It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
btw apakah TSnya skarng masih domisili di sumbar?
Kota Sejuk di SUMBAR, apa itu B**** T*****
salan kenal juga dr orabg Sumbar
kan bukan pesantren tp MTs, klo pesantren SM semuanya wajib asrama klo g salah. mgkun juga PP atau Bu*** T**g**, coz cuma dua itu kota yg sejuk di sumbar, slbihnya kotanya panas, So**k, P****g, p*y*k**b**, Par*****, Saw**L***"
ini cara update lanjutan ceritanya giamana ya? masukin ke komentar apa edit di atas?
#eh
Masa Orientasi Siswa Hari Pertama.
Jadwal sekolah sudah keluar, ternyata sekolah ini cukup memiliki jadwal padat. Apalagi bagi anak asrama yang memiliki kegiatan tambahan rutin seperti solat berjamaah dan kegiatan lainnya. Untuk masalah ibadah, sepertinya pengawas asrama mengetahui aku sebagai “muallaf”. Oleh karena itu wajar jika pengetahuanku tentang agama sangat minim. Aku baru pertama kali belajar wudhu, apalagi sholat. Bacaan-bacaan sholat ku pelajari dengan meminta Dilon menerjemahkan tulisan arab ke tulisan latin agar bisa ku hafalkan. Setidaknya, aku masih belajar. Aku mulai tertarik dengan lingkungan ini. Anak-anak asrama sepertinya baik semua. Mayoritas mereka adalah anak orang kaya yang katanya “dibuang” orang tua, hehehe. Seperti apa yang temanku Faris katakan, orang tua hanya ingin melepas tanggung jawab mengurus anaknya, haha. Mungkin perasaan-perasaan itu wajar muncul bagi anak-anak seusia kami. Perasaan sedih berpisah dengan keluarga dan teman-teman sebelumnya. Meski ada siswa yang keluar asrama karena tidak betah, mayoritas kami mulai beradaptasi dengan lingkungan ini.
Masa Orientasi Sekolah diadakan selama seminggu dari senin hingga sabtu. Kami dibagi menjadi 15 kelompok yang terdiri dari 18 siswa dan siswi asrama dan non asrama. Meski anak asrama dan non asrama digabung, tetapi tetap terlihat beberapa kelompok kecil yang berasal dari orang-orang yang sudah kenal sebelumnya seperti antara anak asrama. Menurut Cardo, teman sekelompokku di kelompok 7, anak asrama sedikit sombong karena mayoritas anak orang kaya. Aku berusaha membantah tuduhan-tuduhan itu dengan bergaul banyak dengan teman-teman non asrama. Aku cukup dekat dengan teman kelompok seperti Cardo dari kelas 7A, Hanif dan Imam dari kelas 7C, Dio dan Egi dari kelas 7D, dan Faris dari kelas 7E. Aku sendiri berada di kelas 7B bersama Romi, tetapi Romi yang juga berasal dari asrama kurang dekat dengan teman teman yang berasal dari luar asrama, mungkin butuh waktu.
Di kelompok tiga, Dilon juga sepertinya dekat dengan teman-teman baru nya. Anak itu memang ramah dan mudah bergaul. Pukul 11 pagi saat latihan PBB, cuaca begitu terik. Kelompok tiga mengambil inisiatif untuk istirahat, ah beruntung sekali Dilon. Saat latihan, sesekali kulihat Dilon melirik ke arahku. Ketika mukanya kudapati mencuri pandang, Dilon tiba-tiba berteriak “semangat Ric!” yang sontak membuat muka ku merah karena diledek teman-teman dengan kata “cieeee”, entah apa yang ada di pikiran anak itu.
Kami masih terus latihan hingga pukul 12. Baju training yang ku kenakan sudah cukup basah karena keringat. Saat istirahat, aku duduk dibawah pohon di depan kantor kepala sekolah. Aku tak melihat keberadaan Dilon. Saat melirik ke belakang, sudah ada satu orang berbadan tegap membawa dua teh botol (gak nyebut merek)
“hayo lo, nyariin siapa? Nyariin Dilon ya? Ujar Cardo dengan diksi Jakarta nya. Ah, aku kira Dilon, ujarku dalam hati. “Enggak kok, ngapain aku nyariin dia” aku mencoba ngeles.
“Yah.. parah banget, nih Dilon nitip teh botol buat lo. Doi lagi gak bisa nganter sendiri karena dipanggil pak Roy, biasa… atlet”
Gila… gatau kenapa mukaku kembali memerah, mungkin karena malu.
“lah kok muka lo merah gitu?” Ledek Cardo. Anak ini cukup iseng sih ngeledekin orang-orang, baik sesama cowo, smua diledekin.
“kan kamu tau sendiri emang mukaku gampang merah Do.., ini karena panas. Sini minumannya, haus nih” jawabku terbata-bata.
“Eh Do, kamu kan dari Jakarta, tapi kenapa gak di asrama? disini kamu tinggal ama siapa?”
“Dulu emang SD nya di Jakarta , tapi sekarang orang tua ku sudah pindah kesini juga”. Jawab Cardo
“Eh, gimana di asrama, enak gak?” Cardo kembali bertanya.
Belum sempat menjawab, Cardo sudah bertanya lagi “ katanya mandinya bareng ya?? Lo bisa liat temen lo bugil dong?” Ujarnya sambil tertawa. Cardo emang terkenal iseng dan blak-blakan. Kalau bukan karena ganteng, mungkin orang-orang udah benci ama dia. Hahaha Obrolan kami terus berlanjut hingga tak terasa waktu istirahat telah habis. Dilon menghampiriku sebelum latihan kembali dimulai.
“Gimana Ric, kamu udah cukup istirahat kan?” Tanya Dilon.
“Iya, makasih ya minumannya, ntar aku ganti duitnya” jawabku.
“minuman apa?”
“Eh kan kamu ngasih minuman tadi?”
“Enggak … tadi aku ke ruangan pak Roy, katanya aku direkomendasiin ngewakilin sekolah ke tingkat propinsi buat cabang lompat jauh” bantah Dilon
Ya sudahlah, mungkin Dilon malu dan gak ngaku udah ngasih minuman tadi. “wah hebat.. eh yuk masuk kelompok, ntar telat” ajak ku dengan cepat.
Latihan terus berlanjut hingga pukul empat sore. Muka-muka capek terlihat pada hampir seluruh siswa. Kelompokku emang the best lah, jadi paling telat kelar. Keringat udah bikin baju basah ampe nyetak bentuk tubuh. Aku segera bergegas ke asrama saat latihan di bubarkan. Saat masuk kamar, aku tidak sengaja melihat Dilon telanjang karena ganti baju. Perutnya yang kotak-kotak dibalut kulit bersih. “njir, kamu ngapain telanjang, gila” ucapku spontan. “eh Ric, tutup pintunya, ga enak kalau dilihat ukhti (panggilan untuk perempuan)” ujar Dilon. Aku membisu sejenak, spontan Dilon menghampiriku dan menutup pintu sendiri. “ngapain bengong? Biasa aja kali ama sesama laki” timpa Dilon.
Aku kemudian mengganti baju ku juga di ruangan yang sama, tentu dengan sembunyi di balik lemari. Meski sama-sama cowok, aku merasa tidak enak dilihatin apalagi dengan keadaan bugil. Oh my god, setelah membuka pakaian, aku baru sadar kalau seluruh celana dalamku masih di laundry.
“Ric, buruan, udah waktunya ke masjid nih”, ajak Dilon.
“Dil, gimana nih, aku gak ada celana dalam ternyata” jawabku panik.
“Yah… kok bisa? Mau minjem celana dalem ku gak?” Dilon menawarkan celana dalam miliknya.
“tapi kan ukuran kita jauh beda Dil, apa aku make yang tadi lagi?”
Aku berfikir ga enak minjam barang orang, apalagi celana dalam. Gimana kalau Dilon punya penyakit kulit? Ntar nular… pikirku dalam hati.
“enggak kok, ukuran kamu apa sih? Mending longgar dari pada sempit Ric, dari pada kamu make CD bekas juga, udah basah gitu, kotor.. atau kamu mau gak pake celana dalem???” bujuk Dilon.
Ih.. amit-amit gak pakai celana dalam, ntar geli kena kain sarung, kalau lagi ereksi, gak bisa disembunyiin juga. “yaudah dil buruan, pinjem punya kamu aja dulu” pintaku.
Dilon kemudian meminjamkan celana miliknya yang cukup besar kemudian meninggalkanku
“Ric aku ke Masjid duluan ya, ntar kalau telat kan gak barengan, jawab Dilon”
Belum sempat memakai celana, Cardo memergoki aku di asrama hanya make CD.
“Eh sorry gue main masuk aja Ric, gue Cuma mau ngasih buku MOS lo gak sengaja masuk tas gue” kata Cardo dengan muka gugup sambil melihat CD bertulisan “ Dilon Pratama, 7E” di CD yang aku kenakan.
“eh..eh udah jangan ngedeket lagi, aku lagi make baju” jawabku.
“elah biasa aja kali Ric, kan gue juga cowo… lo malu karena gue tau lo make CD Dilon yaa?” ledek Cardo.
“duh apaan sih, ini lagi mendesak, gausah ngurusin deh” jawabku kesal pada Cardo.
“iyee.. iye… gue cabut dulu ya Dil, eh Rico…” Cardo kembali meledek sebelum pergi.
Aku bergegas mengganti pakaian agar tidak telat ke masjid.
Bersambung….
Untuk update an berikutnya mungkin akan diupdate tiap seminggu sekali atau dua kali seminggu.
Mohon kritik dan sarannya
Follow juga akun IG @IfanRicoAldrich untuk tahu jadwal update dan kegiatanku lainnya. hehe
sepi soalnya.
Hhehehe