It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
- @silverliningggg
- @Agova
- @hon3y
- @lulu_75
- @opatampan
- @Aurora_69
yg merasa teresahkan di mention, tolong bilang ya kakak |: V)
@silverliningggg wehhh hehe adadeh kasih tahu gak yak?
@Aurora_69 eh? padahal gak niat bikin penasaran kok hehe
@opatampan Makasih
Akhir-akhir ini gua sering dibuntuti oleh si Arya, entah itu ke kampus, kantin, warung, kosan, sampai didepan pintu WC pun dia ngikutin gua. Gua suka ada orang yang care, dan sayang sama gua, tapi kalau orangnya adalah Arya, kayaknya gua lebih memilih buat gak sama sekali.
Gua sekarang sedang berada di sebuah mall di daerah xxxx. Dan si Arya? Dia masih mengikuti gua dengan senyum di manis-manisinnya, bukan dia yang desperate sepertinya, ternyata gua yang desperate. Susah makhluk beginian dikasih tahu, bukannya nurut malah jadi ngaco.
"Hen? Wihh... Lo sama siapa?" tiba-tiba seseorang menyapa gua. Gua memperhatikan orang ini, dari atas sampai bawah. Oh.
Yusuf, dengan... Pacarnya?
"Eh, ini sendiri... Gak sama siapa-siapa. Elo? Sama pacar?"
Gua melirik Arya yang tengah celingak-celinguk entah mencari apaan. Gak peduli gua.
"Eh, iya kenalin nama aku Dhea." kata seorang cewek sambil mengulurkan tangannya. Wajahnya manis, imut, cocok aja sih sama si Yusuf yang emang rada cakep-cakep nakal haha.
Arya tiba-tiba muncul di samping gua, tangan kanannya tanpa ragu mendekap pundak gua dengan erat. "Kemana aja si," tanyanya sambil tersenyum lebar.
Dhea dan Yusuf memperhatikan gua dan Arya secara bergantian, wajah Yusuf agak enggan bercampur takut ketika melihat kedatangan ini genderuwo edan, sedangkan Dhea terlihat berbinar-binar kagum bercampur enggan. Ini ada apaan sih? Wahh bener genderuwo nih si Arya!
"Eh mas Arya, sama temennya ya?" tanya Yusuf agak sopan. Lebih ke takut sepertinya.
Si Arya diam, wajahnya datar dan dingin, menatap Dhea dan Yusuf secara bergantian.
Sok cool banget jadi cowok.
"Ya udah, kami duluan ya, mas." kata Yusuf ke si Arya, sambil berlalu dengan Dhea yang gak berucap apa-apa setelah menatap wajah Arya barusan.
"Yus, nanti bantuin gua soal tugas yang kemaren ya," kata gua ke si Yusuf sebelum dia berlalu.
"Sipp, Hen." katanya, kemudian menghilang dengan si Dhea.
"Kita makan ya Hen, laper ini." tiba-tiba si Arya merangkul pundak gua. Gua menepisnya, tapi kembali lagi dia merangkul gua.
"Makan aja sono, ogah gua." jawab gua ketus.
"Ya udah, lo mau kemana lagi sekarang?" si Arya melepaskan rangkulannya, tersenyum lebar, dan seketika kombinasi itu muncul lagi... Kombinasi antara mendamaikan dan menyenangkan muncul dari balik matanya, seakan menyisir hati gua seketika.
Ahhh... Gua gak boleh lagi suka sama si Arya!!!!
Gua berlalu dengan cepat meninggalkan si Arya yang masih di belakang gua.
"Hen!?" si Arya lari-lari menyeimbangkan langkahnya dengan gua. "Lu kenapa si, jalan kok ya cepet banget. Udah kayak setan aja deh." katanya setengah memburu.
Apaan ini? Sentan kok tereak setan.
"Hmmm.." gua masih bersikap acuh.
***
Setelah keliling-keliling membeli ini itu, akhirnya selesai juga. Perut udah terasa laper, tapi gengsi gua tinggi, males makan juga kalau ada Arya.
"Hen..." suara si Arya di belakang gua.
"Hmmm..."
"Sekarang udah jam berapa?"
"Menurut lo?" tanya gua ketus.
"7 .... Malam." katanya lemas. Buset dah ini anak, baru begini juga udah lemes aja.
"Hen, lo serius gak mau makan atau apa?" tanyanya agak bergetar. Ini kenapa sih si genderuwo edan?
"Serius," jawab gua mantap.
"Serius enggak?"
"Hmmm,"
"Enak lho..."
"Enggak,"
"Ada nasi goreng seafood, nasi padang, nasi surabaya, sushi, ramen??"
"Eng... Gak."
"Makan? Beneran gak mau?"
"HO'OHHH!"
Brukk!!
Eh? Gua kaget saat mendengar ada suara suatu benda jatuh. Gua segera berbalik, dan... Astagah?? Arya?
***
Pendek deh hehe, bersambung dulu ya. Sore lanjut lagi
Kampus ngga ada MOS btw. Adanya ospek.
Mention :
- @silverliningggg
- @Agova
- @hon3y
- @lulu_75
- @opatampan
- @Aurora_69
- @o_komo
- @viji3_be5t
- @RifRafReis
yg merasa teresahkan di mention, tolong bilang ya
Antara khawatir dan cemas, gua dari tadi maju mundur maju mundur di lorong rumah sakit, menunggu si Arya yang sedang dirawat di ruang UGD.
Ahh... Ini anak genderuwo separah apa sih, batin gua geregetan. Gua yang semakin dibuatnya cemas cuma bisa maju mundur maju mundur, lama-lama kek gini bisa-bisa gua jadi cantik juga ujung-ujungnya.
"Mas?" sebuah suara menghampiri gua dari belakang.
Gua berbalik, ada seorang pria berkacamata di hadapan gua sekarang, wajahnya agak cute, manis, dan terkesan sangat oriental. Pasti dokternya.
"Iya dok, keadaan Arya bagaimana?" tanya gua tanpa basa-basi.
"Tuan Arya tadi cuma-"
Haks?? Tuan? Apa-apaan lagi sih ini?
"Apanya dok?" gua pasti salah denger.
"Tuan Arya-"
"Apa dok?? Apa tadi?" gua salah denger, iya gua salah denger.
"Tuan Arya tadi cuma ke-" si dokter terlihat agak marah. Bicaranya sengaja dipercepatnya, tapi lagi-lagi tercekat oleh gua.
"Apanya dok? Tadi dokter bilang apa?" iya gua salah denger pasti, pasti.
"Maaf, kalau mas punya gangguan pendengaran bisa diperiksa di sebelah sana." kata si dokter menunjuk sebuah ruangan.
"Gak, mana ada dok. Telinga saya sehat," gua jadi bingung sendiri.
"Tuan Arya sedang istirahat, dia cuma mengalami dehidrasi dan maag, sepertinya dia tidak makan atau semacamnya." jelas si Dokter. Gua cuma bisa diem dan mangguk-mangguk menanggapi.
"Ohh... Saya boleh masuk?" tanya gua.
"Silahkan," jawab si Dokter.
Gua segera masuk, dan sebuah senyum langsung mengambang menyambut gua dari balik pintu.
Sialan, gua langsung emosi, "Lo itu kenapa sih? Macem-macem, gak ada kerjaan apa? Kenapa gak makan? Kenapa-"
"Makasih," kata si Arya tiba-tiba sambil tersenyum lebar. Wajahnya terlihat letih. Matanya yang biru menatap gua dengan damai, seakan ini adalah kebahagiaan, emosi gua tiba-tiba saja lenyap. Rasa khawatir dan takut, dalam beberapa detik seketika lenyap.
"Untuk apa?" gua gak tahu harus ngomong apa lagi.
"Untuk rasa khawatir elo," jawabnya riang.
Sekarang, gua yang menjadi tokoh antagonis disini. Ohhh... Terimakasih, Arya. Hebat sekali. Gua jadi merasa jahat dan bersalah.
"Jangan dipikirin," gua beranjak untuk duduk di samping tempat tidurnya si Arya. Tangan gua bertumpu pada sisi tempat tidurnya, kemudian menatapnya lekat-lekat. Gua udah janji gak mau jadi orang bodoh untuk yang ke empat kalinya, tapi dengan sikapnya yang begini? Gua gak tahu kedepannya bakal bagaimana.
"Lo laper?" tanyanya polos.
Ahh... Kenapa sih dengan ini genderuwo? "Harusnya gua yang nanya kayak gitu!" ucap gua geram.
"Oke, jadi laper gak?"
Susah ya ngomong sama Arya. Gua baru sadar.
"Mana bisa gua laper, sementara lo terbaring gak sadarkan diri kayak tadi. Rasanya kenyang tau gak,"
"Ohh hehehe," si Arya cengengesan gak jelas.
"Lo makan ya, gua-"
Belum sempat gua selesai dengan kalimat gua, si Arya sudah memotongnya. "Gak... Kalau lo gak makan, gua juga gak makan." katanya tegas.
Gua tercengang. Kombinasi aneh itu muncul lagi, jantung ini rasanya seperti dipacu oleh sesuatu.
Gua menghela nafas, "oke, gua makan. Asal lo juga makan,"
"Siap boss! Beli nasi goreng gih di depan, biasanya ada yang jual nasi goreng enak di sana lho." jelasnya riang.
Gua gak tahu jadi apa gua kalau sampai tadi si Arya kenapa-napa. Gua rasa sebagian dari diri gua juga bakal kenapa-napa kalau sampai itu kejadian. Dan perasaan itu tumbuh lagi, gua benar-benar gak bisa mengulangi ini lagi. Gua gak mau menjadi orang yang bodoh lagi. Tapi... Gua bisa apa sekarang?
***
"Lo tadi kemana?" tanya Yusuf ke gua. Sekarang gua dan Yusuf sedang duduk santai di pelataran kosan. Suasana sore hari ini memang sangat menyejukan, sehingga rasanya gua enggan sekali untuk beranjak.
"Tadi baru dari rumah sakit, si Arya sakit. Makanya tadi gua kerumah sakit buat jagain si Arya." jelas gua ke si Yusuf.
"Dia sakit apaan emang?" tanya si Yusuf, tangannya meraih sebatang rokok dari bungkusnya.
"Maag, atau semacamnya... Tapi sekarang udah mendingan. Gak terlalu parah kayaknya," Jawab gua ambigu.
Tapi hari ini rasanya agak sepi, tidak ada si Arya di samping gua. Biasanya dia selalu ngintilin gua kemana aja. Ohhh my genderuwo edan... Miss you.
Eh? Apaan sih gua.
"Elo kenal sama Arya dari mana? Kok dia bisa deket banget sama lo?" tanya si Yusuf agak menerka dan menyelidik. Kenapa dengan Arya?
"Yaaaa... dia temen gue dulu. Biasalah." jawab gua alakadarnya.
"Ohh..." si Yusuf mengangguk. Wajahnya seakan masih meminta penjelasan yang lebih rinci. Ah... Enggan sekali gua menceritakan cerita rumit gua dengan Arya.
Ada hening selama beberapa saat. Gua melirik kearah Yusuf yang sedang menikmati batang rokoknya, sesekali asap keluar dari hidung dan mulutnya.
"By the way, gua bangga juga elo bisa deket sama Arya." kata si Yusuf tiba-tiba.
Gua kebingungan, "kenapa?"
"Lah? Elo tahu sendirikan, si Arya itu anak dari pengusahan terkaya di indonesia, ayahnya aja masuk jajaran orang terkaya nomer satu di indonesia." jelasnya dengan wajah ironis. "Ah... Jadi orang kaya itu enak gak sih?"
Gua langsung diam. Arya? Anak orang kaya? Kenapa gua gak tahu?
"Dan si Arya, dia juga termasuk pengusaha termuda paling sukses di indonesia. Mulai dari rumah sakit, butik, mall, kampus, pasar bahkan tempat-tempat restoran umum hampir semuanya dia yang menguasai," Jelas si Yusuf lagi, "Pengusaha muda kaya raya, yang juga seorang anak dari pengusaha kaya raya... Ahh, gak bisa gua bayangkan sebahagia apa hidupanya." sekali lagi si Yusuf menghayal-hayal gak jelas.
Gua langsung kagok, gak bisa menanggapi pernyataan Yusuf barusan. Rasanya gua gak percaya dengan perkataan Yusuf barusan, dia pasti salah orang atau bagaimana gitu.
"Lo yakin gak salah orang?" tanya gua ambigu seakan gak percaya dengan perkataan Yusuf barusan.
"Hahaha, gua juga awalnya mikir gitu saat melihat dia memakai jeans dan kaos dengan jaket. Tapi setelah gua perhatikan, ya namanya juga orang cakep. Gimanapun juga ya tetap wibawa dan aura kaya nya bakal kelihatan haha."
"Oh, gitu ya...." gua cuma bisa diam. Pantas saja orang-orang sepertinya sangat menghormati dia.
Argghhh.... Rasanya seperti ada rasa enggan di hati gua sekarang, sepertinya ada tembok besar yang memisahkan kami. Dia kaya raya dan tampan, sedangkan gua hanya sebiji makhluk upil yang gak ada bandingannya dengan si Arya. Hhhhhh.... Terlebih lagi masa lalu kami. Bisa apa gua?
"Woy!!" tiba-tiba si Yusuf mengagetkan gua. "Ngelamunin apaan lo?"
"Hehehe enggak, cuma mikir aja." gua cengengesan gak jelas.
-Status sosial gua sangat berbeda dengan si Arya. Gua menyadarinya.
Bersambung...
Bagian selanjutnya, bagian 3 C : sebuah lagu