Mari kita buktikan kalau menjadi gay (atau bi) bukan hanya berarti seks!
Silahkan tulis setting sebuah malam romantis bagi anda...
Seperti topic t1m lainnya, t1m akan memulai.
Winter time, in an isolated log-cabin, in front of the fireplace, cuddling on the sofa, or on the carpeted floor with a blanket. We would cuddle and just talk… Have some wine. Talk about anything and everything. Share ideas, share thoughts, share life experiences. Learn more about the other person so I’d love them even more. The other person would lean on my chest, I’d caress his/her hair, our fingers would intertwine, sweet kisses now and then, I would hold him/her tight, and we’d watch the fire burning in the fireplace while we talk… and talk the night away… Morning time I’d surprise her with a bowl of hot chocolate (French style, they drink it with bowls) with tiny marshmallows in it, and a sweet morning kiss.
OR
On a cool summer evening, a walk on the beach, barefoot, with sands on our feet. Again, talking. I’d stop him/her, hold him/her in my arms and kiss him/her. Then we’d sit on the sand, talk some more. Watch the waves rolling in, the stars shinning. Build a bonfire on the beach and spread some blankets to lay in, cuddling, talking, sharing. Have some cold beer or wine cooler. Fall asleep with the sounds of the waves, the cool evening ocean breeze, under the shinning stars, and by a dying bonfire.
*sigh*
Maaf, kalau itu dalam bahasa Indonesia, tidak akan seromantis itu.
Comments
when you see the stars
in the nightly sky
you'll see love you've made
you'll see the world and the joy you've been
underneath the stars
-
di sebuah taman di lingkungan villa, sambil makan malam, dihiasi lilin sambil berpelukan (cewek / cowok), membicarakan masa depan, membicarakan kegiatan hari ini, membicarakan filsafat, membicarakan lain lain,
[udah selesai , lanjutinnya di kamar ajah] ... gak romantis yah?
-
atau dipantai, berkejar-kejaran, main air, minum es kelapa, hehehe...
tar juga lanjut...
-
candle light dinner, (tapi ama cowok agak susah)
-
di ranjang juga bisa, berpelukan, pakai lampu 5watt...
sambil minum wine, (kamarnya dihias ajah)....
Versi Snob:
Candle light dinner at a posh restaurant, complete with Dom Perignon, 4-piece chamber orchestra, and a string of waiters bringing the food: calamari fritte and Beluga caviar, oyster salad, linguini ala thermidor served with fettucini plus shrimp and cream sauce, tiramisu cake and cappucino. Saat orkestra memainkan Beethoven’s “Moonlight Sonata”, aku bilang sama my man friend (kalau 23 thn kan nggak boy lagi), “Dik, aku sukka banget sama kamu! Kita jadi’an yuk? Aku gak mau menjalani sisa umurku ini tanpa kamu!” Lalu aku berikan dia sebuah kotak. Dia membukanya. Di dalamnya ada sebuah cincin emas 22 karat seberat 10 gram dengan batu amethyst (menurut zodiac, dia cocoknya pake batu itu, because he’s a Scorpion). Dia menatap diriku, matanya berkaca-kaca “Mas Adit, seumur hidupku aku belum pernah mencintai dan dicintai sesama lelaki. Tapi aku merasa tersanjung bahwa mas Adit ingin menjalani sisa umur mas bersamaku!” Lalu dia bangkit dan mencium pipiku kiri kanan di hadapan khalayak ramai.
Versi Komando:
Kami sedang latihan survival di hutan. Kami terpisah dari teman-teman (sengaja aku ajak nyasar ke tempat yang sepi dan tersembunyi). Hujan turun dengan lebat. Kami membuat tenda bivak dari poncho (kan nggak bawa tenda!) Udara cukup dingin. Kami mencoba membuat api unggun dari ranting2 pohon yang tidak terlalu basah. Dia tetap menggigil kedinginan lalu merapatkan tubuhnya ke tubuhku untuk mendapatkan kehangatan. Aku mendekapnya erat2 dalam pelukanku. Lalu aku bisikkan ke telinganya “Dik, aku cinta kamu!”* Dia memalingkan kepalanya lalu menatapku sambil berkata “Tapi mas Adit kan tahu bahwa aku bukan gay!” “Jadi aku nggak boleh mencintai kamu?” aku balik bertanya. “Tentu saja boleh! Tapi aku nggak tahu caranya bercinta dengan sesama lelaki!” jawabnya. “Oh, don’t worry! I’ll teach you! Kamu kan tahu bahwa saya dosen yang berdedikasi!” kataku pada mantan mahasiswaku itu sambil melumat bibirnya yang sensual itu.
Versi Sinetron Remaja:
Kami berboncengan naik motor Honda Tigernya ke Puncak. Di Riung Gunung kami berhenti dan nongkrong di tembok pembatas di belakang salah satu warung overlooking kota Bogor. Udara cukup cerah sehingga kami bisa menikmati pemandangan indah warna-warni lampu mobil yang naik ke arah Puncak maupun yang turun ke arah Bogor. Suasana warung agak sepi, karena malam itu bukan akhir pekan. Aku pura2 kedinginan lalu meraih tangannya sambil meremas-remasnya. Dia diam saja, bahkan membalas meremas-remas tanganku. Aku merapatkan tubuhku ke tubuhnya. Dia protes “Sakit mas! Ulekan cabenya ngeganjel tuh!” “Oops! Sorry!” aku tersipu2 lalu memindahkan holster berisi Sig Sauer P 226 ku ke pinggang sebelah kiri. Lalu dia menyandarkan tubuhnya dengan manja ke tubuhku. “Nah, begini baru asyik!” katanya. “Dik, apa yang kamu rasakan kalau berada dalam pelukanku?” aku bertanya. “Rasanya dammaaii deh!” jawabnya spontan. “Hhmm, kalau kamu mau jadi pendampingku, aku siap memberimu kedamaian itu 24 jam sehari, 7 hari seminggu beyond the call of duty!” kataku. “Aku mau mas!” jawabnya spontan lagi. Lalu kami bersulang dengan bandrek hangat yang kami pesan sebelumnya di warung.
Tentu saja semua ini hanyalah impian yang tak akan pernah terwujud, karena orang yang aku cintai itu tidak mencintai aku! :shock: Kecian deh! :P :roll:
*Kalimat "aku cinta kamu" pada cerita ini benar-benar ucapanku, bukan sensor Admin pengganti kata "a-n-j-i-n-g"!
makan malam berdua... di... halaman... yang... hanya diterangi lilin dan sinar bulan... dansa... dengan sweet waltz... little kiss here, little kiss there... hugs... kiss again... he lift me through the treshold... laid me down to bed... kiss me tender and... said i love you...
paginya... cuci piring bareng... bersihin rumah bareng... dia gw antar ke polda, gw ke studio... atau sebaliknya, dia nganter aku ke studio, bawa kamera, langsung ke polda... sore pulang... lalu... mandi bareng... dan makan malam...
Aku dan Dia (bukan mereka)
Aku dan dia sudah berada di tingkat paling atas gedung BNI46.
Kami berdua duduk berhadap-hadapan di antara sebuah meja bundar dengan taplak warna putih dan di atas kursi yang ditutupi kain putih juga.
Layaknya sepasang malaikat, kami berpakaian putih dari bahan satin
yang ringan.
Tidak sepatah kata pun keluar dari mulut kami, hanya dua pasang mata
yang saling menatap penuh arti dan senyum kebahagiaan yang menghiasi bibir.
Sementara alunan biola symphony no. 9 beethoven, memanjakan telinga
kami.
Di atas meja terlihat beberapa piring dengan sisa nasi goreng ikan asin, pizza, udang goreng, dan tuna sandwich. Ada sebatang lilin yang terus menyala meski angin malam yang dingin bertiup kencang.
Namun nyalanya tetap berjuang untuk hidup dan menari-nari,
menyiratkan nyala cinta kami yang hidup meski diterpa banyak rintangan.
Ada pula setangkai bunga mawar putih yang kelopaknya lepas dan
tertiup angin, satu persatu...
Masing2 tangan kiri kami memegang secangkir anggur putih, dan tangan
kanan kami saling berpegangan di atas meja.
Pemain biola itu pun menggesekkan nadanya yang terakhir, dan kelopak
mawar putih yang terakhir pun terbang terbawa angin.
Lalu kami berdiri sambil berpegangan tangan menuju ke tepian
gedung. Di bawah sana kami melihat lampu2 kecil yang berkelap-kelip
dan bergerak. Di bawah sana pula, banyak kebencian, cercaan, dan
tertawaan atas cinta kami. Di bawah sana, kami menemukan
arti cinta dan pengorbanan yang sesungguhnya. Indah sekali... dan angin
bertiup makin kencang, amat dingin menusuk sampai ke sum-sum tulang.
kami berdiri berhadapan satu sama lain dan terdiam, bayangan kebahagiaan dan kesedihan melintas lembar demi lembar dalam pikiran kami.
Aku dan dia saling berpelukan, dan kedua bibir kami pun saling
berpagutan. Sebuah ciuman yang lama dan memberikan kehangatan ke sekujur tubuh.
Tiba2 sepasang merpati terbang melintas, dan wuzzz.....
Kaki kami tidak lagi mempunyai pijakan. Angin malam semakin kencang
menerpa wajah dan tubuh kami yang terasa ringan. Tangan kananku
memegang erat tangan kirinya. Ahhh.. kami benar-benar seperti sepasang malaikat yang sedang terbang.
Setelah beberapa saat kemudian, semuanya menjadi putih dan hening..
sangat hening....
Knock, knock, knockin on heaven's door...
Knock, knock, knockin on heaven's door...
Hidup memang tidak adil, tapi terasa sangat indah buat aku dan dia, bukan mereka...
the last story ... huaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ...
kurang lebih seperti ini ,....., my romantic event...
THe first one is just... just awesomely beautiful... It's like heaven (without having to jump from BNI 46).
In the middle of nowhere, deep inside in the heart of deserted forest, close to nowhere. In the coldness of winter and whity snow; a warm, sweet, and pleasant log made from pine wood with the freshness of pine and warmth of maple. Cuddling in front of a warm and hearty fireplace, staring and pondering at the whiteness outside through a wide boundless window..., sipping some Sauternes from Bordeaux or Icewine from Niagara Peninsula.... Wrapping our bodies, as tight as we could, under a thick velvety wool blanket, as the warmth of our bodies permeate to the beloved one. Talking and chatting throughout the night, exchanging thoughts, sharing our minds, as the night goes by, getting along together, feeling closer, closer , and closer. Unseparable, undivideable by anything walking on earth. Holding, entwining, and embracing her/his body as if there's no tomorrow...
What a wonderful dream, wish it could be come true...
Matt
Seperti topic t1m lainnya, t1m akan memulai.
Winter time, in an isolated log-cabin, in front of the fireplace, cuddling on the sofa, or on the carpeted floor with a blanket. We would cuddle and just talk… Have some wine. Talk about anything and everything. Share ideas, share thoughts, share life experiences. Learn more about the other person so I’d love them even more. The other person would lean on my chest, I’d caress his/her hair, our fingers would intertwine, sweet kisses now and then, I would hold him/her tight, and we’d watch the fire burning in the fireplace while we talk… and talk the night away… Morning time I’d surprise her with a bowl of hot chocolate (French style, they drink it with bowls) with tiny marshmallows in it, and a sweet morning kiss.
OR
On a cool summer evening, a walk on the beach, barefoot, with sands on our feet. Again, talking. I’d stop him/her, hold him/her in my arms and kiss him/her. Then we’d sit on the sand, talk some more. Watch the waves rolling in, the stars shinning. Build a bonfire on the beach and spread some blankets to lay in, cuddling, talking, sharing. Have some cold beer or wine cooler. Fall asleep with the sounds of the waves, the cool evening ocean breeze, under the shinning stars, and by a dying bonfire.
*sigh*
Maaf, kalau itu dalam bahasa Indonesia, tidak akan seromantis itu.[/quote]
heroik sekali... udah teruji belum? udah pernah pacaran berapa tahun?
kalau kondisinya kaya gini apa masih bisa romantic? inget... tadi hazuky bilang dalam kondisi apapun :
just look deep inside his redened-weary-old eyes. feel his smell-like-s h i t breath on my neck..touch his smel-like-s h i t hair..n again..look deep into his red-weary-old eyes...his cynical smile..his wrinkled deformed face ( n stiil hold his wrinkled deformed hand..) thats all...do nothing.
kejar kejaran pas ujan deras....