It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hujan, terus saja hujan dari pagi sampai malam selalu saja hujan. Aku tidak pernah suka cuaca seperti ini, menghambat aktivitas, bawaannya selalu bikin males buat ngapa-ngapain. Yang biasa kulakukan saat seperti ini biasanya hanya berdiam di kamar, maenin hp dan laptop, nonton tv, makan, dan tidur. Bener-bener anak muda kekinian banget.
Namaku Alif Suharianto, keluarga dan teman-temanku biasa memanggilku Alif. Dari nama belakangku banyak yang mengira kalau aku orang jawa, memang benar tapi lebih tepatnya orang jawa didikan sunda hhe.
Ayahku jawa dan ibuku sunda sejak kecil kedua orang tuaku bercerai aku dibawa dan dibesarkan ibuku dan seingatku sejak saat itu aku tidak mendengar kabar dari ayahku lagi mungkin beliau sudah membina keluarga lagi sedangkan sejak bercerai ibuku tidak menikah lagi, kami tinggal bersama di rumah almarhum kakek ku di Bandung, Jawa barat.
Bertahun-tahun berlalu aku tumbuh menjadi pemuda yang bisa dibilang pemalu, mungkin karena aku dibesarkan dengan orang tua yang tidak lengkap tanpa sosok seorang ayah. Secara fisik aku biasa saja tinggi dan badanku sama seperti remaja pada umumnya hanya saja aku mewarisi DNA ibuku yang berkulit putih dan hidung mancung khas orang sunda. Ibu ku bisa dibilang masih sangat cantik entah kenapa beliau tidak menikah lagi padahal mungkin banyak duda ataupun bujangan yang tertarik hhe mungkin beliau masih trauma berumah tangga.
Untuk menghidupi kami ibuku membuka toko kecil di depan rumah, toko kami menjual kebutuhan pokok sehari-hari dulu sepulang sekolah biasanya aku membantu menggantikan ibu menjaga toko dan setiap pagi aku membawa stok barang belanjaan dari pasar naik motor bebek peninggalan kakek ku.
Mungkin karena rutinitasku tersebut aku jadi jarang bergaul dan tidak punya banyak punya teman, ibuku sebenarnya sering menyuruhku untuk bermain dan bergaul dengan anak-anak yang lain dan tidak usah terlalu sering membantu. Namun aku bersikeras untuk membantu karena selain kasihan melihat ibuku aku juga sebenarnya tidak pintar bergaul dan sering di bully juga oleh teman-teman mungkin karena keadaan ku yang tanpa seorang ayah ditambah aku tidak pintar olah raga dan kulit ku yang putih seperti perempuan sering diejek banci padahal perilaku ku tidak ngondek seperti bencong-bencong yang sering muncul di tv. Kalau dipikir aku memang tidak ada nakal-nakalnya ditambah dengan sifat pendiamku sehingga aku hanya diam saja saat mereka bully, rasanya seperti pecundang sejati.
Walaupun begitu ada beberapa orang yang mau berteman dengan ku. Dua orang diantaranya adalah dua orang anak tetangga rumahku, kami bisa dibilang bersahabat namanya Irwan dan Listya. Sejak SD kami selalu bermain dan berangkat sekolah bareng sampai SMP pun kami masih bersahabat walaupun aku berbeda sekolah dengan Listya dan Irwan yang masuk SMP yang cukup elit di kota kami, namun saat SMA hubungan kami merenggang tidak seperti dulu lagi mungkin karena kesibukan dan gaya hidup kami yang berbeda.
"Lif, marlboro bereum hiji" (Lif, marlboro merahnya sebungkus)
"Siap, jeung korekna bos?" (Siap, sama koreknya bos?)
"Henteu bro aya urang" (ga usah bro gue ada ko)
"Oh oke oke"
"Maneh teu mamingan lif?" (Lo ngga malam mingguan Lif?)
"Henteu euy kieu weh urang mah jaga warung hhe" (ngga nih gue mah gini aja jaga toko hhe)
"Ah parah maneh mah kolot di warung lila-lila hahaha" (ah parah lu lama-lama tua di warung loh hahah)
"Hha dasar maneh mah wan urang mah lain anak gahol kos maneh euy" (haha dasar lu wan ya gue mah bukan anak gaul kaya lu sih)
"Heeh mantakna hayu milu jeung urang, urang ulin nongkrong jeung barudak urang meh gahol" (iya makanya ayo ikut gue, kita maen sama anak-anak tongkrongan gue
"......................"
"Ah sia mah diajakan teh kalah cicing paingan jomblo wae. Yeuh moal aya awewe nu daek ka lalaki kuuleun mah lif" (ah elu mah diajakin tuh malah diem aja pantesan jomblo aja. Nih ya cewe tuh ga akan mau sama cowo yang cupu lif)
"So tau maneh, ceuk saha urang jomblo" (so tau lu, kata siapa gue jomblo)
"Jadi maneh boga bokin lif? Alah paling ge bobokinan jeung sabun hahaha" (jadi lu punya pacar lif? Lah paling juga pacaran sama sabun lu hahaha)
"Goblog siah apal wae" (sialan lu tau aja)
"HAHAHA ceuk aing ge kan" (kata gue juga apa)
Irwan ketawa keras banget aku reflek membuang muka, sebel juga diledek si irwan tapi ada perasaan kangen saat mendengar tertawanya yang lepas ntah kenapa aku suka mendengar tawanya dan aku senang bisa membuatnya tertawa.
Kulihat dari jauh perempuan berhijab berwajah manis yang berjalan menenteng tas yang kutebak berisi sejadah dan mukena serta alquran.
"Habis pengajian lis?" Sapaku saat Listya sudah mendekat
"Eh, iya nih Lif" jawabnya ramah sambil tersenyum
"Aduh aduh tah ini baru si eneng Lilis calon istri akang anu soleha, makin cinta akang mah da" (aduh-aduh nah ini baru si eneng lilis calon istri abang yang soleha, jadi makin cinta abang) celetuk Irwan menggoda Listya yang oleh kami sering dipanggil Lilis
"Naon sih maneh gaje pisan geleuh ih amit-amit" (apaan sih lu gajelas banget ih jiji amit-amit) jawab Listya jutek merespon candaan Irwan wajahnya yg semula terlihat anggun berubah 180 derajat
"Dih gening ka urang mah jutek ai ka si alif mah meni so imut" (dih ko ke gue mah jutek kalo ke si alif mah so imut banget)
"Heeh da maneh mah gaje cunihin pisan geleuh urang mah tingali atuh si alif bageur jadi urang na ge bager" (ya soalnya lu mah gaje ganjen banget lagi jiji tau gue, tuh liat si alif mah baik jadi gue nya juga baik)
"Lah jangan-jangan neng lilis teh jatuh cinta yah sama kakanda alif? Hahaha" sambung si Irwan aku hanya melotot kearahnya
"Hiiihhhhh tuhkan makin gaje Irwan maneh mah. Dasar pleyboy kabel geura tobat maneh teh" lilis makin jutek saja menanggapi ledekan si Irwan
"Bae weh pleyboy kabel oge tapi maneh bogoh kaan" (biarin playboy kabel juga tapi lu suka kaan)
Tiba-tiba ada anak laki-laki sekitar 12 tahunan datang menghampiri kami dan tersenyum dia Fauzan adik dari Listya, berbeda dengan perwakan kakaknya yang kecil dengan tinggi rata-rata, Fauzan ini bertubuh bongsor dengan tinggi hampir menyamai kakaknya, sepertinya dia ingin membeli sesuatu di toko ku.
"A Alif saur bapa meser samsu sabungkus" (A alif kata bapa beli samsu sebungkus) kata fauzan sambil memberi uang duapuluh ribuan padaku
"Oh enya zan kela nya" (oh iya zan bentar yah) jawabku mengangambil uang dari fauzan dan mencari rokok pesanan bapa nya
"Hayo maneh zan leutik leutik geus udud ckck samsu deih keraas broo" (kamu kecil-kecil udah ngerokok zan ckck samsu lagi keraas broo)
"Dih keur si bapa ieu mah A wan" (dih buat si bapa ini mah A wan)
" kade bohooong" (awas bohooong)
"Bener ih barinage uzan mah teu resep samsu jiga bapa bapa wae ngeunah keneh sampurna mil" (bener ih lagian uzan mah ga suka samsu kaya bapa bapa aja lebih enak sampoerna mild)
"Uzan! Awas nya maneh diajar ngaroko bejakeun ka bapa siah" (uzan! Awas ya kamu belajar ngerokok dibilangin ke bapa loh)
"Naon sih teh uzan mah hereuy ih" ( apaansih teh uzan mah becanda kali)
"Hahaha keun we atuh lis ngarana ge lalaki kudu bangor lah saetik mah.." (hahaha biarinlah lis namanya juga laku harus nakal dikit-dikit mah wajar...)
"Iyeu zan" (ini zan) kata ku sambil memberikan rokok samsu pesanannya dan beberapa lembar uang kembalian pada Fauzan
"Tong jiga si Alif yeuh terlalu lempeng hirup na jadi jiga katak dalam tempurung hahaha" (jangan kaya si Alif nih hidupnya terlalu lurus jadi seperti katak dalam tempurung)
"Jir beunang deui urang" (sialan kena lagi gue) jawabku pasrah, disusul oleh ketawa setan si Irwan
"Eh justru jaman ayenamah pamuda model si Alif nu makin langka, nya bageur, pekerja keras, bertanggung jawab, kasep deuih ah suami idaman pisan etamah" muka ku memerah mendengar pujian Listya entah itu jujur dari hatinya atau hanya untuk membelaku tapi jujur aku ge er juga hhe
"Oh enya teh saur bapa enggal uih tos diantosan" (oh iya teteh disuruh cepet pulang udah ditunggu sama bapa)
"Enya atuh hayu urang uih, Lif, Wan, Lilis pulang dulu ya, hayu ah assalamualaikum" ( iya ayo kita pulang, Lif, Wan, Lilis pulang dulu yah, mari assalamualaikum)
"Iya Lis waalaikumsalam" jawab ku dan Irwan barengan.
Listya dan Fauzan pun berlalu pulang ke rumah mereka. Listya memang tumbuh menjadi gadis yang cantik dan sholeha wajah nya putih merona dan bersinar, mungkin karena sering terkena air wudhu hampir tidak terlihat make up diwajahnya, kecantikan yang natural sekali padahal, seingatku dulu dia tomboy sekali sering main balap sepeda bersamaku dan Irwan, walaupun perempuan tapi nyalinya lebih besar dariku, memang pubertas merubah segalanya.
Listya taat sekali pada orang tuanya terutama ayahnya yang merupakan tokoh agama yang dihormati dan sosok yang dituakan di komplek kami, mungkin beliau khawatir dengan anak gadis satu-satunya itu sehingga secara halus menyuruh Fauzan mengajak kakaknya segera pulang. Jujur aku iri sekali pada Listya dan Fauzan bahkan Irwan, mereka punya sosok ayah yang disegani, yang melindungi, dan mengayomi keluarga. Tidak srperti ayahku yang aku anggap brengsek karena melepas tanggung jawabnya sebagai ayah begitu saja.
Sayup-sayup suara knalpot motor Irwan mulai menghilang. Sepi, tiba-tiba hawanya menjadi sepi setelah mereka pergi. Cuaca yang saat itu memang hujan gerimis mulai membesar, aku yang masih melamun tiba-tiba teringat sesuatu.
Sialan si Irwan belum bayar tadi, huhuhu.
Sudah lewat jam satu pagi, saat ini aku masih nongkrong di depan tivi rasanya aku belum mengantuk sejak kututup toko sekitar jam 11 tadi aku masih saja di ruang tengah sambil sesekali bermain game di hape. Kamar ibu sudah tertutup dan gelap beliau sudah tertidur.
Kulirik layar tivi yang daritadi tidak kuperhatikan, siaran pertandingan liga spanyol masih berlangsung antara real madrid dan tim yang entahlah apa namanya yah sesuai prediksi madrid menang dengan mudah di menit-menit akhir Christiano Ronaldo mencetak goal dengan indahnya, itu adalah goal hattrick nya malam itu aku langsung fokus ke arah tivi memperhatikan moment selebrasi nya siapa tau sang CR7 akan membuka jersey nya hha dan moment itu pun terjadi disambut pelukan rekan dan manajernya, sebuah tontonan yang cukup menghibur seandainya aku jago bermain bola mungkin aku bisa peluk-peluk seperti itu hha.
Iya aku menyadari ada yang berbeda dariku dengan teman-teman cowo ku yang lain, aku lebih menyukai sesama jenis dibanding perempuan hal ini aku sadari dulu ketika si Irwan memperlihatkan film bokepnya Ariel dan Cut Tari padaku percaya atau tidak itu film bokep pertama yang aku tonton. Singkat cerita aku lebih fokus pada si Ariel kurasakan celanaku mulai sempit saat kulihat dia menggagahi Cut Tari depan kamera ditambah dengan pemandangan si Irwan yang reflek meremas selangkangannya dengan muka horny saat kami nonton bareng. Sejak saat itu aku mulai suka melihat lihat foto cowo cowo ganteng di internet dan berfantasi making love dengan mereka.
Sayup-sayup seperti kudengar suara knalpot khas motor Irwan dikejauhan namun kini menghilang, beberapa menit kemudian kudengar suaara seseorang mendorong motor saat kuintip dijendela ternyata benar si Irwan dia berhenti di gerbang rumah ku dan terdiam sebentar dia mengambil hp di sakunya dan memasukannya kembali, dia hendak mengetuk gerbang namun tidak jadi dan memutarbalikan motornya. Buru-buru aku menyalakan lampu dan membuka pintu, Irwan menoleh ke arah ku.
"Masih bangun Lif? Kirain udah tidur tadinya gue mau bbm lu tapi hp gw mati"
"Iya wan gw masih nonton tv pantesan gw liat lu celingukan disini ada apa wan?" Kataku sambil menghampirinya dan kurasakan bau seperti alkohol yang menyengat kuperhatikan muka irwan merah jelas sudah dia habis mabok
"Lif please gw minta tolong ke lu ya gw boleh nginep disini ya malem ini, gw ga mungkin balik ke rumah kaya gini ga bawa kunci rumah juga" kata nya pelan dengan tatapan yang sayu
Entah kenapa aku pun langsung mengangguk mengiyakan
"Yaudah buruan masuk wan motor lu juga bawa aja kedalem" kataku sambil membuka kunci gerbang
"Sip tengkyu lif" irwan langsung menenteng motornya kedalam setelah dia masuk kukunci kembali pintu gerbang dan nengikutinya dari belakang kulihat jalannya memang agak sempoyongan, nekat juga dia bawa motor dalam kondisi mabok
"Masuk aja wan tapi jangan berisik ya ibu udah tidur"
Irwan hanya mengangguk, setelah didalam aku pun mengunci pintu rumah kumatikan tv dan lampu lalu ku ajak dia langsung tidur ke kamarku saja. Saat di kamarku dia langsung membanting tubuhnya di kasur.
"Thanks ya lif"
"Lu mabok ya wan?"
"Ntar aja lif ceritanya.."
Kembali kuperhatikan Irwan, dia masih ngorok bibirnya yang indah dengan sukses membuat sebuah pulau di bantalku huhuhu. Ternyata dia hanya memakai kaos oblong tanpa lengan saja dibalik jaketnya, kulihat lengan kokohnya yang sedikit berbulu dengan bisep dan trisep yang menonjol aku tertegun melihat pemandangan yang menurutku indah itu, ahh makin ga bisa tidur aku kayaknya.
kubaringkan tubuhku disamping Irwan, posisiku saat ini memunggunginya kupejamkamkan mataku mencoba untuk segera tertidur tapi percuma saja yang ada jantungku malah makin deg-degan ini pertamakalinya aku tidur bareng cowok dan cowok ini yang diam-diam sejak lama aku kagumi ditambah lagi dengan suara ngoroknya si Irwan semakin bikin aku tidak bisa tidur ahh suaranya seperti babi hutan sekarat tapi anehnya lama-lama aku malah suka hha.
Kuberanikan untuk berbalik menghadapnya, kubuka mataku dan terlihat si irwan yang terlelap dengan mulutnya yg terbuka dan setiap hembusan nafasnya tercium bau rokok dan tercampur bau alkohol, cukup menjijikan kalau dipikir tapi aku tahan dan terus memandanginya, lelaki yang sudah lama aku kagumi, sahabatku sendiri. Entah apa yang ada dipikiranku tanganku langsung mendarat di pipinya lalu kuelus lembut lama-lama kuraba juga alisnya dan matanya lalu sampai di hidungnya refleks ku pencet gemas hidungnya, dasar preman kampung kataku dalam hati dan seketika itu pula suara ngoroknya berhenti matanya terbuka dan beradu pandang denganku. Shitt
Makasih ya gan gw pikir ga ada yg baca hhe
makasih udh sempetin baca, insy allh setiap bakal gw update tiap hari. Cuma beberapa part lagi sampe tamat
Mata kami masih berpandangan buru-buru aku lepaskan tanganku dari wajahnya dan hanya bisa pasrah dengan apapun reaksi dia nantinya, namun beberapa detik berlalu tidak ada reaksi apapun darinya apa mungkin dia tidak sadar kulihat matanya mulai bergerak keatas dan kelopak matanya mulai menutup, Irwan kembali tertidur. fyuuh aku bisa bernafas lega kali ini.
ahh ada apa denganku malam ini kenapa nafsu ku seperti sulit untuk kukendalikan, ya Tuhan kenapa kau kirimkan setan setampan dia untuk menggodaku. Saat aku teringat Tuhan seketika itu muncul niat untuk melakukan shalat malam, langsung aku menuju kamar mandi untuk berwudhu, semoga saja hati ini bisa lebih tenang dan nafsu ku bisa ditekan.
kugelar sejadahku di sebuah kamar kosong yang sering berfungsi sebagai mushola itu, aku baru ingat aku juga belum shalat isya malam ini hmm semenjak memasuki umur ku yang ke-17 ini aku memang sering melalaikan shalat. Kubaca niat shalat isya lalu takbiratul ihram, selesai empat rakaat lalu aku lanjut shalat malam disambung dengan wiridan dan diakhiri dengan sebuah doa.
Ya Allah ampuni dosa hamba selama ini aku sering melalaikan panggilanmu, ampuni juga dosa ibu ya rab berikan beliau kesehatan dan umur yang panjang sehingga beliau bisa melihat aku sukses dan aku bisa membahagiakannya....
ya Allah ada apa sebenarnya denganku, kenapa kau ciptakan aku seperti ini dengan perasaan seperti ini yang berbeda dengan lelaki normal lainnya. Kenapa kau berikan sifat kaum yang kau benci dalam diriku ya Allah aku tidak ingin terus begini.. hilangkan lah rasa ini ya Allah.. amiin
Setelah selesai dan melipat kembali sarung dan sejadahku akupun kembali menuju kamarku, saat melintas kamar ibuku kulihat lampunya menyala dan sesaat kemudian beliau keluar dari kamarnya
"Eeh Aa lagi apa jam segini masih bangun" tegur ibuku dengan suaranya yang agak parau
"Aa belum bisa tidur bu jadi tadi Aa shalat malam aja hhe"
"Alhamdulilah, nah gini kan anak ibu makin kasep" katanya sambil mengelus bahuku, aku hanya cengengesan
"Aa lagi banyak pikiran atau ada yang mengganjal dihati a? Sampe g bisa tidur begitu?"
"Ah engga ko bu Aa cuma kebanyakan minum kopi mungkin" kataku berbohong
"Apa ada hubungannya dengan Irwan A?"
Deg, aku tertegun sejenak, kenapa seolah-olah ibu bisa membaca pikiranku, mungkin ini yang namanya ikatan batin ibu dan anak, iya bu ini semua karena Irwan dia yang membuatku tak bisa tidur dia yang membuatku selalu memikirkannya dia yang berhasil mencuri hati anakmu ini bu. Seandainya saja bisa kucurahkan isi hati ku pada ibu tentang Irwan.
"Irwan nginep disini A? Itu motornya irwan kan?" Tanya ibuku sampil melihat motornya yg terparkir di dalam bersebelahan dengan motor kakek
"I iya bu, maaf ga ijin dulu ke ibu soalnya ga enak mau bangunin ibu, si irwan tadi pulang main dan ga bawa kunci rumahnya bu jadi Aa saranin nginep disini aja, boleh kan bu" kataku sambil sesekali tertunduk, aku tidak mungkin bilang kalau dia tidak bisa pulang karena mabok
"Iya gapapa ko boleh aja, jadi Aa juga ada temennya, iya atuh sok Aa tidur yah udah hampir pagi, ibu juga mau shalat dulu"
"Iya bu Aa tidur dulu" kataku sambil berlalu, ibu hanyanya nengangguk dan mengelus rambutku
Aku tidak mau berurusan dengannya lagi kalau tidurnya tidak bisa diam, bisa-bisa nafsuku naik lagi nanti karena bergumul denganya diatas ranjang. Kuambil bantal dan selimut lalu berbaring diatas karpet, kupejamkan mata namun dengkuran si setan tampan makin nyaring saja, aku menyerah aku tidur di sofa ruang depan saja.
Saat menuju ke ruang depan aku kembali berpapasan dengan ibu yang hendak akan kembali ke kamarnya
"Kenapa A? Masih belum bisa tidur? Itu ko bawa bantal mau kemana?"
Tiba-tiba muncul ide untuk tidur di kamar ibu saja kangen jiga pengen tidur ditemenin ibu terakhir tidur sambil dikelonin ibu itu pas kelas tiga SD hha
"bu Aa mau tidur sama ibu aja boleh ga?" Kataku sedikit manja
"Lah Aa kenapa tiba-tiba jadi manja begitu" katanya sambil tertawa
"Gapapa atuh bu sekali kali, itu si irwan ngorok tidurnya jadi Aa gabisa tidur dikamar, kalo gaboleh juga gpp Aa tidur di sofa aja" kataku sambil cemberut
"Hha yaudah yu di kamar ibu aja, jangan tidur di sofa kasian Aa" ibuku lalu menyibak tirai kamarnya aku tersenyum dan mengikutinya seperti anak bebek mengekor induknya
"Bu nyanyiin Aa lagi dong Aa kangen dinyanyiin ibu" dulu ibu memang sering menyanyikan sebuah kawih/lagu berbahasa sunda sebelum aku tidur
"Aduh anak ibu ini kesurupan apa malam ini jadi manja banget kaya anak TK" katanya sambil mengusap keningku
"Ayoolah buu" aku beneran seperti anak TK saja hha kalo bukan dengan ibuku sendiri aku tidak mungkin berani manja seperti ini, yaiyalah hha
"Yasudah kamu mau dinyanyiin apa?"
"Kawih sunda aja bu kaya dulu"
Lalu ibuku mulai bernyanyi, aku menutup mataku kudengar suara ibu mengalir merdu mengisi hatiku ada perasaan damai disitu, terimakasih ibu sudah membesarkanku dengan kasih sayangmu. Seandainya ibu tau kalau anak lelakimu ini ternyata seorang gay, masihkah ibu menyayangiku, masih maukah ibu bernyanyi untukku, masihkah ibu mengucap namaku disetiap doa nya?
Tak tersadar ada setitik air mata diujung mataku, entah bagaimana jadinya kalau aku kehilangan ibu. Suara merdunya mulai memudar akupun masuk ke alam mimpi.