It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Siang itu saat jam istirahat Piyan, tokoh utama dalam cerita ini sedang asyik makan siang bareng ketiga sahabat susah dan senengnya. Mereka keliatan begitu khidmat menyantap bakso dan es teh mereka. Kadang mereka cekikikan, kadang mereka ngakak, kadang mereka saling diem - dieman kayak lagi musuhan.
Pokoknya keempat tokoh goib itu paling heboh sendiri deh.
"Gue hampir aja ngasih bogem mentah gue ke muka si Agnes yang belagu itu. Untung gue bisa sabar. Kalo nggak udah abis tuh cewek di tangan gue!" Kata Rianti sambil menunjukkan kepalan tangannya lalu menyedot es tehnya bringas. Gaya Rianti emang nyentrik. Rambutnya dipotong pendek lalu dibikin model spike kayak kulit duren. Kupingnya ditindik pake anting model tengkorak dan dia pake gelang kulit ditangannya. Pokoknya tomboi abis! Kebiasaan paling minus Rianti adalah kalo duduk dia suka ngangkang dan seringkali memamerkan celana dalemnya.
"Woi kucing pengkolan cd lu keliatan. Tutupin napa!" Protes Piyan yang duduk tepat di depan Rianti.
"Heheehe.. sori brother." Dengan bermodalkan cengiran Rianti akhirnya menyilangkan kakinya dan menutup peluang cdnya keliatan.
"Namanya juga Agnes. Congor rumpi." Ejek Ronald dan Rianti memberinya tos. Ronald duduk disamping kiri Rianti sambil menopang dagu.
"Ngapain juga kita ngomongin si Agnes. Yang ada makin berbunga - bunga udelnya." Kekeh Sheina dan ketiga sahabatnya itu mengangguk kompak.
"Trus kita ngomongin apaan? Nggak ada topik seru nih." Ketus Piyan yang sukses menandaskan es tehnya dalam sekali teguk.
"Terserah. Apa aja. Bebaslah." Sahut Sheina kalem.
Selama lima belas menitan mereka cuma diem - dieman. Ada yang lanjut makan, main hape, atau sibuk nyoretin meja kantin. (yang kayak gini jangan ditiru, ya?)
"Cabut ke kelas yuk? Udah tepos nih pantat gue kelamaan duduk." Kata Rianti.
"Lah pantat lu kan emang tepos." Sindir Ronald jail. Rianti langsung pasang muka sebel.
"Kayak pantatnya udah paling semok aja." Rianti balas menyindir Ronald.
"Semok dong. Pantat gue mah berisi." Sahut Ronald sesumbar sambil berdiri lalu menepok pantatnya sendiri. Sebenernya pantat Ronald sama Rianti nggak jauh beda sih. Sama - sama tepos sebenarnya.
"Wah, apa - apaan tuh maksudnya? Nggak terima gue" Tanya Sheina nggak terima.
"Pantat gue jauh lebih semok dari pantat lu berdua tau." Lalu Sheina nungging dan menepok pantatnya sendiri. Gayanya udah kayak tante girang horni aja. Dan siapa pun tahu diantara ketiga sahabat itu pantat Piyan lah yang paling semok dan kencang.
Loh, kok Piyan?
"Diantara lu berdua pantat gue yang paling semok, kencang trus gede lagi." Piyan nggak mau kalah saing dari ketiga sahabatnya.
Dan kayak lagi berada di rumah sendiri keempat sahabat itu sibuk berdebat pantat siapa yang paling semok.
Tanpa mereka sadari ada seorang cewek yang sedari tadi memperhatikan keempat sahabat itu. Tanpa bisa ditahan, cewek itu tersenyum geli.
"Lu kenapa senyam senyum sendiri, Stell?" Tanya temennya. Cewek itu langsung menggeleng.
"Nggak apa kok. Orang yang duduk di bangku itu konyol ya?" Tuding cewek bernama Stella itu. Temannya lalu mengikuti arah pandang Stella dan langsung mengenal siapa yang dimaksud Stella.
"Ooh... Kelakuan mereka emang kocak banget."
"Lu kenal mereka?"
"Kenal tapi nggak terlalu deket." Sahut temennya itu. Stella cuma mengangguk sambil tetap memperhatikan keempat sahabat itu.
"Cowok yang pake jam tangan yang rambutnya mohawk itu namanya Ronald." Pandangan Stella langsung mengarah pada Ronald. Cowok dengan tubuh tinggi dan yang pasti atletis. Kulitnya putih dan hidungnya mancung banget. Cowok itu emang ganteng.
"Trus cewek yang tomboi itu namanya Rianti." Stella lalu mengalihkan pandangannya ke Rianti yang tengah tertawa dan tanpa sadar matanya bersirobok dengan cd Rianti yang keliatan. Stella langsung mengalihkan pandangannya.
'Pemandangan apa - apaan itu?' Pikirnya.
"Trus cewek yang rambut panjang itu namanya Sheina." Stella lalu memperhatikan Sheina antusias. Dan dia agak berhati - hati memperhatikan Sheina.
Mungkin menghindari ngeliat 'pemandangan' kayak tadi. Sheina punya badan langsing dan tingginya semampai. Kulitnya kuning langsat dan dia punya mata yang besar. Seragamnya ngetat dan sukses ngebentuk dadanya yang gede.
"Terakhir namanya Piyan."
Dan Stella memandang wajah Piyan yang oval. Dia memperhatikan cowok itu teliti sekali. Rambutnya dibentuk gaya anguler, bibir tipis dan kulit putih. Tingginya mungkin nggak lebih dari 175 cm. Meski nggak seganteng Ronald tapi lumayanlah kalo dijadiin kecengan.
Bel pelajaran selanjutnya berdering. Keempat sahabat itu lalu beranjak dari bangku mereka. Meninggalkan kantin sambil tertawa senang sambil saling merangkul. Stella terenyuh melihat mereka.
"Menarik." Tanpa sadar Stella bergumam.