It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hah? .-.
MUI Desak Pemerintah Blokir Jejaring Sosial Gay di Indonesia
MEDAN- Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengecam dan mendesak pemerintah agar segera memblokir aplikasi jejaring sosial gay atau homo seksual yang ditayangkan di iklan pengguna play store di android.
Ketua MUI Medan, HM Hatta mengatakan aplikasi jejaring sosial gay tersebut bisa merusak moral bangsa Indonesia. "Kita imbau pemerintah agar memberikan pencegahan semaksimal mungkin terkait konten di dunia maya yang bisa merusak bangsa Indonesia," ujar Hatta, Selasa(28/6/2016).
Menurutnya, jika pemerintah serius menanggapai bahaya lesbi, gay, biseksual dan transgender (LGBT), aplikasi tersebut bisa diblokir tanpa kesulitan. "Kalau dibiarkan, kita bisa hancur. Perlu diblokir aplikasi jejaring sosial seperti itu. Harus ada sanksi yang tegas agar tidak muncul lagi aplikasi lainnya," pungkas Hatta.
Sebelumnya diberitakan, seorang mahasiswa Univeristas Muhammadiyah Sumatwra Utara (UMSU) bernama Anugra Pratama menginformasikan tentang munculnya iklan aplikasi jejaring sosial gay, Blued muncul di depan aplikasi pengamanan hanphone miliknya.
Iklan tersebut juga terpampang jelas dengan selogan gay lengkap dengan foto dua laki-laki yang duduk berdekatan.
"Nama aplikasinya Blued. Saya melihat iklan itu pada Senin malam. Muncul di tampilan depan aplikasi pengamanan hanphone. Biasanya, waktu mau masukkan kode pengamanan selalu ada iklan. Tapi iklan kali ini berbeda, malah mempromosikan gay," ujar Anugra di Medan.
Okezone.com
Survei Ini Sebut Kelompok LGBT Punya Lebih Banyak Masalah Kesehatan
Jakarta - Pertama kalinya dalam sejarah, orientasi seksual dimasukkan dalam biodata survei kesehatan di Amerika Serikat. Hal ini membuat demografi risiko penyakit menjadi lebih jelas dan akurat.
National Health Interview Survey merupakan survei kesehatan skala nasional yang dilakukan di Amerika Serikat sejak tahun 1957. Untuk pertama kalinya di survei tahun 2013 dan 2014, pertanyaan tentang orientasi seksual dimasukkan dalam daftar pertanyaan untuk partisipan.
Survei dilakukan kepada 69.000 partisipan, dengan 67.150 di antaranya heteroseksual, 535 lesbian, 624 gay dan 515 biseksual. Rata-rata usia para partisipan adalah 47 tahun. Hasil survei diterbitkan di jurnal JAMA Internal Medicine.
Hasil survei menyebut lesbian 91 persen lebih berisiko berada dalam kondisi kesehatan yang buruk daripada wanita heteroseksual. Peningkatan risiko penyakit kronis pada lesbian juga tergolong tinggi, yakni 51 persen.
Namun perhatian khusus diberikan pada wanita biseksual yang peningkatan risiko penyakit kronisnya mencapai 200 persen. Pada pria, gay dan biseksual memiliki persentase mengidap stres dan masalah kejiwaan lebih tinggi, masing-masing 26 persen dan 40 persen, dibandingkan pria heteroseksual yang hanya 17 persen.
Hasil yang sama juga terlihat pada wanita, di mana wanita heteroseksual 22 persen, lesbian 28 persen danbiseksual 46 persen.Gilbert Gonzales dan rekan-rekannya dari Venderbilt University School of Medicine yang melakukan penelitian menyebut kelompok lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) memiliki risiko penyakit lebih besar akibat kebiasaan konsumsi alkohol dan rokok yang tinggi.
Hal ini merupakan dampak dari stres yang mereka rasakan akibat adanya diskriminasi sosial."Terutama pada kalangan biseksual dewasa, di mana ada kemungkinan mereka tidak diterima dengan baik di kelompok lesbian, gay dan transgender ortodoks, menyebabkan stres yang dialami mereka lebih tinggi," ungkap Gonzales, dikutip dari Reuters.
Gonzales mengatakan bahwa kesenjangan kesehatan yang menimpa kaum nonheteroseksual, karena stres menjadi minoritas, dan penolakan dari masyarakat serta tidak memiliki akses menuju pernikahan. Adapun pernikahan sesama jenis di Amerika Serikat baru disetujui pada tahun 2015.
Dr Mitchell Katz, Direktur Los Angeles County Department of Health Services yang menulis editorial dalam jurnal tersebut mengatakan penelitian ini dilakukan sebelum adanya peraturan yang melegalkan pernikahan sejenis di Amerika Serikat.
Untuk itu, bisa jadi hasilnya akan berbeda, terutama pada masalah kejiwaan, karena status pernikahan mereka yang sudah legal.
"Selain itu, penting juga bagi tenaga kesehatan untuk menciptakan suasana pemeriksaan kesehatan yang nyaman dan mendukung tanpa diskriminasi terhadap kelompok LGBT. Dukungan merupakan obat terbaik bagi kondisi penyakit apapun," tuturnya.
Dalam kajian Dr. Mitchell Katz disebutkan bahwa kesenjangan kesehatan dapat menurunkan dengan meningkatnya penerimaan masyarakat dan negara terhadap populasi minoritas seksual.