu. Aku dapat menangkap dengan jelas yang tergambar dimata mu adalah kebencian.
Kau bercerita bahwa dirinya tertangkap basah bersama pria lain yang merupakan mantan ku sendiri. Entah apa yang kau lakukan kepadaku hingga aku terus saja mengikuti alur permainan mu dengan menjadikan teman dan mantan ku sebagai kambing hitamnya.
Aku bergerak menuju tangga penyebrangan jalan. Berhenti ditengahnya dan kembali menghisap rokokku dan menghembuskan asapnya.
Hari demi hari setelah semua yang terjadi malam itu kita menjadi semakin dekat. Ah! Mungkin bukan kita tapi hanya aku yang merasa. Setiap hari kau sesekali menelfonku untuk terus menanyakan pacar atau mantan pacarmu itu. Tak pernah sekali pun dirimu melihat diriku sebagai individu yang menyukainya sejak lama bahkan rela berkorban untuk temanku mendapatkan mu.
Kau ceritakan kejelekan orang yang pernah menjadi temen tidur mu kepada ku. Bukan kah itu buruk ? Tapi mungkin aku yang bodoh saat itu. Selalu mengiyakan apa yang kamu ucapkan bahkan aku menurut saja saat kau mencoba melucuti pakaianku hingga telanjang bulat dan berulang hampir setiap malam.
Aku bodoh. Aku menginjak putung rokok ku kemudian menyalakan rokok baru. Menghisapnya hingga dalam dan menghembuskan asapya.
Kata orang penyesalan akan selalu datang belakangan dan terlambat. Aku percaya itu. Aku menyesal membuat janji dengan mu siang ini karena aku sedang membutuhkan dirimu disisiku untuk menyeka air mata ku yang ingin menetes. Namun sayangnya, air mata ini justru menetes saat aku sedang menghisap rokok seorang diri diatas tangga penyebrangan.
Aku bodoh. Bodoh setelah aku sadar tak ada bedanya aku seperti pelacur yang selalu ada saat kau butuh hiburan dan pelampiasan nafsu seksual mu.
Bahkan pelacur bisa lebih beruntung karena mendapat bayaran sedangkat aku tidak. Maksudku aku dibayar menggunakan omong kosongmu.
Aku kembali menghisap batang rokok kedua ku ini dan menghembuskan asapnya keudara lagi.
“Jam 5 ya ditempat biasa” ujarmu pagi tadi saat kau berikan janji untuk bertemu dengan ku sore ini.
Tempat biasa yang kau maksud adalah sebuah restoran cepat saji yang merupakan favorit kita. Atau lebih tepatnya hanya aku yang menyukainya.
Sekarang pukul tengah malam. Janji mu sudah terlambat 7 jam. Mungkin bukan terlambat. Mungkin...
Kembali aku menghisap rokokku dan menghembuskan asapmya.
Pukul 5 tepat. Tak jauh dari tempat kau dan aku janjian untuk bertemu sore ini. Kupikir mataku kelilipan sehingga menciptkan suatu fatamorgana. Fatamorgana yang menampilkan dirimu sedang asik berjalan dan dengan santainya kau mengelus lembut kepala pacarmu atau mungkin mantan pacarmu yang masih berstatus pacar. Entahlah. Aku tak mengerti bagaimana jalan pikiran dirimu. Mumgkin kau orang yang sulit? Entahlah yang jelas aku melihat itu sebagai fenomena yang nyata.
Aku melanjutkan berjalan diatas tangga penyebrangan jalan dan turun untuk kemudian melewati jalan setapak. Tetap sama. Sambil kuhisap rokok ini dan menghembuskannya.
Bodohnya aku yang telah membuang waktu ku untuk kau yang tak lebih seperti seorang banci yang tak berani muncul saat kau punya sebuah janji dengan boneka cina mu ini. Boneka pemuas nafsumu.
Aku berjalan menaiki tangga bangunan kost mu. Yang merupakan tempat dimana kau tinggal dan tempat dimana kamu mendesah saat kau berhasil mengalahkanku mencapai orgasme.
Aku menghisap rokok ku dalam dan menghembuskannya saat aku sudah didepan pintu kost mu.
Ya kau melenguh seperti saat kau berhasil membuatku terkulai lemas akibat permainan liar mu.
Ya aku mendengar itu bahkan tanpa perlu aku menempelkan daun telingaku ke dekat pintu najis ini.
Kuhisap dalam batang rokokku untuk yang terakhir kali dan membuang asapnya bersamaan dengan kubuangnya putung rokok itu ketempat sampah tanpa emosi.
Kini kusadar apa yang dimaksud pelarian yang merupakan sekedar pelarian perhatian.
@bram94
@Abyan_AlAbqari
@callme_DIAZ
@kutu22
@Dltyadrew2
@Monic
@0003xing
@Beepe
@Bintang96
@Rikky_kun
@Dimz
@Snowii_
@Gabriel_Valiant
@indoG
@n0e_n0et
@Cheesydark
@Venussalacca
@jokerz
@bponkh
@laikha
@foursquare
@Ian_McLaughlin
@alexwhite
@Archiez
@dionville
@mahardhyka
@sandy .buruan
@DiFer
@obay
@egalite
@Jhoshan26
@adinu
@tyo_ary
@ananda1
@adilope
@dannyfilipe1
@exxe87
@cassieput
@bi_men
@lintang1381
@aldi_arif
@hikaru
@harya_kei
@YuuReichi
@Tsu_no_YanYan
@No_07021997
@yubdi
@wisas
@bladex
@tohartoharto
@cmedcmed
@CoffeePrince
@wandi_aja
@faradika
@adre_patiatama
@hwankyung69
@Adam08
@haikal24
@bebong
@DM_0607
@raka_okta
@arifinselalusial
@sky_borriello
@tamagokill
@Rizal_M2
@angelofgay
@pokemon
@FauziNIC
@lasiafti
@Éline
@MikeAurellio
@anjinganjing
@DanniBoy
@mamomento
@kimo_chie
@Sefares
@Rez1
@newsista
@Kim_Kei
@the_angel_of_hell
@rafky_is_aldo
@alexrico
@kimsyhenjuren
@rickyAza
@rizky_27
@Ervfan55
@marvinglory
@Flowerboy
@emoniac
@Taylorheaven
@Onew
@Anju_V
@VBear
@kangmas1986
@FISE
@mikaelkananta_cakep
@arwin_syamsul
@caetsith
@davey88
@vasto_cielo
@GeryYaoibot95
@voldemmort1
@galihsetya14
@abiDoANk
@trinity93
@farizpratama7
@OlliE
@nand4s1m4
@rarasipau
@NielSantoso
@Yongjin1106
@tsu_gieh
@esadewantara88
@Putra_17
@diditwahyudicom1
@ikmal_lapasila
@kikyo
@MErlankga
@ElninoS
@edwardlaura
@putra_ajah
@arieat
@Ariel_Akilina
@rey_drew9090
@ddonid
@joeb
@elul
@andra99
@TigerGirlz
@irfan295_
@pria_apa_adanya
@balaka
@kevinlord7
@Chachan
@_newbie
@raffi_harahap
@deph46
@ichafujo97
@Lonely_Guy
@abang_jati
@zephyros
@chandisch
@tialawliet
@blackshappire
@Adra_84
@Tamma
@icha_fujo
@Key_Zha
@boy_filippo
@hantuusil
@diyuna
@yuzz
@pyolipops
@AvoCadoBoy
@aldyliem
@Arjuna_Lubis
@yooner5
@ryanjombang
@Irfandi_rahman
@RezaYusuf
@i_am
@diandasaputra
@khaW
@Zazu_faghag
@pradithya69
@san1204
@bapriliano
@Ranmaru
@Anggoro007
@3ll0
@Remiel
@Fae91
@gege_panda17
@d_cetya
@zevanthaikal
@tarry
@unknowname
@adjie_
@keanu_
@bell
@lulu_75
@3ll0 @abiDoANk @jacksmile @tsunami
@Aghi @caetsith @TigerGirlz @fiofio
@Ardhy_4left @uci14 @uci @NielSantoso
@Aji_DrV @Zazu_faghag @cute_inuyasha @new92 @ramadhani_rizky @Cyclone @akina_kenji
Okey next...