It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hari ketiga, Yuda tak berharap bakal ketemu cowok itu lagi. Mungkin saja cowok itu baik-baik saja sebenarnya, tapi ia sudah bosan mengganggu sehingga nggak ingin lagi menemui ku, kata hati Yuda.
Apalagi hari ini ia pulang bareng Anggi. Harapan untuk ketemu cowok itu semakin tipis. Pulang sekolah ia akan berkunjung ke rumah teman sebangkunya itu untuk mengerjakan pair work bahasa Inggris.
***
Malam harinya, ketika Yuda sedang menonton film, nada pesan WA-nya berbunyi. Sebuah pesan masuk dari nomor yang tak dikenal. Isinya:
Hi, Duy. Malam..
Yuda langsung mengerutkan keningnya.
Malam. Siapa nih?
Wira.
Wira siapa ya?
Tukang palak.
What?! Yuda terperanjat. Kok dia bisa tahu nomorku???
Oh, jadi namamu Wira? Dapat kontakku dari siapa?
Ada deh. Lu gak perlu tahu. Gue cuma mau bilang, gak usah mikirin gue. Gue baik-baik aja.
Ih, pede gila nih orang! Gerutu Yuda dalam hati.
Waktu itu kamu gimana? Kena keroyok nggak?
Nggak. Kan gue udah bilang kalo gue baik-baik aja.
Syukurlah kalo gitu. Thanks ya udah bantuin aku.
Iya. Gue suka kok bantu lu. Save ya nomor gue.
Kamu belum kasih tau dapat nomorku dari siapa?
Gue nggak mau bikin lu pusing. Jadi gue kasih tau aja. Dari Anggi.
Kok kamu bisa kenal Anggi?
Besok kita ketemu ya. Lu boleh bertanya semau lu. Gue bakal jawab semuanya. Oke?
Ggrr...! Modus, gerutu Yuda.
***
Mengetahui kalau yang memberikan nomornya ke Wira adalah Anggi, Yuda pun langsung menghubungi teman sebangkunya itu.
"Halo, Nggi? Kamu kenal Wira?"
"Iya. Dia adik kelasku sewaktu SMP. Tadi dia nge-chat kamu ya? Dia minta nomor kamu soalnya."
"Adik kelas? Jadi tuaan dia dong?"
"Iya. Kamu kenal dia dari mana?"
"Uhm... dari... dari teman."
"Ohh.. nggak nyangka ih Yuda yang anak baik-baik dan kalem bisa punya teman kayak Wira..."
"Emang dia kenapa?"
"Loh gimana sih, kok nggak tahu teman sendiri?"
"Aku kan nggak akrab sama dia."
"Nakal. Tukang bikin onar. Badung lah pokoknya..."
"Oohh..."
"Rada aneh juga sih kok dia nggak ikut nyerang sekolah kita ya waktu itu? Biasanya kalo sudah urusan tawuran dia nggak pernah absen..."
"Nyerang? Maksudnya?"
"Ya ampun, kalian berdua itu beneran temenan nggak sih? Masa nggak tahu sama lain? Wira itu kan anak Pratama..."
"Hah? Pratama ???"
"Iya. Terus yang kamu tahu tentang dia apa sih???"
"Nggak ada..."
"Ampun deh! Nggak kamu, nggak Wira, sama-sama aneh hari ini. Tadi dia yang nanyain tentang kamu ini itu. Sekarang kamu. Teman macam apa sih kalian berdua? Kenapa nggak langsung tanya aja?" Omel Anggi.
"Iya, iya... thanks ya."
"Oke."
"Next jangan ngasih nomor aku ke sembarang orang!" Pesan Yuda.
"Iyaaa. Emang aku pernah nyebar Kontak orang sembarangan apa?"
"Barusan ke si Wira."
"Wira kan teman kamu, bukan orang lain."
"Itu dia masalahnya, aku nggak suka!"
"Ih, kalian berdua itu sebenarnya ada apa sih??? Jadi kepo deh..."
"Udah ah. Bye!"
"Eh, tungg---"
Tut.
***
Adik kelas lebih tua daripada kakak kelas?
@lulu_75
Sebuah sedan mewah menepi di pinggir jalan. Pintu pun dibuka lalu keluarlah Yuda. Belum semenit ia turun, sedan itu langsung melaju dengan cepat.
Seorang pengendara moge yang sedari tadi membuntuti mobil itu dari belakang menatap Yuda yang sedang menatap layar HP-nya.
Pengendara yang tak lain adalah Wira itu tersenyum lalu menghampiri Yuda.
"Pagi..."
Yuda menoleh. Ia sedikit terkejut melihat siapa yang menyapanya.
"Kamu...?" Yuda memperhatikan penampilan Wira yang jauh berbeda dari biasanya. Pagi ini ia mengenakan seragam sekolah.
"Iya. Wira si pemalak kelas teri."
"Mau ngapain? Sekarang waktunya sekolah. Kalo mau ganggu ntar saat pulang sekolah aja."
"Eit, ketahuan yang seneng digangguin yaaaa? Lu suka gue gangguin kaaannn???"
"Apaan sih. Maksudnya mendingan diganggu sepulang sekolah dari pada sekarang. Soalnya aku buru-buru. Nunggu angkot nih... takut telat."
"Kok lu turun di sini? Kenapa nggak sekalian dianter sampe sekolah?"
Yuda nggak jawab.
"Emang yang nganter lu tadi siapa? Bokap lu?"
"Bukan."
"Nyokap?"
"Bukan. Kakak."
"Nah, kenapa kakak lu gak nganterin lu nyampe sekolah?"
"Biasanya nyampe sekolah. Tapi tadi ada tugasnya yang ketinggalan. Jadi dia harus balik lagi..." jawab Yuda.
"Oohh... gitu."
"Kamu sendiri ngapain di sini? Pratama kan nggak lewat sini arahnya."
"Ngikutin lu lah," jawab Wira terus terang.
"Asli kamu tuh kurang kerjaan banget ya?"
"Udah, ayo naik!"
"Hah?"
"Gue antar. Angkotnya nggak datang-datang. Ntar lu telat."
Yuda manggut-manggut. Ia melihat ke kejauhan. Memang belum ada satu pun angkot yang lewat.
"Udah, nggak usah kebanyakan mikir. Katanya lu mau nanya banyak. Sekalian aja pas di jalan. Ntar siang belum tentu gue bisa nemuin lu..."
"Siapa juga yang mau ketemu kamu..."
"Mungkin sekarang nggak. Tapi yakinlah, kedepannya lu bakal pengen ketemu gue."
Yuda ngakak.
"Mau naik nggak nih? Ntar gue telat nyampe sekolah..."
"Ya udah pergi sana."
"Dari pada lu yang telat, mending gue. Tapi bagusnya Kalo kita berdua gak ada yang telat. Jadi buruan, jangan buang waktu..."
"Ya udah deh, kalo kamu maksa..."
"Nggak ada yang maksa."
"Aku terpaksa."
"Sekarang terpaksa. Ke depannya dengan sukarela..."
***
"Kok kamu nggak bilang kalo masih sekolah?"
"Lu juga nggak bilang kalo nama lu Yuda, bukan Aduy," balas Wira.
"Nggak penting juga kamu tahu."
"Nggak penting gimana? Semua itu berawal dari mana. Lu bakal susah mencari informasi apapun tanpa nama."
"Jadi kamu mau cari informasi tentang aku?"
"Iya. Kenapa?"
"Buat apa?"
"Belum saatnya lu tahu."
"Pasti punya niatan buruk..."
"Nggak. Kalo aku berniat jelek ke lu, gue gak bakal nolongin lu waktu itu."
"Waktu penyerangan itu? Jelaslah. Yang mo nyerang teman-teman kamu!!! Nggak mungkinlah mereka bakal gebukin kamu..." sindir Yuda.
Wira terkekeh.
"Aku kirain kamu emang rela berkorban buat nolongin aku. Gak tahunya kamu salah satu anggota penyerang nya... coba kalo waktu itu yang nyerang orang lain, pasti kamu udah kabur duluan! "
"Nggak kok. Gue gak terlibat sama sekali dengan itu. Bahkan gue udah mencoba memperingatkan lu sehari sebelumnya. Tapi lu puasa ngomong. Besoknya gue kasih tahu, lu malah gak percaya..."
"Anggi bilang kamu tukang onar."
"Iya, hehe. Tapi gue kok yang ngelaporin ke polisi kalo bakal ada penyerangan itu. Tapi lu jangan bilang kesiapa-siapa ya? Kalo senior tahu, gue bisa digebukin beneran."
"Kenapa kamu ngelapor?"
"Karena gue gak mau sekolah lu rusak. Ntar lu sedih lagi. Pasti di sana juga banyak orang-orang yang lu sayangi."
"Sumpah, aku nggak ngerti sebenarnya mau kamu itu apa?"
Wira kembali terkekeh.
"Anggi bilang apa aja tentang gue?"
"Nggak ada."
"Tadi lu bilang dia ngomong kalo gue tukang onar. Berarti dia cerita dong."
"Cuma itu doang. Rupanya dia gak tau kalo kamu bukan cuma sekedar tukang onar, tapi tukang palak juga."
Wira tertawa keras.
"Emang ngapain kamu malak? Uang jajan kamu kurang?"
"Sebenarnya gue bukan tukang palak. Waktu itu iseng-iseng aja."
"Hah? Malak kok iseng-iseng?!"
"Iya. Ditantang sama teman-teman. Tapi malah apes. Eh, apes atau berkah ya???"
Yuda geleng-geleng kepala.
"Jadi jangan nyebut gue tukang palak lagi, oke?"
"Terus apa? Tukang onar?"
"Wira dong. Eh, kita belum resmi kenalan. Gue Wira. Dan lu...?"
"Aduy."
"Come on...!"
"Sebenarnya nama aku selama ini udah terpampang nyata di seragam aku. Kamu aja yang buta atau nggak bisa baca?"
"Oh...! Hehehe... sorry, wajah lu mengalihkan dunia gue. Gue jadi gak fokus buat memandang yang lain..."
"Selain tukang onar, tukang gombal juga? Gombalin cowok lagi. Ckck...!"
"Serius. Wajah lu itu manis gila. Lu cowok apa cewek?"
"Kamu ngeliatnya apa?!" Yuda mulai kesal.
"Cowok. Cuma sekarang lagi in transgender gitu. Cowok jadi cewek, cewek jadi cowok, cowok jadi homo, homo jadi banyak..."
"Jadi menurut kamu, aku kategori yang mana?"
"Cowok manis yang homo. Hahahaha...!"
"Oh, gitu. Ya udah..."
"Cuma bercanda... jadi mau dipanggil Yuda atau Aduy nih?"
"Aduy itu kan kebalikan dari Yuda..."
Wira terdiam sejenak lalu berkata, "Oohh... iya, ya? Kok gue nggak ngeh ya?"
"Otak kamu cetek sih..."
***
Jam belajar sedang berlangsung saat HP Yuda bergetar. Sebuah pesan masuk.
Wira : Yud, lu udah punya pacar?
Yuda langsung mengerutkan keningnya. Ganjil banget pertanyaan nih orang, gumamnya dalam hati.
Ia pun memilih untuk mengabaikannya.
Baru saja ia memasukkan HP ke saku celananya, kali ini giliran Anggi yang mengganggu konsentrasinya.
"Yud, Wira nge-chat aku nih.." beritahu Anggi sambil berbisik.
"So?"
"Dia nanyain kamuuu..."
Yuda kembali mengerutkan keningnya.
"Dia nanya kamu lagi ngapain?"
"Lagi belajar lah," jawab Yuda lantas kembali menatap ke white board.
Gak berselang lama kemudian, Anggi kembali mengganggunya. Tapi kali ini cewek itu menyodorkan HP-nya ke hadapan Yuda. Di layar nampak pesan dari Wira.
Wira : Mbak, Yuda punya pacar nggak?
Yuda langsung menatap Anggi dengan kesal. Sang sahabat hanya mengangkat bahunya.
Mbak Anggi (yang balas Yuda) : Sudah. Pacarnya cantik. Emang kenapa?
Wira : masa sih, Mbak?
Mbak Anggi : memangnya kenapa?
Wira : nggak meyakinkan aja sih.
Mbak Anggi : nggak meyakinkan gimana?
Wira : gue gak pernah lihat dia sama cewek. Pasti Mbak disuruh boong sama dia ya?
Mbak Anggi : terserah kamu mau percaya atau nggak. Mbak kan cuma jawab seadanya.
Wira : ya udah deh. Percaya. Tapi tolong sampaikan pesan gue ke pacarnya ya. Yuda itu nggak butuh pacar yang cantik.
Mbak Anggi : maksudnya gimana sih?
Wira : (emot senyum)
Ih, nih orang gaje banget. Bikin gedeg aja deh, gerutu Yuda.
Ia pun menghapus semua histori chat mereka lalu mengembalikan HP ke Anggi.
"Sudah? Diantara kalian berdua sebenarnya ada apa sih?" Tanya Anggi seraya menyimpan HP-nya ke kantong seragamnya.
"Nggak ada," balas Yuda.
"Dia mau ngenalin kamu ke cewek ya? Teman-teman Wira cantik-cantik loh..."
Yuda nggak menggubris omongan Anggi.
"Ish!" Gerutu Anggi kesal.
***
Wira menatap jam di pergelangan tangannya berkali-kali. Setelah itu kembali menatap ke depan sambil menggoyang-goyangkan kakinya.
"Belum pergi, Wir?" Sapa Mama yang keluar rumah untuk menyiram koleksi kembang-kembangnya.
"Sebentar lagi."
"Kalo gitu sarapan dulu."
"Ntar aja di sekolah."
"Terus sekarang nunggu apa lagi?"
"Nunggu diusir," jawab Wira seraya bangkit dari duduknya.
Sang Mama menghela napas sambil geleng-geleng kepala.
"Gue pergi, ma," pamit Wira sambil lalu.
***
Wira melihat sebuah sedan yang kemarin ditumpangi Yuda keluar dari garasi. Mobil itu meluncur di jalanan yang mulus. Wira tersenyum lantas menutup kaca helm-nya dan membuntuti mobil itu dari jarak yang cukup dekat.
Hampir sama di tempat kemarin, mobil itu menepi. Lalu turunlah sosok Yuda dengan sedikit tergesa-gesa dan raut wajah sedikit murung. Saat pintu mobil di tutup, mobil itu langsung melaju. Tapi baru sekitar setengah meter bergerak, terlihat sesuatu dilemparkan melewati jendela mobil. Sebuah buku. Suara yang dihasilkan saat buku itu menimpa aspal dalam keadaan terbuka membuat Yuda langsung menoleh dan berlari cepat ke arah buku yang tergeletak di samping trotoar jalan.
Mata Wira langsung membelalak melihat pemandangan itu. "Anjing!" Umpatnya. Ia bergegas mendekati Yuda dengan dada meledak-ledak.
"Dia siapa?!" Cecar Wira.
Yuda menoleh dan tak mampu menyembunyikan kegugupannya.
"Kok dia kasar banget sama lu?!"
"Bukan urusan kamu!" Jawab Yuda ketus. "Ngapain kamu ngikutin aku? Nggak usah ganggu-ganggu aku!"
Wira menghela napas.
"Sorry..."
Yuda tak menggubris.
"Oke nggak apa-apa kalo lu marah sama gue, tapi izinin gue buat anter lu ya?" Ajak Wira lembut.
Yuda tetap diam. Ia malah mengambil HP dari saku bajunya dan terlihat mengetik sesuatu.
"Ya udah deh kalo gak mau. Tapi gue kasih saran aja boleh ya? Daripada nunggu angkot kelamaan, mending pake ojol aja..."
"TELAT!!!" Teriak Yuda sembari menyodorkan layar HP ke depan wajah Wira.
Wira nyengir saat membaca aplikasi ojol yang tertera di layar HP Yuda.
Yuda manggut-manggut. Terlebih-lebih saat Wira turun dari motor dan berdiri di sampingnya.
"Mau ngapain?"
"Nemenin lu lah."
"Ah, terserah lah..."
Wira tersenyum. Ia menatap Yuda. Cowok itu sepertinya masih badmood.
***
Sore harinya Yuda mendapat pesan dari Wira.
Wira : gue tau kenapa kakak lu memperlakukan lu dengan buruk. Karena kalian saudara tiri kan?
Yuda mengerutkan keningnya. Kok dia bisa tahu?
Yuda : sok tau. Benar-benar deh kamu ya, gak ada kerjaan lain apa?
Wira : gue cuma ngurusin hal-hal yang penting buat gue. Jadi lu tahu artinya apa kan?
Aku penting buat dia?
Wira : kenapa lu diam aja ketika Refan bersikap buruk ke lu?
Yuda menghela napas. Bahkan Wira tahu nama Kakaknya. Siapa yang kasih tahu?
Yuda : terus setelah kamu tahu, kamu mau ngapain? Senang lihat aku tertindas gitu?
Wira : lu harus melawan dia.
Yuda tersenyum kecut. Dia udah menebak apa yang akan Wira katakan. Seandainya aku bisa..., desis Yuda.
Wira : lu cowok. Jangan bersikap lemah, Yud.
Yuda : kamu gak tau apa-apa. Jadi jangan menggurui.
Wira : gue gak suka kalo ada orang yang nyakitin lu. Dia harus berhadapan sama gue!
Yuda : make it clear, sampai sekarang aku gak tahu mau kamu itu apa? Kenapa kamu selalu ikut campur urusan aku? Kenapa kamu begitu menaruh perhatian ke aku? Sikap kamu itu bisa disalahartikan sama orang-orang. Sikap kamu itu kayak orang lagi ngincer gebetannya, tau nggak? Sadar nggak sih?!
Wira : lu menganggapnya begitu? Syukurlah. Jadi gue gak perlu capek-capek jelasin.
What?! Maksud dia apa sih...???
Wira : kok nggak balas?
Wira : P
***