It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kalau kita sudah usaha tapi ternyata nggak ada response yang diharapkan, berarti mungkin emang nggak match dan just let go.
Mau coba lebih ngeyel lebih intense silakan, asal tahu batas dan where to draw the line dan berhenti kalau sudah mentok.
Apa nggak mending expand your horizon, get to know others (without having to be a whore) siapa tahu ada yang lebih compatible.
Just my two cents.
i am agree with you. Cannot thinking clearly. Mind and heart not syncronize. But i do believe on Paulo Coelho statement, "When you want something, universe will conspire to achieve it". At the end, the experience i got is just sweet.
Kemudian aku curhat dengan salah satu teman yang tinggal di negeri sebrang, aku menceritakan kegalauanku mengenai si dia. Kemudian dengan santainya dia mengatakan jangan buang masa untuk hal yang sia sia begitu, karena itu tidak ada yang kekal, macam CARD TouchNgo. Aku langsung tertawa membaca apa yang dia katakan. Aku baru sadar kalau memang apa yang dia katakan itu benar adanya, apalagi dia menganalogikan dengan sangat tepat sekali. Touch n Go. Kartu Touch n Go adalah sebuah card yang digunakan di sana sebagai kartu pintar, untuk bayar ongkos LRT, BUS, tol, atau kios2 tertentu. Di mana penggunaannya hanya touch dan langsung go. Sama seperti dalam hubungan seperti ini yang kebanyakan adalah touch n go dalam arti yang sebenarnya, yaitu, sentuh dan pergi. Karena biasanya kebanyakan memang begitu adanya.
Aku pun berfikir kembali dengan mengenai perasaanku kepadanya, apa yang kurasakan. Selama ini aku galau timbul tenggelam memikirkan dia. Kadang aku cuek, kadang aku sangat kepikiran, dan kadang biasa saja. Namun satu yang pasti adalah tiap hari aku pasti memikirkannya. tidak ada hari yang kulewatkan tanpa memikirkan dia semenjak kami kenalan beberapa bulan lalu. Dan selalu percaya akan kalimat Novelis Paulo Coelho “Ketika kamu meninginkan sesuatu, just ask and believe, semesta akan mendukung”. Dan kisan selanjutnya berasa seperti mimpi yang jadi kenyataan.
5 tahun lalu, tepat di tanggal yang sama, aku ‘terdampar’ di kota itu bersama sepupuku. Perjalanan yang tak terduga.
Hari ini, di tanggal yang sama terjadi pertemuan yang tak terduga juga. Hubungannya? Sama-sama terkait dengan kota itu. Kali ini aku bertemu dengan dia, tokoh utama dalam cerita ku ini yang juga berasal dari kota itu. Setelah sebelumnya saat awal kenal dia di chatting tiba-tiba saja sekelilingku ada saja yang berkaitan dengan kota itu, akhirnya hari ini terjawab sudah, bertemu dengan dia, walau belum di kota itu.
Sejujurnya dua bulan belakangan ini aku galau sendiri dengan perasaanku. Galau karena aku sendiri tidak mengerti akan apa yang kurasakan. Seperti yang sudah aku ceritakan diatas, perasaan itu timbul tenggelam. Terkadang memang lebih ketagihan memikirkan urusan perasaan daripada memikirkan beban hidup.
Aku selalu ingat apa yang dikatakan oleh salah satu teman online di negeri seberang, bahwa jika kita menginginkan sesuatu, hanya perlu mengatakan kepada semesta, dan percaya bahwa akan diberikan, semesta punya cara sendiri untuk mengabulkannya. Maka dari itu aku berpasrah kepada semesta, atas apa yang selama ini aku rasakan. Aku percaya jika memang suatu saat nanti pasti ada kesempatan untuk bertemu dia kalau memang semesta sudah mendukung. Jadi ya berserah saja kepada semesta.
Dan tibalah saat itu...........
Hari ini aku kembali ke Jakarta, dari tempat dinasku. Pagi-pagi aku sudah dijemput pak driver, kemudian di tengah jalan aku ingat kalau hari ini juga dia akan liburan. Tidak ada salahnya mengucapkan selamat jalan-jalan, walaupun aku sudah berjanji ke diri sendiri untuk tidak akan chatt dia sampai saat mengucapkan selamat puasa. Dia pun mengatakan bagaimana kalau nanti dia jadi berangkat kita ketemu di bandara. Wohooo. Aku langsung semangat menanggapinya. Kami pun membuat janji untuk saling mengabari nanti. Sempat deg-degan juga, padahal baru rencana saja, belum tentu terwujud. Aku merasa tidak percaya saja kalau apa yang benar-benar kuingankan selama ini kini di depan mata.
Pesawatku delay 30 menit, pertama naik C*tilink sudah kena delay. Namun aku tidak begitu mempermasalahkan, harus tetap berfikir positif. Selama di penerbangan aku mencoba untuk tidur namun tidak bisa, hanya tertidur beberapa menit saja. Selain itu aku hanya melamun dan sejenak memperhatikan penumpang-penumpang lain.
Pukul 16.30 akhirnya landing dengan smooth di CGK, aku berharap sudah ada pesan masuk dari dia yang mengabari kalau ia jadi ke Jakarta dan kita bisa ketemu. Namun ternyata tidak ada pesan darinya, bahkan pesanku yang aku kirim terakhir kalinya belum dibaca juga olehnya. Kemudian aku mengabarinya kalau aku sudah landing dan menanyakan apakah ia jadi berangkat atau tidak. Setelah menunggu beberapa saat dia mengatakan kalau dia juga jadi berangkat. Karena memang aku sudah bertekad kalau memang dia jadi datang aku akan menunggu sebisaku. Aku juga mikir kalau aku langsung pulang saat itu pasti kena macet juga, karena tepat jam pulang kantor dan hari jumat sore.
Akupun pergi ke T2 untuk menunggunya.
Dia pun mengabari kalau dia akan segera take off. Akupun semangat mendengarnya, dan sedikit berdebar menunggunya. 1 jam aku habiskan hanya duduk di depan gate T2, sesekali melihat wajahku di kamera hp, apakah rambutku rapi, atau bagaimana. Aku memikirkan apa yang nanti akan aku katakan, apa yang nanti akan aku lakukan saat bertemu dia. Yang terlintas dalam pikiranku adalah aku akan memeluknya, mencubitnya, memengang wajahnya, atau mengelus rambutnya. Lucu sekali. Hahahaha
Pukul 19. 17 aku cek di flight radar kalau pesawatnya sudah di runway CGK, artinya dia sudah landing. Tinggal menunggu beberapa menit lagi kami akan bertemu. Sungguh sesuatu yang sangat tidak diduga, akan bertemu dia. Teringat bagaimana dulu aku galau2nya sangat mengharapkan bertemu dia, sampe sudah browsing tiket dan hotel di kotanya, kemudian galau lagi karena dia agak dingin, tapi tetap saja aku pelihara niatku itu untuk bertemu dengannya. Aku menyerahkannya kepada Tuhan, semua perasaanku kepadanya. Dan ternyata, aku diberi kesempatan untuk bertemu dia disaat yang tidak diduga seperti itu.
Aku teringat nasehat temanku yang di KL itu, yang mengatakan just ask and universe will give to you. Aku sangat merasakan kata2nya itu tepat sekali.
Dan voilaaaaa.... Akhirnya kita bertemu....
Dia meneriakkan namaku dan aku juga demikian. Dia merentangakan tangannya untuk memelukku, dan pastinya dengan senang hati aku memelukknya juga. Sebelumnya aku juga kepikiran untuk nanti mau memeluknya namun aku ragu apakah dia akan mau atau bagaimana, aku tidak mau terlalu jauh seperti itu takut dia akan mengganggapku orang yang terlalu berani, tapi ternyata dengan rentangan tangannya itu menandakan dia mau berpelukan, ya pelukan biasa saat orang bertemu, bukan pelukan lain. Aku mengutarakan kebahagiaanku bertemu dengannya. Sungguh tak diduga akhirnya bisa bertemu dia.
Sebagai orang yang sangat takut ketinggalan pesawat, jujur aku tidak akan berani semepet itu, biasanya aku sudah di ruang tunggu 2 jam sebelum boarding time hanya karena aku sangat takut ketinggalan pesawat, bahnkan untuk penerbangan domestik sekalipun. Apalagi penerbangan internasional, aku spare waktu yang sangat panjang. Sedangkan dia? Waktu kita bertemu sudah hampir pukul 20.00, dan waktu boarding nya itu 20.15. tapi dia masih mengajak untuk ke cafe sejenak. Dia mengatakan masih banyak waktu. Aku tentunya senang mendengarnya, karena dia masih menyempatkan waktu untukku walau hanya beberapa menit,kalau aku sendiri tidak akan berani dengan waktu semepet itu, apalagi penerbangan internasional, yang harus antri imigrasi.
Akhirnya kita ke cafe yang tempatku makan tadi, dia pesan minum, aku mengatakan tidak makan lagi karena memang sudah kenyang, jadi dia Cuma pesan minum saja. Awalnya kami duduk bersebrangan meja, kemudian aku tersadar ngapain aku harus duduk disebrangnya, jadilah aku pindah duduk di korsi sebelahnya. Aku tak berhenti memandanginya makan sambil bercerita. Aku masih kagum akhirnya bisa bertemu dia. Aku memandangi dia selekat lekatnya. Aku memperhatikan semuanya. Ternyata rambut kami tak jauh beda, sudah banyak uban . Walaupun banyakan dia . Hahahaha...
Sambil dia bercerita aku menikmati kebahagiaan di wajahnya, aku gemas melihatnya, tak jarang aku tiba2 mencubit perutnya, atau lengannya, atau bahkan mengelus rambutnya, di tempat ramai seperti itu. Entah dia merasa terganggu atau tidak, tapi setidaknya saat itu dia santai saja, tidak ada body language nya yang menolak saat aku melakukan kegemasanku itu. Dan tentunya tak lupa kami berfoto bersama, selfie. Aku sampai gugup memegang hp untuk berfoto bersamanya. Dia pun mengambil hp nya untuk berfoto juga.
Kami pun berjalan ke gate 1, karena dia akan masuk dari gate itu. Aku masih saja iseng memegang rambut dan lehernya, mengungkapkan kegemasanku. Dan kami berfoto lagi, minta tolong kepada orang yang ada di sana.
Dia menyuruh memegang boarding passnya agar bisa masuk dan menemani dia sampai dia boarding, tapi aku sadar waktunya sudah sangat mepet, dan benar saja, saat melihat status flightnya di layar pengumuman, statusnya sudah boarding. Akhirnya kami pun berpelukan lagi sebelum dia masuk ke dalam. Setelah itu kamipun berpisah. Aku berharap dia tidak ketinggalan pesawat.
Aku pun keluar terminal dan menunggu taksi untuk pulang ke kosan. Saat di taksi aku chat dia lagi, mengungkapkan betapa senangnya aku bisa bertemu dengannya. Dan tak lupa minta maaf suka kejahilan tanganku tadi. Dia mengatakan tidak apa-apa, walaupun tadi dilihatin banyak orang, untung tidak ada yang kenal. Waktunya sangat cepat sekali katanya.
Aku mengatakan kalau nanti aku akan datang ke kotanya mengunjunginya. Dan pesan itu tidak dijawab lagi. Berarti dia sudah take off.
Keesokan harinya dia membalas pesanku , dia mengatakan ya bisa dong, datang saja. Kemudian seperti pembuka di cerita hari ini, di FB aku melihat di tanggal yang sama saat aku pergi ke kota itu, dan kemarin bertemu dengan dia. Aku mengirim screen shot FB dan mengingatkan ia bagaimana dulu saat awal chat dengan dia seolah olah semua di sekitarku merujuk kepadanya, dan hari itu di tanggal yang sama ketemu dia.
Sampai akhirnya aku mengakhiri chattingan itu dengan mengucapkan selamat berpetualang. Dan kembali berkomunikasi dengannya setelah dia kembali sampai akhirnya melanjutkan perjalanan cerita #mestakung-semesta mendukung ini.
Sip
Lanjut
Setelah beberapa minggu kemarin menahan rindu, dan mencoba menutupinya dengan mengatakan kalau perasaan itu mulai pudar, akhirnya aku menghubungi dia dan sempat ngobrol beberapa menit. Dan kemudian aku mengatakan kalau bulan depan aku berniat ke sana untuk memenuhi janjiku, berkunjung ke ke kotanya. Aku tidak mengerti apa yang aku katakan ini. Aku juga tidak mengerti kenapa aku begitu terobsesi untuk mengunjungi kota itu. Tidak pernah aku sebelumnya seperti ini. Begitu terobsesi dengan sesuatu yang bisa dibilang tidak jelas seperti ini. Apalagi hanya untuk seseorang yang baru kenal.
Aku bertanya tanya kepada diri sendiri, apakah yang akan kulakukan ini tidak terlihat bodoh? Tidak berlebihan? Aku mencoba untuk bertanya ke teman-teman dekatku, atas apa yang akan kulakukan ini. Rata-rata respon mereka ya go ahead, bukan sesuatu yang salah dan bodoh. Aku juga mengatakan apa salahnya melakukan yang membuat kita gembira meski harus berkorban duit dan waktu.
Maka dari itu aku mulai menyusun rencana untuk traveling ke sana. Cek jadwal off kembali ke Jakarta, cek harga tiket dan hotel, dan memberitahu dia kalau aku sudah mengajukan fly back to Jakarta bulan depan dan nanti langsung menuju ke kotanya. Tak sabar rasanya menunggu keberangkatan ini.