It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
buat Mas Joko,
eh usul neh tapi mungkin cuma sekedar usul, karena gua termasuk orang yang 'bodoh' dalam bisnis entertainmen,...
gimana kalau skenario andre dan haryo terus berdansanya, kalau memang mau direalisasikan, dibuat model sinetron lepas yang bisa ditayangkan di tv, entah tvri atau tv swasta, maksud gua supaya bisa lebih memasyarakat dan ditonton sama orang luar tanpa harus ke bioskop gitu... hehehe
cuma kepikir teman teman kita yang malam kelayapan di banteng, atau tamanlawang, yang mungkin krn terbatasnya dana gak bisa atau gak sempat nonton Arisan! pasti rada terhibur juga kalau bisa nonton andre dan haryo terus berdansa di tv, usul aja loh!
hehehe....
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
May 12, 2002
INT. RUMAH ANDRI - RUANG KELUARGA
OPENING TITLES
PHOTO MONTAGE keluarga ANDRI. We can see that though not rich, this is a harmonious family.
CUT TO:
INT. RUMAH ANDRI - DAPUR - SIANG
WINDA baru saja keluar dari kamar mandi ketika ANDRI adiknya yang berumur lima tahun masuk dan melepas sepatunya.
WINDA
(Antusias)
Eh, gimana?
ANDRI
Beres.
WINDA
Kapan masuk sekolah?
ANDRI
Senin.
WINDA
Gue ngebeliin elo seragam baru tadi. Gue taroh di kamar. Mudahan-mudahan pas. Tadi pas beli, gue liat ada anak SMU yang besarnya se elo, gua pas-in ke dia aja.
ANDRI
Gue kan bisa make seragamnya Indra, masih bagus-bagus.
Winda mengambil seragam kotor dari keranjang pakaian dan menunjukkannya ke Andri. Beberapa lubang bekas rokok terlihat jelas.
WINDA
Elo mau bilang apa ke temen-temen elo ntar? Buat ventilasi?
ANDRI
Makasih deh. Ibu mana?
WINDA
Ke pasar.
ANDRI
Bapak?
WINDA
Tidur.
ANDRI
Masih belum kerja?
Winda menggeleng.
Andri terlihat agak kuatir.
CUT TO:
INT. RUMAH ANDRI - DAPUR - MALAM
Ibu Andri, YATI, membawa piring-piring berisi makanan dibantu oleh Winda ke meja makan di mana Bapak Andri, FAISAL, INDRA, dan adik Andri yang masih kelas 3 SD, IAN, sudah duduk menanti makanan sambil berbicara.
INDRA
Gua udah dapet tempat kerja. Ngapain kuliah.
WINDA
(Sebal)
Di mana?
INDRA
Di bengkel bokapnya si Gandi.
WINDA
Bokapnya udah bilang "iya"?
INDRA
Belum tapi si Gandi udah janji bakal ngomong ke bokapnya.
WINDA
Kalo nanti ternyata bokapnya nggak ngasih, lo mau jadi pengangguran?
INDRA
(Kesal)
Gua nggak bakal nganggur.
WINDA
O ya? Coba, elo mau kerja apa cuman pake ijazah SMU?
INDRA
Nanti gue pikirin.
WINDA
Gua cuman mo bilang, jaman sekarang sayang kalo nggak kuliah.
INDRA
(Memotong, kesal ke Winda)
Kok jadi lo yang nggak senang, sih? Lagian siapa yang mau ngebiayai? Bapak lagi nggak ada kerjaan. Mau ngandelin warung?
WINDA
Sekarang kan banyak tempat kuliah yang murah.
INDRA
Biar murah juga apa lo kira bapak ibu sanggup?
WINDA
(Sengit)
Gua bisa bantu-bantu.
INDRA
Lagak lo kayak kerja di kantoran aja. Baru jadi pelayan mini market aja udah banyak omong.
WINDA
Justru itu, gua nggak mau adek-adek gua jadi pelayan mini market juga, atau kerja bengkel motor kayak bapak.
INDRA
Eh, selama ini duit bengkel Bapak yang nyekolahin lo, ya.
WINDA
Iya tapi anak-anaknya kan nggak mesti kerja di bengkel juga.
INDRA
(Marah)
Apa salahnya sih?
FAISAL
(Memotong)
Hei. Bapak sekarang mau makan, jangan ada yang ribut lagi.
Semua diam. Winda duduk dengan kesal, diikuti Yati. Faisal mengambil nasi diikuti yang lain. Winda masih belum puas dan masih semangat untuk membuka konfrontasi dengan adiknya.
WINDA
Gua masih mikir elo seharusnya kuliah.
INDRA
Kalo lo mau kuliah nggak kesampean, jangan dilampiasin ke gua dong.
WINDA
Kenapa sih elo nggak mau maju?
INDRA
(Kesal)
Otak gua nggak sanggup, Winda. Lo maksa-maksa gua kuliah, di SMU aja kepala gua udah mau pecah. Gua nggak punya otak yang encer kayak si Andri.
IAN
Gua punya.
WINDA
Masalah lo itu, lo terlalu gampang nyerah.
INDRA
Yang tau kemampuan gua itu semana, ya gua sendiri.
WINDA
Kemampuan lo segede gunung juga kalo kemauan lo nggak ada, nggak bakal bisa.
YATI
Kalo kalian masih pengen debat, ntar habis makan dilanjutin.
Semua makan dengan diam.
YATI (CONT'D)
(Ke Andri)
Nanti uang jajan kamu ibu tambah. Ke SMU 91 kan mesti naik angkot.
Andri tidak langsung menjawab, merasa berat untuk membuka rahasianya.
ANDRI
Saya nggak ngedaftar ke SMU 91.
Semuanya terkejut.
YATI
Jadi mau masuk mana?
ANDRI
SMU Unggulan Putra Bangsa.
INDRA
(Ke Winda)
Pasti elo yang nyuruh dia, kan?
Winda menggeleng kesal.
FAISAL
Lho, surat ijin orang tua yang Bapak tanda tangani kemaren kan buat SMU 91.
ANDRI
Yang lembar pertama, selebihnya buat Putra Bangsa.
FAISAL
Kok kamu tega bohong sama Bapak?
ANDRI
Karena saya tau Bapak Ibu nggak bakal setuju.
FAISAL
Yang sekolah ke situ kan cuman anak-anak orang kaya. Biayanya juga pasti mahal.
ANDRI
Saya dapet beasiswa.
FAISAL
Dari mana?
ANDRI
Dari perusahaan kacang.
Indra menahan tertawanya. Winda menyikut Faisal.
WINDA
Emang kenapa rupanya?
FAISAL
Tapi kan tetap masih banyak biaya yang bakal mesti dibayar. Kamu pikir beasiswa aja bakal cukup?
ANDRI
Cukup. Bahkan saya udah hitung-hitung, masih sisa buat transportasi.
YATI
Ngapain sih jauh-jauh ke Putra Bangsa, Ndri. SMU 91 kan juga bagus. Lagian Indra kan juga dulu di sana, jadi kan kamu bisa bilang ke guru-gurunya kalau kamu adiknya Indra.
WINDA
(Tertawa)
Ha ha ha, jangan Ndri. Nanti kamu dicap bego juga.
Indra terlihat kesal.
ANDRI
Putra Bangsa kan yang paling bagus. Beasiswa ada, kan sayang kalo nggak digunain.
FAISAL
Yang sekolah di sana itu anak-anak pengusaha, anak-anak pejabat. Kamu minder sendiri nanti.
ANDRI
Nggak lah.
FAISAL
Terserah kamu lah. Tapi jangan harap nanti kalau kamu perlu biaya besar, Bapak mau ngedanai kamu.
ANDRI
Iya saya ngerti.
Faisal terpaksa menyerah walaupun dia tidak setuju.
CUT TO:
INT. RUMAH ANDRI - KAMAR ANDRI, INDRA, DAN IAN - MALAM
Andri masuk ke kamar dan menutup pintu. Diperiksanya seragam SMU yang dibelikan Winda di atas kasur lalu melipatnya lagi. Andri membuka tasnya dan dengan mengeluarkan sebuah majalah berbahasa Inggris. NEW TIMES. Dia membuka-buka majalah itu. Lalu dia dengan hati-hati mengeluarkan sebuah majalah remaja. Dibukanya dari halaman ke halaman. Dia berhenti di suatu halaman di mana terpampang foto seorang model remaja pria. Andri memandangi foto itu.
Pintu dengan tiba-tiba dibuka. Andri dengan kaget langsung menutup majalah dan memasukkannya ke tasnya. Terlambat. Indra yang baru masuk melihatnya.
INDRA
Apaan, tuh?
ANDRI
Nggak.
INDRA
Coba liat.
Indra dengan paksa mengambil majalah itu dari dalam tas Andri dan membuka-buka majalah itu.
INDRA (CONT'D)
(Sambil membuka-buka)
Gambar jorok, ya?
ANDRI
(Cemas)
Nggak.
Indra berhenti di suatu halaman di mana terlihat sebuah iklan yang menampilkan model-model wanita mengenakan pakaian pantai.
INDRA
Ternyata, tumpuan harapan keluarga pikirannya jorok juga.
Andri merampas kembali majalahnya dan membereskan tasnya. Indra mengambil handuk yang tergantung di belakang pintu dan membuka pakaiannya untuk mandi.
INDRA (CONT'D)
Adiknya si Gandi sama temen-temen lo yang laen pada nongkrong di warung belakang mesjid tuh. Lo nggak ikut?
ANDRI
Sejak kapan gua gabung sama anak-anak itu?
INDRA
Lo tuh sombong amat sih? Mentang-mentang lo pinter terus elo nganggep remeh semua orang?
ANDRI
Ck, gua nggak ngeremehin. Cuman nggak sempet. Mereka kan udah nggak sekolah, sedang gua mesti nyiapin persiapan masuk sekolah ntar.
INDRA
Lo serius mau masuk Putra Bangsa?
ANDRI
Iya.
INDRA
Lo sadar nggak sih keluarga lo gimana?
ANDRI
Apa hubungannya?
INDRA
INDRA (CONT'D)
Taroh lah elo pinter. Tapi apa lo bakal bisa ngikutin pergaulan anak-anak yang laen ntar?
ANDRI
Gua kan nggak mesti ngikutin pergaulan anak-anak yang laen. Lagian lo mau ngomong apa juga, gua nggak bakal berubah pikiran. Gua kan punya cita-cita tinggi, nggak kayak lo.
Indra mendekati adiknya.
INDRA
(Menunjuk dada Andri)
Eh, denger, ya. Gua nggak bego-bego amat. Dari temen-temen gua di kampung sini, gua udah lumayan. Gua udah lulus SMU, temen-temen gua paling lulus SMP. Kebanyakan masih kecil udah kawin. Kalo nggak ngebuntingi anak orang, ya dibuntingi anak orang. Jadi elo hormat dikit ke gua. Pendidikan gua lumayan tinggi.
ANDRI
Tapi segitu nggak cukup buat gua.
Indra mundur untuk pergi ke kamar mandi.
INDRA
Ntar kalo udah lulus SMU kayak gua, baru ngomong.
ANDRI
Nggak lama, kok. Tiga tahun lagi.
Indra membanting pintu.
Andri hanya bisa menatap pintu.
CUT TO:
EXT. SEKOLAH - TEMPAT PARKIR - SIANG
Beberapa siswa baru sedang berebut tempat parkir di lapangan parkir sekolah. Seorang siswa yang akan kita kenal sebagai HARYO, terlihat marah karena sebuah mobil lain yang dikendarai SISWA I hendak merebut tempat parkir yang sudah diincarnya.
HARYO
Sialan!
Haryo memajukan mobilnya sehingga mobil lain terhalang.
SISWA I
(Berteriak)
Mundur ngapa?!
HARYO
Lo yang mundur, goblok! Gua udah nunggu dulu.
SISWA I
Gua duluan, tolol!
Haryo turun dari mobilnya.
HARYO
(Menggerutu)
Hari gini udah nyari gara-gara aja.
Haryo mendekati mobil Siswa I.
HARYO (CONT'D)
Lo mau mundur nggak.
Siswa I merasa takut tapi malu untuk mundur.
SISWA I
Di belakang lo tuh kosong.
HARYO
(Mengancam)
Bagusan lo keluar deh.
SISWA I
Ya udah ya udah!
Siswa I memundurkan mobilnya. Haryo kembali ke mobilnya.
HARYO
(Menggerutu)
Anjrit.
SISWA I
(Menggerutu juga)
Orang gila.
Haryo melihat ke belakang untuk memundurkan mobilnya sedikit supaya bisa masuk ke tempat kosong di antara dua mobil. Tapi Haryo tidak melihat bahwa ada Andri di belakang mobil dan mobil pun menabrak Andri yang menimbulkan bunyi 'BRUK'. Andri terjatuh.
HARYO
(Cemas)
Mati gua!
Haryo dengan cepat keluar untuk memeriksa.
Andri dengan agak sakit bangkit.
HARYO (CONT'D)
Lo nggak apa-apa?
Andri sudah berdiri kembali.
ANDRI
Nggak apa-apa.
HARYO
Sori gua nggak liat. Ada yang luka nggak?
ANDRI
Nggak. Cuman pusing doang. Gegar otak kali.
HARYO
Serius?
ANDRI
Kayaknya tulang dada gua patah-patah deh.
HARYO
Sialan lo!
Sebuah mobil mengambil tempat parkir yang diincar Haryo.
HARYO (CONT'D)
Sialan. Gara-gara lo tempat parkir gua diambil orang.
Andri melihat ke belakang, ada tempat kosong.
ANDRI
Tuh ada yang kosong.
SEBUAH MOBIL datang menuju tempat parkir yang ditunjuk Andri.
HARYO
Nggak rejeki gua.
ANDRI
Tenang.
Andri dengan bergegas mendatangi mobil itu dan menghalanginya.
Mobil itu berulang-ulang membunyikan klakson tapi Andri tidak peduli. Haryo dengan cepat masuk ke mobilnya dan memarkir mobilnya di tempat yang tersedia.
Setelah Haryo masuk, baru Andri membolehkan mobil itu jalan.
SISWA II
(Yang mengendarai mobil yang dihalangi Andri)
Monyet!
ANDRI
Makasih!
Haryo keluar dari mobilnya terlihat senang.
HARYO
Thanks, man. Gua heran kenapa semua orang mesti bawa mobil ke sekolah.
ANDRI
Iya, kenapa cuman bukan elo, ya?
Haryo tertawa.
HARYO
Elo anak baru?
ANDRI
Iya. Elo?
HARYO
Sama. Dapet kelas berapa lo?
ANDRI
Satu A.
HARYO
Anjrit sama gitu lah. Gua Haryo.
ANDRI
Andri.
Keduanya berjabat tangan sambil menuju kelas mereka.
HARYO
Tadinya gua udah nggak mau gitu sekolah di sini, pasti anak-anaknya sombong gitu.
ANDRI
Sok macho lagi, masa masalah parkir aja mo berantem.
HARYO
Wah itu masalah prinsipil, tuh.
CUT TO:
INT. SEKOLAH - KELAS - PAGI
Para siswa baru sudah memilih tempat duduk mereka masing-masing dan tampak sedang berbincang-bincang. Ruang kelas tampak mewah dengan pendingin ruangan dan furniture mahal. Andri dan Haryo duduk satu meja terlihat dengan asyik berbincang. (Suara mereka bercampur dengan suara anak-anak yang lain sehingga tidak jelas terdengar).
Seorang guru, PAK BILLY, masuk. Suasana langsung tenang.
PAK BILLY
Selamat pagi.
AD LIB anak-anak membalas sapaan Pak Billy.
PAK BILLY (CONT'D)
Sepertinya kalian sudah nyaman dengan tempat duduk pilihan kalian masing-masing. Tapi sayang sekali, tempat duduk untuk kalian sudah diatur. Ini daftarnya.
Pak Billy memberikan setumpuk kertas ke masing-masing baris untuk dibagikan ke belakang.
Anak-anak mendumel kecewa.
PAK BILLY (CONT'D)
Hayo, hayo, silahkan ambil tempat duduk yang sudah ditetapkan biar kita bisa mulai.
Anak-anak membaca kertas susunan tempat duduk dan dengan kecewa pindah ke tempat yang sudah ditetapkan.
Haryo terlihat kecewa karena dia tidak bisa duduk dengan Andri.
ANDRI
Nggak apa-apa, deh.
HARYO
Lo tenang aja. Ntar gua usahain.
Andri pindah ke sebelah YUDI yang terlihat seperti kutu buku. YUDI langsung mengulurkan tangannya. Haryo pindah ke sebelah seorang anak yang langsung mengajaknya berjabat tangan. Haryo dengan malas membalas jabat tangannya.
Anak-anak sudah duduk di tempat masing-masing.
PAK BILLY
Terima kasih. Sebentar lagi kita dengar pengumuman dari Bapak kepala sekolah.
Dari built-in speaker di langit-langit kelas terdengar suara kepala sekolah.
KEPALA SEKOLAH (O.S.)
Selamat pagi...
PAK BILLY
Ah, udah mulai.
KEPALA SEKOLAH (O.S.)
Selamat datang di kampus SMU unggulan Putra Bangsa. Anda para siswa baru, kami harap dapat mengikuti peraturan dan tradisi yang telah berjalan di sekolah anda ini sejak didirikan sepuluh tahun lalu...
Para siswa terlihat mendengarkan dengan serius.
KEPALA SEKOLAH (CONT'D)
... Peraturan dan tradisi inilah yang telah menjadikan SMU unggulan Putra Bangsa sebagai salah satu SMU terbaik di Indonesia dan kami staf guru dengan bangga menerima anda di sekolah ini. Jangan ragu-ragu untuk meminta bantuan dari para guru dan senior anda jika ada masalah. Sekian saja dari saya dan saya ucapkan selamat belajar.
Jeda.
PAK BILLY
Ya itulah, Bapak kepala sekolah kita. Sebentar lagi, salah seorang senior anda dari kelas 3 akan datang dan memberikan gambaran umum tentang sekolah ini. Sambil menunggu, saya harap kalian bisa duduk dengan tenang.
Pak Billy keluar.
Haryo berdiri mendekati Yudi yang duduk di sebelah Andri.
HARYO
Halo, gua Haryo.
Yudi mengulurkan tangannya.
YUDI
Yudi.
HARYO
Gini Yud. Gua perlu banget duduk bareng ama si Andri.
YUDI
Lho, kan udah diatur.
HARYO
Si Andri temen deket gua, dan dia sakit TBC. Ntar elo ketularan, lho.
YUDI
Ada-ada aja, ah. Nggak bisa, ntar gua dimarahin lagi.
HARYO
Yud elo tau nggak, setahun ada berapa hari?
YUDI
356 hari.
HARYO
Dikurangi weekend?
YUDI
290 hari.
HARYO
Bagus. Kalo elo nggak pindah, berarti elo bakal ketemu gua 290 hari dalam setahun, di mana gua tiap hari bakal gebukin lo tiap pulang sekolah.
Yudi diam dan terlihat takut. Andri senyum takjub melihat kelakuan Haryo.
YUDI
Ya udah deh, Kebetulan gua juga ngga gitu bisa ngeliat papan tulis dari sini.
Yudi mengambil tasnya dan pindah ke tempat Haryo. Anak yang tadi di sebelah Haryo langsung mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dengan Yudi. Keduanya terlihat cocok, sehingga ini terlihat lucu.
Haryo duduk dan melirik bangga ke Andri. Andri terlihat takjub dan geleng-geleng kepala.
CUT TO:
EXT. SEKOLAH - KORIDOR - SIANG
Haryo dan Andri keluar dari kelas dan berjalan di koridor yang juga dipenuhi dengan anak-anak lain.
ANDRI
Gila lo. Lo selalu pake cara kasar ya, kalo lo mau sesuatu. Anak tentara, ya?
HARYO
Ha ha ha... kebetulan iya.
ANDRI
(Malu)
Sori, gua cuman becanda.
HARYO
Nggak apa-apa. Lagian kan tadi gua belon pake cara kasar, cuman nge-bluff doang. Dianya aja yang takut. (Jeda) Emang lo anak siapa? Mungkin gua kenal?
ANDRI
Ha ha ha... kayaknya nggak mungkin, deh.
HARYO
Sepele lo. Gua kenal banyak orang lagi.
ANDRI
Mungkin aja, tapi nggak mungkin lo kenal bokap gua. Lagian buat apa sih kita ngomongin bokap.
HARYO
Lo bener. (Jeda) Pulang sekolah lo kemana?
ANDRI
Langsung balik.
HARYO
Bawa mobil?
ANDRI
Nggak.
HARYO
Gua anter deh.
ANDRI
Nggak usah deh, jauh.
HARYO
Sejauh apa, sih?
ANDRI
Pokoknya jauh, lah. Emang lo nggak mesti langsung pulang.
HARYO
Sebenernya harus sih. Tunangan gua sama nyokapnya mo dateng.
ANDRI
(Kaget)
Serius lo udah tunangan?
HARYO
Bulan lalu. Gila kan?
ANDRI
Buru-buru amat?
HARYO
Bokap gua sih yang mau. Anaknya temen baik dia banget. Waktu muda dulu mereka udah janji mau besanan. Kebetulan gua anak tunggal, jadi, ya... mau nggak mau bakal kawin ke gua juga.
ANDRI
Lo suka ama anaknya?
HARYO
Suka sih. Anaknya asik.
ANDRI
Cakep?
HARYO
Cakep banget.
ANDRI
Hmmm...
HARYO
Lo punya cewek?
ANDRI
Nggak.
HARYO
Tepu banget.
ANDRI
Sumpah.
HARYO
Tapi pernah, kan?
ANDRI
Nggak. Nggak pernah nemu yang cocok.
Mereka sampai di sebuah meja di mana tiga orang anak kelas tiga, ARDO, ADI, dan KENNY duduk melayani anak-anak baru yang ingin mendaftar ekskul.
Andri mengambil sebuah selebaran daftar ekskul.
ARDO
(Ramah)
Mau ngambil ekskul apa?
ANDRI
(Sambil membaca)
Majalah sekolah masih terima orang?
ARDO
Masih.
Ardo mengambil formulir untuk majalah sekolah dan menyerahkannya ke Andri.
HARYO
Majalah sekolah? Banci amat, sih?
ANDRI
Emang lo mau ngambil apa?
HARYO
(Ke Ardo)
Minta formulir basket, ya?
Ardo mengambil formulir basket.
HARYO (CONT'D)
Bela diri, yang ada apa aja?
ARDO
Kamu maunya apa?
HARYO
Tae kwondo ada?
Ardo mengambil formulir tae kwon do.
ANDRI
Gila, lo tu fisikal abis, ya?
HARYO
Daripada elo. Pantesan nggak pernah dapet cewek.
Seorang siswi baru, LAILA, mendekati meja.
LAILA
Majalah sekolah masih terima anggota nggak, Mas?
ADI
Masih. Nih, si Kenny, nih, salah satu reporternya.
LAILA
(Tidak begitu peduli)
Ooo...
Haryo melirik Andri.
HARYO
Calon temen se-ekskul tuh.
LAILA
(Ke Andri)
Mau masuk majalah sekolah juga?
ANDRI
Iya nih.
LAILA
Wah asik dong. Gua Laila.
Laila terlihat suka dengan Andri.
ANDRI
Andri.
KENNY
Kebetulan kita lagi ngebutuhin reporter cewek.
LAILA
Kenapa mesti cewek?
KENNY
Yaaa kan ada liputan yang lebih cocok buat dikerjain cewek.
LAILA
Contohnya?
KENNY
Yaaa... kayaknya liputan tentang make-up atau asesoris.
LAILA
(Tersinggung)
Emangnya cewek cuman bisa ngeliput yang gitu-gitu?
KENNY
(Malu)
Yaaa... nggak sih, itu cuman contoh aja.
ANDRI
Kebetulan gua suka baca National Geographic. Banyak reporternya yang cewek, kok. Masuk-masuk hutan, naik gunung, nggak ada bedanya sama cowok.
LAILA
Emang.
Kenny langsung merasa tidak suka dengan Andri. Laila sebaliknya.
Haryo tersenyum dan menepuk pundak Andri.
HARYO
Good luck. Gua tinggal dulu, ya.
ANDRI
See you, man.
Haryo pergi, tapi setelah beberapa langkah melihat ke belakang dan melihat Andri dan Laila berbicara dengan akrab. Haryo tersenyum dan pergi.
CUT TO:
EXT. RUMAH HARYO - DEPAN RUMAH - SIANG
Mobil Haryo baru saja masuk ke pekarangan. Satpam rumah, PAK YAYAT, menutup pintu gerbang.
Rumah keluarga Haryo terlihat sangat mewah.
Haryo keluar dari mobil membawa bungkusan.
HARYO
Udah makan belom, Pak Yayat?
PAK YAYAT
Udah, Yo.
HARYO
Bohong banget. Gua bawain martabak telor nih.
PAK YAYAT
Nah kalo martabak telor Bapak suka. Daripada pizza kayak kemaren. Nggak doyan.
HARYO
Sukur deh, lebih murah lagian.
Haryo masuk ke rumah.
PAK YAYAT
Makasih, Yo!
HARYO
Yoo.
CUT TO:
INT. RUMAH HARYO - DAPUR - SIANG
Ibunya Haryo, NURUL, sedang berbincang dengan Ibu tunangannya yang bernama LINDA sambil memasak makanan penutup ketika Haryo masuk.
LINDA
Makanya saya lebih suka pakai bumbu yang itu. (Melihat Haryo)(Senang) Hei, Haryo. Gimana hari pertama sekolah di SMU?
HARYO
Biasa aja Tante sama SMP. Bedanya cuman pake celana panjang doang.
Haryo mengecup pipi Mamanya kemudian pipi Linda.
NURUL
Kamu udah makan, Sayang?
HARYO
Ya belum lah. Emang uang saku yang Mama kasih cukup buat makan siang gitu?
Nurul memukul Haryo dengan serbet dengan bercanda.
HARYO (CONT'D)
Hera mana?
LINDA
Di kamar kamu.
HARYO
Ha? Ngapain dia di kamar Haryo?
LINDA
Tante udah bilang jangan, lho.
Haryo terlihat suntuk.
NURUL
Kamu panggil deh, biar kita makan siang.
Haryo menuju kamarnya. Linda dan Nurul kembali ke topik masakan mereka.
NURUL (CONT'D)
Tapi lebih baik kalo masaknya jangan terlalu lama supaya nggak cepet layu...
CUT TO:
INT. RUMAH HARYO - KAMAR HARYO
HERA sedang membuka komputer ketika Haryo masuk.
HARYO
Aduh, kamu kok buka-buka komputer aku, sih?
Hera langsung mendekati Haryo.
HERA
Sori. Aku cuman mau ngecek imel sebentar. Masak gitu aja nggak boleh.
HARYO
Lain kali tunggu aku, ya?
HERA
Iya deh.
Hera merangkul Haryo.
HERA (CONT'D)
Kamu apa kabar? Gimana hari pertama sekolah di SMU?
HARYO
Yaa.. lebih asik dari SMP lah. Ceweknya lebih gede-gede.
HERA
Mau bikin aku cemburu, ya?
Hera mengecup bibir Haryo. Haryo menghindar.
HARYO
Agresif amat, sih?
HERA
Ini kan pertama kali aku nyium kamu sebagai anak SMU. Kemaren-kemaren kan aku nyium anak SMP.
HARYO
Salah sendiri mau pacaran sama cowok yang dua tahun lebih muda.
HERA
Yang penting kan sekarang kita sama-sama udah SMU.
HARYO
Jadi boleh cium di bibir, gitu?
HERA
Iya deh, kalo kamu belon berani.
HARYO
Siapa yang belon berani?
Hera dan Haryo saling bertatapan dan bergerak untuk French kiss. Tapi ketika mereka hendak berciuman...
NURUL (O.S.)
(Dari bawah)
Haryoooo...
Mereka pun langsung menjauh lagi.
HARYO
Beruntung kamu, saved by my mother's screaming.
And you owe me a kiss.
Haryo tersenyum. Dia tidak tau kenapa dia tidak merasa antusias dengan hubungan mereka berdua seperti Hera.
CUT TO:
EXT. RUMAH ANDRI - WARUNG - SIANG
Yati baru saja selesai melayani pembeli ketika Andri datang dan mengambil sebotol soft drink.
YATI
Gimana sekolah?
ANDRI
Mmmm... paginya saya ditabrak mobil orang.
YATI
(Kaget)
Ha?
ANDRI
Siangnya saya digebukin anak-anak yang lain karena saya nggak punya mobil.
Yati masih terlalu kaget.
ANDRI (CONT'D)
Di kelas saya disuruh berdiri di depan kelas karena nggak punya henpon. Tadi sebelum pulang saya di-D.O. karena bukan anak orang kaya.
Yati sadar kalau Andri hanya bercanda.
YATI
Bohong ah!
Yati memukul Andri. Andri tertawa.
ANDRI
Tapi saya memang bener-bener ditabrak mobil tadi pagi.
YATI
Luka?
ANDRI
Nggak sih. Mobilnya mahal sih, jadi kalo nabrak nggak luka.
Yati menggantung beberapa makanan kecil.
YATI
Bapak sama Ibu kemaren agak nggak setuju kamu masuk Putra Bangsa karena takut kamu nanti nggak nyaman sekolahnya. Jangan-jangan terus kamu jadi nggak mau sekolah, lagi.
ANDRI
Ya nggak mungkin lah. Bapak Ibu terlalu berlebihan, sih.
YATI
Kamu itu kan harapan keluarga. Kamu yang paling pinter. Si Winda sebentar lagi paling kawin. Si Indra, kamu liat sendiri.
ANDRI
Si Ian kan masih ada.
YATI
Kalo kamu nanti berhasil, kan bisa bantu-bantu si Ian biar sekolahnya tinggi juga.
Indra masuk ke warung sambil makan kacang. Dia merasa mood untuk mengganggu Andri.
INDRA
Eh, gila anak orang kaya udah pulang.
ANDRI
Apaan sih lo?
INDRA
Mau kacang?
Andri tidak memperdulikannya.
INDRA (CONT'D)
Udah nggak mau lagi nih, makan kacang?
Andri mendumel dan masuk ke rumah.
YATI
Kamu ini kenapa sih?
INDRA
Cuman ngegodain doang. Dianya aja yang sensitip.
YATI
Kamu juga sih, kalo sehari aja nggak ngegangguin dia apa nggak bisa?
INDRA
Nggak bisa. Abis dia digangguin asik sih.
Andri keluar lagi.
ANDRI
(Berteriak)
Woi! Celana dalem lu tuh menuh-menuhin kamar mandi aja. Udah berapa hari lo rendem. Dicuci kenapa?
INDRA
Biarin. Biar kumannya pada rontok.
Andri masuk.
INDRA (CONT'D)
Cerewet amat sih tu anak.
YATI
Kamu rendem lama-lama bukannya nanti jadi gampang robek.
INDRA
Nggak lah. Baru juga tiga hari.
Andri keluar lagi dan menumpahkan ember berisi rendaman celana dalam-celana dalam Indra.
Andri terkejut.
CUT TO:
EXT. RUMAH HARYO - TAMAN - MALAM
Haryo sedang duduk di kursi gantung sedang mengecek pesan di ponselnya. Bapaknya, Irfan, datang dengan dua cangkir kopi dan menyerahkannya satu ke Haryo.
IRFAN
Ngapain sih kamu malem-malem di sini? Nggak digigitin nyamuk?
Dengan santai Haryo menyerahkan satu sachet lotion anti nyamuk ke Papanya.
IRFAN (CONT'D)
Papa nggak bakal pernah make gituan lagi.
HARYO
Kenapa?
IRFAN
Kemaren mobil Papa diserempet orang. Baret setengah meter?
HARYO
Papa kasih bogem nggak?
IRFAN
Tadinya. Tapi terus dia ngambil lotion anti nyamuk kayak gini, dia olesin ke mobil Papa, lalu dia usap. Baretnya ilang. Ke mobil aja efeknya kayak gitu, apalagi ke kulit.
HARYO
Berarti bisa bikin kulis alus juga dong. Bebas dari baret-baret.
Irfan menjitak kepala Haryo.
Keduanya tertawa.
IRFAN
Kamu suka nggak sekolah baru kamu?
HARYO
Yaaa... lumayan lah. (Jeda) Kenapa sih Papa nggak ngijinin aku sekolah di luar.
IRFAN
Papa kan udah bilang. Mama kamu bisa mati kalau jauh-jauh dari kamu.
HARYO
(Menggoda)
Mama atau Papa?
IRFAN
Ya Papa mati duluan, setelah itu baru Mama.
HARYO
Berarti aku selamanya bakal ada di bawah ketiak Papa Mama nih?
IRFAN
Nanti kalo udah kuliah, baru boleh keluar. Seenggaknya kamu kan bakal udah besar. Jadi Papa nggak perlu kuatir soal kamu.
HARYO
Kuatir apa, sih?
IRFAN
Kalo kamu ada apa-apa, misalnya dijahatin orang, Papa kan nggak bisa langsung ngedatangin orang itu terus matahin lehernya.
HARYO
Aku kan bisa matahin lehernya sendiri, Pa.
Irfan menjepit kepala Haryo di bawah ketiaknya dengan becanda.
IRFAN
Oh udah jago kamu sekarang, ya.
HARYO
Aduh, aduh, kopinya tumpah tuh, kan.
Irfan melepaskan anaknya. Keduanya terlihat sangat akrab. Jeda.
IRFAN
Papa sayang sekali sama kamu. Apalagi anak Papa cuman satu.
HARYO
Makanya mungut anak aja, Pa. Biar nambah.
IRFAN
Ngapain? Bentar lagi kan kamu nikah. Terus punya anak. Yang banyak, ya?
HARYO
Ya tergantung nanti Papa ngasih saya rumah di mana habis nikah.
IRFAN
Di kamar belakang, sebelah kamar mandi masih kosong, tuh.
Keduanya tertawa.
CUT TO:
INT. RUMAH ANDRI - KAMAR ANDRI, INDRA, DAN IAN - MALAM
Andri sedang sendiri, belajar di meja. Dia terlihat serius. Setelah beberapa saat dia tampak mengkhayal sesuatu. Ditulisnya di buku catatannya dengan huruf yang besar-besar: H A R Y O. Lalu dia menggeleng-geleng menyadari bahwa dia sudah berbuat yang tidak-tidak. Disobeknya halaman yang ditulisnya itu dan diremasnya. Andri terlihat merasa berdosa.
CUT TO:
INT. SEKOLAH - GEDUNG OLAH RAGA - SIANG
Andri masuk ke gedung olah raga untuk melihat Haryo main basket. Dia melihat Haryo sedang in action dengan para pemain lain.
Haryo memasukkan bola ke keranjang dan masuk. Dia melihat Andri dan melambaikan tangannya.
Haryo terlihat lebih semangat bermain. Andri duduk di bangku memperhatikan.
Dalam gedung olah raga yang besar itu terdapat lapangan yang bisa digunakan untuk beberapa kebutuhan. Gedung ini menyerupai gedung olah raga umum dan cukup besar.
Ada banyak siswa dan siswi di situ dengan kegiatannya masing-masing.
Laila yang sedang berbicara dengan dua orang temannya melihat Andri dan langsung pamitan ke teman-temannya untuk mendekati Andri.
LAILA
Udah liputan nih?
ANDRI
Ha?
LAILA
Udah mau liputan untuk majalah sekolah?
ANDRI
Oh belum.
LAILA
Mau ikutan basket?
ANDRI
Nggak, cuman mau ngeliat temen.
Dari kejauhan Haryo melihat Andri berbicara akrab dengan Laila. Entah kenapa dia merasa terganggu dengan apa yang dilihatnya.
Seorang siswa menubruknya hingga jatuh.
LAILA
Temen kamu yang mana?
Dari kejauhan, Andri melihat Haryo menantang siswa yang menubruknya berkelahi.
ANDRI
Tuh!
Keadaan antara Haryo dan penubruknya semakin buruk. Pelatih membunyikan pluit dan menyuruh para siswa untuk beristirahat sebentar.
Haryo mendekati Andri.
(Ke Haryo)
Akhirnya ketemu orang yang bisa diajak berantem hari ini?
HARYO
Brengsek. Udah tau gua nggak megang bola.
ANDRI
Lagi mens, ya, Bang?
HARYO
Iya nih, mana gua nggak bawa pembalut.
ANDRI
Ini Laila. Udah ketemu kan kemaren?
Ad Lib Haryo berkenalan dengan Laila.
LAILA
Ndri, bentar lagi kita mau kumpul-kumpul, buat pemilihan panitia New Year's Dance bulan depan. Mau gabung, nggak?
ANDRI
Mmm... mau aja, sih. Cuman... (melirik Haryo) gu...a udah janji mau ngebantuin Haryo di rumahnya.
LAILA
Ngebantuin apa?
ANDRI
(Kesulitan)
Mmmm...
HARYO
(Memotong)
Gua pindahan kamar, jadi gua minta tolong Andri buat ngebantuin gua.
LAILA
Kenapa nggak nyuruh pembantu aja, sih?
HARYO
Karena... (sambil mikir) di kamar gua banyak barang-barang cowok. Tau sendiri, lah, majalah Playboy, DVD bokep. Kalo ketauan pembantu ntar mereka lapor ke bokap gua. Bisa gawat.
Laila masih terlihat tidak percaya.
CUT TO:
EXT. SEKOLAH - TEMPAT PARKIR - SIANG
Haryo dan Andri berjalan menuju mobil Haryo. Haryo masih mengenakan pakaian basketnya.
ANDRI
Makasih udah ngelepasin gua dari cengkraman Laila tadi.
HARYO
Nggak apa-apa. Solidaritas sesama cowok, kan?
Andri tersenyum.
HARYO (CONT'D)
Kenapa sih lo nggak mau diajak sama dia. Kan cakep?
ANDRI
Mmm... males aja ngumpul-ngumpul.
HARYO
Jadi lo sekarang ke rumah gua, kan?
ANDRI
Nggak lah, gua mesti balik.
HARYO
Ya udah gua anter.
ANDRI
Nggak usah deh.
HARYO
Kenapa sih, lo nggak pernah mau gua anter.
ANDRI
Ya nggak perlu aja. Gua bisa naik angkutan.
HARYO
Nggak. Pokoknya gua anter.
ANDRI
Sebenernya gua nggak mau langsung pulang. Mau nongkrong dulu.
HARYO
Di mana?
ANDRI
Belum tau.
HARYO
Ya udah nongkrong di rumah gua aja.
Andri terlihat tidak yakin.
HARYO (CONT'D)
Atau gimana kalo gua ngedatengin Laila sekarang, ngasih tau dia kalo elo nggak jadi ngebantuin gua?
Andri terlihat menyerah.
HARYO (CONT'D)
Gitu dong.
Mereka sudah sampai di mobil Haryo.
HARYO (CONT'D)
Gua capek banget nih. Elo yang nyetir dong.
ANDRI
(Agak gugup)
Mmm... gua nggak biasa bawa mobil orang llain.
HARYO
Kenapa?
ANDRI
Ya udah jadi kebiasaan gua aja.
Haryo terlihat curiga tapi memilih untuk diam.
CUT TO:
EXT. RUMAH HARYO - DEPAN RUMAH - SIANG
Haryo dan Andri telah tiba di depan rumah Haryo. Pak Yayat membukakan pintu.
Andri melihat rumah Haryo dan berusaha menyembunyikan kekagumannya.
Haryo dan Andri keluar dari mobil.
HARYO
Nih, Pak. Kue jala sama kari kambing.
PAK YAYAT
Wuih! Enak banget.
Pak Yayat menerima pemberian Haryo.
HARYO
Teman gua, nih, Pak.
Ad lib Pak Yayat berkenalan dengan Andri.
HARYO (CONT'D)
Ada siapa di rumah?
PAK YAYAT
Nggak ada siapa-siapa.
HARYO
Tapi ada makanan, kan?
PAK YAYAT
Kalo nggak ada, kita joinan kue jala aja.
HARYO
Ah, gua nggak suka kari kambing. Bikin nafsu tinggi. Bahaya, lo. Yo, Ndri.
CUT TO:
INT. RUMAH HARYO - KAMAR HARYO
Haryo dan Andri baru saja masuk.
HARYO
Lo mau apa aja terserah deh.
Haryo mengambil kamera digital di mejanya lalu memfoto Andri beberapa kali.
ANDRI
Komputer lo bisa internet?
HARYO
Bisa.
ANDRI
Gua boleh pake? Mau ngecek imel.
HARYO
Boleh dong.
Haryo menyalakan komputernya.
Nurul membuka pintu dan melongokkan kepalanya.
NURUL
Selamat siang.
HARYO
Darimana, Ma?
NURUL
Ibunya Hera minta ditemenin belanja.
HARYO
Masuk Ma. Ini temen Haryo. Andri.
Nurul masuk.
Ad lib Nurul dan Andri berkenalan.
NURUL
Hera sama ibunya ada di bawah tuh.
Haryo terlihat malas.
HARYO
Ck.
NURUL
Temuin sebentar dong.
HARYO
(Kesal)
Belum kawin aja udah harus ketemu tiap hari.
NURUL
Kok kamu gitu, sih?
HARYO
Iya deh. (Ke Andri) Gua tinggal bentar, ya. Lo browsing internet aja. Nggak apa-apa, kan?
ANDRI
Nggak.
Haryo dan ibunya keluar. Andri memperhatikan Haryo keluar.
CUT TO:
INT. RUMAH HARYO - DAPUR - SIANG
Hera dan ibunya sedang membongkar belanjaan.
HERA
Yo, aku beliin kamu kaos, nih.
HARYO
(Tidak antusias)
Oh, makasih deh.
HERA
Pake dong, aku mau liat.
HARYO
Ntar deh, ya.
HERA
Coba dong, Sayang.
Haryo terlihat agak sebal.
CUT TO:
INT. RUMAH HARYO - KAMAR HARYO
Andri sedang mensurfing internet. Dia terlihat bosan. Tapi kemudian dia dapat ide. Dilihatnya pintu yang masih tertutup. Dia agak kuatir dengan apa yang akan dilakukannya.
Di layar terlihat website salah satu search engine.
Lalu dengan ragu-ragu dia mengetik kata "gay" di tempat search, lalu meng-klik "search".
Di layar muncul alamat beberapa situs gay.
Di alamat gay, www.gay-info.com, yang mempunyai deskripsi "Everything you want to know about homosexuality," Andri meng-kliknya. Lalu di layar muncul situs non-pornografi yang memberikan informasi untuk orang-orang yang ingin mengetahui soal gay.
Beberapa topik yang tersedia: "ARE YOU GAY?", "IS IT BECAUSE YOU ARE GAY THEN IT MEANS YOU HAVE SINNED?", "TALKING TO THE RIGHT PEOPLE", "GAY ORGANIZATIONS", dan sebagainya.
Andri meng-klik topik "ARE YOU GAY?"
Lalu di monitor muncul sebuah artikel. Andri membacanya dengan serius.
Lalu dia kembali ke halaman utama dan meng-klik topik "IS IT BECAUSE YOU ARE GAY THEN IT MEANS YOU HAVE SINNED?"
Tapi tiba-tiba pintu terbuka. Haryo dan Hera masuk.
HARYO
Tunggu di bawah aja kenapa, sih?
HERA
Aku mau liat bajunya cocok apa nggak.
Dengan panik Andri menutup window-window situs gay tersebut.
HARYO
Iya tapi nanti kan aku turun juga.
Haryo melihat Andri panik.
HARYO (CONT'D)
Kenapa, Ndri keringetan gitu? AC-nya kurang dingin, ya?
ANDRI
Nggak, kok.
HARYO
Eh, ini temen sekelasku, Andri.
Ad lib Hera dan Andri berkenalan.
ANDRI
Gua temen semejanya.
HERA
Gua tunangannya.
ANDRI
Oh.
HERA
Masa sih Haryo belum cerita?
ANDRI
Udah kok.
HARYO
(Memotong, mengalihkan pembicaraan)
Lo ngebuka situs apa aja?
ANDRI
Nggak ada. Cuman ngecek imel aja, kok.
HARYO
Beneran, lo?
ANDRI
Bener.
HARYO
Ya udah deh, lo berdua tunggu di bawah. Makan siang udah siap, tuh.
HERA
Kamu?
HARYO
Katanya disuruh nyobain baju. Ayo dong, tunggu di bawah.
HERA
Ya udah. Yok, Ndri.
Andri menurut. Mereka berdua pun keluar kamar.
HERA (CONT'D)
Tinggal di mana, Ndri?
ANDRI
Di Jakarta Selatan.
HERA
Iya tapi di daerah mana?
Mereka berdua sudah keluar.
Haryo melirik ke komputernya. Lalu dia duduk di depan komputer, membuka browser internet, lalu meng-klik channel "history".
Di layar terlihat situs-situs yang dibuka Andri: www.imel.com, www.gay-info.com, dan turunannya: www.gay-info.com/areyougay, www.gay-info.com/homosexualityandsinned
DOLLY IN: ke wajah Haryo yang kaget. Ditutup dengan Haryo, masih belum percaya.
CUT TO:
INT. RUMAH HARYO - DAPUR - SIANG
Haryo, Andri, Hera, Nurul, dan Linda duduk makan siang. Di meja makan yang cukup besar itu Haryo duduk di salah satu ujung dengan yang lain berada di sisi. Semua makan sambil ngobrol, kecuali Haryo yang masih memikirkan fakta baru yang baru diketahuinya tentang Andri.
Haryo selama ini juga sering bingung memikirkan, mengapa dia punya ketertarikan terhadap beberapa teman lelakinya, dan sebenarnya, dia sangat tertarik kepada Andri. Tapi ketika mengetahui Andri kemungkinan besar juga memiliki masalah yang sama dengannya, dia kaget. Selama ini dia kira dia sendiri. Mengetahui seseorang yang mungkin sama dengan dirinya, perasaannya bingung, campur aduk. Dia penasaran untuk mengeksplorasi perasaannya, tapi juga takut kalau hal ini akan membuatnya masuk ke dalam sesuatu yang dianggapnya sebagai sesuatu yang tidak wajar.
Kamera DOLLY OUT di atas meja dari wajah Haryo yang menatap Andri. Sementara yang lain bercakap-cakap.
NURUL
Kamu sering-sering ke sini, ya, Ndri. Soalnya Haryo sering kasian, kalo makan siang selalu laki-laki sendiri.
HERA
Jangan-jangan ntar jadi nyinyir kayak ibu-ibu lagi.
NURUL
Sekarang aja udah mulai, kok.
HERA
Wah bisa-bisa kalah aku nanti.
NURUL
Orang tua kamu tugas di mana, Ndri?
Andri melirik Haryo dan heran melihat tatapan Haryo.
ANDRI
Mmm... nggak tugas dimana-mana, Tante.
NURUL
Punya usaha sendiri?
ANDRI
Iya, Tante.
NURUL
Wah bagus dong kalo gitu. Kamu sendiri nanti mau jadi apa? Masuk Akabri aja. Badan kamu kan bagus. Kalo Haryo Tante udah capek bilangnya. Tapi dia kayaknya nggak ada minat.
HERA
Jangan Tante. Kecakepan kalo masuk Akabri. Sayang kalo dipanas-panas.
Haryo dan Andri saling tatap. Andri heran.
LINDA (O.S.)
Eee... yang masuk Akabri ganteng-ganteng, lho. Papanya Haryo contohnya. Sekarang udah tua aja masih ada bekasnya.
HERA (O.S.)
Tapi kalo dulunya nggak dijemur-jemur kan sekarang bakal lebih ganteng.
Haryo tersenyum simpati ke Andri. Ditutup dengan Andri - heran dengan senyuman Haryo.
CUT TO:
INT. SEKOLAH - KELAS - PAGI
Kelas sedang mengadakan kuis pelajaran Bahasa Inggris seperti yang bisa dibaca di papan tulis.
Haryo dan Andri juga dengan serius mengerjakan pekerjaan mereka.
Haryo sudah selesai dan duduk tegak untuk stretching sedikit. Dia memperhatikan Andri yang masih duduk menulis. Andri merasa kalau Haryo memperhatikan dirinya. Andri melirik ke Haryo yang langsung berpura-pura stretching. Andri heran tapi memilih untuk melanjutkan pekerjaannya.
CUT TO:
EXT. SEKOLAH - KORIDOR - SIANG
Andri dan Haryo sedang berjalan di jam istirahat.
HARYO
Lo demen nonton, nggak?
ANDRI
Demen banget.
HARYO
Di rumah gua banyak film tuh.
ANDRI
O ya apa aja?
HARYO
Banyak deh, lo maunya apa?
ANDRI
Yang banyak ceweknya lah.
Haryo menatap Andri, mencoba mencari tahu apa motivasi Andri mengatakan hal itu.
HARYO
Banyak. Bintang film cewek lo suka siapa?
ANDRI
Mmm... Cameron Diaz. Seksi abis, man.
HARYO
Kalo gua suka Nicole Kidman.
ANDRI
Iya dia juga seksi sih. Cuman seksian babe gua Cameron Diaz.
HARYO
Kalo bintang film cowok lo suka siapa?
ANDRI
Mmm... Bruce Willis.
HARYO
Gua juga suka banget tuh. Tom Cruise lo suka nggak?
ANDRI
Nggak terlalu.
HARYO
Eh gua ada banyak film Bruce Willis tuh di rumah. Kapan-kapan kalo lo mau, lo nginep aja di tempat gua.
ANDRI
Boleh.
HARYO
Terus gantian. Gua nginep di tempat lo.
ANDRI
Wah kalo itu gua nggak bisa janji.
HARYO
Kenapa sih lo ngak pernah mau gua ke rumah lo?
ANDRI
Rumah gua jauh.
HARYO
Ah, nggak peduli. Pokoknya gua ntar ke rumah lo. Kalo perlu ntar gua lacak.
ANDRI
Lacak aja sampe bengkok. Nggak bakal nemu.
HARYO
Paling nggak kasih dong nomor telpon lo.
ANDRI
Gua nggak suka pake HP.
HARYO
Rumah?
ANDRI
Line telponnya lagi rusak. Ntar deh kalo udah bener.
HARYO
Susah banget sih temenan sama lo?
Andri tertawa. Jeda.
ANDRI
Tadi lo nyontek jawaban gua, ya?
HARYO
Ha?
ANDRI
Pas kuis Bahasa Inggris.
HARYO
Nggak.
ANDRI
Karena kalo mau, lo nggak perlu curi-curi liat. Gua bakal kasih kok.
HARYO
Enak aja. Bahasa Inggris sih kecil buat gua.
ANDRI
(Memandang Haryo)
Gua berani sumpah kalo tadi lo ngeliatin jawaban gua.
HARYO
Gua nggak ngeliatin jawaban lo.
ANDRI
Jadi?
HARYO
Ngeliatin lo. Tadi di idung lo ada upil gede banget gitu.
Andri mendorong Haryo dengan bercanda.
ANDRI
Tukang contek lo.
Haryo dengan tertawa memiting Andri. Keduanya seperti tidak peduli dengan siswa-siswa lain.
DISSOLVE TO:
MONTAGE: BEBERAPA SCENE KEGIATAN ANDRI DAN HARYO DI SEKOLAH, DAN BAGAIMANA MEREKA TERLIHAT TAMBAH AKRAB, OVERLAPPING DENGAN GAMBAR KALENDER DIBALIK, DARI MULAI JULI SAMPAI NOVEMBER.
DISSOLVE TO:
INT. RUMAH ANDRI - KAMAR ANDRI, INDRA, DAN IAN - SIANG
Andri memasukkan beberapa pakaian ke dalam tasnya. Adiknya, Ian, sedang membaca majalah anak-anak.
IAN
Mau kemana, sih, Bang?
ANDRI
Mau nginep di rumah temen.
IAN
Anak orang kaya?
ANDRI
Mmm... iya.
IAN
Punya PlayStation, dong.
ANDRI
Semua punya dia.
IAN
Ian boleh ikut nginep nggak?
Andri tersenyum.
IAN (CONT'D)
Ian janji nggak ngerecokin deh. Cuman mau maen PS-nya aja. Boleh nggak?
ANDRI
Abang kan bilangnya cuman mau datang sendiri. Nanti kalo Abang bawa Ian, kan nggak enak sama Ibu Bapaknya.
IAN
(Kecewa)
Mmm... kalo gitu PS bisa dipinjem, nggak. Ntar kalo Abang pulang bawa ke sini.
ANDRI
(Mendesah)
Ntar deh Abang tanyain, ya. Tapi nggak janji.
Indra masuk sambil mengunyah makanan.
INDRA
Mau kemana, lo?
ANDRI
Berisik.
IAN
Mau nginep di rumah temennya anak orang kaya. Punya PS.
INDRA
Ooo... udah mulai males tinggal di rumah sendiri, ya?
ANDRI
Berarti jatah makan lo kan jadi nambah.
IAN
Ian sebenernya pengen ikut nginep. Tapi nggak boleh.
INDRA
Kok nggak boleh sih? Malu sama adik sendiri?
ANDRI
Lo tu ngomong apa, sih? Nggak lucu, tau?
INDRA
Lagian kenapa lo nggak mau bawa si Ian?
ANDRI
Gila lo! Emang ada orang nginep tempat temennya bawa adik segala?
INDRA
(Cuek)
Kenapa nggak. (KE Ian) Ntar deh kalo Abang nginep di rumah temen abang, Ian abang bawa, ya?
IAN
Temennya Abang punya PS nggak? Kalo cuman karambol doang kayak Bang Gandi males, ah.
Ian kembali membaca majalahnya.
Andri menahan tertawanya melihat Indra yang suntuk.
Andri membawa tasnya ke:
INT. RUMAH ANDRI - DAPUR - SORE
untuk mengambil minum. Dia melihat bapaknya sedang mencuci piring.
ANDRI
Lho kok Bapak yang nyuci piring, sih? Sini saya yang ngerjain, deh.
FAISAL
Udah biar aja.
ANDRI
Nggak ah. Biar saya.
Andri melihat mata Faisal berkaca-kaca.
ANDRI (CONT'D)
(Khawatir)
Bapak kenapa, sih?
Faisal dengan cepat menghapus air matanya yang jatuh.
FAISAL
Nggak apa-apa. Cuman kena sabun.
ANDRI
Bohong amat. Bapak Sakit?
FAISAL
Nggak.
ANDRI
Kok nangis.
FAISAL
Bapak nggak nangis.
ANDRI
Saya kan udah besar, Pak. Udah SMU. Masak Bapak masih main rahasia-rahasiaan sama saya.
Faisal berhenti mencuci piring. Berusaha untuk mengatur kata-kata.
FAISAL
Bapak cuman kesel nggak bisa cari kerjaan.
ANDRI
Bukannya Bapak masih kerja di bengkel?
FAISAL
Udah dua bulan Bapak nggak kerja lagi di sana. Bengkelnya udah tutup. Tapi Bapak kadang-kadang masih pura-pura nongkrong di sana.
Andri tertegun.
kalo aku sih dah baca ampe endingnya yang bikin gimanaaaa getooo..... :P
btw, kalo mang mao dibikin film nya, pa gak malah nyaingin film Buruan Cium Gue yang dicekal ntu???
kan sayang bgt tuh.... :?
emang kalo dipilemin, bakalan heboh kali.................. tapi seharusnya tetap dibikin ato setidaknya komik................ so........... any idea
ini diangkat dari novel yah ?.
dah nonton " ada apa denganmu " belom, rada lesbi tuh film kayaknya.
wah... ini bukan dari novel....
cuman naskah doang.....
tapi bagus kok critanya....
simple tapi ngena bgt......
KAYAKNYA ASYIK JUGA.
AKU TUNGGU LHO.
THXXXXXXXXXXXX
tuh copy-paste lagi tuh ceritanya.... biar smea pada bisa baca..... :P
tp wkt itu lengkap yah scriptnya? dr awal ampe ending...
ini koq ngga? apa tretnya beda yah?
yg pasti gw pengen bgt nih script difilmin...
nia dinata, mira lesmana, riri riza? ayo filmkan cerita ini!
mgkn rada kontroversial, tp gw bilang it has a good story...